Minggu, 05 Januari 2025

PEREMPUAN, BELAJARLAH PADA ISTRI - ISTRI NABI

Kita akan keluarkan satu pedoman Bagi setiap perempuan di muka bumi, bagi setiap Perempuan yang akan menjadi ibu terbaik di rumah tangganya, sehingga melahirkan anak keturunan yang berpengaruh di muka bumi sampai membahagiakannya di akhirat. 

Kita buka Al Qur'an surat Al Ahzab ayat 6 dan ayat 32, " annabiyu awla bil mu'minin min anfusihin wa adzwajuhu Ummahatuhum - Nabi Muhammad itu lebih harus di prioritaskan, di dahulukan oleh insan beriman ketimbang dirinya sendiri." (ayat 6).

"Yaa nisa annabi lastunna ahadim minan nisa inittaqoytunna" (ayat 32). 

Dua ayat ini saja, jika di amalkan sepanjang hidup dan di istiqomahkan sampai meninggal, insya Allah mempertemukan Ibu - Perempuan dengan perempuan termulia di muka bumi dan berpeluang mendapatkan tempat yang sama dengan mereka (Istri - Istri Nabi). 

"Annabiyu" - diksi Nabi di Al Qur'an, menujukkan kepada satu orang. Jamaknya Nabi, di sebut Al anbiya" (beberapa Nabi) dan untuk semua Nabi di sebut "Annabiyin". Terdapat di Q.s An nisa ayat 69. 

Di ayat yang di maksudkan diatas, Al qur'an menggunakan huruf alif lam-nya untuk menujukkan nabi. Khusus. Artinya yang di maksud di ayat ini, bukanlah semua Nabi. Yang di maksud adalah satu orang Nabi yang paling istimewa, yaitu Nabi Muhammad SAW. 

Coba kita kontekstualisasikan Q.S Ahzab : 6, agar lebih mudah kita pahami. 

Suatu ketika Umar datang dan Beliau mengatakan, Ya Rosulullah SAW, saya mencintaiMu, saya akan berjuang denganMu. Tetapi, setelah Bapak dan Ibu, serta Istri saya. Umar menempatkan Nabi pada posisi ketiga. 

Apa jawaban Nabi, " La Yu'minu ahadukum hatta akuna ahabba ilaihi - Belum sempurna Iman seseorang, sampai aku menjadi yang paling di CintaiNya. Setelah itu barulah bapak, ibu, istrinya dan anak-anaknya".  

Setelah mendengar jawaban Nabi, Umar mengatakan, "Ya Rosulullah, aku mencintaimu karena Allah dan siap berjuang Bersamamu melebihi cintaku kepada Ibu, bapak, istriku dan keluargaku". 

Hal inilah yang membuat kedudukan Umar begitu dekat dengan Nabi, bahkan di tiga alam sekalipun - hidup di dunia di dekat Nabi, Wafat dan di kuburkan di samping Nabi dan kelak di akhirat akan berdampingan dengan Nabi. 

Pertanyaanya, maukah kita kelak di akhirat hidup berdampingan dengan Nabi?. Maka, Turunlah Q.s A Ahzab Ayat 6 untuk memberikan gambaran kepada kita, agar menempatkan Nabi Muhammad diatas segala yang ada di bumi ini, kalau kita masih merasa memiliki iman. Sebab, iman kita di pertaruhkan di posisi tersebut. 

Bagaimana menemptakan Nabi sebagai Prioritas?. Ibu-ibu atau perempuan tentu setiap Hari memasak, menghidangkan makanan. Sudahkah kita memastikan bahwa makanan tersebut adalah makanan yang di arahkan oleh Nabi. Cara makannya, seperti yang Nabi Ajarkan Nabi atau tidak?. 

Ibu - ibu atau Perempuan punya anak dan cucu. Pertanyannya, di sekolahkan di mana anak - anak kita?. Apakah di sekolahkan di sekolah yang mengenalkan dengan Rosulnya, apakah dia belajar seperti yang di kehendaki Nabinya?. Nabi mengatakan, silahkan pintar dan cerdas se cerdasnya ; Ahli bahasa, Ahli matematika, fisika, kimia, biologi, teknik, politik, ekonomi, hukum : Pertanyaannya dengan Ilmu tersebut, mereka kenal Allah dan Rosulnya atau tidak?. Sholat kah dia, membaca Al Qur'an kah dia, dia memuliakan orang tuanya atau tidak?.

Jangan sampai ibu - ibu atau Perempuan menyekolahkan anak - anaknya, sampai bergelar tinggi. Tetapi, sama ibunya pun tidak di kenali, menyolatkan pun tidak mampu, menelpon pun tidak sempat, tanya kabar saja tidak punya waktu. Lantas investasi apa yang ibu - ibu atau perempuan keluarkan selama hidup, sampai rambut memutih dan fisik letih. Tetapi, anak kita, tidak mengenali kita sama sekali. 

Di indonesia kita masih punya rasa yang terhubung dengan anak-anak kita. Di Eropa dan Amerika, begitu anak-anak sudah tumbuh dewasa dan orang tuanya sudah sepuh. Diantara cara mereka memuliakan orang tuanya, mereka memasukkan ke panti jompo. Sementara Islam datang dengan Risalah yang indah, muliakan orang tuamu sebagaimana mereka merawatmu sejak kecil. kalau kita mau marah, pikir-pikir dahulu. Mau berkata ahh, bayangkan ibu yang telah mengandung kita dengan susah payah dan tidak pernah mengeluh. 

Ibu - ibu atau perempuan mengandung, melahirkan dan memberikan asi. Saat ibu (Perempuan) sudah mendapatkan usia yang senja, sang anak tidak mengenal kita. Maka kalau itu terjadi, spirit Al qur'an mengatakan, Jangan dulu di salahkan anaknya. Istigfar dulu, sebab boleh jadi saat anak kita dalam perawatan kita tidak menempatkan dia pada tempat yang mengenalkan pada Allah dan Rosulnya. Karena simbiosis mutualismenya akan kembali kepada orang tuanya. Hal itulah yang menjadikan "Hanna", yang mendekatkan anaknya Maryam kepada Allah. Mencarikan guru yang benar, di tempatkan di mihrab yang mendekatkan dia kepada Allah. 

Cek lagi pakaiannya, betulkah pakaiannya adalah pakaian yang di kenakan adalah pakaian yang di senangi oleh Nabi. Cek lagi, bagaimana dia berinteraksi dalam kehidupan, benarkah interaksinya di benarkan oleh Nabi. Lihat tutur katanya, perhatikan pandangannya, lihat apa yang di dengar, lihat kakinya berjalan. Jangan-jangan selama ini berharap tinggal bersama Nabi di Surga Firdaus, di dekat Rosulullah SAW. Tetapi, aktivitasnya jauh dari Apa yang di bimbing oleh Rosulullah SAW. 

Kalau Pertanyaanya, bagaimana cara kami ingin memperbaikinya di sisa kehidupan sehingga sesuai dengan ayat yang di maksudkan diatas. maka Teruskan ayatnya, "wa Adzwajahum Ummahatuhu". 

Ibu adalah perempuan, maka Ibu tidak mungkin meniru Abu Bakar atau Umar. Karena mereka lelaki. Ihwal itulah, sehingga ibu atau Perempuan mesti meniru perempuan-perempuan hebat yang paling dekat dengan Rosulullah SAW dan memang bertempat tinggal lansung dengan Nabi di bumi dan juga lekat dengan Nabi di surga kelak. Dari situlah, ibu (Perempuan) bisa mengelurkan kurikulum kehidupan, mendekati Nabi di Surga dengan menurunkan kurikulum orang-orang terdekat Nabi dari kalangan perempuan : "Wa azdwajuhu - istri - Istri terbaik Nabi Muhammad SAW".

"Adzwaj" itu jamak dari kata "zauj" dan di Al Qur'an itu tidak di sebutkan Zaujah untuk menujukkan pasangan, selalu katanya Adalah Zauj. Sejak Hawa as dengan Adam As menggunakan kata Zauj, Q.S 2 ; 35, " wa qulna ya adamusskun anta wa dzaujukal jannah". Zauj itu adalah pasangan yang sempurna atau saling menyempurnakan. 

" Ya Nisaa annabiyi lastunna ka ahadim minan nisa inittaqoytum - wahai Istri-istri Nabi yang sedang Kumpul, kalian itu tidak sama dengan perempuan pada umumnya. Kalian istimewa ". 

Artinya "Nisa" itu adalah perempuan - perempuan yang berkumpul. Kalau perempuan sendirian, bernama mar'ah - Dari Kata Muru'ah - Senang tampil indah dan terhormat, serta Sifat rasa yang dalam. Mar'ah Sama juga dengan Mir'ah - Cermin, cuman berbeda Harokat. Kenapa mar'ah dan mir'ah hurufnya sama dan berbeda harokatnya, untuk menujukkan kedekatan perempuan dengan cermin. Makanya, perempuan suka berkaca - Bercermin.

Nisa itu perempuan - perempuan yang sedang berkumpul. Spiritnya terdapat dalam Q.S. 4 ayat 34, kadang - kadang perempuan pendiam apapun, kalau sudah kumpul dengan teman-temannya, bisa cerita. Bahkan kadang yang di cerita adalah sesuatu yang tidak keluar. Harusnya di simpan, justru dia cerita. Makanya Q.S. Ahzab Ayat 36 diatas turun, untuk mewarning istri - istri Nabi yang sedang berkumpul. Sedang ngobrol. Jangan sampai membicarakan Nabi, jangan sampai berbicara seperti perempuan pada umumnya. 

Menariknya Istri-istri Nabi, kelak akan menjadi Tauladan bagi semua perempuan yang hidup di bumi. Ihwal inilah yang menunjukkan, mengapa Nabi di Izinkan menikah lebih dari 4 istri, karena seluruh istri Nabi, mewakili semua karakter perempuan di bumi : Ada yang mirip Sayyidah Khadijah. Tetapi, nyaris tidak ada lagi kita temukan hari ini. Susah dan berat. Beliau mendapat salam dari Allah dan malaikat, di puji di hadapan semua istri-istri Nabi dan di Ingat-ingat dalam tidurnya. 

Ada yang Gesit, senang Ta'lim seperti Sayidah Aisyah dan di saat yang bersamaan senang berolahraga. Ada yang senang bikin Kue, seperti Saudah binti Sam'ah. Ada yang Fashionable, Tampil indah. Ada juga yang peduli dengan anak dan Lingkungan. Ada yang senang dan perhatian pada pendidikan. Ada juga yang cerewet. Dsb. 

Nanti, Ibu-ibu (Perempuan) pelajari, kira-kira ibu (Perempuan) mirip karakter Istri Nabi Yang mana dan ikuti selama hidup. Tetapi, syaratnya adalah "Inittaqoytunna - Bertaqwa". Pelajaran mengikuti istri-istri nabi adalah memperbaiki niat untuk meningkatkan Taqwa kepada Allah. Karena ada orang yang belajar dari Istri Nabi, tetapi motivasinya Bukan Taqwa, bahkan tidak sedikit yang menjadikan sebagai Icon bisnis. 

Taqwa itu di sebutkan dengan semua Turunan katanya, sebanyak 240 kali dalam Al Qur'an : Ada yang terkait dengan Pengelolaan Nafsu, bagaimana cara mengendalikan Nafsu dengan Taqwa. Uniknya, Nafsu di sebutkan 115 Kali dalam Al Qur'an, Taqwa yang terkait dengan Nafsu pun 115 kali di sebutkan dalam Al Qur'an. Nafsu di bisikkan atau di kendalikan oleh setan, bernama Was - Was : Setan di sebutkan 88 kali dalam Al Qur'an. Taqwa yang membimbing dan mengarahkan Nafsu yang di bisikkan oleh malaikat di sebutkan 88 kali dalam Al Qur'an. 

Ada Taqwa yang terkait dengan ibadah ritual, seperti Sholat, Puasa dan Haji. Ada juga Taqwa yang terkait dengan kehidupan rumah tangga, khususnya peran-peran istri atau ibu. Jika kita niatkan pembelajaran ini untuk meningkatkan taqwa, maka Jaminan Al Qur'an kepada Ibu bukan hanya di akhirat, tapi di dunia. Contoh, turunnya Q.S. At Thalaq : 2 - 3, sebagai ayat Rumah Tangga. 

Biasa kehidupan rumah tangga, ada masalah atau tidak?. Ada persoalan dengan suami dan anak atau tidak?. Harus ada, jika tidak ibu (Perempuan) mesti curiga. Sebab, suami Perempua (Ibu) bukan Malaikat. Karena yang tidak pernah kenal salah, cuman Malaikat, Q.S. 66 ; 6, " la ya'sunallahu ma amarahum fa yaf aluna ma yu'marun - Malaikat adalah mahkluk yang di ciptakan Allah Tanpa kenal salah". Cuman malaikat yang tidak kenal salah dan cuman setan yang tidak pernah kenal benar. Suami ibu, bukan malaikat dan bukan setan. Jadi, kalau ibu (Perempuan) mau menemukan suami yang tidak pernah kenal salah, itu mustahil. Jika mau dapatkan suami yang tak kenal salah, Maka Sekalian saja menikah sama Malaikat Malik atau Izroil. 

Ternyata ada informasi yang sangat menarik di dalam Al qur'an, setiap di temukan masalah, sebetulnya itu cara Allah untuk mendatangkan kebahagian yang lebih besar di balik masalah tersebut dan menyiapkan anggota keluarga untuk menghadapi masalah yang lebih tinggi di kemudian hari atau Allah hendak menghadirkan sakinah di dalam rumah tangga. Sakinah itu adalah Ketenangan setelah hilang persoalan. Misalnya, dahan di pohon akan tenang, setelah angin yang menerpanya itu hilang. Kapal itu akan tenang, kalau ombaknya sudah hilang. 

Makanya begitu ada masalah di dalam Rumah tangga, apapun itu. Kata Allah, coba gambarkan dulu bahwa setelah masalah ini berlalu, ada kebahagian dan kualitas hidup yang akan meningkat lebih baik dari sebelumnya. 

Di dalam Q.S. 3 : 37, "fataqaballaha robbuha bi qobulin hasaniu wa ambataha nabatan hasanau wa kaffalaha zakaria, Kullama dhalaha alayha zakaria mihrobal wa jada indaha rizqo qolaya maryamu laqi hadza qolats wa min indillah, innallaha yarzuqu mayyasya'u bi ghoiri hizab - Allah menerima semua ihktiar Hanna dan Imron dalam merawat Maryam. Allah memperhatikan dan merawat pertumbuhan maryam, sampai kemudiam di tugaskan Pamannya - Zakaria untuk menemani merawat dan mengajari maryam. Tetapi, anehnya setiap kali pamanya datang membawa kebutuhannya. Sudah ada tersedia ; makanan, pakaian dan buah-buahan sudah ada. Pamannya bertanya untuk mengkonfirmasi, darimana semua kebutuhan tersebut di dapatkan. Karena sejak awal di lahirkan, sudah di dekatkan kepada Allah, maka Jawaban Maryam adalah "Innallahu yarzuqu mayyasya - Dari Allah". 

Maka, setiap ibu dan istri yang menata keluarga di rumah, menjalankan aktivitas apapun yang di dasari dengan Taqwa. Kata Allah, di jamin lansung, kapanpun ada masalah (bukan menghilangkan masalah) di ringankan oleh Allah dan ketika beratpun, hati kita di limpahkan kelapangan, sehingga yang besar menjadi kecil. 

Siapakah istri-istri Nabi yang di sebutkan dalam Al Qur'an dan menjadi teladan bagi semua perempuan di muka bumi, sekaligus menjadi titian kebahagian di alam dunia maupun di akhirat. 

Ada perbedaan pendapat para ahli sejarah dan Ulama, tentang jumlah istri-istri Nabi. Paling kuat dan Paling populer menyebutkan istri Nabi berjumlah 11 dan pendapat yang kedua mengatakan berjumlah 12. Perbedaan kedua pendapat ini, hanya terdapat di satu orang saja, yaitu Mariah Al Qibtiyah. Apakah Mariyah Al Qibtiyah termasuk istri Nabi atau Hanya Milkul yamin - Selir yang bisa di gauli. 

Dari 11 yang di sepakati, 6 orang istri Nabi dari Suku Quraisy. 4 orang dari suku Arab, tapi bukan Quraisy dan 1 orang dari Non Arab atau jika di tambahkan mariyah maka ada 2 dari non Arab. 

Pertama, Sayyidah Khadijah Binti Khuwailid. Dia adalah salah satu istri Nabi yang Nazab biologisnya tersambung dengan Rosulullah atau Bertemu di Qusay dan Dari suku yang sama Yaitu quraisy. Artinya, St Khodijah Secara Nazab mulia, sukunya Mulia, status sosialnya mulia dan juga karakternya pun mulia. Makanya Sayyidah St Khodijah di tempatkan sebagai istri pertama Rosulullah saw.  

Diantara semua Suku - suku di arab. Suku paling terhormat itu adalah suku Quraisy, karena nazab Mereka terhubung ke Nabi Ismail secara Lansung, suku mereka juga yang di percayai sebagai pemegang kunci Ka'bah dan suku mereka yang paling fasih dalam bahasa arab. 

Bapaknya St Khodijah, Khuwailid adalah salah satu orang yang paling kaya di Jazirah kala itu dan termasuk orang yang paling di hormati, karena sikapnya yang baik dan dermawan. Serta, beliau termasuk orang yang menjaga diri dari Tradisi-tradisi jahiliyah yang menyimpang : setiap ada bayi perempuan yang lahir, Tradisi jahiliyah menganggap Bayi tersebut adalah Aib.  

Khuwailid begitu mengetahui istrinya melahirkan pada tahun 555 atau 68 tahun sebelum Nabi Hijrah Ke Yastrib dan ternyata bayinya adalah perempuan, seketika ia melawan tradisi yang sudah berlansung Mapan kala itu dan menyambut gembira kelahiran bayi perempuannya, serta menunjukkan kesan pada masyarakat arab saat itu bahwa perempuan pun mulia. 

Mengapa demikian? Karena Keluarga Khuwailid menelusuri Jalurnya Sayyidah Hannah, ketika mendapatkan Bayinya lahir adalah perempuan (Maryam). Q.S. 33 ; 36, fa lamma wadhoats ha qolats robbi inni wadho' tu ha untsa, wallahu a'lamu bima wadhoats walaisa dzakarulka untsa wa inni sammaituha maryam, wa inni waidhuka dzuriyya minasyaitonirojim - Hanna dengan Imron mengharapkan bayi yang akan lahir adalah Lelaki. Karena ada berita pada kitab sebelumnya, bahwa di masa itu saat Hannah sedang Mengandung, akan lahir seorang Nabi. Maka semua orang menduga, bayi yang di kandung Hannah adalah Nabi, karena tidak ada perempuan paling sholehah pada masa itu kecuali hannah. 

Sebelum kelahirannya Maryam, bapaknya Imron meninggal. Artinya sayyidah Maryam tidak melihat bapaknya. Saudara Imron, yaitu Zakaria menikah dengan Saudari Hannah, yang bernama Eliasobath - Elisabeth. 

Paling uniknya Sebelum Hannah melahirkan, semua orang rebutan untuk merawat, karena yang mau lahir adalah Nabi. Ternyata Allah berkehendak Lain, Yang Lahir adalah Maryam - Ibunya Nabi Isa. Begitu Hannah melahirkan, ia mengadu kepada Allah, Ya Allah Kenapa perempuan?. Maka turunlah Nubuwah dari Allah dalam Q.S. 33 : 36 dan Di sebarkan di era Nabi Muhammad SAW, untuk menghormati Maryam dan Ibundanya. 

Keluarga Khuwailid termasuk yang secara Konsisten mengikuti ajaran Nabi Isa. Sebab, diantara sepupu Khodijah atau anak pamannya bernama Warokah Bin Naufal. Naufal adalah saudara Khuwailid. Sebagaimana kita ketahui warokah bin naufal adalah termasuk orang yang menjadikan sisa hidupnya, hanya untuk menekuni ajaran Nabi Isa. Makanya beliau tahu, akan datang seorang Nabi di akhir zaman. 

Seperti Hannah, ibundanya maryam di minta oleh untuk memuliakan dan merawat Maryam. Begitu pun Khuwailid mempraktekkan, ketika istrinya melahirkan seorang bayi perempuan yang Bernama Khadijah. 

Di didiklah Khodijah sampai mewarisi sifat-sifat kedua orang tuanya. Satu-satunya perempuan waktu itu yang terjaga dari perilaku - perilaku perempuan jahiliyah. Salah satu contohnya adalah, Perempuan jahiliyah itu sering berdandan untuk menarik perhatian para Pria. Makanya, kalau ada perempuan yang berdandan hanya untuk menarik perhatian lelaki yang bukan mahromnya, maka itu mengikuti kebiasaan Orang Jahiliyah. Diantara mereka ada yang mengenakan gelang di kakinya, agar saat berjalan berbunyi dan terdengar bahwa ada perempuan. Kalau jalan pakaian terbuka. Makanya, kelak Islam datang membawa Prinsip kerudung dan lalu Jilbab. Makanya, kerudung dan Jilbab itu bukan budaya arab. 

Perempuan - perempuan pada umumnya mudah menerima pria. Bahkan, ada empat jenis perkawinan di dalam masyarakat arab. Salah satu jenisnya adalah Polianri -banyak suaminya. Ada kasus, satu perempuan yang di gauli delapan lelaki. Jadi, saat perempuan tersebut melahirkan, di undanglah semua lelaki tersebut dan di lihat bayi tersebut lebih mirip ke lelaki siapa. 

Praktis Semua kegiatan-kegiatan yang di lakukan perempuan jahiliyah, yang sifatnya kurang bagus, tidak di lakukan oleh Khodijah. Justru, Khodijah selalu Penasaran dengan peningkatan spiritual : selalu punya Jadwal Tawaf. Saking Terhormatnya Khodijah, Setiap perempuan - perempuan, tidak ada satu pun yang berani meninggikan suaranya di hadapan khodijah. Semua perempuan, jika sedang kumpul dengan Khodijah, tidak ada yang bersuara - diam.

Khodijah itu hampir menikah dengan Waroqah bin Naufal. Tetapi, Allah memalingkannya Dan menjadikan Waroqah sebagai peyemangat, agar kelak Khadijah siap secara sempurna mendapangi Nabi Muhammad. Jadi, sejak awal Khadijah Hadir, sudah di siapkan untuk mendapatkan Nabi Muhammad. 

Kebiasaan yang lain adalah menelusuri informasi- informasi tentang Nabi, terutama yang datang dari sepepunya, yaitu Waroqah. Jauh sebelum di utusnya Nabi Muhammad sebagai Rosul, khodijah telah mempersiapkan dirinya untuk mengabdi kepasa Calon Nabi tersebut. 

Khodijah menikah dengan lelaki pertama, bernama Abu Halah At Tamimi, seorang pebisnis, Orang kaya dan terhormat. Di karunia dua orang anak, bernama Hindun dan Halah. Kedua-duanya adalah lelaki. Abu Halah meninggal, sementara ia juga adalah seorang pebisnis dan orang kaya. Maka, seluruh hartanya di wariskan ke Khodijah. Sehingga harta khodijah menjadi bertambah lagi. 

Lalu, khodijah menikah lagi dengan lelaki kedua bernama Atiq - seorang pebisnis dan orang kaya juga. Di karunia seorang anak perempuan, bernama Hindun. Atiq meninggal juga, sehingga hartanya di warisi juga kepada Khodijah. 

Kita jangan berpikir bahwa Khodijah menikahi lelaki karena Kekayaannya. Tetapi, Allah yang mendesain semua itu. Sebab, hikmahnya adalah semua harta yang terkumpul dari pernikahan sebelumnya, Allah siapkan untuk mensupport dakwahnya Nabi Muhammad SAW, yang memang membutuhkan dana dan ekonomi yang kuat. 

Modal dari suami pertama, suami kedua dan Harta dirinya sendiri di akumulasikan untuk mengembangkan bisnisnya yang kuat. Maka di temukan di masyarakat Quraisy, tidak ada modal yang lebih besar kecuali semuanya mengambil modal dagangan dari Khodijah. 

Di saat bisnisnya sedang tumbuh pesat, di usia 40 tahun. Ada seorang pemuda yang sedang Viral dan beken, usianya 25 tahun. Semua orang senang pada pemuda tersebut. Informasi yang memberitakan pemuda tersebut, tak ada yang buruk. Semuanya baik : Kalau ada pemuda yang paling Jujur, paling sabar, paling tawadhu, semuanya mengacu kepada Muhammad yang baru berusia 25 tahun. 

Tertariklah Sayyidah Khadijah karena mendengar Informasi tersebut. Di utuslah - Maisyaroh seorang asisten Khodijah untuk menelisik dan mencari Informasi kebenaran pemuda tersebut. Tugasnya khusus untuk mengamati karakternya Muhammad saja. Betulkah, Karakter dan ahklaknya benar seperti yang di sebutkan banyak orang?. 

Khodijah masuk menelisir karakter Nabi Muhammad melalui skema dagang. Di tawarkanlah Modal oleh Khodijah, agar Rosulullah bisa berdagang. Tetapi, tugas Maisyaroh bukan melihat untung dan rugi dari usaha dagang Rosulullah. Ia di utus untuk melihat, setiap kejadian yang berlansung saat dia membawa dagangan Khodijah. 

Setelah semua berlansung, Maisyaroh melapor kepada Sayyidah Khadijah yang sangat antusias. Padahal kita tahu sayyidah Khadijah tidak pernah sekalipun mau menelisik keadaan lelaki manapun di sekitarnya saat itu. Tetapi, begitu Pemuda yang bernama Muhammad itu Booming. Khodijah bahkan memfasilitasi untuk melihat karakter Pemuda tersebut. 

Maisyaroh menceritakan semuanya, Tanpa terkecuali, "aku tak pernah melihat seseorang berdagang, kecuali pemuda tersebut. Tidak pernah dia berdagang kecuali dia jujur dalam semua hal tentang dagangannya. Sehingga pelanggannya senang dan keutungan yang ia dapatkan dua kali lipat dari yang lainnya". 

Bagi Khodijah, bukan keuntungan yang menjadi point utamanya. Tetapi, beliau ingin memastikan bahwa semua informasi yang tersebar tentang pemuda tersebut adalah benar adanya, sebagaimana yang ia pelajari selama ini. Begitu di pastikan benar. Maka, Sayyidah Khodjah mengutus asistennya yang lain, bernama Nafisah. Ada riwayat yang menyebutkan, Nafisah bertemu lansung dengan Rosulullah, ada juga riwayat yang menyebutkan bahwa Nafisah bertenu dengan pamannya Rosulullah, yaitu Abu Thalib dan atau Hamzah. 

Riwayat yang menyebutkan bertemu Rosulullah mengkonfirmasi, Usianya berapa?. Apakah belum terpikir untuk menikah?. Jawab Rosulullah, "Belum. Sebab, saya masih mematangkan diri dulu dan dari kalangan biasa". Kata Nafisah, Bagaimana jika ada seorang perempuan yang tertarik dengan anda, orangnya baik dan mampu menanggung semua kebutuhan yang ada?". Apa jawaban Nabi, "kalau dia bersedia tidak ada masalah". 

Maka di sampaikkanlah bahwa sayyidah Khodijah ingin di persunting oleh pemuda tersebut. 

Tetapi sebelum peristiwa itu. Ada riwayat yang mengatakan, bahwa Abu Jahal berusaha melamar Khodijah. Tetapi, di tolak. Setelah di tolak itulah, Nabi Muhammad di minta oleh Khodijah sendiri untuk melamarnya. 

Hal inilah yang di duga sebagai alasan dendam yang berkepanjangan dari Abu Jahal kepada Nabi Muhammad, setelah sebelumnya Abu Jahal pun kalah dalam bergulat. Sudah kalah kuat - bergulat, cintanya juga kalah. 

Terjadilah pernikahan antara Nabi Muhammad dan Sayyidah Khodijah dengan selisih usia 15 Tahun, Sayyidah Khodijah 40 Tahun dan Nabi Muhammad 25 Tahun. 

Apa Fiqih yang bisa diambil sebagai pelajaran dari Kisah ini, bahwa tidak menjadi soal jika perempuan mencari seorang lelaki yang ideal untuk pasangannya. Perempuan tidak harus menunggu, jika dia sudah siap untuk mendapatkan pendamping hidup di dalam dirinya. Bahkan jangan menyimpan rasa terlalu lama sehingga kelak berpotensi Kecewa di kemudian hari, ketika Lelaki tersebut mendapatkan orang lain. Jika tidak berani, utuslah seseorang untuk menyampaikannya. 

Setelah berumah tangga, dimana mereka tinggal, seperti apa jalan kehidupan rumah tangganya?. Kapan anak pertamanya lahir?. Mengapa semua anak lelakinya meninggal ; Qosim dan Abdullah?. Sementara yang perempuan hidup semua sampai berumah tangga ; Zaenab, Ummu Kaltsum, Ruqayyah, Fatimah?. 

Bahagian yang paling menarik adalah bagaimana Khodijah mengorbankan, Harta, cinta dan nyawanya untuk meningkatkan taqwa kepada Allah dalam mendampingi Suaminya. bahkan kalimatnya begitu melegenda,"sayang Allah tidak akan pernah menelantarkanmu. Sebab, engkau orang baik, engkau menyantuni faqir, engkau menyambungkan silaturahmi, Memuliakan para tamu tamu yang datang. Maka yakinkan di dalam dirimu, aku akan selalu ada bersamamu dalam suka dan duka". 

Ihwal itulah, sehingga Rosulullah kerap bermimpi dan menyebut nama Khodijah dan menceritakan Kemuliaan Khodijah di hadapan para Istri-istrinya, bahwa tidak ada yang akan Pernah sama dengan Khodijah". 

Kesimpulannya, untuk membentuk Pribadi yang serupa dengan Sayyidah Khodjah. Misalnya, ada empat kriteria dalam pernikahan, "Tungkahul mar'atu arbain, lima liha, wa nasabiha, li jamaliha, li diniha - ada empat motif orang dalam menikah, hartanya, Kedudukannya, Cantiknya atau gantengnya dan Ketaatannya pada Allah". Tetapi, kalau kita di mibta memilih, kata Nabi pilihlah yang ke empat, " fad'far bi dzati diniha taribat yada - pilih karena ketaatannya. Sebab, semakin orang sholeh dan semakin dekat dengan Allah dan tidak ada yang terhalang bagi Allah untuk memberikan semua Kriteria tersebut". 

Sayyidah Khadijah memiliki ke empat- empat kriteria tersebut, Harta di cukupkan oleh Allah, Kedudukannya di hormati oleh Allah, cantik dan KeTaatannya tidak di ragukan. 

Jika ada perempuan yang hendak mendekati ke empat kriteria tersebut. Maka Kurikulumnya adalah Pertama, menjaga diri dari setiap tradisi dan atau kebiasaan yang merendahkan kehormatannya di hadapan Allah dan Rosulnya. Misalnya, hal - hal tidak penting tidak perlu di ikuti. kedua, Menyibukkan diri untuk meningkatakan amalan : Amalan spiritual yang mendekatkan diri dengan Allah SWT - Sholat. 

Ketiga, Membiasakan diri dengan mengaji Al Qur'an dan sejarah Para Nabi. Misalnya, ibu punya anak. Maka, kurikulum yang harus di berikan, Baca Q.S. Luqman ; 13 - 19. Nanti Ibu tilawahi ke anaknya saat duduk dengan suami. Karena yang dialog adalah Lelaki (Luqman), "idz qola luqmanu libnihi - Lukman yang menyampaikkan kepada bapaknya". Mengapa tidak di sebutkan ibunya?. Karena ibu telah terbiasa dengan anaknya. Bapaknya lebih banyak di luar. Pelajaran pertamanya tentu mengenalkan bahwa Allah itu Dzat yang menciptakan segala sesuatu - Tauhid. Teknisnya, Ketika bicara, bapaknya mengisahkan ibunya dan Ibunya Mengisahkan ayahnya. Jangan Ibunya menjelaskan diri dan ayahnya pun demikian.  

Keempat, dalam semua posisi berkehidupan, Allah tidak pernah melihat status kita apa. Sayyidah Khadijah ketika menelisik Nabi Muhammad Berstatus Janda. Tetapi, terhormat. hal itulah yang menujukkan bahwa Allah memandang semua manusia sama. Makanya, jangan pernah gelisah pada kalimat-kalimat di tingkatan sosial, yang di lekatkan pada diri kita. Sebab, semua orang tidak akan bisa di tahan untuk tidak membicarakan kita. 


(1).


*Rst

*Pejalan sunyi

*Nalar Pinggiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar