Tetapi, saya belum menepati janji untuk menjemputnya, agar bisa bersua dengan anaknya yang begitu lama yang rindukan.
Allah Maha Lebih Mengetahui apa saja yang kita hanya mengetahuinya sedikit-sedikit, seserpih-seserpih atau sangat sebagian kecil. Dipanggilnya Nenek Hilang oleh Maha Pencipta dan Pemiliknya adalah misteri bagi pengetahuan kita. Adalah “ghaib”. Dan Allah jauh-jauh hari sudah menyiapkan mental dan jiwa kita agar menerimanya dengan iman, tanpa mempertanyakannya secara ilmu dan pengetahuan. Alladzina yu`minuna bilghaibi. Dan kita memperbanyak sujud pasrah kepada-Nya. Kita teguhkan “yuqimunas shalat” dan memperluas kemurahan hati “wa mimma razaqnahum yunfiqun” dengan terus memperjuangan kelahiran baru demi kelahiran baru.
Semua Kita ada dalam kesementaraan, datang tetapi untuk pulang. Selamanya disini hanya berteman rindu, satu-satunya penuntun arah adalah untuk kembali menyatu dengan kekasih Sejati Zat, Yang Maha Hidup.
Yahh, memang Perginya Nenek itu (seumpama) kembang, tumbuh tanpa kata dan bulan bergerak tanpa berisik.
Almarhum itu tidak ada hubungannya dengan kematian. Almarhum itu artinya orang yang di rahmati oleh Allah. Kita semua mudah-mudahan sudah almarhum. Hanya saja dalam kebudayaan, Diksi Almarhum kerap kali di asosiasikan kepada kematian.
Menurut Allah, Tidak ada orang yang mati. Makanya dalam hidup, kita harus selalu punya hubungan batin terhadap sesama. Karena, dia abadi. jika hanya hubungan fisik, hubungan badan, hubungan politik itu hanya sementara.
DalamQur'an Allah berfirman : Jangan sangka bahwa hamba-hambaku yang berjuang di jalanku, itu mereka mati. Melainkan mereka hidup dan mendapatkam rezeki. Jadi, orang yang kita sebut sebagai almarhum ini sedang memasuki rezeki tingkat kedua, melebihi rezeki yang kita dapatkan di dunia. Rezekinya berbeda-beda, dan almarhum sedang menikmati itu. Kalau kita, rezeki kita itu cuman makan, minum, motor, rumah, dsb. Yang ketika di sapu angin akan hilang menurut kesementaraan waktu.
Manusia itu tidak hidup sementara. Manusia itu hidup abadi ; "Kholidina Fii ha abada". Kita terus menerus hidup, hanya saja polanya berbeda. Seumpama Ulat, kepompong, lalu menjadi kupu-kupu. Nah, kita hidup ini, bagaimana caranya menjadi ulat, kepompong dan menjadi kupu-kupu.
Innahu Waa Inna Ilaihu Roji'un..!!
#Rst
#nalarPinggiran


Tidak ada komentar:
Posting Komentar