Mengenai Saya

Rabu, 31 Maret 2021

KAMI TAK PERNAH MENJELMA MINYAK, SEKALIPUN ENGKAU DATANG DENGAN API ; ANTARA MENYANYANGIMU ATAU MELAWAN ISLAMOPHOBIA




Ciptaan Allah Yang paling awal adalah Nur Muhammad (cahaya yang terpuji). Ihwal ciptaan itulah, membuat Allah berminat menciptakan jagat raya. salah satu episode tugasnya adalah berlaku menjadi Muhammad bin Abdullah. Bertugas Di Mekkah selama 63 tahun, berpangkat Nabi dan menjabat sebagai Rosul terakhir; salah satu “profesi” utamanya adalah dihina, dicaci,  dijustifikasi, disudutkan dan dituduh. 

Tidak ada perdebatan, mengapa hanya Usia Biologisnya, hanya 63 tahun saja. sementara pendahulunya. misalnya, Adam atau Nuh, ditugasi menjadi pelakon utama, antara 900 sd 1300 tahun. Barangkali Allah mengambil keputusan tersebut : Hai, Muhammad,  engkau sebentar saja. tetapi, saya berikan buku panduan lengkap, Al-Qur’an. tinggal disampaikan, terserah manusia mau memakainya atau tidak. Sebab, Para pendahulu dikasih ratusan tahun. tapi ternyata, tidak cukup untuk meneliti dan menemukan jati diri. Maka, engkau yang Terakhir sekaligus yang awal, 63 tahun saja, dengan “buku manual” yang terjaga kemurniannya secara absolut. “Inna nahnu nazzalnadz-dzikro wa inna lahu lahafidhun”, Allah kasih buku bimbingan, dan Ia berjanji menjaganya.

63 tahun dengan pencapaian sejarah yang membuat Michael Hart,  dkk, meletakkannya sebagai tokoh nomor satu yang paling mempengaruhi sejarah Dunia, terlalu revolusioner dan ekstra-fenomenal, sehingga sangat potensial untuk melahirkan rasa cemburu dan kedengkian diseluruh muka bumi. Mungkin karena itulah, sehingga “software” manusia yang Bernama Ahmad dengan Gelar "Min" juga niscaya disiapkan oleh Allah untuk memiliki ekstra-resistensi terhadap berbagai jenis pelecehan yang amat merendahkannya.

Sejak Muhammad mensosialisasikan "Tauhid" dikomunitas sekitar Ka’bah-Mekkah. siang malam ia diejek, dihalangi, dirancang untuk dibunuh, atau dilempari batu seperti ketika ia berimigrasi ke Ethiopia. Tidak hanya teologinya yang ditolak dan dianggap anarkis. "Hak paten" Muhammad atas sumber air Zamzam pun, karena ia adalah cucu penemunya, yakni Kakeknya Abdul Muthalib: merupakan ancaman terhadap dominasi konglomerat Abu Jahal atas perekonomian Mekkah. Selama ini kita terlalu berpikir polos, menyangka bahwa yang diberangus dari Muhammad hanya "tauhid", bahwa yang dihancurkan hanya Islam saja. padahal faktor air zamzam dan tambang minyak, sebenarnya mungkin lebih primer.

Melihat wataknya, soal Agama tak penting-penting sekali bagi Abu Jahal. Tapi, para anak buahnya terperdaya ; mereka pikir "Muhammad" dan "Islam" nya yang menjadi sasaran utama. Sehingga fokus mereka adalah memukuli Muhammad, membuat karikatur untuk memperolok-olokkannya, membikin film yang memperhinakannya, bikin macam-macam games diinternet untuk menyebarkan virus kebencian kepada Muhammad.

Belakangan ini, entah kapan bermulanya,  setiap teror bom dan ledakan Bom Bunuh Diri. Maka, interpretasi orang cepat-cepat mengalamatkan Pada "ISLAM". Bahkan negara dan media-media asuhannya, tanpa Filter mensubsidi informasi, dikunyah oleh rakyat gagal paham. Akibatnya, Islam menjadi tertuduh. Selalu begitu alurnya. Entah,  Islam model seperti apa yang dipahami, sehingga melekatkan dengan pembantaian. 

Ada perasaan bersedih sebenarnya, sambil bertanya membatin ; "Kira-kira kalau Rasulullah SAW melihat tayangan, informasi dan justifikasi ini, akan naik pitam kah atau tersenyum kah, Beliau ?"

"Apakah yang kira-kira diucapkan oleh beliau?" Ataukah, Justru beliau menDoakannya, sebagaimana Waktu DiThoif : "Ya Allah ampunilah mereka, karena mereka tidak mengerti apa yang mereka lakukan". Batin saya merenung lebih lanjut, kita akan ikut tersenyum dan berdoa seperti itu, ataukah mengamuk, membikin Counter informasi, atau bagaimana?".

Mengamukpun bisa dipahami, tersenyum juga oke. Mengcounter informasi juga wajar, diam dalam kesabaran juga tidak aneh. Yang mungkin perlu kita disepakati adalah jangan melakukan apapun yang memang dikehendaki oleh mereka yang memasang ranjau melalui penghinaan, justifikasi dan tuduhan-tuduhan ini.

Para penghina Nabi Muhammad SAW itu berjasa besar kepada Ummat Islam, karena tidak perlu repot-repot menciptakan momentum, konteks dan nuansa kekhusyukan agar kita semua lebih rajin menyatakan cinta dan kesetiaan kita kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW.

Bentuk pernyataan cinta itu bisa batiniah saja, bisa dengan pekikan-pekikan dalam demo, bisa counter-informasi, atau apapun. Yang penting tidak perlu "GR" seolah-olah Nabi Muhammad SAW butuh pembelaan kita, karena beliau kita anggap lemah dan kita yang kuat. Jadi, pembelaan kita atas Nabi Muhammad SAW Sasaran utamanya adalah integritas kita sendiri di hadapan beliau dan Allah. Apalagi semarah-marah kita terhadap penghinaan itu, masih jauh lebih murka Allah, sebab cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW tidak ada sebutir debu dibanding cinta Allah kepada kekasih-Nya itu.

Kaum Muslimin juga diam-diam berterima kasih kepada para penghina Nabi Muhammad SAW, karena kekejaman mereka adalah peluang sangat indah untuk memaafkan mereka, sehingga derajat kita meningkat di mata Allah. Penghinaan adalah rejeki kemuliaan bagi yang dihina. Ayo, hinalah daku, kau kusayang.

Sebab,  bagaimana mungkin agama yang menjadi alat pemersatu antara Kau Auz dan Khazraj di madinah, menjadi Tertuduh?. Padahal kaum Auz dan Khazraj saling bermusuhan berabad-abad. Bagaimana mungkin ajaran yang mempersatukan kaum anshor dan Muhajirin,  kerap dilabeli kejam?. Padahal,  belum ada sejarahnya hingga datang Manusia Agung bernama Rosulullah Muhammad SAW.

Piagam Madinah adalah Legal stunding, regulasi formal yang lahir dari tangan Rosulullah, agar saling melindungi sesama ummat manusia. Bukan hanya ummat beragama.

Itulah sebabnya, pastikan setiap pembunuhan dan percobaan pembunuhan. Bukan ORANG BERAGAMA, APALAGI BAHAGIAN DARI AJARAN AGAMA. 


**

Entah mengapa, saat bom terjadi : Argumentasi yang kerap berkelindan, bahkan telah membentuk streotipe di hampir semua lapisan masyarakat,  bahwa Bom bunuh diri adalah Terorisme. Terorisme adalah radikalisme. Radikalisme adalah Paham, ujungnya adalah agama?. Entah,  sejak kapan Terma Radikalisme di paksa lekatkan pada paham, agama tertentu.

Padahal, Radikalisme adalah infiltrasi semiotik, dari politik konspirasi untuk memberangus revivalisme Islam.

Tentu, kita terluka atas peristiwa Bom bunuh diri,  di Bumi "TAU" (MANUSIA) - Makassar. Entah, kenapa harus gereja, yang menjadi sasarannya?. hampir semua motif pengeboman di Indonesia, selalu berafiliasi dengan geraja. Sehingga menjadi wajar, bila Sudut pandang pengetahuan masyarakat kita, bahwa Ini rantai radikalisme agama.

Padahal, sosiologi di ciptakan sebagai bidang Ilmu, untuk menyelesaikan konflik dan keragaaman Dan kita sudah selesai dengan ihwal-ihwal demikian. Meminjam tutur Gus Mus, bahwa "agama adalah kereta kencana yang di sediakan Tuhan untuk kita berangkat menuju hadiratnya. Jangan terpukau pada keindahannya saja, apalagi sama saudara sendiri bertikai,  karena berebut tempat paling depan. Kereta kencana cukup luas untuk semua hamba yang Rindu Tuhan. Berangkatlah,  sejak lama Ia menunggu".

Sependek pengetahuanku, puzle-puzle peristiwa ini, bukanlah radikalisme paham agama tertentu. Ia hanya di paksa lekatkan saja. Ada motif besar yang merayap di belakang semua ini. Jadi, tolong. Berhentilah sejenak menggiring opini publik untuk memaksa lekatkan peristiwa bom bunuh diri dengan radikalisme agama tertentu. Sebab, semakin sering kita ucapkan, maka kita telah menciptakan kejahatan baru. Kejahatan semiotik namanya. Ujung dari kejahatan yang di maksud adalah kegagalan nalar menghormati perbedaan.

Mestinya hal ini menjadi, bahan permenungan, bahwa dalam satu atau dua tahun ini ‘teror orang gila,” mengisi relung-relung kehidupan kita. Hingga kini, belum satupun riset, yang mengungkap, kenapa orang gila begitu gregetnya pada masjid, ustad, kyai atau ulama. Korbannya tidak sedikit. 

Sebaliknya, pelaku yang sama (Orgil) dengan tindakan serupa tidak terjadi pada rumah ibadah dan tokoh agama lain. Alangkah terfokusnya peristiwa demi peristiwa tersebut. Ini juga yang membuat kita heran, sedikit tercengang.

Di WAG dan jejaringa medsos lainnya beredar video onggokan daging yang tercecer di tanah, bergumul debu, bagikan daging yang disuwir-suwir. Tergeletak tak karuan. Katanya itu jasad pelaku bom bunuh diri depan gereja Katedral Makassar. Bahkan Foto pelakunya, sebelum meledakkan dirinya telah beredar.

Inisial dan jaringan pelaku secepat kilat terdeteksi aparat. Bukan main cepatnya. Namun terbersitlah pertanyaan, kenapa peristiwa itu tidak terdeteksi dini oleh BIN?, Dengan infrastruktur yang mumpuni, BIN semestinya bekerja lebih cepat, mendeteksi dini peristiwa dimaksud. Apa kerja BIN?

Apapun itu, perilaku bom bunuh diri depan gereja katedral Makasar adalah nista. Siapapun pelakunya dan apapun motifnya. Perkara pelakunya kelompok mana dan apa motif, tentu itu urusan aparat. Merekalah yang punya infrastruktur untuk mendeteksi. Yang jelas, kedengarannya, pelaku bukan ORANG GILA !

tulisan ini tak menuding siapapun. Sebatas sebuah observasi dan konstruksi pengetahuan. Bahwa setiap peristiwa sosial, tentu memiliki unsur-unsur knowledge yang sekiranya penting di transfer ke publik. Yang jelas, tidak mudah mengungkap jejaring teror ini. Bisa dilakukan siapa saja. Siapapun bisa menjadi aktor dan mastermind.

Ketika ada isu besar yang menyangkut hajat hidup orang banyak. maka, dagangan isu primordial mulai di frame. Seumpama Terma politik balanda "Devide at impera". Hal ini sejalan dengan Gagasan Michael faucoult bahwa "kekuasaan mengontrol pengetahuan warga negara melalui subsidi informasi kepada setiap warga negara untuk melanggengkan kekuasaan oligarki".


**


Hinaan di balas hinaan, Cacian di balas cacian. Apakah menghina dan mencaci adalah nilai yang terintegrasi dalam Islam?. Ini pertanyaan serius dan saya tidak sedang menguji. Sebab, Sependek pengetahuanku ; Islam, sebagai sebuah sistem Nilai hidup dan cara pandang, serta ajaran. Hanya akan di temukan saripatinya. jika kita membongkar, mengurai Tokoh utamanya dan menemukan bahwa Pribadi seorang Rosulullah SAW, merupakan lakon Paradigmatik dalam segala hal. Ia meneguhkan konsistensi Ide dan realitas dalam hidup untuk kehidupan yang lebih baik. Itulah sebabnya, Rosulullah adalah pribadi, yang satunya kata dan perbuatan. Tidak dualitas atau mendua. Apa yang dia ucapkan, itu yang dilakukan.

Muncul pertanyaan, Rosulullah adalah seorang Nabi, manusia pilihan sehingga Niscaya paripurna Akhlaknya. Sehingga tidak ada dualitas dalam perilaku hidupnya, apa yang Ia Ucapkan, itu juga yang dilakukannya?.

Dengan dalil seperti itu, apakah ummatnya boleh mencaci maki, asal Sholat sampai Nangis-nangis. Boleh korupsi asal sedekah. Boleh berzina asal berderma. Pertanyaan yang demikian, merupakan Bias pengetahuan yang lahir dari ketidak-utuhan membaca Rosulullah sebagai Guindance. Padahal kita sendiri sadar, bahwa Output dari pengakuan atas KeRosulan Muhammad SAW dalam Syahadat, bukan hanya sebatas pengakuan. begitu kita mempersaksikan KeRosulan Muhammad. maka, setiap hal yang bersumber darinya ; entah itu akhlaqnya atau ibadahnya adalah keniscayaan untuk di teladani. Karena menurut saya, menjalankan sunnah juga bagian dari kewajiban. 

Di titik itu, Tidak ada pengecualian ; Mau dia Ningrat, Kiai, Ulama, Ustadz, pemulung, pendosa, bahkan Habaib sekalipun. Apalagi, jika dia adalah seorang Ulama, konsekuensinya lebih berat. Sebab, Rosulullah SAW sudah menekankan sedari awal, bahwa mereka (ulama) adalah pewarisku. Makanya, defenisi Ulama menurutku tidak mudah, harus terverifikasi secara utuh dan menyeluruh. Ia harus bisa, menjadi menara api untuk menerangi kegelapan ummat dan menjdi menara air untuk menghapus dahaga ummat. (Nanti saya tulis Khusus Soal ini).

Kita kembali ke soal pertanyaannya, Rosulullah SAW Kan Nabi, manusia Pilihan?. Siapa yang menyangkal hal itu, tetapi ingat juga bahwa Rosulullah SAW adalah Uswah - Tauladan - Contoh. Sebagaimana firman Allah SWT, " Laqod kana lakum fi rosulillahi uswatun hasanah -Rosulullah SAW merupakan Uswah (Tauladan)". begitu Al Qur'an menyebutkan, Bahwa Rosulullah SAW adalah Suri Tauladan. Maka, segala apapun yang bersumber darinya adalah standar hidup yang niscaya di ikuti. 

Saya belum temukan satu ayat pun, yang menyebutkan, ketika Rosulullah SAW diutus sebagai tauladan. di sisi lain juga ada pengecualian untuk mengikutinya dalam hal-hal tertentu dan ada hal-hal yang Hanya Rosulullah SAW saja Boleh melakukannya. Sedangkan pengikutnya, bagaimanapun teguhnya mereka melakukannya, tidak akan mungkin sama.

Sebagaimana yang saya kemukan diatas Tidaklah demikian cara membacanya. Perintah meneladani Rosulullah SAW, bukanlah perintah untuk menyamakan setiap hal yang Beliau Lakukan. Perintah meneladani, yang Oleh Allah berikan kepada kita adalah peta Hidup, jaring pengaman, dan sistem filter. bahwa apapun yang hendak kita lakukan, perbuat dan katakan. Maka, Al-Qur'an dan Rosulullah SAW adalah sumber primernya, Standarnya, rujukannya, protype dan Guindancenya. Jangan keluar dari itu, karena akan berimplikasi pada pengakuan atas KeRosulan Muhammad SAW.

Jika pertanyaan itu di arahkan dalam rangka, menyamakan skala dan intensitasnya ibadah dan ahklaq Rosulullah SAW sebagai seorang Nabi. Jelas tidak bisa, karena mustahil seorang Uswah, terdapat cacat cela. Ia harus Paripurna, makanya Ia di jadikan Prototype manusia.

Selain itu, Saya menduga pertanyaan itu adalah pledoi, untuk sengaja membenarkan sesuatu yang jelas di larang oleh Rosulullah SAW. sebab, Kita telah mahfum, bahwa Skala dan intensitas apapun yang di lakukan Oleh Rosulullah SAW, tidak akan bisa disamai oleh Ummatnya, itu dalam hal apapun. sudah pasti Nomor Wahid, beliau. Hanya saja, saya hendak meng-underline satu hal, yang tengah riuh dan merebak, sampai lintas dunia : nyata dan maya. apakah menghina dan mencaci itu adalah ajaran dari akhlaq Rosulullah SAW?. 

Menghina apapun jenis dan bentuknya dan siapapun orangnya, merupakan perbuatan yang di cela Allah dan dilarang oleh Rosulullah SAW. Allah Bahkan mewarning Istri-Istri Rosulullah SAW dalam Qur'an Al-Ahzab ; 30-31, Istri-istri Nabi, jika berbuat baik, pahalanya berlipat. Ketika berbuat dosa, dosanyapun berlipat. Berkenaan dengan itu juga, Rosulullah pun mengandaikkan sikap cintanya pada keadilan, sekalipun itu anaknya ; "Jika Fatimah, anakku mencuri, maka, aku yang akan memotong tangannya". (Hadist).

Dari dua dasar diatas jelas, silahkan di uraikkan lagi. Apakah itu sikap kecintaan atau sikap kebencian?. 

Ihwal itulah, Penting kiranya kita renungkan wasiat para walisongo dalam berdakwah atau menyampaikkan khazanah kepada ummat, "pancing ikannya jangan sampai keruh airnya". Jika sebaliknya yang terjadi, saya sudah tidak bisa membayangkan, betapa krisis metedologisnya kita dalam menyampaikkan kebaikan. Begitulah adab yang seharusnya, mereka para guru-guru, dan pemuka agama terapkan Dan kita juga harus ingat, bahwa ustadz, kyai, ulama, tokoh agama. Semua itu hanya supir, jika sampai terlena sedikit memegang kemudi. maka, kebinasaan penumpang tidak mungkin terelakkan.

Berkenaan dengan itu, saya teringat dengan untaian kalimat Indah dari, Al Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman Al Jufri yang bertutur, " Ketika aku mendengar orang bicara atas nama Islam dengan bahasa yang kasar dan caci maki, aku bersyukur kepada Allah tidak memahami Islam lewat lisan mereka". Sebagaimana Diwannya Imam Asy-Syafi'i, "orang pandir mencercaku, aku tak ingin menjawabnya. Dia bertambah pandir, aku bertambah lembut, seperti kayu wangi yang di bakar, malah bertambah wangi". 


***

Muslim itu seperti Matahari, jika ia terbenam disuatu tempat. Maka, dia akan terbit ditempat lain - Mohammad Iqbal-

Para buzzer itu,  dioperasikan oleh tangan gelap, membawa narasi Islamphobia ke etalase negara kita. Seolah mendesak agar negara mengakui isu-isu, yang secara jelas merugikan ummat Islam, bahkan ingin mengajari lagi ajaran yang begitu damai sebagaimana adanya. Ini proyek internasional yang dilakukan secara terstruktur. Sayangnya, masih banyak yang belum percaya. 

Teori propaganda yang di populerkan Paul Joseph Goebbels di Era Nazi, yaitu "Kebohongan yang terus menerus di kabar beritakan akan menjadi sebuah kebenaran". Tehknik inilah yang di gunakan hari ini, Islam terus menerus di fitnah telah melahirkan Teroris. Parahnya, banyak yang percaya, bahkan ummat Islam sendiri. apa yang terjadi Di India adalah contoh kecil dari sekian kasus yang menyandera Islam.

Dulu, media yang di gunakan Goebbels dalam melancarkan propagandanya, hanya lewat radio dan pertunjukan. Sekarang, hampir semua sarana media telah di gunakan. Tidak ada lagi ruang yang tersisa, yang tidak terjangkau. Ihwal itulah, menjadi wajar, jika tidak sedikit yang tidak percaya. 

Coba kita bayangkan, Buzer - sampah ini mengendalikan public discourse di sosmed. Perbincangan publik justru menjadi kumuh dan liar. Mereka seperti underground influencer, Merusak dan mengeroposi bangunan civil society.

Pos-pos checks and balance yang gagal dilakukan oleh institusi resmi negara, mahasiswa, media masa dan civil society lainnya, membuat peran sampah-sampah ini kian tak tertahan dengan aneka cuitan-cuitan yang disokong akun-akun fake.

Saya meyakini, jangan-jangan, ada gurita besar di belakangnya?. Mereka bekerja kolaboratif, terkendali dengan biaya besar. Mereka membikin perbincangan publik menjadi kumuh dan liar. 

Padahal, menurut penelitian Yang Berbasis Ilmiah yang pernah saya baca, di Prancis menemukan bahwa sejak Kuran waktu 1979 - 2019, Korban Aksi terorisme 91,2 % adalah Ummat Islam. 81, 1 % aksi terorisme di lakukan di negara Mayoritas Muslim.

Jika pelaku Teror adalah muslim, maka media terus menerus Memblow Up berita tersebut. tetapi, jika pelakunya Non Muslim, maka media akan bosan dan mencari berita lain. Inilah fakta yang banyak di kritik, termasuk di Amerika serikat itu sendiri dan hal ini juga menjadi Fakta di Media Kita. 

Negara ini memang kapasitasnya rendah. tetapi, saban hari, me-make up dirinya seolah-olah sukses. Salah satu gagalnya negara adalah gagal menghadapi narasi yang memberangus Revivalisme Islam dan kekerabatan ummat berbangsa. Saya tidak mengerti, siapa juru bicara negara saat ini. Ada begitu banyak kebingungan yang ada dan mereka tidak mengerti dari kemerdekaan rakyat itu Dan mereka tidak punya juru bicara.

Di Amerika sana, mereka punya press secretary, yang melayani media 24 jam. Bicara setiap hari. Ada issu yang berkembang, dia jawab, Dia tenangkan rakyatnya. Kalau ada hoax yang berkembang ditengah masyarakat, dia jawab saat itu juga. Sehingga, Hoax itu tidak harus dihukum.

Sekarang, orang cuman bilang idiot, masuk bui. Ditambah lagi, kita akan dihadang dengan kriminalisasi dan terorisme. Sehingga, kemerdekaan berpikir ini, akan dihambat. Tidak boleh bicara ini, tidak boleh bicara itu. 

Naas betul ummat islam ini, Jika kita tenang membaca semua ini. Ummat islam memang dirugikan dari semua sisi. Misalnya, Ketika Gereja Ortodoks di rusia mengatakan, pembunuhan sipil oleh Tentara di Rusia adalah "Perang suci", tidak ada yang mengatakan Gereja Ortodoks di rusia melahirkan teroris, sebagaimana yang terus di tuduhkan kepada Islam. Atau Ketika Perilaku 19 teroris yang membajak pesawat dan menghancurkan gedung putih di Amerika sana, harus ditanggung 1,6 milyar Muslim hingga hari ini. Amerika yang menghancurkan satu negara, bahkan seisinya, tidak pernah disebut Teroris. Padahal saat itu Josh Bush berpidato bahwa pertempuran ini adalah "Perang salib" yang harus dimenangkan. Siapa yang Peduli terhadap Agama Josh Bush Laknatullah Itu? 

Saat para Biksu Di Myanmar mengajak masyarakat membantai ummat muslim,  sebahagian terusir hingga kini. Tidak ada yang mengatakan agama Budha melahirkan para teroris dan ajarannya harus dikoreksi. Kenapa Hanya Islam?. 


KENAPA HANYA ISLAM? 

Hingga kini, Palestina DiHujani Bom, kapanpun Israel Mau. Anak-anak, perempuan hingga orang-orang Uzur ditangkap, bahkan dibunuh sesuai dengan selera Israel. Media internasional dan nasional tidak heboh memberitakan bahwa ada teroris beragama Yahudi. Kenapa sikap Dunia berbeda ketika berhadapan dengan Islam?. 

Jika kita mengurai semua ketidakadilan, terhadap Islam, khususnya Media yang secara telanjang mengabarkan hal itu. Yah, Dunia memang hanya menghargai mereka yang kuat Dan kita Ummat Islam, sebagaimana Sabda Rosulullah, Seperti Buih Diatas Lautan? 

Cara mereka menghancurkan kekerabatan beragama kita, seumpama "Genghis khan", kaisar mongolia. Yang dulunya disegani oleh bangsa-bangsa lainnya, karena sangat agresif itu. Suatu saat Genghis khan bersama pasukannya begitu sulit menaklukkan kota Bukhara. Akhirnya Genghis Menulis surat kepada penduduk Bukhara. Genghis dalam suratnya tersebut menuturkan ; "siapa diantara kalian yang membelot bersama barisan kami, maka akan aman" . 

Sebagaimana mental penjajah pada umumnya, setelah membaca surat tersebut, penduduk bukhara terbelah kedalam dua kelompok. Pertama membelot, kedua menolak. Kemudian Genghis khan mengatakan kepada mereka yang membelot ; siapa dari kalian yang bersedia berperang merebut kota Bukhara bersama kami. Maka, akan kami angkat sebagai pemimpin. 

Setelah bukhara jatuh ke tangan Genghis khan, akibat retaknya soliditas penduduknya. Genghis khan kembali berguman kepada pasukannya ; "jika mereka (rakyat yang membelot) bisa dipercaya, maka mereka tidak akan mengkhianati saudara sebangsanya, demi kita orang asing ini. Bunuh dan kubur mereka, yang setia juga yang berkhianat"!. Pengkhianatan tidak datang dari musuh. Itulah sebabnya, jangan pernah takut mendengar suara tembakan. Karena, suara tembakan yang mebunuh biasanya tidak terdengar. 

Misal, Ketika bangsa Cina sedang tenang, mereka membangun tembok cina yang sangat besar. Mereka berkeyakinan bahwa tidak ada yang sanggup menerobosnya karena sangat tinggi sekali. Setelah 100 tahun tembok itu usai dibangun, Cina terlibat 3 kali peperangan besar. setiap kali peperangan berkecamuk, pasukan musuh tidak menghancurkan atau memanjat tembok tersebut, melainkan menyogok penjaga gerbang tembok.

Cina di zaman itu terlalu sibuk membangun tembok (Infrastruktur). tapi abai pada menciptakan Sumber daya manusia. Membangun manusia seharusnya dilakukan sebelum membangun apapun.


**


Kembali ke topik, kita punya catatan soliditas yang kuat. Misalnya, saat Sultan Sulaiman Al-Qonuni menjadi Raja Di Ottoman. saat spanyol hendak menyerbu Belanda. Raja belanda meminta bantuan kepada sultan Sulaiman Al-Qonuni. Sultan mengirim 40 seragam Pasukan Ottoman, agar dipakai Pasukan belanda. Melihat pasukan Ottoman berdiri dibarisan Belanda, 30 tahun spanyol tidak berani menyerang, - ahmet akunduz. 

Itulah salah satu nikmatnya bersatu. Sebab, dunia hanya menghargai mereka yang kuat. 

Terbelahnya Ummat islam Di Bangsa ini secara Khusus dan secara Umum Ummat islam di dunia, pasca Bom meledak seumpama Ruang-ruang Konflik Sunni - Syiah, kerap kali dimanfaatkan banyak pihak untuk menghantam kekerabatan dunia Islam. Coba perhatikan dengan tenang, apa yang terjadi didunia Islam saat ini. Disamping faktor-faktor Eksternal, ada masalah internal yang besar dan faktor internal tersebutlah peluang eksternal masuk mengobrak abrik kekerabatan ummat, yaitu tidak mau menerima pendapat, masukan dan kebenaran dari orang diluar Mazhabnya. Padahal, itu adalah perilaku Jahiliyah yang di perangi Rosulullah SAW, saat pertama kali diutus.

Mestinya ulama-ulama ahlu sunnah berikan alternatif, sebab kita punya opsi, seperti yang dilalui Ulama-Ulama Asyariyah. Alternatif-alternatif seperti inilah yang mestinya ditempuh agar menjadi jalan atas solusi dunia Islam, yang seolah terbelah menjadi Dua bagian besar. Apalagi setelah peristiwa Bom Bunuh diri, kerap dialamatkan pada islam. 

Jika dunia Islam tidak mengambil jalan alternatif lain atau mendayung diantara dua Kutub besar diatas. Maka, solusinya ada pada keterbukaan. sebagaimana Islam Inklusifnya Cak Nur, Cak Nun, GusDur, dll. Jadi, jika kita perhatikan sejarah Islam dengan runut. maka, kita akan menemukan bahwa pemikiran terbukalah yang justru membawa peradaban islam itu berada pada era kegemilangan, sedangkan, pemikiran tertutup dan Jumud, alias Penganut Status Quo, ada pada era Kemunduran dan perang.

Kalau kita baca sejarah, secara garis besar, kemajuan dimanapun disebabkan oleh Pertemuan beberapa ide dari beragam konsep yang berbeda-beda. Itu motivasinya, agar kita bangkit.

Dalam Kekhilafaan Islam, keterbukaan ini pernah diterapkan dengan Baik. Misal, An-Nasir, Khalifah Dinasti Abbasiyah, dikenal sebagai penganut syiah, walau Abbasiyah adalah kekhilafaan Sunni. Beliau punya hubungan Kuat dengan Kalangan Sunni saat Itu. Hal ini Hampir, tidak kita dapati pada dunia-dunia Islam hari ini. yang ada, Justru saling mengkafirkan, menuding, dan membunuh satu sama lain Dan tanpa Kita tidak sadari, bahwa hal ini membuat peradaban kita semakin tertinggal ribuan kilo mil langkah. Serta menjadi peluang untuk dimanfaatkan oleh faktor ekternal yang menghancurkan soliditas ummat. 

Salah satu prinsip ahlu Sunnah adalah Persatuan. maka, konflik-konflik yang kerap menuding atas nama Agama Ini akan sangat Mudah selesai. Cuman masalahnya, percaturan ini sengaja dirawat, sehingga ummat Islam sibuk mengurusi perbedaan. padahal, dengan Persatuan kita akan Kuat.

Salah satu dendam kesumat atas nama trah genitik dan mazhab, ketika Ash-shaffah berkuasa menjadi Khalifah pertama era dinasti abbasiyah, semua kuburan para petinggi Bani Umayyah menjadi sasaran kemarahan. Kuburan yang tidak bersalah, di gali dari kuburan ke kuburan yang lain, meski hanya menemukan tulang belulang dan mayat yang tidak utuh lagi. Termasuk Muawiyah. 

Semua potongan jenazah itu dibakar, lalu abunya ditabur ke udara terbawa angin. Semua keturunan bani Umayyah yang tersisa di buru, di persekusi dan dibunuh. Kecuali wanita dan anak-anak. Sebahagian lolos kabur ke eropa. 

Di tahun 132 H Dinasti Umayyah Runtuh, di gantikan oleh Khilafah Abbasyiah. Ada satu orang pangeran dari Dinasti Umayyah yang berhasil melarikan diri, karena seluruh anggota kerajaan di sembelih semuanya oleh Dinasti Abbasyiah. Dia berhasil lari dari Damaskus, lewat Mesir sampai Ke spanyol. Jarak itu di tempuh dengan berjalan kaki, selama 6 Tahun. Lalu, Ia berhasil mendirikan kembali Dinasti Umayyah di Andalusia. 

Politik dan kekuasaan yunani, arab dan eropa abad pertengahan, hingga politik moderen diberbagai belahan dunia. Kerap Merawat dendam politik, melahirkan keangkuhan dan mengajari manusia untuk mengumbar kemarahan. 

Meski di beberapa kepemimpinan, ada yang alim dan bijak, seperti Umar Bin Abdul azis, juga Harun Al-Rasyid. Tetapi, syahwat berkuasa serta dendam antar suku yang dulu di hapus Nabi Muhammad SAW, tidak juga hilang sepenuhnya hingga runtuhnya dinasti Ustmani. 

Sebut saja Abu Hanifah yang alim itu, dia beberapa kali di penjara oleh penguasa Daulah Umayyah dan Abbasiyah, karena menolak jabatan yang ditawarkan kepadanya. 

Dari catatan-catatan yang demikian itu. Kita dapat belajar bahwa sejak dahulu di dunia islam, beberapa orang juga komunitas tertentu mempertaruhkan harkat dan martabat manusia demi syahwat berkuasa. Meski bukan berawal dari sana. Sebab, penikaman Umar adalah catatan pertama, betapa dendam antar suku itu sama sekali tidak terhapus oleh dakwah Rosulullah SAW selama 22 tahun lebih. Bahkan Dari 4 khulafaur rasyidin, hanya Abu bakar yang wafat secara wajar. 

Kita jangan warisi itu. Sebab, Bilal yang badui dan Salman dari Persi itu diperlakukan Istimewa oleh Rosulullah SAW, meski hidup di komunitas Quraisy. 


***

Dunia Islam kehilangan wibawa, lenyap marwahnya sebagai kekuatan ke dua pasca runtuhnya Soviet. 

Secara internal ada patologi yang kian hari semakin terawat. OKI yang mestinya menjadi lembaga merepresentasikan suara dunia islam justru tumpul dan mandul menghadapi tekanan luar.

Palestina, Afganistan, khasmir, suriyah, sudan, yaman, Xinjiang, Patani, Moro tak kunjung damai sampai hari ini. menunjukan betapa rapuhnya kesolidan itu dibangun.

Kita hanya melakukan siklus ini berulang-ulang. ada pembunuhan, genosida, penembakan, penangkapan dalam skala yang besar. Maka, semua dunia Islam pasti melakukan demo untuk mengecam. Protes ini berakhir dengan membakar bendera, atau foto presiden zionis - Israel dan Amerika, dsb. 

Hanya sampai disitu, tidak ada ikhtiar lebih dalam mendorong satu tindakan yang lebih kongkrit. Paling kencang ada di sidang darurat DK PBB atas usulan beberapa negara islam, tapi ujung dari pertemuan itu pasti diveto Amerika.

Turki dibawah Erdogan ingin menunjukkan superioritasnya atas dunia Islam. Tapi ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap keputusan-keputusan barat. Dia justru Takut. 

Kini kita harus berani jujur, Indonesia adalah masa depan kekuatan dunia Islam. Bangsa ini harus di kemas menjadi episentrum peradaban dimasa yang akan datang, menjadi lokomotif dalam mengembalikan peradaban dunia islam yang telah lama hilang Dan Anak-anak muda hari ini, di 10-15 tahun yang akan datang harus mengambil peran itu. Memproyeksikan masa depan bangsa ini beserta dunia islam menjadi lebih kuat dan berwibawa di mata dunia internasional. 

" Musuh islam yang paling jahat adalah seorang muslim yang bodoh tentang agamanya, tetapi tetap fanatik dengan kebodohannya". 


**

Sampai Kiamat, radikalisme itu akan tetap ada. Sebab, ia adalah langgam keagamaan. Setiap agama menuntut kedalaman dan ketercelupan penganutnya pada Fundamental values.

Sebab, semakin sholeh seseorang secara Individu, meniscayakan semakin sholeh secara sosial dan bernegara.

Hanya saja, Radikalisme terlalu sering di lekatkan pada Teroris, sehingga Streotipe tersebut menjadi Horor. Padahal, tidak semua Terorisme bersumbu pada Radikalisme keagaamaan.

Makanya, menjadi wajar jika Pelabelan radikalisme pada langgam agama adalah upaya pemberangusan Revivalisme agama.

Padahal, Corak berpikir Radikalisme, bisa di bantah dengan ide Kritisisme. Atau di reduksi secara alamiah oleh watak Ingklusifisme sosial kulutur Indonesia yang lekat dengan Langgam agama.

Oleh sebab itu, kita mesti beyound the Mainstream, bahwa Bisa jadi satu dari sekian akar Terorisme adalah ketimpangan Ekonomi, sosial ataukah distribusi kekuasaan.

Sebab, sudah banyak fakta yang menunjukkan : semakin Dewasa/makmur Suatu negara, semakin berkurang tindak kekerasan. 


***

Partai Demokrat Di amerika merekomendasikan, agar ada semacam Lembaga Khusus yang mengurusi ISLAMPHOBIA. sontak Amerika Menjadi Riuh.

Selain senat Amerika menyetujui RUU yang berkaitan dengan anti Islamphobia. Tidak berselang lama, Senat Amerika juga menyepakati, sekalipun hanya partisan (Demokrat dan Republik), seorang Muslim bernama Rasyed Husain sebagai seorang Ambasador kebebasan beragama di Amerika. Nah, saya kira ini menarik, karena posisi ini tidak pernah diduduki oleh seorang muslim?.

Pasalnya, Dalam dua dekade terakhir, seluruh dunia memang menganggap ISLAMPHOBIA merupakan proyek politik global, yang sudah tidak laku jika di Jual dan tidak berguna lagi. Semua itu, karena perubahan Cara Pandang dan cara berpikir dunia dalam melihat, "apa itu TERORISME". Jauh sebelum rekomendasi Partai Demokrat di bikin, Amerika telah memberi tanda yang sangat kuat, setelah Amerika keluar dari Afganistan, "yang dianggap" sebagai pusat Radikalisme.

Dititik itulah, kita bisa memahami perbedaan,  antara Partai demokrat dan Partai Republik di Amerika. Partai Demokrat kerap memelihara Ide Solidaritas Kemanusiaan, sedangkan Partai Republik acap menjadikan Isu Agama sebagai komoditas politiknya.

Mestinyal hal itu juga menjadi jendala buat Pemerintah Indonesia, agar mengakhiri ISLAMPHOBIA. tetapi, dasar sebahagian Manusia peliharaaan ini, otaknya memang otak Udang. Mereka tidak bisa membaca perubahan politik dunia. tetapi, terus memproduksi Islamphobia. Akhirnya kita tau bahwa kemampuan berpikir Mereka yang terus mengeksploitasi Islamphobia di indonesia, memang Nyaris Nol. 

Mengapa Nyaris Nol?. Karena, Nanti mereka yang Memberi Nol atas dirinya sendiri. 

Kita sebetulnya sedang di uji, bahwa Islamphobia adalah Diskriminasi yang di buat untuk kepentingan politik pengendalian. Selain itu, mestinya kita mengapresiasi, bahwa Partai Demokrat di Amerika memang dalam tradisi politiknya, menjadikan Solidaritas Kemanusiaan sebagai Lem Perekatnya. 

Kita Tau Obama juga dulu mengkahiri Proyek Islmaphobia, karena Politik Luar negerinya, lebih memandang ke timur tengah, menjalin Perdamaian dengan Fraksi-Fraksi negara Islam di Timur tengah. 

Joe Biden tinggal meneruskan saja proyek Obama tersebut. 

Suatu cara Pandang dunia baru sedang di hasilkan. Sedangkan kita di indonesia, masih suka mengutak atik soal agama. Padahal, Dengan Amerika menempatkan sebuah lembaga yang mengurusi Islamphobia, di kementerian luar negerinya adalah sebuah pesan kepada kita, bahwa ini adalah agenda Global. Amerika akan mengekspor perdamaiaan dan akan menjadikan Perdamaian sebagai SOP (Standar Operasional Prosedur) kepada seluruh entitas Pemerintahannya. tentu, hal ini akan Mengubah dan atau mengalihkan Energi Islamphobia Ke negeri Tirai Bambu (China).

Mesti kita tau juga, bahwa dunia ini di kendalikan oleh kemampuan Amerika untuk mengubah-ubah Isu dan hal itu sesungguhnya adalah momentum untuk Indonesia, agar mengakhiri juga Islamphobia. Karena kita sepakat untuk menghasilkan perdamaian dunia dan menciptakan kesetaraan warga negara indonesia untuk mengucapkan apa saja.

Artinya, kemerdekaan kita tidak boleh di halangi oleh (semacam) desain politik rezim yang hendak mengontrol masyarakat sipil dengan menghembuskan terus menerus phobia terhadap politik islam di dalam negeri, karena hal itu merupakan kekonyolan yang sangat luar biasa dan sifat kenak-kanakan.

Hembusan nafas phobia terhadap islam politik inilah, akhirnya Mayoritas Ummat Islam akan mengungkit-ngungkit share mereka terhadap pendirian republik indonesia. Padahal, Sebahagian Problem Indonesia, bisa selesai, jika menyelesaikan Problem mayoritas ummat islam.

Misalnya, kalau kita mau melacak lebih jauh.  sejak awal yang Memerdekan republik ini adalah gerakan Islam. karena, yang di jajah pertama kali oleh belanda adalah kesultanan-kesultanan Islam, sebelum NKRI ada. Hanya ada kepulauan Indonesia yang di huni oleh Kesultanan-kesultanan Islam dan mereka yang pertama kali melawan penjajahan belanda. Share inilah yang mestinya di pahami oleh Buzzer, oleh Pemerintah Indonesia dan sebahagian manusia Kerdil Bin konyol tersebut, juga seharusnya di hasilkan oleh parpol-parpol yang tidak paham sejarah republik ini.

Sesungguhnya itu suatu kehendak sejarah, yang Kita harus tau bahwa jejak untuk menghasilkan kesetaraan dan keadilan di mulai dari gerakan sultan-sultan Nusantara yang basisnya adalah Islam, untuk mengusir kolonial.

Kita ini sudah merdeka dan kemajemukan merupakan dasar kehidupan kita bersama. Jangan terus menerus menggiring isu untuk menyatukan lempengan keadilan dan kesejateraan, yaitu Isu tentang bahayanya jika Kadrun memerintah. Apalagi, jika presidensial Thershold di bikin nol. maka, HRS akan jadi presiden. terus terang Isu ini, berbahaya bagi negeri kita. Kekonyolan inilah yang sedang di tertawakan dunia.

Hentikan sudah kekonyolan ini, karena kita ingin basis kita adalah konstitusi, yang perintahnya adalah setiap parpol peserta pemilu berhak mencalonkan presiden. Artinya presidensial thershold, Harus NOL.

Para buzzer Otak udang dan Manusia-Manusia yang Cari Makan di sekitaran Istana ini tidak paham bahwa Orientasi Joe biden telah berubah sekaligus dalam upaya memperlihatkan kembali, bahwa Amerika adalah negara yang hendak mengeskpor dunia bebas dan mau bekerja sama dengan dunia luar. 

Tentu, Joe biden tau bahwa potensi politik indonesia kedepan tidak mungkin tanpa Variabrl Islam. Karena pengertian itulah Joe Biden Tau betul, Untuk mengcounter China, hanya Indonesia yang paling dekat dengan China (proxy ekonomi). Tetapi, sebetulnya indonesia lebih punya kemampuan untuk mencounter china secara ideologi, karena islam dan Komunis pasti diametral pertentangannya (sekalipun hal ini Deabetable).

Dari beberapa hal yang kita baca, Amerika sesungguhnya negara yang tidak ada asal usulnya. Amerika adalah Negara seluruh bangsa, tidak seperti kita di indonesia, yang memerdekakan diri. punya asal usul etnisitas. Amerika itu adalah benua semua orang. Jadi, di Amerika tidak ada keunggulan satu pihak kepada pihak lain. Karena itulah, Amerika terus mengupayakan Politik Multikulturalisme, bisa menjadi jendela untuk dunia dalam membaca Amerika.

Dalam dua dekade ini Amerika menganggap bahwa soal agama adalah bahagian dari politik luar negerinya (Komoditas Politik), yang kini telah tereduksi pengertiannya. Karena, dianggap bahwa ancaman-ancaman agama sesungguhnya sudah berakhir. Di tambah banyaknya negara Arab yang akhirnya berdamai dengan Isrsel, sekalipun motifnya adalah mendapat lampu hijau, agar bisa membeli senjata di Amerika. Apalagi dalam persepektif partai Demokrat, selalu ada yang disebut sebagai Soft Power, yang diuraikan dua dekade lalu oleh seorang profesor, bahwa "Sebaiknya Amerika mengekspor demokrasi ketimbang mengekspor Senjata".

Penunjukkan seorang Muslim sebagai duta besar kemajemukan atau kebebasan beragama di Amerika, adalah sebuah upaya yang di tunjukkan bahwa Amerika, terutama dalam versi partai Demokrat, sangat peduli dengan kebebasan manusia dan Hak Asasi Manusia.

Kita di indonesia, sesungguhnya terikat secara ideologis dengan Ide tersebut. Sebab, kita merupakan Masyarakat yang Multikultural. Jadi, membaca Amerika, sesungguhnya bahagian dari kepentingan kita membaca indonesia. Sebab, jangan sampai Amerika, justru lebih bisa mengajarkan kita tentang kemajemukan. Padahal kita terus memproduksi bahwa kita adalah masyarakat yang majemuk dan heterogen.

Penting sekali bagi kita, anak muda untuk terus memantau politik luar negeri. Selain kita tidak hidup di ruang hampa sejarah, kita juga terikat dengan sebuah pakta kemanusiaan dan kita tau setiap perubahan politik diIndonesia, tidak mungkin tanpa variabel global, apalagi Amerika. Begitu juga dengan China, karena kita sudah dianggap condong ke poros beijing.


***

Dalam relasi sosial, tidak ada paksaan memakai pakaian atau lambang agama mayoritas kepada minoritas. Islam justru menjaga kebebasan minoritas. Di indonesia konstitusi kita juga melakukan hal yang sama. Artinya, secara agama dan negara, indonesia sudah selesai dengan hal ini. Makanya, Indonesia mestinya mengecam dan mengusir dubes India, sebagai protes atas diskriminasi manusia di sana.

Indonesia sudah terlanjur di buat sebagai rumah yang aman bagi semua entitas agama. Tapi, yang kerap kita lupa dalam bernegara, Tidak hanya minoritas yang memiliki hak. Mayoritas juga memiliki Hak yang harus dijaga. Bukan atas nama menjaga minoritas, lalu melupakan hak mayoritas. Hal ini biasa terjadi di negara mayoritas Muslim. 

Padahal, belum pernah ada Hak mayoritas yang terganggu oleh umat islam di negara mayoritas Kristen, Hindu, Budha. Lihat saja, di eropa, India, Mynamar,  contohnya. 

Salah satu Hak Mayoritas adalah menjadikan agama mayoritas sebagai agama resmi negara, tanpa mengecilkan keyakinan minoritas. Negara-negara demokrasi besar, telah lama menjadikan agama mayoritas sebagai agama resmi negara dan di tulis dengan jelas dalam konstitusi mereka. Sedangkan, Kita Di Indonesia Justru PHOBIA. 

Misalnya, Argentina dan Meksiko menjadikan Katolik sebagai Agama resmi negara dan di tulis dalam Konstitusi mereka atau Konstitusi negara Panama, sangat jelas tertulis bahwa Negara harus mengajarkan Agama Katolik di kelas-kelas dan tidak mengajarkan agama minoritas atau Yang paling dekat dengan kita, Fhilipina yang katolik. Konstitusi Yunani dan Bulgaria, begitu juga Georgia menyebut Kristen Ortodoks, sebagai agama Resmi negara. Konstitusi Denmark dan Norwegia menyebut Gereja Lutheran harus di bantu dan dijaga oleh negara tanpa menyebut agama minoritas.  

Lantas, Mengapa Kita justru "Pemerintahan Islam", dianggap aneh oleh negara dan sebahagian Intelektual?. Artinya, biarlah itu menjadi diskursus yang melahirkan banyak Khasanah Keilmuan, Sebagaimana dulu di lakukan Intelektual Islam. Toh, islam juga tidak harus di konversi menjadi negara. 

Kesalahan fatal beberapa kawan Minoritas di negara Mayoritas muslim adalah menganggap semua yang berbau Islam sebagai Musuh, Harus di perangi. Baik dalam konteks politik, maupun Sosial. Padahal, negeri Muslim adalah Surga bagi Minoritas. India hari ini adalah contoh Kongkret. 


* Rst
* Nalar Pinggiran

Minggu, 21 Maret 2021

CORETAN KONGRES 31 HMI SAMPAI MILAD CAK NUR DAN ISLAM PERADABAN



Kongres HMI paling cepat itu di Solo pada tahun 1966. Yang terpilih adalah siapa yang paling paham common enemy HMI saat itu. Tentu common enemy HMI pada saat itu adalah PKI. Cak Nur terpilih, hanya karena ia mampu menjelaskan dengan baik tentang ideologi cenderung absolut dihadapan forum kongres. Tok, tok tok, Cak Nur dipilih dengan suara mayoritas.

Apa common sense HMI saat ini diKongres Surabaya, dan siapa common enemy-nya?. Kandidat siapa yang paling mampu menjelaskan dua soal ini?. Dia punya world view tentang ihwal demikian?.

Usaha untuk menangkap makna filosofis sebuah teks telah lama ditinggalkan tidak sedikit kader HMI. Yang tersisa hanyalah kuantifikasi secara politik dan berujung pada perilaku pragmatis berupa pengumpulan rekomendasi sebanyak-banyaknya, seperti partai politik ketika mau ikut pilkada itulah yang mempengaruhi saya memilih berjarak dengan kontestasi Sirkulasi elit dihampir semua level.

Menurut hemat saya, seorang kader yang tidak berani menyebut diri sebagai kader, bahwa di HMI itu tidak ada visi pribadi. Yang ada adalah visi organisasi yang rumusan dan tahapannya ada pada Perkaderan. Oleh karena itu, rumusan Perkaderan mesti mampu membaca kondisi real organisasi saat ini dan juga meneropong problematika fundamental yang mungkin bisa diselesaikan oleh HMI. Konsekuensinya, siapapun yang memimpin HMI mesti menjalankan agenda perkaderan, agar bisa berjalan secara sustainable, sistematis, dan terukur.

Lalu kalau begitu, apa fungsi kontestasi seperti dalam perhelatan konfercab dan kongres itu?. Sekali lagi, hemat saya, kontestasi tersebut bisa diisi dengan kompetisi untuk menawarkan strategi, cara, dan paket kebijakan dalam melaksanakan agenda Perkaderan tersebut. Itulah kenapa pemilihan formatur ada dibagian akhir, setelah semua rumusan konseptual telah rampung dalam sidang paripurna.

Andai ini yang terjadi, kongres dan konfercab akan ramai dengan banyak alternatif gagasan dan nalar sehat.

Persoalannya kemudian, Perkaderan ini seringkali luput dalam perbincangan dan diskusi didalam forum kongres dan Konfercab. Padahal ia adalah arah kemana organisasi akan berjalan.

Kalau ingin maju, kita mesti berani menengok kembali asumsi-asumsi kebenaran yang telah dianggap mapan sebelumnya. Sebab, barangkali saja kebenaran tersebut hanyalah "kesalahan" yang telah melembaga dan mentradisi sehingga dianggap "kebenaran" yang bisa jadi adalah kesalahan.

Belajar itu mencipta, tak cukup hanya memberi dan menerima. Belajar itu menggembirakan, menyenangkan, sekaligus mencerdaskan".

***

"CERITA CAK NUR TENTANG KONGRES HMI 1966 DI SOLO", di sadur dari buku Autobiografi Nurcholish Madjid, halama. 57-60.

Menyangkut kongres 1966 di Solo itu sebenarnya ada kasus yang lebih spesifik. Ketika kongres di Solo pada September 1966, saya pergi ke Solo sama sekali tidak ada bayangan untuk menjadi ketua, jadi hanya sebagai peserta saja dari rombongan PB HMI. Tapi, karena waktu itu situasianya gawat sekali, PB menjadi sasaran kritik yang luar biasa dari cabang-cabang seluruh Indonesia. Karena, Mar’ie juga membuat suatu blunder yang tidak karu-karuan. Mar’ie waktu itu dinilai banyak orang sebagai Machiavelis. Demi survive-nya HMI dia mengusulkan atas nama PB kepada pemerintah agar Kasman Singodimejo dihukum mati. Memang, kalau kita tahu kesulitannya waktu itu, ketika HMI dijepit tidak karu-karuan oleh PKI, itu secara retorik salah satu yang bisa menyelamatkan.

Pada waktu itu Kasman sering membuat statement yang dinilai kontra-revolusi. Kasman sebagai orang Masyumi saat itu sangat keras kepala. Meskipun nanti dialah orang yang paling fleksibel menerima partai baru, ketika pemerintah tidak merehabilitasi Masyumi. Tapi, waktu itu komentar-komentar Kasman keras sekali dan sering menjadi isu di koran-koran. Akibatnya HMI dipojokkan. HMI memang dicap sebagai anak Masyumi, tidak hanya oleh PKI, tapi juga semuanya. Yang melindungi HMI memang dicap sebagai anak Masyumi, tidak hanya oleh PKI, tapi juga semuanya. Yang melindungi HMI antara lain Mas Subchan, Idham Chalid, Jamaluddin Malik. Dari pihak tentara, Pak Yani. Beliau buat jalur ke HMI melalui Achmad Tirtosudiro. Keduanya sama-sama tentara. Dan pak Achmad sendiri bekas ketua PB HMI sekaligus salah seorang pendiri HMI. Tapi, tetap harus didukung oleh retorika-retorika. Disitulah Mar’ie membuat statement yang kontroversial itu secara resmi dikoran-koran: menuntut agar Kasman dihukum mati.

Sebenarnya pernyataan Kasman merupakan pernyataan-pernyataan politik yang sangat umum sekali. Tetapi, kemudian dinilai kontra-revolusi. Sasarannya Mar’íe juga sebenarnya bukan Kasman itu sendiri, tetapi untuk menyelamatkan HMI. Tapi, waktu itu siapa yang bisa mengerti bahwa tujuan Mar’ie untuk melindungi HMI. Karena, HMI terus diseret dan waktu itu disebut Darul Islam (DI)-kota. Apalagi anak-anak UI saat itu militannya tidak karu-karuan. Misalnya itu, Farid Laksamana, yang mati terbawa banjir. Saat mahasiswa, kesukaannya membeli minuman dalam botol, terus dipecah botolnya itu dan dipakai untuk mengecam anak-anak CGMI.

Pokoknya, anak-anak HMI keras-keras waktu itu. Soalnya, menyangkut urusan hidup atau mati. Jadi, pengurus PB HMI ketika Kongres di Solo itu diserang habis-habisan. Sampai-sampai Sulastomo, ketua umum PB waktu itu, menangis. Lalu, dia meminta saya untuk memberikan penjelasan. Kemudian saya jelaskan panjang-lebar, dengan menggunakan bahasa Arab dan Inggris. Untungnya logosentrisme itu berguna.

Pada waktu itu yang bisa berbahasa Inggris di PB memang sedikit sekali. Sedangkan saya sudah membaca buku bermacam-macam, termasuk teori-teori ideologi dari Karl Manheimm. Yang tahu bahasa Inggris di PB itu hanya Mar’ie, Ekky dan saya. Malah Mar’ie kadang-kadang berbahasa Arab sama saya. Mar’ie itu pintar bahasa Arab. Dia itu sekarang saja dipanggil Pak Harto (Presiden Soeharto) ustadz. Dia itu orang al-Irsyad, dari Peneleh, Surabaya. Jadi, dia orang Ampel.

Oleh karena itu, ketika saya mengutip macam-macam, termasuk misalnya ideology tends to be obsolete, itu saya sudah hafal sebelumnya. Lalu, saya menerangkan macam-macam. Waktu itu sudah hampir masuk subuh. Peserta malah meneriakkan terus, terus!!. Akhirnya, penjelasan PB HMI diterima. Lalu mereka teriak-teriak Nurcholish, Nurcholish!!. Akhirnya saya menjadi dipilih menjadi ketua umum.

Ketika saya terpilih menjadi ketua umum PB HMI, memang banyak sekali orang yang mengklaim bahwa mereka mempunyai andil dalam melakukan rekayasa sehingga saya terpilih menjadi ketua umum PB HMI. Antara lain Mas Dawam dan E. Z. Muttaqien. Misalnya saja, kelompok Mas Dawam mengatakan bahwa mereka tadinya menjagokan Ekky. lalu, mereka mengatakan bahwa mereka melihat agaknya yang lebih pas untuk maju adalah saya. Sehingga dibuatlah semacam rekayasa agar saya menjadi ketua umum.

Saya sendiri merasa adanya rekayasa semacam itu. Menurut saya, kalau pun ada yang paling besar peranannya itu adalah Pak Mudji Rahardjo. Kalau tidak salah dia ketua I atau II dari Bandung. Dialah yang teriak pertama-tama. Begitu saya selesai membacakannya pembelaan itu. Lalu, dia berteriak Allahu Akbar. Lalu, orang lain terpengaruh.

Jadi, klaim yang mengatakan bahwa mereka punya andil dalam merekayasa saya menjadi ketua umum PB seperti sindrom telur colombus; ah, kalau begitu saya juga bisa.

Proses saya menjadi ketua umum berjalan natural saja. Saya tidak mengklaim bahwa HMI saat itu hendak dibuat semakin intelektual. Pokoknya saya melihat waktu itu terjadi kevakuman, kemudian saya coba isi. tetapi, kemudian unintended consequences-nya besar. Yaitu saya malah dipilih sebagai ketua umum.

Waktu itu saya sama sekali tidak berpikir untuk menjadi ketua umum. Bahkan yang terpikir oleh saya adalah Ekky yang pantas menjadi ketua umum. Saya mengagumi betul Ekky sejak dulu. Sebab, dialah penggerak pertama demonstrasi anti-PKI waktu itu, antara lain ke kedubes Amerika dsb. Dan kejadiannya lucu. Lucunya, karena dia memperdayakan Duta besar Amerika waktu itu, Marshal Green.

***

MILAD CAK NUR DAN ISLAM PERADABAN, Di Sadur dari Ahmad Gaus.  Penulis buku “Api Islam Nurcholish Madjid”. 

Selamat ulang tahun ke-82 untuk Cak Nur (Nurcholish Madjid). Pemikir sejati tidak pernah mati. !!

Cak Nur merupakan sosok yang fenomenal, sekaligus juga kontroversial, karena pikiran-pikirannya berbeda dari kebanyakan orang. Ia melawan arus, mengagetkan, dan membuat guncangan yang besar.

Hal itu menunjukkan pengaruhnya yang penting. Kata cendekiawan Muhammadiyah, Dr. Moeslim Abdurrahman (alm), pikiran-pikiran keislaman yang berkembang di Indonesia sejak tahun 1970-an hanyalah catatan kaki dari pemikiran Nucholish Madjid. 

Mengapa Cak Nur menempati posisi yang begitu penting dalam diskursus keislaman di Indonesia?. Pertama, tentu saja masalah otoritas. Ia tumbuh di lingkungan pesantren, kuliah di IAIN, dan belajar kepada maha guru Islam Prof. Fazlur Rahman di Universitas Chicago. Karya-karya intelektualnya memperlihatkan otoritas tersebut.

Kedua, dia memikirkan hal-hal yang tidak dipikirkan atau tidak terpikirkan oleh orang lain. Dia pemikir sejati. Diantara tembok-tembok komunalisme yang menguat dikalangan Islam, Cak Nur mengetengahkan Islam sebagai ajaran fitrah, ajaran hanif, yang bersifat terbuka, dan lintas batas. 

Itu yang sekarang hilang. Islam sekadar menjadi kategori sosiologis yang sempit, dan makin dibuat sempit oleh kecenderungan fanatik, fundamentalistik dan ototiter dalam memahami agama. Padahal kata Cak Nur, mengutip hadis Nabi, "sebaik-baik agama di sisi Allah adalah al-hanifiyyat as-samhah, yakni upaya terus menerus mencari kebenaran dengan lapang dada, toleran, tanpa kefanatikan, dan tidak membelenggu jiwa".  

Manusia tidak boleh terpenjara didalam kotak-kotak yang sempit. Sebab, Islam itu rahmatan lil alamin. Kebaikan untuk semua. Maka, salah satu kritik Cak Nur yang paling keras ialah terhadap komunalisme (seperti partai Islam, negara Islam, ideologi Islam, dsb). Karena, didalam kotak komunalisme semacam itu Islam menjadi sempit. Padahal Islam adalah rahmatan lil alamin. 

Gagasan sekularisasi Cak Nur terkait dengan pandangan ini. Jadi yang dimaksud sekularisasi oleh Cak Nur ialah tauhid. tapi, dalam bahasa sosiologi. Tauhid yang benar ialah menduniawikan hal-hal yang memang bersifat duniawi (seperti ideologi, negara, partai) dan tidak mensakralkannya.

Ketiga, Cak Nur berani mengangkat perkara-perkara yang tidak diangkat oleh orang lain, oleh ulama lain. Ia adalah pemikir Islam pertama di Indonesia yang berani “membunyikan” ayat-ayat toleransi. Selama ini ayat-ayat toleransi dalam al-Quran ditelantarkan, dianggap tidak ada, atau disembunyikan karena kepentingan-kepentingan tertentu. Banyak sekali ayat-ayat yang berhubungan dengan toleransi agama didalam al-Quran, tapi orang tahunya cuma satu, yaitu lakum dinukum waliyadin. 

Mengapa?, Karena para mubaligh dan ustadz menyampaikannya hanya itu. Padahal lakum dinukum itu bukan ayat toleransi. Itu ayat tentang menyembah Tuhan. Kalau Cak Nur berbicara mengenai toleransi. maka, ia mengutip al-Baqarah 62, al-Maidah 65, Ass-Syura 13, dsb. 

Karena, orang salah memilih dalil. maka, setiap kali bicara toleransi, justru yang terjadi ialah menutup kemungkinan lahirnya sikap-sikap toleran. Akibatnya adalah lahirnya kesadaran palsu tentang toleransi. Toleransi menjadi ajaran pinggiran yang dianggap tidak penting. 

Cak Nur mengingatkan bahwa toleransi adalah ajaran pokok dalam Islam, karena semangatnya bertebaran dalam al-Quran. Bahkan juga terkandung didalam rukun iman yang ke enam. Jadi toleransi adalah bagian integral dari keimanan itu sendiri.

"Islam Peradaban"..

Dengan pandangan toleransi semacam itu, maka ditangan Cak Nur, Islam menjadi agama yang sangat humanis. Biarkan orang beriman atau tidak sesuai dengan pilihan bebas mereka (Q18:29). Sebab, iman hanya bermakna kalau lahir dari kebebasan, bukan dipaksa. Bukan wewenang manusia untuk menghukumi mereka sesat, itu urusan Tuhan. Urusan manusia adalah fastabiqul khairat, berlomba-lomba dalam kebaikan.

Ketika Cak Nur bicara toleransi, maka yang ia bicarakan ialah kemungkinan mengembangkan doktrin toleransi itu sejauh yang dimungkinkan oleh al-Quran, sehingga menjadi upaya emansipasi. Kata-katanya yang sering dikutip adalah: “Semakin dekat orang Islam pada al-Quran, maka ia semakin toleran; semakin jauh dari al-Quran, maka ia semakin tidak toleran.” 

Islam yang dikembangkan oleh Cak Nur ialah Islam Peradaban yang agung, yang terbuka; bukan Islam syariah yang parsial dan tertutup, apalagi Islam politik yang partisan. Pikiran-pikiran Cak Nur saat ini tumbuh subur dan berkembang dikalangan kaum muda lintas agama. Sedangkan di kampus-kampus Islam saya kira kurang dieksplorasi sehingga tidak ada lagi semacam revolusi teologi ala Cak Nur. 

Yang terjadi justru kampus-kampus sekarang semakin gandrung kembali ke syariah semata-mata karena “pasar”,  tanpa visi keislaman yang jelas dan komprehensif, karena tidak mengerti Islam ini mau dibawa ke mana, kecuali ke perkara halal dan haram. Alangkah jauhnya. Haihaata, haihaata.. !! 

Salam Peradaban..!

SELAMAT BERKONGRES HMI DAN SELAMAT MILAD CAK NUR. LAUH AL-FATIHA UNTUK GURU BANGSA PROF. DR. NURCKHOLIS MAJID - CAK NUR. SAYA BERDAKSI, BELUM ADA TOKOH SEBESAR BELIAU YANG DI PUNYAI BANGSA INI.

*NALAR PINGGIRAN

Kamis, 18 Maret 2021

SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM

Seluruh pemikiran di dalam islam, fondasi utamanya Adalah Al-Qur'an dan hadist. Makanya tidak boleh, ada pemikiran di dalam Islam yang tidak berbasis kepada Al Qur'an dan hadist. Ihwal itulah, sehingga sejumlah tafsir terhadap Al Qur'an dan Hadist terus di lakukan. 

Pada zaman Rosulullah SAW, Ia sendiri di sebut sebagai, "Marju tasyriq wahdah - sebagai rujukan hukum satu-satunya". Artinya jika ada persoalan menyangkut tafsir terhadap Qur'an, para sahabat tidak perlu bertanya kepada yang lain. cukup bertanya kepada Rosulullah SAW, sebagai manusia yang di beri mandat oleh Allah, untuk menjelaskan makna-makna Yang terdapat di dalam Al-Qur'an. 

Mengapa Al-Qur'an perlu di jelaskan?. Karena tidak semua hal di jelaskan secara rinci di dalam Al-Qur'an. Misalnya, di dalam Al Qur'an kita di perintahkan untuk mendirikan sholat, Allah berfirman, "Aqimusholata wa atuz zakata wa atimul hajja wal umratal lillah - dirikanlah sholat, tunaikan zakat dan sempurnakan haji dan umroh". Tetapi, bagaimana cara kita menunaikan sholat dan Haji?. Apa saja yang wajib di keluarkan zakatnya?. Tidak di jelaskan secara rinci di dalam Al-Qur'an. Maka, hal-hal yang demikian di jelaskan di dalam hadist. Hadist berfungsi sebagai tafsir terhadap Al-Qur'an atau mubayyin - penjelas. 

Tetapi, setelah Wafatnya Rosulullah SAW, Al-Qur'an bergerak sendiri. Tanpa di dampingi oleh Nabi sebagai Mufassir resminya dan kita tidak bisa bertanya lagi kepada Nabi Muhammad SAW untuk menfasirkan Al-Qur'an. Maka dari itu muncullah tafsir sahabat, Tafsir Tabi'in, Tafsir tabi' tabi'in sampai dengan sekarang. 

Jarak kita semakin jauh dengan Nabi Muhammad SAW. maka kita membutuhkan sebuah metodelogi untuk menfasirkan Al-Qur'an dan as-sunnah. Karena Al-Qur'an berbahasa Arab, maka kita harus tahu bahasa Arab. Tetapi, bahasa Arab saja tidak cukup, kita harus tahu asbabun Nuzul - sebab turunya Al-qur'an. Sedangkan, kalau menyangkut hadist, kita harus tahu sebab di Ucapkannya hadist tersebut - Asbabul Wurud. 

Secara Umum, Ummat Islam Harus mengerti, jika Al-Qur'an itu di Uraikkan. Kurang lebih ada empat kategori. Pertama, Al Qur'an mengandung Sejarah dan Kisah (Tarikh). Kedua, Al-Qur'an mengandung Aqidah dan Akhlak. Berkenaan dengan ayat yang Menyangkut Aqidah dan Akhlak, para ulama mendiskusikan dan menfasirkan dengan ayat-ayat tersebut. Makanya ketika kita baca sejarah, kita mengenal beberapa aliran dan kelompok teologis di dalam islam, seperti Mu'tazilah, Asy'ariyah, Mur'jiah, Khawarij, dsb. Ketiga, Al-Qur'an mengandung Hukum. Ayat-ayat hukum di dalam al-Qur'an sesungguhnya hanya sedikit, ada yang menyebut sekitar 500 ayat dan ada yang menyebut hanya sekitar 200 ayat saja. 

kelak para ulama menafsirkan ayat-ayat Hukum di dalam Al-Qur'an, maka lahirlah ilmu yang di sebut dengan Fiqih. Tetapi, cara untuk menafsirkan Ayat-ayat Hukum di dalam Al-Qur'an, ada metodeloginya yaitu Ushul Fiqih. Jadi, Fiqih adalah produknya, sedangkan Ushul fiqih adalah Metodelogi untuk menfasirkan Ayat-Ayat Hukum di dalam Qur'an dan hadist. Semantara, Tafsir para Ulama terhadap Ayat-ayat hukum di dalam Al-Qur'an, melahirkan Mazhab-Mazhab. Mazhab yang bertahan sampai sekarang di dalam lingkungan Sunni, ada 4 mazhab. 

Kita harus memahami, bahwa Al-Qur'an yang kita miliki adalah satu. Hadist yang kita miliki, maksimal tersebar di dalam 6 kitab Hadist. Tetapi, penafsiran para Ulama terhadap Al Qur'an yang satu dan hadist yang tersebar di 6 kitab hadist, ternyata tidak tunggal. Terjadi Perbedaan pandangan dalam menelaah Al-Qur'an dan Hadist. 

Apa yang menyebabkan sehingga terjadi perbedaan pandangan?. 

Pertama, perbedaan di dalam menggunakan dalil. Satu dalil atau ayat yang sama, ketika di pahami dengan dalil atau ayat yang berbeda, maka akan melahirkan produk hukum yang berbeda. Misalnya, satu menggunakan dalil mashlahat, yang satu menggunakan dalil qiyas. Maka pasti produk hukumnya berbeda. Kedua, perbedaan pendapat itu bisa terjadi, karena perbedaan di dalam memahami dalil atau ayat. Mengapa?. Karena di dalam Al-Qur'an, ada ayat yang tergolong sebagai ayat yang ambigu. Maksudnya, ada ayat atau diksi di dalam al-qur'an tergolong sebagai ayat yang Mustarok (kata atau ayat yang memiliki makna lebih dari satu). Kata atau ayat yang memiki makna lebih dari satu, berpotensi melahirkan produk pemikiran yang berbeda. Karena itulah, kita tidak perlu merasa gelisah dengan perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Baik perbedaan pendapat di kalangan ulama tafsir, ulama fiqih ataupun ulama kalam. Asalkan perbedaan pendapat tersebut, tidak menyentuh pokok-pokok ajaran agama. 

Misalnya, Ulama bersepakat bahwa sholat itu wajib. Tidak ada perselisihan soal itu. Mau dia Mazhab Maliki, Hambali, syafi'i dan Hanafi. Tidak ada lagi perdebatan disitu. Tetapi, sekalipun di sepakati sholat itu wajib, bagaimana tata cara Sholat itu di laksanakan, di situlah potensi di perselisihkan. Misalnya, mazhab Hanafi menyatakan membaca fatihah di dalam sholat itu tidak wajib dan bisa di ganti dengan ayat yang lain. Karena, mazhab hanafi mengacu kepada keumuman ayat di dalam Al Qur'an. Allah berfirman, "faqro u ma tayassaro minal qur'an - bacalah olehmu yang paling mudah di dalam qur'an". Mungkin bukan Fatihah yang paling mudah, bisa jadi Al ikhlas, bisa jadi Al kafirun. Tetapi, mazhab syafi'i menyatakan, membaca fatihah itu adalah "Ruknun min arkani shola - menjadi rukun sholat". Ihwal itulah, menurut mazhab syafi'i, orang yang sholat tetapi tidak membaca Fatihah, di nyatakan sholatnya tidak sah. 

Kita ketahui bersama Nabi Muhammad SAW bersabda, "la sholata liman la yaqro bi fatihal kitab - tidak sah sholat seseorang yang tidak membaca fatihah". Tidak membaca ummul qur'an di dalam sholatnya. Inilah yang menjadi acuan dari mazhab syafi'i. Tetapi, kata mazhab Hanafi, hadist tersebut termasuk hadist ahad, dalalahnya juga dzonni. Sementara mazhab hanafi menyatakan, Lafadz "am" di dalam al-Qur'an - Faqro u ma tayassyaro minal qur'an dan dalalahnya lafadz "am" di dalam Al-Qur'an adalah qod'i. 

Artinya, ada potensi berbeda di dalam memahami dalil. Kita bersepakat bahwa sholat itu wajib. Tetapi, apakah fatihah itu adalah rukun sholat, bisa di perselisihkan oleh para ulama. Hal ini penting untuk saya utarakan, bahwa perbedaan pendapat di kalangan para ulama itu lazim, dengan di dasarkan pada qur'an dan hadist, asalkan menggunakan metode yang bisa di pertanggung jawabkan. 

Tetapi, ada beberapa hal yang tidak di sebutkan secara rinci di dalam Al-qur'an atau al Qur'an hanya memberikan kerangka etik moralnya. Seperti, etika di dalam mengatur sebuah pemerintahan, di dalam persoalan politik. Tidak ada ayat di dalam al-qur'an, bahkan hadist pun tidak kita temukan, apakah pemerintahan yang islami itu adalah pemerintahan yang monarki (Kerajaan), Republik atau demokrasi ; legislatif, Eksekutif dan Yudikatif. 

Al-Qur'an hanya menegaskan, apapun jabatan dan kekuasaan kita, entah itu berada di dalam tupoksi eksekutif, legislatif ataupun yudikatif ; "fa idza hakamtum baina naas antah kumu bil adli - kita harus mengambil sebuah kebijakan yang dasarnya adalah keadilan". Jadi semua dasar kebijakan kekuasaan dan jabatan adalah keadilan, sebagaimana sering di ucapkan para khotib di akhir khutbahnya, " Innallahu ya"murukum antu addul amanati la ahliha - perintah untuk menegakkan amanah". 

Lantas, bagaimana dengan sistem pemerintahan di zaman Nabi Muhammad SAW, ada pertanyaan yang sangat menarik berkaitan dengan hal itu, "hal kana ta' sisun nabi bi dhaulatin sia-sia Juz'an min risalatihi amla - apakah tindakan dan perilaku politik Nabi di madinah menjadi risalah kenabian atau tidak?". Kalau sistem dan perilaku Nabi di madinah menjadi risalah, maka perilaku dan sistem tersebut akan mengikat semua ummat Islam. Faktanya sekarang seluruh pemerintahan di dunia Islam berbeda-beda. Karena mayoritas Ummat islam, tidak memandang sistem pemerintahan Rosulullah SAW menjadi bahagian dari Risalah kenabian. 

Ke empat adalah Tasawuf. Sekalipun kata Tasawuf kalau kita cari di dalam Al-Qur'an dan hadist tidak kita temukan. Karena yang terdapat di dalm Al-Qur'an itu hanya, Tazkiyatun nafs - menyucikan jiwa. Jadi, basis utama dari Tasawuf juga adalah Al qur'an, tujuannya untuk menyucikan jiwa. Lantas dari mana sebenarnya Tawasuf ini?. Dari perilaku para sahabat. Saat Rosul wafat, ada para sahabat yang berkonsentrasi mengatur pemerintahan. Tapi, ada juga sahabat yang berkonsentrasi mendekatkan diri kepada Allah, yang di sebut dengan Ahlu Sufwah - Orang-orang yang berada di pinggiran masjid nabawi, sibuk melaksakan sholat. Barulah nanti tradisi seperti ini di lanjutkan oleh Ulama selanjutnya di era Tabi'in, tabi' tabi'in. Makanya kita kenal ulama seperti Hasan Al Bashri, Assirri Syaqoti, Harist Al Muhazibi, Dzunnun Al Mishri, Junaid Al Baghdadi, Syaikh Abdul Qodir Jailani, Abil Hasan Adz zazili, Bahahuddin An Naqsabandi, dsb.

Oleh karena itu, Al qur'an yang kita miliki satu, hadistnya tertuang di dalam 6 kitab hadist juga bersumber dari satu. Tetapi, melahirkan jenis-jenis Ilmu yang beragam. jika dasar utamanya adalah Al qur'an dan hadiist. Nah, inilah yang harus di pahami teman-teman yang mengambil jurusan pendiddikan agama islam. 

Misalnya di rumpun ilmu tafsir. Ada ayat yang sama, tetapi ketika di pahami oleh orang yang berbeda, melahirkan corak tafsir yang berbeda. Makanya, ada Tafsir Ilmi - Tafsir yang didasarkan pada temuan-temuan ilmu pengetahuan modern. Seperti, apakah bumi ini datar atau Bulat?. Karena di dalam Al-Qur'an ada ayat yang berbunyi, " Walladzi ja'ala lakumul ardho fi rosya - Allah yang menciptakan bumi kepada kalian, seakan-akan terhampar". Ada ayat Juga di dalam Al-Qur'an yang menyebutkan, " Dahulunya langit bumi itu satu, tetapi di pisahkan". Hal inilah yang kemudian di kenal dalam ilmu pengetahuan modern sebagai Teori Big Bang - dentuman besar. Tafsir ini, Tokohnya sering di sebut adalah Thantawi Jauhari atau Tafsir Jauhir.

Ada juga Tafsir "adabi Ijtima'i - Menafsirkan Al-Qur'an sesuai dengan konteks sosial - antropologis, dari ketika ayat itu di turunkan dan bagaimana ayat tersebut di terapkan. Tokoh yang biasa di kenal sebagai Penafsir Adabi Ijtima'i adalah Al wasid di tulis oleh Muhammad Said Thantawi atau Fi dhilalil qur'an di tulis oleh Said Qutub. 

Ada juga Tafsir Fiqih, Menafsirkan ayat-ayat Hukum di dalam Al qur'an, sehingga corak ayatnya sangat legal formalistik. Misalnya, seperti Al Jahsas, Ibnu Arobi, Ilki al harosyi memiliki kitab Tafsir berjudul Ahkamul qur'an. 

Ada juga Tafsir qur'an Balaghi - Menafsirkan al qur'an dari sudut Kesustraan. Keindahan diksi dari al-Qur'anul karim. Makanya kita kenal Tokoh tafsir, Adz zamsari, kitabnya berjudul Tafsir Al Kassyaf. Kemu'jizatan al qur'an bisa di lihat dari ketinggian kesustraan al qur'an. 

Di dalam perkembangan modern, sebahagian ulama mengembangkan sebuah jenis penafsiran yang memperhatikan sebuah penafsiran yang memperhatikan aspek kesetaraan, kemanusiaan - Lelaki dan perempuan. Bagaimana al qur'an berbicara tentang relasi anak dan orang tua. Berbicara mengenai suami dan istri. Sebagaimana pernyataan Ibnul Qoyyim Al jausyiah di dalam kitab Iglamul muakkin, Jika Al Qur'an itu di peras isinya hanya empat, " annas syariata ma abnaha wa asyasyuhata alal hikam wa masholil ibadhi ma asyi wal ma'adhi wa lil adhlun qulluha wa rohmatun qulluha wa hikmatun qulluha wa sholih qulluha. Fa qullu mas alatin kharajat anil adli jur wa anil mashlaha ilal mafsyadah wa anil rohmati ilal dhidha wa anil hikmati ilal abats fa laisa missyariah wa ingquhilad fiha bi ta'wil fa syariatullahi hiya adhullahi baina ibadhi wa dhilluhu fil ardhi - isi dari Al Qur'an, pertama adalah keadilan (Keadilan di bidang Hukum, politik, ekonomi). Kedua adalah Rohmah - kebijaksanaan. Ketiga adalah Hikmah. Keempat adalah kemaslahatan". Kata izzuddin Ibnu abdhi salam (Ulama Fiqih dari Mazhab Syafi'i), "innama taqalif qulluha roji'atun mashilihil ibad fidduniya wa uhrohun - seluruh isi kandungan Al qur'an itu adalah Kemaslahatan, kalau bukan kemaslahatan di dunia, maka kemaslahatan di akhirat". 

Sholat misalnya itu mengandung maslahat. Sekalipun tidak semua orang bisa mendapatkan kemaslahatannya di dunia dari ibadah sholat. Tapi, kelak di akhirat ibadah sholat mengandung kemaslahatan. Zakat, misalnya Sangat mengandung kemaslahatan Duniawi, "kaila yaqulatan bainal aulia'i mingkum - Bisa kita bayangkan kalau tidak ada perintah untuk berzakat, maka harta harta hanya akan melingkar-lingkar di kalnagan orang kaya saja akhirnya kekayaan menjadi bertumpuk. Tetapi, zakat itu berbeda dengan pajak. Karena objek zakat dan pajak itu beda. Kalau saya punya rumah atau kendaraan, itu tidak menjadi objek zakat, tapi menjadi objek pajak. Ada ide-ide belakangan yang menyebutkan, bagaimana kalau pajak itu yang di jadikan sebagai zakat. 

Akhirnya pikiran ulama-ulama terdahulu, belakangan di kontekstualisasikan. Seperti, Imam Syafi'i ketika merumuskan sebuah fiqih, Imam Abu Jafar At-Thabari merumuskan tafsirnya itu berbeda konteks zamannya. Sekarang banyak kita kenal tafsir modern (Fiqih, tassawuf). Bahkan teologi yang pada Mulanya hanya di orientasikan mengenai Allah, belakangan Teologi di pakai untuk mengadvokasi kepada kelompok yang tertindas, seperti Teologi pembebasannya Hasan Hanafi. 

Demikianlah capaian-capain pemikiran, yang kalau kita baca dan perhatikan kerangkanya dari zaman Nabi, sahabat, tabi'in, tabi' tabi'in sampai sekarang. Pemikiran Islam terus mengalami pengayaan - pengayaan. Tentu sebuah keniscayaan, karena kata Nabi, " sesungguhnya Allah akan membangkitkan Agama ini di setiap 100 tahun, bagi orang yang melakukan pembaharuan terhadap pemikiran islam". 

Kalau dulu kita kenal dengan Jalaluddin as syuti, izzuddin abdi salam, Al ghazali, Imam Syafi'i, Umar Ibnil azis, dst. Secara sederhana kita bisa utarakan begini, ummat Nabi Muhammad ini berhak mendapatkan warisan yang paling luhur, paling hebat, paling jernih, Yaitu Al-Qur'an dan hadist. pertanyaanya, siapa yang paling punya otoritas menjelaskan Al Qur'an dan Hadist?. Tentu Ulama. Ulama yang mana?. Adalah ulama yang kapabel, yang sudah di akui di dunia, seperti Imam Ghozali, Imam Bukhari, imam Syafi'i, dsb. Artinya jika kita tidak menggunakan gagasan mereka yang otentik dan orisinil, maka ummat ini mendapat pikiran kita, bukan pikiran dan Gagasan para Ulama-ulama. 


***

Ulama-ulama kita di indonesia, baru-baru ini melakukan riset dan penelitian untuk menjadikan Manhajul Qur'an, mudah di pahami Kita semua. Diantara kitab yang di Jadikan Rujukan adalah Kitab Syajaratul Ma'arif karangan Syech Izzudin Abdussalam. Pusat Studi Al Qur'an Prof Quraisy Shihab akan menerbitkan kitab tersebut. Di indonesia sendiri, yang kerap mengajarkan kitab tersebut adalah Gus Baha.

Kitab tersebut adalah metedologi yang bisa di jadikan pegangan untuk memahami Al Qur'an secara Mudah. Seperti peristiwa-peristwa Khusus yang terdapat di dalam Al-Qur'an di Tab'wid secara Umum.

Adapun peristiwa-peristiwa Khusus yang di Kontekatualisasikan secara Umum, antara lain ;

Pertama. "Babuna fil ibad li qulli i bilad - Bab tentang seseorang itu harus bermanfaat, dimana saja dia berada". Dalil yang di gunakan oleh Syech Izzudin Abdussalam adalah "Qola Ta'ala haqiyan an isa bin maryam wa ja'alani mubarokan aynama kuntu - Saya adalah orang yang hidup dimana saja akan membawa berkah".

Ihwal itulah sehingga kita kemana dan dimana saja, etikanya satu yaitu harus memberi manfaat. Misalnya, jika ada orang yang mau menang, yah saya mengaku kalah. Jika ada orang yang ingi mengangkat saya menjadi murid. Yah, oke saya jadi murid. Tidak masalah, sebab bahagian dari kesholehan adalah bersikap tawadhu. Pasti yang tawadhu menjadi Wali, karena "man tawaddhua rofaullah". Sedangkan yang menjadi Guru, pasti jadi wali 😂.

Kedua, ada Juga Bab yang sesuai dengan konteks Indonesia. Hal itu juga yang di Bahasakan secara umum - Babus tsatti dzaroeh (bab menutup pintu pada potensi-potensi yang tidak baik. Lalu, Syech Izzudin Abdussalam, mengutip dalil, qola Ta'ala wa la tasubbuladzina yad'una min dunillahi fa yasubullahi adwam bi ghoiri ilmi".

Dulu sahabat, saking bersemangatnya berislam. Sering memaki jancok Latta, Jancok Uzza dan jancok manat. Lalu, orang-orang kafir tanya, jika Tuhan saya Jancok. Berarti Tuhan Kamu juga Jancok. Akhirnya Allah menegur, "Muhammad Ummatmu memaki Tuhan orang lain, yang jadi Korban adalah saya. Makanya, lanjutan ayatnya adalah "Fa yasubbullah adwam bi ghoiri hi". Makanya, Oleh syaech zudin Abdusalam (Yang di kenal ssbagai salah satu Sulthum Auliyah) membahasakan sangat mudah dengan mengambil judul Babus tsatti dzaroeh.

Jika kita tidak ingin Allah di maki dan Islam di sakiti, maka jangan memaki Tuhan dan agama orang lain. Sebab itu bahagian dari mencintai Islam. Jangan menganggap kita Hormat pada Agama orang itu karena kita ikrar pada agama mereka, oh tidak. Itu bahagian dari mencintai Islam.

Lalu beliau mengutip sekian hadist, "La yasubbu rojulu abahu" - sebahagian riwayat menyebutkan, " la yal anu rojulu abahu", yang artinya "Jangan sampai seseorang memaki bapaknya". Kata para sahabat, "wa kaifa yasubbu Rojul abahu - bagaimana mungkin seseorang memaki bapaknya sendiri". Rosul menjawab, Yasubbu aba rojuli fa yasubbu aba wa Yasubbu umma rojuli fa Yasubbu umma - kamu memaki bapaknya orang lain maka mereka membalas Memaki bapak kamu".

Hal ini di bahasan mudah sekali, padahal peristiwa tersebut adalah peristiwa khusus. Tetapi di babkan ke dalam peristiwa Umum sehingga kita bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa Al Qur'an dan hadist terus Mengawal kita sampai di Yaumil Qiyamah. Dengan begitu, kita tidak kehabisan Pembahasan untuk memaknai Al Qur'an dan Hadist, sebagaimana yang di ajarkan Sayech Izzudin Abdussalam.

Ketiga, Beliau memberikan Judul dalam satu Bab di kitabnya. Bahagian ini penting, karena kerap kali saya utarakan, yaitu , " La Yudrokul haqqul li ajalil batil - kebenaran tidak boleh di tinggalkan, hanya karena banyak kebatilan".

Uniknya bahagian ini, karena beliau menggunakan dalil, yang saya yakin seorang Ulama atau Ustadz Tersohor sekali pun tidak pernah terlintas kalau hal itu ada , " inna shofa wal marwata min sya'a irillah fa man hajjal baita wi'tamara fa la junaha alaihi ayyatowafaha bihima - Shofa dan marwah itu hakikatnya adalah termasuk syiar-syiarnya Allah. Maka siapa yang haji dan Umroh, tidak apa-apa (Allah membahasakannya Fa La Junaha) terus melakukan tawaf di situ.

Kata Syech Izuddin abdussalam, di Shofah itu berhala bernama izza dan di marwah, ada Na'ilah, juga nama berhala. Yang orang-orang Jahiliyah dulu menyembah dua berhala tersebut. Karena ada berhala, mereka merasa Risih jika ada ritual Ibadah tauhid di situ (tawaf).  Kata, Allah Tidak apa-apa, teruskan saja Tawaf atau Sa'i di situ. Artinya, kebenaran tetap di perintahkan. Meskipun ada kebatilan.

Misalnya, ada orang mati karena Narkoba atau karena Khamar. Maka, kita sebagai pemuka agama - Ustadz atau Kiai Harus datang. Sebab, kalau kita tidak datang, mereka akan menciptakan tradisi baru dalam penguburan. Datangnya kita itu sebetulnya, demi melaksanakan syariat islam, dalam hal ini memperlakukan Janazahtu muslim. Meskipun, kita menyadari bahwa seseorang yang mati tersebut, karena Kebatilan.

Hal ini penting untuk di utarakan, agar kita itu jangan membatasi untuk menegakkan kebenaran, sekalipun kita Tahu di situ terjadi kebatilan. Saya berani menyatakan hal ini, karena saya sendiri melakukannya.

Keempat, Beliau memberi Judul tentang " Babu tholabu manzilah - seseorang yang terpercaya Boleh Mencari pangkat di Pemerintahan".

Dalil yang beliau utarakan, sederhana sekali. Ketika Nabi Yusuf merasa mempu mengendalikan Ekonomi - Ketahanan pangan pada zaman itu, beliau datang kepada Azis (Penguasa mesir) - Qola Ja'alni ala khoza'inil ardhi, inni hafizun alim - Jadikan saya pengelola Hasil Bumi. Sebab, saya adalah orang yang terpercaya. Makanya mengaku pintar itu boleh, asalkan pintar betul. Karena Nabi Yusuf, mengatakan Inni Hafizun alim.

Kelima, beliau memberi judul yang agak ekstrem, "babu jawadzin namima limashlahatin - mengadukan peristiwa yang buruk kepada orang lain, karena Maslahat".

Beliau memberi contoh yang unik sekali, sebab tidak mungkin ada Namima yang di tolerensi. Dalil yang beliau gunakan adalah "wa ja arojulum min aksol madinati yas'a, qola ya musa innal mal' a ya'tamiruna bikayal tulu kafahruz inni laka minannashin - Musa, saya ini termasuk pengawai di kerajaan fir'aun. Saya tahu bahwa rapat tadi malam memutuskan untuk menangkap dan membunuhmu. Maka, kamu secepatnya keluar dari mesir". Peristiwa ini sebenarnya agak Namima - mengadu. Tapi, demi kemaslahatan.

Di kitab Syajaratul Ma'arif  setiap peristiwa Khusus di dalam Al Qur'an di  jelaskan secara umum. Sehingga berkahnya setiap peristiwa tersebut, kita bisa menjadikan Al Qur'an sebagai pengawal hingga Yaumil kiamah. Tetapi, kalau semua peristiwa khusus di dalam Al-Qur'an hanya untuk konteks tertentu saja, maka seakan-akan Al qur'an itu tidak untuk kita.

Kitab ini sangat rekomended untuk kita yang gemar mengkaji Al -Qur'an dan Ingin alim. Sebab, kalau kita menggunakan metode Ushul fiqih itu agak susah. Misalnya, saya memanggil Si Fulan dan saya menyebut nama si Fulan, "kamu ke sini, karena ada tamu". Sebenarnya saya ingin Fulan atau ingin siapa saja yang datang, asal bisa melayani tamu. Fulan itu dzikrul ba'di wa irodhatil qul atau yuroshu sahsun bi aidhi hi, dan hal itu menjadi perdebatan di ilmu Ushul fiqih.

Ketika Fulan tidak ada, tetapi di situ ada Salam, Umar, dsb. Tidak datang, pasti yang memanggil tadi marah - ini anak-anak saya panggil tidak ada yang datang. Misalnya, anak-anak Jawab, kak kita kan memanggil Fulan, bukan kami. Bodohnya kalian ini, maksudku itu datang ke sini membuatkan teh untuk tamu, tidak harus Fulan. Salam dan umar juga bisa.

Artinya menyebut aktor dalam Al Qur'an atau hadist itu, Yurodhun sahsun bi aidhi hi atau itu bahagian dari dzikrun ba'dhi wa irodhodatil qul. Sehingga semua peristiwa di Al qur'an, entah itu menyebut Fir'aun, berarti mewakili orang yang dzolim dan Menyebut musa mewakili orang yang baik atau bagaimana?. Nah, di kitab Ushul fiqih, Perdebatnya panjang dan ribet sekali.

Ihwal itulah, sehingga di dalam Kitab Minhajul Mu'minin di terangkan, bahwa ada seorang wali yang takut berdosa, karena banyak perempuan cantik yang mengenakam celana pendek di dunia. Akhirnya, wali tersebut melakukan Uzla di gunung, memakan Rerumputan. Lalu, datang seorang wali yang kelasnya lebih tinggi, bertanya, Kamu di sini bikin apa?". Jawab wali tersebut, sedang Uzla. "Mengapa?". Meninggalkan dosa, jawab wali tersebut. Lantas, wali yang lebih senior menyatakan, "Taroktum ummata muhammadin fi aidil mubtadi'a - sebenarnya kamu tidak menghindari dosa, tetapi malah bertambah dosa". Karena, ketika ummat tidak kamu pimpin, artinya membiarkan orang atau kelompok lain memimpinnya, dan hal itu bisa orang ahli bid'ah, bisa orang Kafir, bisa orang yang menyesatkan.

Jadi, Uzla itu bukanlah solusi. Di situlah pentingnya pembanding.

Dalam Kassyafnya Imam Abu Hasan Ad zazili, beliau menyatakan, tidak ada kajian fiqih di dunia ini yang lebih bersinar melebihi kajiannya Syech Izuddin Abdussalam dan tidak ada kajian ilmu Hadist, melebihi kajian abdul adzim al munziri, serta tidak ada Kajian ilmu hakikat yang melebihi kajian abha al majsika. 


*Coretan Hasil Bacaan
*Rst
*Nalarpinggiran 

Kamis, 11 Maret 2021

SERPIH ISRO DAN MI'RAJ PADA KISAH SAHAJA UMAR BIN KHOTTAB




Mari kita mulai dengan Puisi, " sejarah di penuhi cerita membangun dan menghancurkan. tetapi, siapakah yang membersihkannya". Kata Rabindranath Tagore.

Seumpama penggalan Puisi Kuntowijoyo dalam buku 'Ma'rifat Daun', "Aku ingin meletakkan sekuntum sajak, Di makam Nabi, supaya sejarah jinak, Dan mengirim sepasang merpati, Tanpa kepongahan dan jumawa diri.

Tentang kezuhudan dan kesederhanaan, bacalah Sayidina Umar Bin Khottab. Tentang Kenisbian sebuah jabatan, selamilah Sayidina Umar Bin Khottab. Kita juga akan menemukan sebuah perspektif - beratnya amanah. Khalifah ke 2 Khulafaur rasyidin ini ibarat sebuah contoh, tentang bagaimana seharusnya menjadi pemimpin. Tak ada yang tidak kenal putera Khottab ini. Tegasnya orang ini, pintar otaknya.

Di kenalnya fiqih umar dalam tradisi fiqih islam karena kejeniusannya. Ketegasannya, tidak usah di perkatakan lagi. Sebelum masuk islam, ia adalah penentang terkeras Nabi Muhammad SAW, melebihi Abu lahab dan Abu Jahal. Putera Abdullah ini terkesan belum berani secara terang-terang menyiarkan islam. Seketika karena tersentuh hatinya setelah mendengar lantunan ayat Al-Qur'an, dari adiknya. Umar Masuk Islam. Disamping tentunya begitu mengangumi moralitas Nabi Muhammad.

Masuknya Umar dalam barisan awal pemeluk islam, Nabi Muhammad SAW menjadi lebih berani. Perkembangan islam pada Periode Mekkah pasca masuk islamnya Umar ini, walau tidak se-Sensasional periode Madinah, setidaknya Nabi Muhammad SAW lebih bebas bergerak. Sayidina Umar meberikan Raga dan bathinya, untuk membela misi suci Nabi Muhammad SAW. Ia ibarat merah silu yang berganti nama dengan Malikul Shaleh, ketika Masuk Islam. Samudera Pasai ter-islamkan. Si merah silu pembela islam periode awal, mungkin indonesia.

Diantara Sahabat Yang Mulia Nabi, mungkin Umar-lah yang di kenal Garang. Beda dengan Abu bakar yang bijak, Utsman Yang Pragmatis dan Arif serta Ali Bin Abu Thalib yang Zuhud dan Cerdas. Walau demikian, kegarangan Umar pada tempatnya. Umar akan menangis tersedu sedan jika mendengar ada regekan anak-anak yang kelaparan tengah malam, sehingga Ia membongkar Baitul mal untuk mengambil gandum dan mengantarnya sendiri. Ia tersenyum kala wanita Yahudi buta, menyumpahinya sambil si wanita Yahudi ini di tuntun berjalan. Ialah yang di Hardik seorang pengelana ketika bertanya tentang dimana tempat tinggal sang presiden Umar. Kebetulan, umar sedang tidur-tidur di bawah pohon kurma dengan baju yang pantas untuk di rendahkan. Ialah yang pada suatu ketika dengan berjalan kaki, setelah turun dari ontanya, memasuki gerbang Yerusalem.

Yah, Ia datang dengan jalan kaki untuk menghilangkan kesan sebagai seorang penakluk. Umar berhasil menaklukkan kota Yerusalem sekitar abad ke 7 pada masa kekhalifaannya. Ia masuk gerbang Yerusalem bukan seperti Raja-raja kala itu, penuh dengan kejumawaan, simbol kemegahan, dan tentunya dengan tampilan pemenang. Umar tidak.

Memasuki Yerusalem tanpa pembantaiaan dan penghancuran, sebagaimana halnya Khulagu Khan - si cicit Jenghis Khan - kala menaklukkan Baghdad. Sebagaimana juga jauh sebelumnya, kala seorang Fir'aun pernah menyerbunya, kekuasaan Babilonia melindasnya, Roma membumi hanguskan dan persia memporak poranda kota ini. Tapi, Umar yang Amirul Mukmin dari sebuah peradaban baru yang menggetarkan, melebihi getaran Julius Caesar dan Alexander Agung, memasuki Yerusalem dengan pakaian lusuh dan memandangi dengan Hormat kota yang baru yang di taklukannya.

Penguasa Yerusalem saat itu, Patriarkh Sophronius dengan takut menemui Umar di bukit zaitun. Ketakutan Sophronius ini beralasan, sebab nama Umar yang didengar selama ini, memang pantas untuk di takuti. Umar menyambutnya sebagai sahabat. Mereka membicarakan tentang perdamaian, terutama keamanan kaum nasrani dan keselamatan gereja mereka.

Umar yang di kenal sebagai pemimpin lurus ini, mengiyakan dan mengatakan, "pegang janji saya". Kala Gerbang Yerusalem terbuka peristiwa bersejarah pun terjadi, inilah kali pertama seorang muslim menjejakan kakinya di kota yang sebelumnya hanya di kenal dalam peristiwa Isro dan Mi'raj.

Dengan penuh kesabaran Umar mengikuti Sophorinus membawanya ke tempat-tempat suci kristen. Umar juga melihat kenisah Sulaiman. Kala ia memasuki kenisah ini, Umar juga memasukinya dengan menunduk bahkan merangkak. Lorong-lorong itu penuh tahi manusia dan hewan yang telah mengering. Buah dari "kebencian" Antar Yahudi dan Nasrani. Sang amirul Mukminin menyingkirkan kotoran-kotoran tersebut. Membersihkannya, semampu yang ia lakukan sehingga membuat Sophorinus terpana. Letak Kenisah Sulaiman ini berada di sebuah tempat yang luas. Tempat yang di kenal suci, sehingga kemudian dalam tradisi islam di kenal sebagai nama Haram As-Syarif.

Umar kemudian mendirikan satu bangunan yang sangat bersahaja, Sebuah masjid dari kayu, yang kemudian di kenal dengan Nama "Masjid Umar". Walau Umar tak pernah berwasiat untuk memberikan label masjid itu sebagai namanya. Menurut Marshal G Hodhgson dalam bukunya The Venture of Islam (yang di terjemahkan oleh Mizan), Masjid Umar ini kemudian di bangun ulang dengan kemegahan oleh seorang Khalifah dinasti Umayyah, Abdul Malik Bin Marwan, pada akhir abad Ke 7. Sesuatu yang pada prinsipnya di tentang oleh umar sendiri, karena awal saat ia mendirikan Masjid Kayu ini, sama sekali bukan untuk menandingi Masjidil Aqsa.

Dalam sebuah Catatan pinggir Goenawan Mohammad pernah mengatakan, bahwa "bagunan-bangunan yang besar sering hanya bisa di topang oleh kekuasan yang Mutlak dan akumulasi dana yang mencekik". Masjid dan sejenisnya memang bisa jadi sesuatu yang berlebihan, sebagai Isyarat tentang Iman, sekaligus juga tentang kepongahan. Keganjilan manusia adalah ketika ia juga bersikap demikian pada hubungannya dengan Tuhan, padahal sebenarnya tidak seharusnya pongah. 

Umar bin Khottab, menaklukkan dan membangun sesuatu bukan dengan kepongahan. Sejarah panjang ummat manusia mencatat , "orang membangun tempat ibadah dan ada yang menghancurkannya, tapi siapa yang membersihkannya?".

Diantara berbagai kota historis di bawah kolong langit ini. Mungkin kota Yerusalem-lah yang selalu tak luput dari cerita manis - pahit-getir sejarah manusia. Yerusalem yang merupakan kota tua syarat sejarah ini, di bentuk oleh pertarungan kekuatan-kekuatan besar sejarah untuk zamannya.

Peradaban Mesopotania, Assyiria, Roma (kristen), Arab, Turki (Daulah Ustmaniyah) dan inggris telah hadir meninggalkan bekas-bekas Tersendiri yang cukup dalam. Kota Yerusalem ini juga tidak bisa di lepaskan dari 3 agama Monotheistik paling berpengaruh hingga saat ini. setiap hari Yerusalem selalu di kunjungi dengan ghiroh teologis, para peziarah dari seluruh dunia untuk datang lebih dekat. Meminjam Istilah Edward Said "menghadap Tuhannya. Menghambakan diri dan bahkan terkadang datang dengan hal-hal yang di yakini irasional, namun dianggap sebagai sebuah cara untuk menyatukan emosi teologis".

Di yerusalem juga di temukan komunitas kristen yang tumpah ruah untuk melihat gereja Sepulchre, yang di dalamnya terdapat karang Golgota, tempat Yesus di salib, maqam suci dan tempat Yesus di bangkitkan. Sebagaimana halnya yang di lakukan oleh orang Yahudi, dengan dinding ratapan yang berlumut, maka orang-orang kristen yang taat ini memeluk "penuh rindu bercampur duka", karang berbentuk dipan tempat Yesus di semayamkan untuk sementara waktu setelah ia di turunkan dari kayu salib. Dengan air mata bercucuran, mereka meletakkan pipinya di dada Yesus yang tak berdaya dan seakan-akan merasakan lansung penderitaan Putra Siti Maryam ini. Bak kata Sosiolog agama Karen Amstrong, " Trans - Teologis - agama" Justru terlihat dalam peristiwa-peristiwa seperti ini.

Sementara itu, ribuan kaum muslimin melafalkan Takbir, Tahmid dan Tasbih sebanyak lima kali sehari semalam di masjid al-aqsa, yang di yakini telah menjadi tempat persinggahn Nabi Muhammad SAW, ketika melakukan Isra' dan melakukan Sholat dengan Para Nabi yang lain sebelum Mi'raj.

Dinding ratapan, gereja Sepulchre dan masjid Al-aqsa yang di sebut dalam bahasa sosiolog agama sebagai "monumen suci", Hubungan Yerusalem dengan Agama-agama besar itu, tapi sekaligus simbol perbedaan agama-agama besar itu.

"Sejarah selalu di penuhi cerita membangun dan menghacurkan. Tapi siapakah yang membersihkannya", Kata Tagore. Dan umar Bin Khottab bukan menghacurkannya tapi membersihkannya. Kehadirannya ketika menaklukkan yerusalem adalah kehadiran "Rahmat" bukan kehadiran "Perusak".

*Rst
*nalarPinggiran