Jumat, 06 Desember 2024

TETAPLAH BAIK DAN MEMBERILAH



Berbuat baik adalah perintah Purba kemanusiaan, jauh sebelum Qalam-Qalam Suci di Perdengarkan kepada kita. Artinya, tetaplah berbuat baik. Jika pun kita beruntung, kita akan menemukan orang baik. Jika tidak, kita akan di temukan orang baik. Mengapa?. Sebab, ada satu kaidah dalam Islam yang harus kita yakini, Tidak ada kebaikan yang tak berbalas. 

Di titik itulah berbeda Kebaikan dalam Agama dan kebaikan dalam Politik. Kebaikan dalam agama, bila perlu di semai diam-diam. Tak perlu mata lensa dan sudut pandang kamera, seperti kebaikan dalam politik yang di proklamasikan kemana-mana atau kebaikan yang di Kumandangkan untuk memburu Followers. 

Kerjakan saja semua karena Allah, demikianlah kebaikan dalam agama. bukan karena ingin mendapatkan tepuk tangan penonton - manusia. Betapa tidak sedikit orang yang menderita hari ini, bukan karena tidak punya Harta dan tahta. Tapi, ia sudi memenuhi ekspektasi Manusia 😅.

Duhai kawan, Berbuat baik kepada orang lain itu sederhana - Raut Muka Sumringah dan Tutur kata yang Ramah. 

Olehnya, Tetaplah berbuat baik. Berbalas atau tidak, bukan lagi otoritas kita. Sebab, kita tak pernah tahu, apa yang menghinggapi hati orang. 

Hal ini penting untuk di utarakan, agar kewarasan kita terjaga. Misalnya, kita di tanya 2+2, sama dengan berapa?. Lalu, kita menjawab, Kalau kamu memberi saya hadiah, saya akan menjawab 4. Kalau tidak di beri hadiah, saya akan jawab 5.  Apakah orang seperti ini waras atau tidak?. Kan tidak waras.  

Sebagai orang yang waras, Mau di beri hadiah atau tidak, jika pertanyaannya 2+2 sama dengan berapa. Maka, jawabannya adalah 4. 

Misalnya, kita di tanya Tuhan, kamu sujud kepadaku, apakah penting atau tidak?. Kita menjawab, Tunggu dulu Tuhan, kalau setelah saya sujud saya di beri surga, saya akan jawab penting. Tetapi, kalau setelah saya sujud saya tidak dapat hadiah - bennefit, maka sujud itu tidak penting. 

Artinya, orang - orang seperti ini sedang membangun hubungan dengan kita dan Tuhan, seperti membangun hubungan dengan partai politik - ukurannya selalu untung dan tidak untung. 

Ihwal itulah, saya teringat dengan defenisi orang baik. Menurut Al Qur'an, pertama "alladzina Yunfiquna Fis sarro'i wa thorro - Dia memberi saat dia sedang senang dan susah". 

Bisakah seseorang di katakan baik, kalau dia kikir. Misalnya, Ada orang miskin, jika kita tak memberi dia uang atau Makanan. Maka, dia akan mati. Sekalipun kita ahli tahajjud, ahli Qobliyah dan ba'diyah. Tapi kalau kita kikir. tentu orang akan keberatan menganggap kita adalah orang baik. 

Kedua,  "wal kadzibina minal Ghoidho - orang-orang yang menahan amarah". Sekalipun kita dermawan. Tapi, sering marah-marah. Maka, orang tidak akan menganggap kita adalah orang baik. 

Ketiga, "Wal afina aninnas - memaafkan orang lain". Saat kita melarat, di hina orang. Saat kita kaya, menjadi pendendam. Apakah orang akan menganggap kita, orang baik?. 

Berkenaan dengan itu, Ada Kisah seorang Sufi, Di turki pada Sultan Murrad ke 4, ia di kenal sebagai Raja Yang adil.

Suatu malam, ia gundah dan Gulana. Akibat kegundahan hatinya, ia memanggil ajudannya dan menceritakan, bahwa Hatinya sedang gundah, Sepertinya ada sesuatu yang terjadi di negeri ini. 

Lantas, Yang Mulia, Saya harus bagaiaman untuk mengobati kegundahan Hati yang Mulia?, tanya ajudan.

Sultan melanjutkan, ayo temani saya ke tempat keramaian Kota. Tetapi, kita menyamar, agar tidak di ketahuan oleh rakyat.

Sultan Murrad dan ajudannya berjalan menyusuri keramaiaan kota. Tetiba, ia melihat kerumunan orang yang sedang berkumpul mengelilingi  seorang lelaki yang telah wafat - setiap orang yang lewat meludahi, mengumpat dan melempari batu jenezah tersebut.

Setiap orang yang menganggap orang tersebut - Jenazah adalah orang yang jahat.

Akhirnya sang Khalifah menanyakannya ke salah satu orang yang di lokasi, "ada apa dengan orang ini. Mengapa ia bisa di hina seperti ini dalam kematiannya. Bahkan tak ada yang mau mengantar ke rumahnya?". Kamu siapa, Kata orang tersebut. 

Sultan Murrad 4 menjawab, Saya musafir. "Oo, pantas sajak kamu tidak tahu pada orang ini. orang adalah orang yang setiap malamnya membeli minuman dan menyewa perempuan Tuna susila. Sehingga ia di benci oleh masyarakat setempat. Karena merusak akhlak dan moral masyarakat.

Lalu, Khalifah Murrad 4 yang menawarkan diri untuk mengantarkan ke rumah lelaki tersebut. 

Setiba di halaman rumahnya, terdengar suara tangisan istrinya sambil bergumam, "dulu sudah saya ingatkan kamu, bahwa kamu akan mati di pinggir jalan, di cemohkan orang karena kelakuanmu seperti itu".

Sultan Murraad bertanya, Mengapa engkau mengatakan seperti itu?. "Karena, suami saya ini setiap malam membeli khamar dan menyewa perempuan tuna susila. Tetapi, minuma kerasnya di buang dan perempuan-perempuan tuna susila tersebut di pulangkan ke rumahnya. Tapi, orang menyangka suami saya memakai pelacur dan meminum khamar. Sudah ku ingatkan suamiku, tapi, ia tetap melakukannya dan menjawab tidak apa-apa saya mati di pinggir jalan, karena saya ingin beramal tanpa sombong kepada orang lain. Tapi, suatu saat ketika saya mati, ada seorang Raja yang akan menyolatkan saya".

Seketika sultan Murrad 4 Menangis dan berkata pada istri lelaki tersebut, "akulah Raja tersebut yang akan menyolatkan suami Ibu dan Suamimu adalah seorang pahlawan bagi kebaikan ". 


Dulu, Guru Saya kerap berpesan, "Is, Kalau Mau memahami NikmatNya MENERIMA. Maka, MEMBERILAH".

Saya coba menghubungkan pesan tersebut dengan ayat yang berbunyi, "Walladzina liz zakati fa ilun - selama hidup, mereka berusaha berzakat". 

Dari situ, kita menemukan satu paradigma bahwa zakat itu Visi, bukan hanya sebagai kewajiban Formal belaka. Cara memahaminya tidak seperti ini : Bagi yang mampu berzakat, berzakatlah. Bagi yang tidak mampu, tidak perlu berzakat. Kalau seperti itu cara kita memahaminya, Maka itu namanya Bank fiqih. Kalau kita mau bicara bab ibadahnya yang di terjemahkan dalam Muamalah, maka cara memahaminya adalah "kita berusaha semampu kita untuk berzakat selama kita hidup".

Silahkan bekerja dan beraktivitas untuk memenuhi katogeri tersebut. Tetapi, yang paling menarik adalah semua aktivitas atau pekerjaan kita harus berorientasi Ibadah. 

Zakat itu kalau benar kita bisa kerjakan, maka pada saat yang bersamaan Allah akan limpahkan dua karunia sekaligus : bertambah Bekal kemuliaan akhirat dan melimpahkan seluruh bekal keperluan dunia. 

Abdur rahman Bin Auf adalah orang paling kaya di madinah. Dia pernah kaya raya di mekkah. Tetapi, ketika Masuk Islam, hartanya di rampas oleh Kafir Quraisy. Sengaja tidak di bunuh oleh orang Kafir Quraisy untuk mewarning kepada yang lainnya, kalau ada yang berani seperti Abdur rahman bin Auf, maka nasibmu akan sama. 

Di rampas hartanya dan di berikan pilihan : Kalau engkau tetap tinggal di Mekkah tidak hijrah ke madinah, maka kami akan angkat engkau menjadi hartawan yang paling tinggi statusnya. Tetapi, kalau kamu memilih Hijrah ke madinah, maka kami akan rampas semua hartamu, jangan bawa apapun kecuali pakaian yang menempel di tubuhmu. 

Beliau memilih berangkat ke Yastrib. Tetapi, yang menjadi masalah adalah istri dan anak-anaknya ; Mau ikut Suami dengan jarak tempuh 400 KM, Bawa pakaian dan belum tentu selamat. Tetapi, kalau tetap tinggal di mekkah, di berikan harta suaminya dan silahkan pilih pemuda paling tampan yang mau di nikahi, akan di fasilitasi.

Kalau ibu-ibu atau perempuan sekarang berada dalam posisi Istri abdur Rahman bin auf, akan memilih yang mana?. Dan istri abdur rahman bin auf lebih memilih tinggal di mekkah. 

Hijrahlah beliau ke Yastrib, yang kemudian kelak di sebut Madinah Al Munawaarah. Kemuliaan masyarakat madinah, yang sampai saat ini di abadikan dalam Q.S. 59 ; 9 - 10, " wa yungfiruna ala anfungsihim wa lau kana bihim khosasa - karena itulah di sebut anshor ; Menolong tanpa pamrih dan menolong sesuai dengan kebutuhan yang di tolong. 

Abdur Rahman Bin Auf pernah kaya, kemudian jatuh faqir dan yang menyambutnya adalah orang yang paling kaya di madinah. Piihannya dua ; "akhi karim, sami'tu annaka kunta ghoniyan - saudaraku yang Mulia, saya dengar anda pernah kaya sebelum ke sini, kalau ingin kaya lagi. Ambil setengah harta saya dan saya dengar, anda di tinggalkan oleh istri anda di mekkah. Maka, pilihlah perempuan paling cantik di sini dan kami akan fasilitasi Pernikahanmu".

Kalau bapak - bapak atau Lelaki saat ini di perhadapkan pada situasi seperti itu, anda terima atau tidak di tolak sama sekali? 😅🤣. 

Saudara ansornya ini melihat, Abdur Rahman ketika kaya dan ambruk. Pasti dalam tekanan. Dia lupa bahwa Abdur rahman bin auf telah di ajarkan hikmah sholat oleh Nabi. Apa jawaban Abdur Rahmab bin auf, " jazakallahu khoiron arini ainal aswaq - semoga Allah memuliakan dan memberikan pahala, cukup tunjukkan kepadaku dimana pusat bisnisnya". 

Ihwal itulah, Berdiri dalam sholat adalah Hikmah - jika kita masih mampu berdiri, jangan gantungkan harapan pada orang lain. 

Kita Kembali ke Pembahasan, Ada Suatu Paradigma yang mestinya kita pegangi. Orang itu menjadi kikir, karena menganggap hidup itu lama dan uang itu penting. 

defenisi kikir itu apa?. Tidak pernah memberi. Misalnya, Artis-artis dan tokoh-tokoh nasional pernah kah memberi sesuatu terhadap kita?. Tidak pernah. Tetapi, kita tidak pernah memvonis mereka adalah orang yang kikir. Mengapa?. Karena kita tidak pernah Tomak - Berharap kepada mereka. 

Coba kalau pacar kita tidak pernah mentraktir kita atau kita tidak di beri warisan dari orang tua kita. Kita akan mengatakan mereka kikir. Hal itu di sebabkan karena mereka kikir atau karena kita yang berharap?. 

Contoh lain, misalnya kita kenal seseorang. Kita, Tidak pernah mengatakan orang tersebut kikir. Tetapi, sekali kita mengajukan permintaan (minta Uang atau minta apalah) dan orang tersebut Tidak merealisasikan atau meng-iyakan permintaan kita. Maka, persepsi umum kita akan mengatakan orang tersebut kikir, hanya karena permintaan kita tidak di realisasikan. 

Makanya dalam ilmu Tasawuf tidak ada bab Kikir, yang ada adalah bab Tomak - Berharap. Sebab, asal usul kita bisa memvonis orang itu kikir, karena kita BERHARAP. 

Artinya, kita memvonis seseorang kikir, apakah karena status dia kikir atau karena kita yang terlalu berharap pada orang tersebut?.

Di titik itulah, Saya enggan mengenal lebih banyak orang. Agar kita terbebas dari Hukuman orang. Karena, Salah satu ciri umum dari tamak adalah Ia mudah sekali menghakimi orang lain. 

Di dalam kitab Hikam di terangkan, penyakit terberat manusia adalah Tamak. Sedangkan, Diksi kikir di dalam Hikam, tidak ada.

Sama dengan Sombong, tidak ada babnya di dalam Ilmu Tasawuf. Misalnya, ada orang tidak kenal dengan kita, hanya lewat saja di depan kita. Kita tidak pernah mengatakan bahwa dia sombong. Tetapi, coba kita mengenal orang tersebut dan dia hanya lewat begitu saja di depan kita, tanpa menyapa. Pasti kita akan mengatakan orang tersebut sombong. 

Contoh lainnya, misalnya kita mengenal seorang perempuan. Tidak pernah kita mengatakan perempuan tersebut sombong. Tetapi, setelah kita mengatakan ingin mengenalnya lebih dekat. Perempuan tersebut tidak mau atau menolak. Lalu, kita mengatakan perempuan tersebut sombong. karena, keinginan kita tidak dia realisasikan. 

Bayangkan kalau kita bermental Tamak seperti itu. apa jadinya hidup ini. Kita begitu mudah menvonis seseorang, hanya karena keinginan kita tidak di indahkan olehnya. Di situlah keunikan Ilmu tasawuf sebagai salah satu bahagian dari khazanah islam. Makanya, Rosulullah SAW mengatakan, "Ya Allah saya tidak berkeinginan yang tidak layak". 

Perkara dunia ini tidak perlu di pikir, sampai membuat kita stres. Sebab, Uang dan segala yang kita punyai, tidak akan mencukupi. Yang dapat mencukupi itu adalah Rahmat Allah SWT. 

Malaikat itu heran, ketika mendengar doa manusia yang meminta uang. sebab, Bagaimana mungkin uang bisa begitu penting?. Padahal Tanpa uang, para malaikat tetap bisa hidup, bahkan selalu taat pada Allah. 

Apakah Semua itu karena Uang?. tentu bukan. Tetapi, karena Rahmatnya Allah yang menjadikan kita hidup. 

Artinya, kalau berdoa yang sopan. Jangan minta uang. mintalah rahmat Allah. lalu, Biarkan Allah yang mengkonversikan Rahmatnya menjadi Uang atau apalah. Karena Allah tahu apa yang menjadi kebutuhan kita. 

Makanya yang nomor satu itu adalah Iman- makrifatullah. 

Berkaitan dengan itu, saya ingat, Saat orang kafir meminta kepada Nabi, "hai Muhammad, jika engkau betul adalah seorang Nabi, maka jadikanlah mekkah menjadi Makmur, menjadi megah dan metropolis - Fa sayyir jibaka mekkah" dan orang-orang yang mati bangkitkanlah, supaya kita bisa menanyakan ke mereka, apakah agamamu benar atau tidak - addinuka haqqun amla". 

Sebagaimana kita ketahui, Minta itu bahasa arabnya adalah doa. Andaikkan Nabi meminta hal itu kepada Allah, pasti di turuti. Sebab, Doa Nabi sangat Mustajab. Tetapi, Nabi menolak permintaan tersebut.  

Mengapa?. Sebab, Jika Nabi menuruti permintaan orang-orang kafir tersebut. Maka, ukuran iman adalah doa. Selain itu, masa Allah menjadi Tuhan harus menunggu pembuktian-pembuktian tersebut. Sebab, Allah akan tetap menjadi Tuhan, baik orang percaya atau tidak. 

Di titik itulah kecerdasan Nabi, bahwa yang pertama dan utama dalam beragama adalah "Fa' lam annahu lailaha illahu". 

Orang kalau bermental memberi. Tentu, Ia telah selesai dengan dirinya. Tetap, kalau tidak bermental memberi. Maka, ia pasti menjadi "Tamak". 


*Rst
*Nalar Pinggiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar