Mengenai Saya

Rabu, 13 Juli 2022

AKANKAH NASIB RU'YAT DAN HIZAB SERUPA DENGAN GEREJA KATOLIK - SAYA HANYA BERTANYA ; DIALEKTIKA


Hizab dan Ru'yat itu metode, bukan bagian dari paket ibadahnya. Masalahnya apa?. Tidak ada masalahnya. Hanya saja, kita niscaya mendalami betul maksud Hadist yang di jadikan dasar Hukum "inna ummatun ummiyyatun, la naktubu wa la nahsubu. Al-Syahru hakadza wa hakadza wa asyara biyadihi". Barulah kemudian Tsumu li Ru'yati. 

Nah, jika Ru'yat atau Hizab di pahami sebagai ibadah, maka Menjadi Ummi pun adalah Ibadah. Karena hadistnya satu kesatuan. Menjadi Ummi itu Mustahil, sebab di banyak hadist kita di arahkan menjadi Ummat yang pintar dengan menggunakan kemampuan Intelektualitas kita. 

Hal ini bukan juga sebuah sandaran Final untuk menolak Pijakan lainnya, tidaklah demikian cara kita memahaminya. Sebab, hal ini hanya perbedaan cara pandang saja. Maka saya secara pribadi melihat, bahwa yang paling ideal di era Nabi adalah praktek Ru'yat. Tetapi, dalam konteks sekarang, untuk memudahkan, seperti halnya Sholat. Maka, metode Hizab, akurasinya lebih tepat.

"Copernicus" tidak menghiraukan yang menolak gagasan barunya mengenai alam semesta. Yaitu bahwa Matahari adalah pusat alam semesta, sedang Bumi dan planet-planet lain beredar mengelilinginya. Gagasan Copernicus itu kemudian dibuktikan oleh Galileo Galilei.

Tahun 1609 tersiar kabar ada orang Belanda berhasil membuat teropong (teleskop). Pembesarannya baru sekitar dua atau tiga kali. Galileo tertarik dengan perkakas itu dan terus melakukan eksperimen. Pada akhir tahun itu, dia berhasil melakukan pembesaran hingga 20 kali. Dengan teropong itulah dia membuktikan teori geosentris (Bumi adalah pusat alam semesta) dari Aristoteles adalah keliru. Dia menyatakan bahwa Matahari adalah pusat semesta. Bumi, bulan dan planet lain beredar mengelilingi Matahari. Galileo diadili oleh Gereja. Dihukum dengan hukuman tahanan rumah, dilarang menyiarkan pikirannya yang bid'ah dan meninggal sebagai saintis dalam status tahanan rumah.

Menurut Stephen Hawking, Galileo adalah penyumbang terbesar bagi dunia sains modern. Dia menerobos gagasan geosentris (Bumi adalah pusat alam semesta) dari Aristoteles. Konfliknya dengan Gereja Katolik Roma adalah contoh awal konflik antara otoritas agama dengan kebebasan berpikir (terutama dalam sains) pada masyarakat Barat. Itulah pertama kali sekularisme terjadi. Agama dan sains berjalan di relnya masing-masing. Berpisah dan tidak saling berdialog.

Baru pada tahun 1992, setelah 350 tahun Galileo meninggal, Paus Yohanes Paulus II menyatakan secara resmi bahwa keputusan penghukuman Galileo adalah salah, dan dalam pidato 21 Desember 2008 Paus Benediktus XVI menyatakan bahwa Gereja Katolik Roma merehabilitasi nama Galileo sebagai ilmuwan. Begitulah Gereja Katolik setelah abad-abad yang silam - menolak sains. 

Sekitar 1000 tahun setelah masa Aristoteles, atau 1000 tahun sebelum masa Galileo, di Arab Saudi, untuk keperluan menetapkan 1 Ramadan untuk berpuasa, Nabi Muhammad saw. membimbing kaum muslimin dengan sabdanya, "Berpuasalah kamu dengan melihat hilal dan berbukalah kamu dengan melihatnya juga. Tetapi bila ada awan yang menghalangi, maka genapkanlah hitungan dan janganlah menyambut bulan baru," (HR. An-Nasa’i dan Al-Hakim).

Sebagaimana yang saya sampaikkan diatas, bahwa Pada masa Nabi, beliau menggunakan rukyatul hilal, melihat penampakan bulan sabit dilakukan dengan mata telanjang, pada saat matahari terbenam (magrib). Sekarang mata telanjang dibantu dengan alat optik, teleskop dan peralatan yang canggih. misalnya, memperhitungkan sudut azimut dan elongasi benda-benda langit itu. Dikatakan pula bahwa jarak ideal mata telanjang bisa melihat hilal adalah tujuh derajat. Jika kurang dari itu, maka diperlukan alat bantu teleskop. Penggunaan alat ini pun batasnya pada sudut tiga derajat. Kurang dari itu, hilal tidak akan terlihat karena terlalu dekat dengan matahari. Itulah kelemahan Ru'yat.

Metode Hisab yang memakai ilmu matematis dan astronomis, tidak terganggu dengan kelemahan metode Ru'yat. Hisab lebih akurat, pasti, dan canggih untuk menetapkan penampakan hilal. Sesuai dengan sifat sains, yakni semakin akurat, pasti, dan canggih, saya yakin metode Ru'yat tidak akan pernah mengungguli metode Hisab. Ru'yat hanya bertahan karena rasa plong saja beragama kalau melihat dengan mata kepala, meskipun akan berakibat melahirkan lebaran kembar, seperti sekarang. Sehingga ada kelakar bahwa "kini waktu sungguh sangat cepat, kemarin kita lebaran, hari ini kita lebaran lagi".

Setelah berlalu 1400 tahun Ru'yat dengan mata telanjang berlalu, dan melewati abad-abad Ru'yat dibantu oleh sains seperti teleskop dan lain-lain, kenapa tidak sepenuhnya bergeser kepada sains untuk dipakai di dalam memudahkan agama dan ibadahnya dilakukan. Gereja Katolik butuh waktu 350 tahun untuk mengakui kekeliruannya terhadap Galileo sebagai wakil sains. Apakah Ru'yat masih butuh zaman yang lebih panjang lagi untuk tetap tertinggal oleh Hisab, karena enggan menerima kebenaran sains guna membantu agama? Saya hanya bertanya!

Makanya saya secara Pribadi, melaksanakan Idul Adha Tadi pagi 10 Dzulhijjah, besoknya Baru saya Lebaran. Sedangkan Ayah, ibu dan beberapa Adik-adik, insya Allah melaksanakan idul adha dan Lebaran Besok, yang juga sama-sama tanggal 10 Dzulhijjah. 

Artinya, indonesia mengalami dua kali 10 Dzulhijjah. Tidak jadi soal, Sebab Yang Esensial adalah Idul Adha. Sedangkan Lebaran boleh Kapan saja, bahkan boleh tidak berlebaran sama sekali. Sebab, Yang telah di tentukan waktunya adalah BerIdul Adha, yaitu 10 Dzulhijjah. Sama dengan Tidak semua Yang Berlebaran itu pasti berIdul Adha. Tetapi, yang Beridul Adha boleh berlebaran dan boleh tidak berlebaran. Seperti saya Hari Ini Idul Adha, besoknya Baru Makan Daging 😄.

Terakhir, Berhentilah menggiring opini publik bahwa Yang BerIdul adha tadi adalah Kelompok yang anti pemerintah - Tidak Taat Pada Amir - Pemimpin. Menurut saya, Ini narasi yang berbahaya sekali. Toh, penetapan 10 Dzulhijjah tadi pun berpijak pada dasar hukum yang sangat Santifik, kuat, tepat dan akurat. 

- Mohon Maaf Lahir dan Batin Ya Guys 😉🤭-

#Rst
#NalarPinggiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar