Merawat ingatan merupakan salah satu cara terbaik dalam menjaga kesadaran. Salah satu yang pokok bagi kita adalah merawat ingatan dalam catatan sederhana ini.
Ibu yang menjadi awal mula, titik berangkat sekaligus titik kepulangan. Ia menjalar dan meluas, sebagai masyarakat yang bertebaran dimuka bumi.
Muatan pesan yang dikandung judul diatas mengisyaratkan makna yang terlampau dalam untuk diselami, dimengerti dan dipahami.
Karenanya, dengan kesadaran atas keterbatasan untuk memberi makna, saya dapati sepenggal makna dari sisi kemanusiaan, yang mengandaikan adanya narasi pohon kehidupan.
Pohon kehidupan yang dimaksud adalah ibu dari segenap diri yang hidup beranak pinak, menjalar atau bertebaran sebagai laki-laki dan perempuan yang berkeluarga, bersuku-suku, berbangsa-bangsa serta berbaur kedalam kehidupan masyarakat dunia.
Ibu sebagai pohon kehidupan dapat dijumpai pada narasi kelahiran bagi para pewaris kehidupan dari rahim ibu yang didalamnya bersemayam kasih yang sejati.
Kasih yang tak pernah kita dapati dijual di pasar manapun. Apatah lagi jika mencarinya di pasar bebas, sudah bisa dipatikan kita tak akan menemukannya.
Melupakan ibu adalah cara melupakan asal-mula sekaligus melupakan jalan pulang-kembali ketempat asal. Dengan kata lain, setiap diri akan tersesat bagi yang melupakan titik berangkat dan titik kepulangannya.
Sebaliknya, yang selamat hanya bagi diri yang mengenal jalan kembali-pulang ke tempat asalnya yang sejati.
Ibu adalah pusat pendidikan yang pertama dan utama. Ibu sebagai kawah candradimuka peradaban dan kebudayaan.
Ibu memiliki kekuatan pada proses pencerdasan untuk menyiapkan manusia unggul pada segala bidang kehidupan, terutama dalam membangun kehidupan-peradaban kemanusiaan.
Kesadaran pada aspek kehidupan ekonomi, politik, agama, dan berbagai dimensi pengetahuan lainnya diletakkan dan dipusatkan didalam madrasah ibu.
Dari ibu terlahir pewaris zaman yang menjadi tulang punggung peradaban yang membawa nilai keadaban untuk ditranformasi dalam kehidupan zamannya.
Dalam narasi perkotaan, ibu dapat diandaikan sebagai pusat kota. Ini dapat dijumpai pada istilah ibukota atau pada penyebutan sebuah negara bangsa yang disematkan istilah ibu pertiwi atau bumi pertiwi.
Apabila ditelusuri dalam ilmu angka, posisi ibu dapat disematkan pada angka nol. Sebuah simbol keseimbangan antara posisi garis lurus dari minus dan plus, sumbu x dan y.
Nol bukanlah kosong, bukan pula simbol ketiadaan. Sejatinya angka nol memiliki nilai sebagai simbol keseimbangan, ketertiban, keteratuaran dan hamoni hidup.
Dalam kehidupan bermasyarakat, ibu dalam makna titik awal dan berpulang adalah pusat keseimbangan hidup masyarakat banyak. Ditangannya kehidupan menjadi tertib dan harmoni. Adapun gejolak sosial yang mengemuka, akan dapat diminimalisir hingga harmoni dapat terus tercipta.
sebagai diri yang berkesadaran. Sudah barang tentu Kesadaran akan mengantarkan setiap pribadi manusia pada jalan yang lurus lagi terang. Kesadaran diartikulasikan dalam sikap hidup mengangkat pemimpin yang otentik bagi diri dan keluarga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sehingga Keberadaan diri yang sadar atau berkesadaran akan sangat dibutuhkan sekaligus membutuhkan pemimpin dalam melangsungkan kehidupan.
Para pewaris Ibu sebagai titik awal dan pulang yang melahirkan kesadaran pribadi yang otentik sesungguhnya nampak melalui sikap hidup setiap pribadi yang memilih menjadi ibu kehidupan atau pribadi yang beranak pinak menjadi pewaris yang selalu menjalar dan bertebaran untuk keseimbangan, harmoni dan kebajikan sosial kemanusiaan.
Wallahu a'lam
Coretan Pinggiran, Nalar Pinggiaran


Tidak ada komentar:
Posting Komentar