Mengenai Saya

Kamis, 23 Juli 2020

NILAI ZAMAN ; DIALEKTIKA

WIBAWA DAN KHARISMA, TIDAKLAH BERHUBUNGAN DENGAN BENTUK TUBUH, APALAGI PARAS


Di sebuah diskusi, tentang politik Indonesia terkini. Kami mengakui, bahwa kami punya keterbatasan ilmu. diskusi tersebut, tidak begitu serius dengan hidangan beragam teori politik. tapi, lebih banyak bergurau, kadang sindir menyindir. 

Entah mengapa, beberapa diantara kawan-kawan, dalam guraunnya itu, begitu suka menilai ketokohan seseorang dari kelebihan fisiknya. Walaupun ia berhak mendasari pendapatnya dengan kebanggaan pada bentuk fisik seorang tokoh. tapi, rasanya seperti tidak elok.

Audisi nyanyi di berbagai belahan dunia saja, yang sarat dengan nuansa entertain, tidak pernah fokus pada bentuk muka dan bentuk badan. tapi, murni kualitas. Murni talenta dan sejenisnya. Kalau di indonesia, Entahlah..!

Tapi itulah politik. Pendukung satu pihak, pasti mencari distingsi (pembeda), untuk kemudian dikapitalisasi agar menaikkan elektabilitas pihak yang didukungnya. Dalam konteks politik, itu lumrah.

"Mengapa kamu marah?. orang-orang sekelas Fadli Zon saja konsisten menggunakan diksi-diksi seperti itu dalam berbagai twitnya!". Diksi-diksi yang (tetap) sering digunakan berbagai pihak yang tidak suka pada Jokowi, hingga kini. Bagaimana menurutmu ?"

Pendapat saya, biasa saja. Dalam konteks semiotika, ini sebuah pesan. Simbolik. Pihak yang paling tahu makna atau pesan yang ingin disampaikan. yaa, Bpk. Fadli Zon. Tapi kita tidak salah juga untuk meraba-raba. Sebuah pesan atau simbol tersebut bukanlah tanpa makna. Ia terikat dengan maksud-motivasi. 

Bila di sederhanakan, kita letakkan saja dalam spektrum "kubu". Dari kubu mana tulisan ini berasal, ke kubu makna pesannya ditujukan. Walau tidak secara tegas ditulis, tapi jelas Putin, Presiden dari negeri Komunis itu : Gagah. Tegas. Macho. Tidak kerempeng dan seterusnya.

Saya juga suka Putin. Tapi sebagaimana sifat azali manusia, tidak selamanya hebat. Putin pemimpin yang "mengerikan" juga. Putin berwibawa?, Karena ia gagah dan tegas, maka dianggap berwibawa. Sederhana sekali indikatornya.

Lalu, tentang hutang?. Saya tidak mau masuk dalam wilayah itu terlalu jauh, Ilmu saya "teramat dangkal" tentang ini. Bagi saya, cukup membaca tulisan-tulisan Sri Mulyani, Mardigu Wowiek, Ichsanudin Noorsi, Kweek Kian Gie, Indef, Christianto Wibisono dan ekonom lainnya. cukuplah bagi saya, untuk tahu bahwa yang namanya "utang" itu juga punya daya magnitude dalam ranah politik.

Berkaitan dengan twit ini, point saya cuma satu : POSTUR itu tidak selamanya merepresentasikan kewibawaan. Tidak selamanya, orang yang dianggap gagah itu TEGAS. Gagah. Kerempeng. Mancung. Pesek. Putih. Hitam. tidak menghalangi insan yang bernama manusia untuk Berwibawa, Tegas dan sejenisnya.

Berkenaan dengan itu, Saya ingat dengan "catatan lama" saya, bahwa Jabatan, pengaruh dan kewibawaan memang "ditakdirkan" tidak memiliki sangkut paut dengan wajah dan postur. Saya gemar  membaca biografi orang-orang terkenal yang pernah di"catat" sejarah. 

Coba lihat Ho Chi mhin - biasa di panggil Paman Ho, ia bermata sayu dan melihat gestur tubuhnya, maka yang timbul dibenak kita adalah ia Kurang Gizi. tapi Paman Ho mampu juga membuat AS malu. untuk membayar malunya ini, AS terpaksa memproduksi filem Rambo bahkan berseri. Kebetulan waktu itu ayah saya bekerja disalah satu Media cetak di makassar, ada beberapa arsip Tuanya yang tersimpan, salah satunya ialah paman Ho, yang mampu menjadi kepala negara. mata sayu dan postur kurang gizinya itu bisa menggetarkan Rakyat Vietnam. wibawa dan kharismanya yang luar biasa. namanya di abadikan menjadi "Ho chi minh city". 

Disisi lain, Soekarno yang pancaran matanya bisa jadi binar hingga membuat orang sulit mengadu pandang, bisa juga jadi Presiden. Lihatlah Jhon Fritzgerald Kennedy; presiden termuda AS sepanjang sejarah AS, dengan sisiran Rambut yang mengingatkan orang pada pemain Band, yang selalu membuat Marlyn monroe mengirimkan bunga, bisa juga jadi presiden. Lalu, bandingkan dengan Nikita Kruchef, musuh utama Kennedy. ia memiliki tubuh tambun, bulat dan kepala bundar. ia yang pernah membuka dan memukulkan sepatunya di sidang PBB, karena marah pada kebijakan luar negeri Kennedy. bisa menjadi orang Masyhur. kruschef adalah orang yang pertama mengucapkan belasungkawa pada Kennedy. meski posturnya tidak seganteng Kennedy, bisa menjadi pemimpin cemerlang dan brilian. 

Lihat juga Pandit Javaharlal Nehru, ayah Indira Gandhi. dikenal ganteng Mirip Amitha Bachan. badan "Founding Fathers" konfrensi india ini selalu semampai dan acap menyelipkan kuntum mawar dibajunya. sementara penggantinya Lal bhadur sastri berperawakan mungil. toh, mereka berdua bisa menjadi PM india. Pandanglah juga Gamal Abdel Nasser, yang tinggi besar, jari jemarinya seumpama Pisang Ambon. toh digantikan dengan seorang yang pendek dan mungil serta setengah Botak Anwar Saddat. Gamal Abdel Nasser yang inspiratif serta Anwar Saddat; tercatat sebagai presiden terlama dan berpengaruh di masannya. 

Di china, ada PM yang ganteng, namanya Chou En lai; alisnya tebal, rambutnya berair dan muka merah jambu. kegantengannya belum bisa di kalahkan oleh chow yun Fat, Jeet lee, jacky chan apatah lagi stephen Chow. wajah Chou En lai memancarkan intelegensi yang tinggi. namun penggantinya Chen Yi; kebalikannya, bermuka china kebanyakan. konon, ia jarang mandi dan tidak pernah sisir rambut. china pernah merasakan dipimpin oleh dua orang kontradiktif ini. 

contoh ini akan semakin banyak jika dirunut satu persatu. 

Di indonesia, lihatlah Gus Dur, tububnya gempal, berkaca mata. bisa tidur dimana saja, bisa menjadi ketua NU yang berpengaruh dan presiden indonesia. memiliki kemampuan humor yang tinggi dan pribadi yang sulit ditebak, terkesan enjoy, Atau BJ Habibie, yang kecil mungil. Kalau bicara selalu panjang lebar. konon, saking cerdasnya semua file otaknya mau dikeluarkan, demikian kata sahabatnya. Bandingkan dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY); tinggi besar, postur tegap militer. Selalu menjaga penampilan. selalu ingin perfeksionis sehingga terkesan peragu dan penuh kalkulasi. 

Napoleon bonaparte itu pendek, Hirohito itu kurus dan bermata sayu. Musholini itu tambun dan botak. konon, Raja Alexander sang penguasa Mecedonia memiliki tubuh atletis dan dagu lancip. Jendral MC Arthur di rindukan pasca perang dunia ke II, karena kegagahannya dan Che Guevara sang petualangan Marxis dari kuba yang macho. 

Mereka semua berhasil bukan karena postur dan wajahnya. tapi dengan istilah tukul arwana, Kristalisasi keringat. 

Bila-lah, seandainya wajah dan postur menjadi parameter jabatan, maka akan bermunculanlah Audisi Pencari Wajah dan Postur di berbagai TV Swasta, kerjasama Supermi atau Indomie dengan KPU atau KPUD. Sayang, Mbah Maridjan "telah pergi". Kalau ia masih tetap hidup, mungkin ia adalah salah satu sample dari bentuk pengaruh yang bukan bermula dari wajah dan postur, tapi dari roso.!

Ahh...entah kemana perginya!. Apakah ada hubungannya dengan twit FZ, terserah pada anda-Anda yang budiman saja.


**


Nilai zaman Dalam Ilmu Sosial, disebut "Zeitgeist" - "Mainstream". Istilah Mohammad Arkoum ; Kebenaran zaman. 

JFK (Jhon Friztgerald Kennedy) adalah salah seorang presiden yang dianggap hebat. Ganteng, pintar dan Flamboyan. Kaya dan di sukai banyak perempuan. Salah satunya perempuan cantik, molek dan bahenol zaman itu " Marlyn Monroe". Mereka terlibat Backstreet Affair. Konon bukan rahasia, karena sudah di ketahui Publik. Akhir kisah, Monroe meninggal dunia. Membawa cintanya yang tak kesampaian pada Istri Jacklyn Kennedy. Bukan kisah cinta ala Hayati pada zainuddin. 

Monroe Bunuh diri, Hayati Tidak. JFK tenang-tenang saja, sedangkan Zainuddin meranggas merana. 

Apakah publik Amerika saat itu tidak menganggap Affair itu bukan sebagai cacat politik.! Memang ada, tapi tak begitu terasa. Dalam catatan yang saya baca, Tak jadi issu politik. Waktu itu, biasa saja. 

Lalu, lihatlah ketika Bil Clinton terlibat Affair dengan perempuan yang bernama Monica Lewinsky. Jadi issu politik, kemudian hampir mencongkel dari Gedung putih. Suami Hillary ini, hampir terkena Impachement. Ia di selamatkan oleh ketegaran seorang Hillary yang pada akhirnya membuat publik memaafkan Clinton.

Trump?. Yang masa lalunya banyak dekat dengan perempuan cantik, terus menjadi komoditas politik hingga kini. Ia tak kewalahan menghadapi Kim Jong Un untuk perang dagang dengan Cina dan Tiongkok.

Secara politik, ia justru kewalahan mengahadapi masa lalunya dengan banyak perempuan cantik.   

JFK, memliki Nilai zaman sendiri. Clinton dan Trump Juga. Nilai zaman mereka berbeda. Perlakukan mereka juga berbeda terhadap kasus yang sama. 

Demikian pula Soekarno, si Putra Fajar. Gagah, pintar, Flamboyan dan Aititudnya luar biasa. Istrinya banyak, walaupun di protes oleh beberapa kelompok. Tapi tidak jadi issu politik yang berarti. Publik indonesia waktu itu, menganggapnya biasa-biasa saja. 

Lalu, mengapa negeri ini, pemimpinya, di kuliti oleh Publik, jika terlibat Affair dengan perempuan Lain?

Nilai zaman. Nilai zaman kakek saya, sama dengan Nilai zaman JFK dan Soekarno. Sedangkan Nilai zaman pemimpin sekarang seperti Nilai zaman Clinton dan Trump.

Soekrano Is Soekarno. Hatta Is Hatta. JFK is JFK. Trump Is Trump.

"Storia e Stroria contemporenae" ; peristiwa yang sebenar-benarnya peristiwa ialah ketika peristiwa itu terjadi. Kita hanya mampu mendekatinya. Bak Kata pepatah "Sekali air berlalu, bentuk tepian kamar mandi akan berubah".