Sudah menjadi keyakinan dalam kehidupan kita, bahwa segala yang ada permulaannya, pasti ada penghabisannya. Setiap yang punya awal pasti memiliki akhir. Sebab, tidak ada kebadian dalam kehidupan ini. Semuanya datang silih berganti. Berubah oleh pergeseran masa dan pertukaran waktu. Demikianlah, jika kita hendak merenungi kehidupan alam disekitar kita.
Sejak dari kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang sampai pada kehidupan kita mahkluk yang bernama manusia.
Lihatlah, kita manusia misalnya ; di mulai sejak kita telahir di kehidupan ini, dari bayi yang merah tidak berdaya, kemudian berangsur tumbuh menjadi anak-anak. Dari kehidupan anak-anak berubah lagi menjadi remaja, dengan segala kelincahan dan keceriannya. Lalu, dari masa remaja, kita memasuki masa dewasa, untuk kemudian memasuki fase tua. Setelah kita memasuki masa tua. Sehari, seminggu, sebulan dan setahun. Sampailah kita pada batas waktu yang telah di tentukan oleh Allah, yang di namakan ajal Dan bertemulah kita dengan maut. Hal Ini merupakan kepastian dalam kehidupan.
Jika saja kita mau merenung, akan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri kita secara Biologi, seharusnya membuat kita insyaf dan sadar. Di kala remaja, kita begitu lincah, punya rambut yang ikal berderai, punya lesung di pipi, punya senyum yang indah menawan bagi setiap orang yang melihat, punya kulit yang kencang dan bersih. Manakala kita memasuki masa tua, perubahan frontal pun terjadi ; kulit mulai keriput, rambut yang tadinya ikal berderai mulai memutih, nikmat mulai berkurang. Gigi yang tadinya utuh, bisa mengunyah apa saja, satu demi satu mulai permisi meninggalkan kita. Sangat boleh jadi, saat kita remaja senyum kita begitu menawan yang membuat orang lain bisa terpikat. Tetapi, ketika kita sudah tua dengan kulit yang keriput dan gigi yang tidak ada lagi, manakala kita tersenyum, mungkin orang akan lari dari sekitar kita.
Kemana keindahan yang begitu menawan. Kemana senyum lesung pipit yang begitu menarik orang. Semuanya, Pergi meninggalkan kita, berubah oleh pergesaran masa dan pertukaran waktu.
Bila maut datang menjemput kita. Apakah selesailah kehidupan sampai di situ?. Ternyata belum.
Jika lahir adalah perpindahan kehidupan dari alam rahim ke alam syahdah (dunia). Maka, mati pada hakikatnya adalah perpindahan kehidupan dari kehidupan dunia menuju kehidupan baru, yaitu alam barzakh.
Andai, hidup hanya sekali. Secara moral kita akan berkata, alangkah tidak adilnya Tuhan. Kenapa?. Sebab, Dalam kehidupan ini, segala ragam hal terjadi ; ada orang dzolim, ada orang yang di dzolimi. Ada orang membunuh, ada orang yang terbunuh. Ada orang yang kaya, ada orang yang miskin. Ada orang yang jujur, ada orang yang menghalalkan segala cara. Sehingga banyak keadilan yang terlepas dari pengadilan dunia.
Lalu, orang bilang di dunia ini, banyak pengadilan tetapi banyak ketidakadilan. Di dunia ini mudah mencari pengadilan, tetapi sulit mencari keadilan. Andaikata hidup hanya sekali, bagaimanakah nasib mereka yang lepas dari pengadilan dunia ini?. Alangkah tidak adilnya Allah, jika tidak ada kehidupan, sesudah hidup yang sekarang.
Tentulah akan terjadi, dimana orang yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, seperti bahasa - yang penting kan saya kaya, yang penting kan saya punya jabatan dan kedudukan tinggi. Kalau perlu jilat atas, jilat atas. Kalau perlu sikut kiri kanan, sikut kiri kanan. Kalau perlu injak bawah, injak yang dibawah. Inilah prinsip orang-orang Sekuler. Mengapa demikian?. karena, mereka tidak percaya yang adanya hari kiamat.
Sebagai muslim yang percaya, akan adanya hari akhirat, kiamat pasti ada dan hidup tidak hanya sekali. Maka, jika kita berlaku aniaya, kita dzolim, kita korupsi, kita culas, dsb. Maka, boleh jadi kita lepas dari pengadilan dunia. Tetapi, kita tidak akan pernah lepas dari pengadilan Allah, pengadilan Qodi Robbul Jalil. Dimana kita akan di adili, se adil-adilnya dan tidak ada satu perkara pun yang besifat salah yang akan lolos dari pengadilan tersebut.
Pantas saja, jika suatu Hari Malaikat Jibril datang menasehati Rosulullah SAW, yang tentunya menasehati kita semua. Apa kata malaikat jibril, kepada baginda Nabi ; "Ya Muhammad Is ma si'ta fa innaka ala mayyitun - Hai Muhammad, hiduplah semau kamu, tapi jangan lupa kamu pasti mati".
Kalau memang di larang tidak terlarang, dicegat tidak tercegat. Kita mau hidup menurut mau kita sendiri. Persilahkan. Hiduplah menurut mau dan gaya kita. Tapi, jangan lupa bahwa suatu saat kita pasti mati, "Fa innaka ala mayyitun".
" Waa mal ma Si'ta fa innaka ma' dziyun bih - kerjakan apa saja yang kita mau". Jika engkau mau menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, Silahkan. tapi jangan lupa bahwa kita akan mendapatkan balasan dari seluruh amal perbuatan kita".
" Waa ahbib ma si'ta faa innaka la muffariku hu - dan cintailah, apa saja yang engkau mau cintai". Kita cintai anak suami atau istri kita silahkan. Kita cintai pangkat dan jabatan kita, tafadhol. Kita cintai harta dan kekuasan kita, silahkan. Kita cintai tanah air kita, silahkan. Tapi, jangan lupa kita pasti akan berpisah dan meninggalkan segala yang kita cintai".
Artinya, seesudah maut datang menjemput kita, ada kehidupan sesudah hidup yang sekarang ini. Hal Inilah yang mendorong kita dalam kehidupan ini, tidak menggunakan prinsip seenaknya saja. Semaunya saja, asal harta dapat, asal pangkat tinggi, asal punya jabatan. Masa bodoh dengan menipu orang lain, masa bodoh dengan menganiaya orang lain.
Seorang muslim tidaklah diajarkan demikian, ingatlah setelah kita mati. Setelah kita akan di bangkitkan dan akan diminta pertanggung jawaban tentang apa yang kita lakukan di kehidupan yang sekarang ini. Oleh sebab itu, jika kita bicara tentang Akhirat dan Kiamat, memang hal itu masalah yang ghaib. Yang sepenuhnya tidak bisa di cerna dan di pahami oleh penalaran dan intelektualitas kita. Dasar di dalam membicarakan hal ini, tidak lain adalah iman kita kepada Allah. Bukan saja dari zaman kita, sejak zamannya Nabi, jika orang membicarakan tentang kiamat dan akhirat, ada yang ragu-ragu dan ada yang menolak sama sekali.
Pernah suatu saat Nabi Berdakwah, menceritakan bahwa suatu saat akan terjadi kiamat, dimana Allah akan membangkitkan seluruh manusia dan meminta pertanggung jawaban. Apa reaksi orang?. Reaksi orang yang beriman, sangat menyakini hal itu. tetapi, yang tidak beriman, mereka bertepuk tangan, mencaci dan mengejek. Bahkan, yang luar biasa adalah dua Kafir, yang bernama 'Ubaid Bin Ka'ab' dan 'Ash bin Wail', setelah mendengar pidato Nabi, mereka cepat-cepat pulang kerumah. Untuk mengambil cangkul dan mencari kuburan tua. mereka berdua menggali dan mengambil tulang-tulangnya dan membawanya kehadapan Nabi Muhammad SAW, seraya berkata, Ya Muhammad, tulang-tulang yang hancur sedemikian rupa, siapa yang bisa menghidupkannya kembali. Ahh, yang macam-macam saja engkau Muhammad. Tidak rasional, tidak masuk akal.
Allah menjawab ; " Watdho robalana mastlaw waa khosiyah kholqoh. Qola ma ' yuhyil idzo ma waa hiya romim. Qul yu' yi halladzi ansaaha ahaa awwala marr'ro wahuwa bil kulli kholqin alim - mereka memberikan perumpamaan kepada kami. Mereka melupakan asal kejadiannya. Mereka bertanya siapa yang sanggup menghidupkan tulang belulang yang telah hancur. Katakan, pada mereka Muhammad, yang akan menghidupakan mereka adalah dia yang menciptakannya pertama kali dulu". Jika dia sanggup menciptakan, maka dia lebih sanggup lagi mengembalikan reproduksi ciptaannya sebagaimana dahulu.
Yang paling kasian adalah mereka yang ragu-ragu ; akhirat itu ada apa tidak, kiamat itu ada atau tidak. Lantaran ragu-ragu, terombang ambing antara harapan dan putus asa. Terombang ambing, diantara kenyataan dan idealisme.
Ada yang buta terhadap kehidupan sesudah mati. Perhatian mereka hanya tercurah pada kehidupan sebelum mati. Yang mereka perhatikan, hanya siang dan malam, yang tidak lebih dari sekedar urusan perut. pergi pagi, pulang sore. Peras keringat, banting tulang. Cuman soal makan, minum, pakian, kendaraan, istri, anak, rumah tangga. Yang mereka pikir, cuman soal-soal politik, ekonomi, pembangunan dan industri, misalnya. Untuk soal-soal seperti itu, habis seluruh waktu, giat tiada tara demi memikirkan peningkatan kebudayaan, ekonomi, politik, kadang-kadang kurang tidur, kurang istirahat, berkeliaraan kesana kemari ke tempat-tempat jauh. Sampai-sampai terkena stress, darah tinggi, ginjal, lever untuk memikirkan hal-hal yang semata-mata hanya dunia saja.
Lantas, boleh jadi mereka mendapatkan kekayaan yang melimpah ruah, kedudukan yang tinggi, nama yang semerbak, dikenal orang di barat dan timur. Di utara dan selatan. Tetapi, alangkah kecewanya mereka, jika ajal datang menjemput nyawa. Meinggalkan harta yang banyak, nama yang mahsyur, mereka disebut dengan jasa-jasanya. Radio menyiarkan, tv menyiarkan, koran memberitakan. Bahkan nama mereka di kenang 2 sampai 3 tahun setelah ia meninggal. Tetapi, pada saat itu, Jiwa mereka merintih, mengeluh, menderita karena di lemparkan oleh Allah ke tempat yang kotor. Penyesalan sudah tidak akan ada gunaya lagi.
Oleh karena itu, kehidupan akhirat bukanlah dongeng dan tahayyul. Bukan khurafat dan khayalan. Bahwa kehidupan akhirat dan kiamat adalah kepastian dan kebenaran. Dalam surat Al-Hajj, Allah SWT berfirman, " Waa anna sya'ata ati atun la royba fiha waa annallahu yab asu man fil kubur - dan bahwa sesungguhnya kiamat itu adalah sesuatu yang pasti dan tidak ada lagi keragu-raguan lagi di dalamnya. Dan bahwasanya Allah sungguh-sungguh akan membangkitan manusia dari kuburnya masing-masing".
Jika kita sudah yakin bahwa kiamat dan akhirat adalah sesuatu yang pasti adanya. Lalu, dari mana pembicaraan tentang kiamat dan akhirat kita mulia?. Tentu dari diri kita. Marilah kita memasuki proses perjalanan hidup ini, sampai memasuki kiamat.
Kawan, tidak ada mahluk secantik dan setampan manusia. Jika tidak percaya. Silahkan pergi ke Kebun binatang. Kawan masuk ke dalam kebun binatang, maka kawan akan temukan segala macam mahkluk, terdapat ratusan jenis binatang didalamnya, lalu bandingkan dengan kawan ; mana yang lebih ganteng?. Dari seluruh mahkluk yang diciptakan Allah, Manusia adalah Fii ahsani taqwim - manusia adalah sebaik-baik ciptaan". Sejak susunan biologis sampai kemampuan berpikir.
Biologis kita sangat sempurna : di berikan dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk bekerja. Di berikan dua mata, yang kedua-duanya di depan. Bayangkan, kalau satu mata kita di depan dan satunya di belakang. ahh, rasanya tidak laku kaca mata itu. Di berikan dua hidung, dengan lubangnya menghadap kebawah. Tahu betul Allah. Coba kita bayangkan, jika lubangnya menghadap ke atas, bagaimana jika musim hujan, kan repot kita. Sebab itulah, manusia adalah "Laqod kholaqnal insana fi ah sani taqwim - sungguh telah kami ciptakan manusia dengan bentuk kejadian yang paling sempurna".
Kesempurnaan manusia ini, karena terdiri tiga unsur pokok ; Unsur jasmani dan unsur rohani, unsur Jiwa. Jazad yang berasal dari sari makanan, yang di makan oleh bapak dan ibu kita. Lalu, dengan hasil kerja sama yang baik, antara ibu dan bapak, terwujudlah kita. Kalimat lansungnya jazad kita terbentuk dari tanah. Yang berubah menjadi bayi, anak-anak, remaja, dewasa, sampai tua.
Yang mengalami proses perubahan adalah unsur Jasmaniah Kita. Kenapa?. Karena jasmani adalah materi - benda. Daya tahannya terbatas oleh pergeseran masa dan pergantian waktu. Apa ada orang makin tua, makin cakep.
Yang menyebabkan jasmani bisa bergerak, karena ada unsur roh menurunkan Nilai hidup kepada Jiwa yang terdapat di dalam jazad. Inilah yang menjadi sumber kehidupan dan Pusat kesadaran dalam kehidupan manusia.
Jika tidak ada nilai hidup roh yang di turunkan ke dalam Jiwa yang terdapat di dalam jasmani kita. Secara sederhan, kita bisa analogikan seperti ini, kalau kita Pernah melihat orang mati, perhatikan jazadnya : telinganya masih ada, tetapi sudah tidak sanggup mendengar. Matanya masih lengkap, tapi tidak bisa lagi melihat. Mulutnya masih ada, tetapi tidak sanggup lagi berbicara. Telinganya dan kakinya serta tanganya masih lengkap, tetapi tidak bisa lagi mendengar, berjalan dan bekerja. Ternyata jasmani kita, jika sudah ditinggalkan roh, sudah tidak berdaya apa-apa.
Jasmani dan rohani kita, ternyata dua-duanya punya kebutuhan. Kebutuhan Jasmani adalah makanan, minuman, istirahat, pakaiaan. Apabila ajal menjemput, berpisahnya Roh dari jazad, itulah yang di namakan maut. Jadi apa mati itu?. mati adalah berpisahnya roh dan jazad. Oleh sebab itu, islam sangat mengajurkan kita, agar banyak-banyak mengingat mati.
Bagaimana caranya mengingat Mati?.
mati itu pasti. Kira-kira diantara kita, ada yang tidak akan mati atau tidak?. "Tidak, pasti akan mati". Berani?. "Berani". Sekarang mau?. "Tidak, hehehe".
Sebenarnya, orang tidak perlu takut mati. Tetapi, jangan juga terlalu berani menghadapi mati. Karena, bagaimanapun takutnya kita pada mati. Toh, dia pasti datang dan Bagaimanapun beraninya kita pada mati. Kalau belum ajal, yah tidak mati juga. Jadi, seorang muslim itu harus berani menghadapi hidup dan tidak takut menghadapi mati. Karena mati adalah sesuatu yang pasti.
Pertama, Berziarah atau menjenguk teman yang sakit. Sebab, pahala menjenguk orang yang sedang sakit itu kata Nabi, Lebih afdhol dari melaksanalan sholat sunnah 1000 rakaat. Apa pernah sodara melaksanakan sholat sunnah 1000 rakaat?. "Belum pernah". Nah, Jenguk orang sakit, pahalanya lebih afdhol dari sholat sunnah 1000 rakaat. Kenapa, menjenguk orang sakit mengingatkan kita akan kematian?. Iyaa yah, ini teman saya. Kemarin bercanda ria dengan saya. Sekarang, terbaring tidak berdaya di rumah sakit. Hilang kemampuanya, hilang keceriannya. Sakit. Ia, kalau sembuh, kalau ajal. Ia, sekarang dia. Kalau jatuh ke saya.
Lalu, menghibur teman. Adabnya kita menggunakan kata-kata yang enak, agar mendatangkan sugesti supaya dia cepat sembuh. Jangan, menjenguk orang sakit, kita terlalu jujur. Misal ; sakit apa bro?. Perut, wadduh, kemarin teman saya sakit begini, mati. Itu orang bisa syok, lantaran etika kita tidak sampai kesana.
Kedua, ziarah kubur. Jika tidak bisa setiap hari, sekurang-kurangnya seminggu sekali, jum'at pagi. Kalau masuk kubur, ada etikanya ; 'Assalamu alaikum Ya ahlal kubur waa inna insya Allah bikum lahibun' - Hai penduduk Kubur, Keselamatan bagi kamu. Dan kami Insya Allah, pasti akan menyusul kamu". Ia, yah. Kemarin masih ada, kini terbaring tanpa daya, ini unggukan kuburannya. Ia, yah. Yang kemarin masih ada, sekarang sudah tidak ada. Kemana dia, kami suatu pasti akan begini.
Ketiga, mengawal jenazah. Bahkan sangat di anjurkan dalam agama. Jika boleh, sejak di mandikan, di kafankan, menyolatkannya sampai di antarkan ke kuburan. Ia, yah. Hari ini saya yang mengantarnya ke kubur. Besok boleh jadi, saya yang diantar oleh orang. Hari, ini saya sholatkan dia, besok boleh jadi saya yang di sholatkan orang. Hari ini, saya masukkan ke liang lahat. Besok boleh jadi, saya yang di masukkan orang ke liang lahat.
Ingat mati, tumbuh kesadaran. Lalu, daya positifnya terhadap kehidupan apa?. Orang yang mengingat mati, bukan lantas menjadi lemah dalam kehidupan, menjadi putus asa, sedikit semangat terbentur persoalan timbul frustasi. Bukan itu yang di maksud mengingat mati. Jelasnya, islam menganjurkan kita mengingat mati, guna maksud-maksud yang positif. Supaya orang sadar bahwa hidup ini cuman sebentar. mumpung hidup, maka gunakan hidup dengan sebaik-baiknya. Melakukan kebajikan yang sebanyak-banyaknya. Menjauhkan rasa malas, menunggu keajaiban yang datang dari langit. Berleha-leha, bermain-main, sementara maut jika datang tidak pernah main-main.
Pantas saja, jika seorang penyair bernama Sauqi memesankan kepada Kita, "Tasawwad bit taqwa faa innaka la tadri idza hanna laylu halta isyu ilal fajri kammin shohin matan ilal ghoiri illatin waa kammin alilin ghoiri asya hilan minat tahri - persiapkan dirimu dengan taqwa, sebab kamu tidak tau jika malam datang, apakah kita masih hidup besok pagi. Berapa banyak orang sehat mati, tidak pakai sakit". Apakah ada yang bisa menjamin besok kita akan hidup. Tidak ada. Sebabnya ringan saja, ada yang terpleset saja, mati. Ada yang cuman tertimpa pensil, mati ; "Ta adda bi asbabi mautu wahid - Sebab mati bisa banyak tapi mati itu satu saja".
Mati itu seperti kelapa, yang terlalu tua jatuh ke bawah, terlalu mudah juga jatuh kebawah, yang masih kembang, juga jatuh kebawah. Dia datang mengambil yang bayi, menjemput yang anak-anak, datang juga pada yang remaja, dewasa, bahkan yang tua. Jangan yang muda, lalu bertutur, saya masih jauh.
Mati itu pasti dan ia tidak pernah memberitahu kapan. Misal, ais kamu mati 90 tahun. Saya berpikir, ohh masih lama, foya-foya dulu ah. Tapi, mati tidak pernah memberitahu kapan ia datang. Lantaran itulah, kita harus mempersiapkannya dengan mengingat-ngingat mati untuk selalu bersikap positif.
Satu contoh, peringatan tentang mati yang mendatangkan nilai positif, pada Saat peristiwa perintah hijrah. Ketika di mekkah sudah dalam keadaan terpepet, datang perintah hijrah. Lalu semua sahabat, jangan di kira semuanya bulat hati untuk berhijrah ; ada yang berpikir, wah saya kalau ikut hijrah. Lalu ditengah perjalanan dicegat kafir quraisy, lalu dibunuh, kan mati saya. Takut mati, Allah peringatkan, "kullu nafsin dzaikatul maut - semua yang hidup pasti mati". Kamu disuruh hijrah saja takut mati. Kamu diam di mekkah juga mati, berangkat ke madinah juga mati.
Mendengar ayat ini, sayyidina Umar seperti di bakar semangatnya. Sebahagian sahabat mau hijrah sembunyi-sembunyi. Beliau malah hijrah dengan mengumpulkan bajingan-bajingan quraisy didekat ka'bah, lalu Umar berpidato ; Ya Ma'sirol quraisy - wahai bajingan-bajingan quraisy, besok pagi yang namanya Umar mau hijrah ke madinah. Siapapun dari kalian yang mau kepalanya terpisah dari badannya, silahkan cegat Umar di jalanan". Besoknya umar dengan tenang berangkat ke madinah. Kaum quraisy, barangkali berpikir, siapa juga yang mau mencegat penyakit.
Begitu ingat mati, timbul semangat juang. Timbul optimisme. Bukan malah pesimis dan takut. Inilah ingat mati yang melahirkan sikap positif. Bukan, yah saya tidak usah kerja rajin-rajin. Toh, saya bakal mati. Ini ingat mati yang salah pasang. Mengingat, seharusnya mendorong manusia untuk berbuat lebih tekun.
Allah memberikan peringatan, "Qul Innal mautal ladzi taffirrunal minhu faa innahu mulakikum - katakan, maut yang engkau lari darinya, yang engkau takut darinya. Dia pasti akan menjemput kamu". Datangnya memang kita tidak harapkan. Tetapi, sekali dia datang tak ada pintu tempat kita lari. Dia memang tak pernah kita undang. tetapi sekali dia datang mengetok pintu, kekuatan apa yang bisa menolak. Dia sebuah tanda seru dalam kehidupan. Apa yang menyebabkan orang takut mati?.
Pertama, kita tidak tahu bagaimana kehidupan sesudah mati. Alam kubur gelap, alam barzakh gelap sehingga dia bingung, lantas takut. kedua, boleh jadi kita di bayangan-bayangi oleh dosa yang kita kerjakan di dunia ini. Kerjanya cuman menumpuk dosa. Kita bergembira, tertawa diatas tumpukan dosa. Merasa segan berpisah dengan kehidupan ini, sehingga boleh jadi maut adalah sesuatu yang ditakutkannya. Tapi, bagaimanapun takutnya, tidak ada tempat lari dari dia. Dalam ayat lain Allah Jelaskan ; "Ayanama takunu yudrikumul mautu waa laa kuntum fi burjiu musyayadah - dimana saja kamu berada, dalam benteng paling tangguh sekalipun. Maut pasti akan menjemputmu".
Nah, bagaimana cara malaikat datang menjemput nyawa kita. Sang malaikat pencabut nyawa malaikat izroil. Dalam suasana macam demikian, diakhir kehidupan dunia dalam berhadapan dengan sakaratul maut. Terbagilah manusia dalam dua bagian besar. Pertama yang menghadapi sakaratul maut dengan husnul khotimah, baik d iakhirnya. Sehingga pada saat rohnya berpisah dengan jazadnya. Kelihatan dia seperti senyum, mukanya cerah, bahkan sebelum itu boleh jadi dia meninggalkan pesan-pesan yang baik; ada yang sempat adzan, ada yang sempat baca qur'an. Pernahkah menemui orang yang macam demikian?. Sebab apa, malaikal maut datang menjemput mereka juga dengan baik-baik. Di cabut nyawanya perlahan-lahan. Sungguhpun perlahan, pedihnya, sakitnya tiada tara.
Rosulullah SAW, di kala berhadapan dengan malakul maut, diceritakan, beliau mencelupkan tangannya kedalam Gelas yang berisi air dan di usapkannya ke muka beliau seraya berdoa ; Ya Allah, mudahkanlah saya dalam menghadapi sakaratul maut ini. Beliau juga yang menyebutkan, bahwa sakitnya nyawa dilepas dari jazad sama dengan 300 kali sabetan pedang di tempat yang sama. Sehingga kita diajarkan doa, untuk meringankan sakaratul ialah "Allahumma hawwin alaina fi sakaratil maut - Ya Allah, mudahkanlah saya dalam menghadapi sakaratul maut". Ketika nyawa dicabut dari jazad, mata masih melihat roh itu. Sehingga kadang-kadang, ada yang matanya terbelalak, tidak sempat di tutup, terbuka terus. Mengikuti roh keluar dari jazadnya.
Adapun golongan kedua, manusia yang ketika berhadapan dengan sakaratul maut, mendapatkan suulkhotimah. Jelek di penghabisannya. Sekaratnya sudah setengah mati. Ada yang lagi pegang kartu, mati. Ada yang lagi ditempat adu ayam, mati. Ada yang lagi di tempat pelacuran, mati. Ada yang lagi pegang botol minuman keras, mati. Barangkali, malakul maut gemas sekali mencabut nyawanya, ini bajingan. Setelah roh berpisah dari badan, maka tinggallah sang badan. Di tangisi oleh semua yang kita tinggalkan.
Suatu ketika, kepada puterinya Fatimah, Rosulullah berkata ; Jika ada tamu yang datang, katakan bahwa ayahku sedang Istirahat. Tidak boleh diganggu untuk saat ini. Tetiba, ada yang mengetuk pintu rumah Rosulullah , dengan segera Fatimah membuka pintu, seraya berkata ; Ayahku sedang Istirahat. Tidak bisa diganggu dulu.
Tamu tersebut, mengatakan : Katakan, bahwa Saya yang datang. Begitu tamu tersebut, mengatakan saya yang datang. Gemetar seluruh tubuh Fatimah dan menghampiri ayahnya.
Kata Rosulullah, kamu tahu siapa yang datang. Jawab fatimah ; Saya tidak tahu, wahai ayah. Yang datang itu adalah "Hadzimul ladzat, waqoti'u syahawat (itulah dia yang menghancurkan seluruh kesenangan dunia. Yang memisahkan kita dengan seluruh yang kita cintai), dialah malakul maut, wahai anakku. Suruh dia masuk.
Manakala roh telah meninggalkan jazad, itulah yang di kerumuni orang. Anak menangis, istri menangis, orang tua bersedih, teman-teman merasa kehilangan. Menangisi jazad. Di mandikan sebagaimana mestinya. Di kafankan dengan kain putih 3 lembar, itu yang hendak kita bawa kembali ke tempat asal kita. Pakain sutera, jaz yang mereknya swiszerland wold, kain yang samarinda, sepatu yang bally atau bal tony, jam tangan yang rolax, kendaraan yang serba mewah. Tidak ada yang menyertai kita.
Setelah itu dikuburkan, kita menghadap kiblat, di sholatkan dengan 4 takbir lalu doa. Berangkat kita, dilepas dengan upacara pelepasan. Meningalkan suami, istri, anak-anak, karib kerbat, kampung halaman, tanah air, bahkan alam dunia ini. Selamat tinggal alam dunia ini, tinggal lah yang tinggal, saya akan kembali dimana tempat asal. Untuk kembali mempertanggung jawabkan seluruh yang kita lakukan dalam kehidupan ini.
Lalu, di masukkanlah kita kedalam keranda mayat untuk dikuburkan. Ke tempat peristirahatan terakhir ; Bismillah millati rosulillah. Padahal, dulu jika kita mau istirahat, ke bali lah kita, ke hongkong lah kita, ke tempat-tempat tamasya kita. Ternyata sampai juga kita ke tempat peristirahatan terakhir, yang luasnya tidak lebih dari 2 x 1 M, diusung orang, diantar. Manakalah sudah sampai ke atas liang lahat, di buka usungan keranda, di baringkan ; gumpalan tanah akan jadi bantal, muka dihadapkan ke arah kiblat. Setelah itu di tutup liang lahat dengan kayu masih belum kurang, di tutup dengan tanah. Yang menutup, adalah orang yang tadinya mencintai kita, menyanyangi kita. tapi, jazad sudah di tinggalkan roh, habis rupanya cintanya. Coba, jazad kalau sudah ditinggalkan Roh, 3 hari saja dirumah, pasti seram. Ya mayyit, siapa yang betah temani mayat.
Setelah selesai upacara pemakaman, maka para pengantar akan pulang ke rumahnya masing-masing. Maka, masuk kita ke alam kehidupan yang disebut dengan alam barzakh. Apa selesai hidup sampai di situ, tidak.
Hanya beberapa langkah, setelah yang mengantar kita pulang. Di riwayatkan dalam H.R. Bukhari dan Muslim ; jika kita telah di letakkan di kubur, lalu si pengantar telah pulang. Maka, roh si mayyit akan mendengar bunyi terompah yang pulang tersebut. Lalu, datanglah dua malaikat yang bertanya, jika di jawab dengan benar. Maka malaikat berkata ; "Num naumatul arus - tidurlah kau disini, seperti tidurnya pengantin". Maka, alam kubur bisa sebagai " raudhatun min riyadhil jannah - taman diantara taman-taman surga". Pun juga bisa sebagai ; "Khufratun min khufarin niron - menjadi liang dari pada liang neraka".
Ada juga riwayat dari Imam Muslim, dari said bin tsabit ; Suatu hari kami sedang bersama Rosulullah, berada dalam kebun kepunyaan bani najar. Rosulullah sedang duduk diatas keledai, tetiba entah bagaimana keledai itu terkejut. Kaget, berontak, hampir Rosulullah jatuh. Rosulullah kemudian bertanya ; sodara-sodara, ada yang tahu tidak, ini kuburan siapa. rupanya di kebun tersebut, ada kuburan tua. Tidak ada, ya Rosulullah, jawab para sahabat. Lalu sahabat bertanya, kenapa wahai Rosulullah?. Penghuni kubur ini, sedang disiksa oleh Allah. Andaikkan boleh saya berdoa, agar kalian mendengar seperti yang saya dengar, maka pasti kalian tidak akan kuat mendengarkannya. Mereka sedang disiksa di kuburnya.
Dalam Musnad Imam ahmad dan Sahih Abi Hatim, ada riwayat yang mejelaskan bahwa orang yang banyak melakukan kebajikan di dunia, amalannya akan datang menemaninya ; Sholatnya dekat kepalanya, zakat sebelah kirinya, puasa sebelah kanannya. Datang Menghibur dia, bahkan di katakan datang serupa orang yang cantik di alam kuburnya, bahkan dia tanya ; "man anta lam ardho fi dunnia ajma inka - siapa kamu, didunia ini saya belum lihat orang secantik kamu". Dia jawab ; "Ana amaluka sholeh - Saya adalah amalmu".
Beberapa hal yang perlu kita ketengahkan, sependek pengetahuanku bahwa Almarhum itu tidak ada hubungannya dengan kematian. Almarhum itu artinya orang yang di rahmati oleh Allah. Kita semua mudah-mudahan sudah almarhum. Hanya saja dalam kebudayaan, Diksi Almarhum kerap kali di asosiasikan kepada kematian.
Menurut Allah, Tidak ada orang mati. Makanya dalam hidup, kita harus selalu punya hubungan batin terhadap sesama. Karena, dia abadi. jika hanya hubungan fisik, hubungan badan, hubungan politik itu hanya sementara. Dalam Qur'an Allah berfirman, "Jangan sangka bahwa hamba-hambaku yang berjuang di jalanku, itu mereka mati. Melainkan mereka hidup dan mendapatkam rezeki".
Artinya, orang yang kita sebut sebagai almarhum ini sedang memasuki rezeki tingkat kedua, melebihi rezeki yang kita dapatkan di dunia. Rezekinya berbeda-beda dan almarhum sedang menikmati itu. Kalau kita, rezeki kita itu cuman makan, minum, motor, rumah, dsb. Yang ketika di sapu angin akan hilang menurut kesementaraan waktu.
Manusia itu tidak hidup sementara. Manusia itu hidup abadi ; "Kholidina Fii ha abada". Kita terus menerus hidup, hanya saja polanya berbeda. Seumpama Ulat, kepompong lalu menjadi kupu-kupu. Nah, kita hidup ini, bagaimana caranya menjadi ulat, kepompong dan menjadi kupu-kupu.
Rosulullah bersabda, "Al mautu khaoirul mau idho - kematian adalah sebaik-baik nasehat". Jadi, ada al maqomu Awwal ; Lahir. Maqom kedua, Sunnat. Ketiga, nikah. Dan maqom ke empat yaitu Maut. Nasehat tertinggi dan puncak Ilmu adalah jika kita ingat kematian. Bukan sarjana, bukan profesor, bukan kehebatan-kehebatan apapun.
Jika kita sakit atau apapun, itu merupakan cara Allah melampiaskan kerinduannya kepada kita. Agar kita mendekatkan diri kepadanya. Dengan cara sakit, kita di pindahkan dari tahap awal, menjadi tahap-tahap yang lebih tinggi.
Maka, sekarang kalau kita menyebutkan "Inna Lillahi waa inna ilaihi rojiun", kita mengasosiasikan kepada kematian. Saya tidak, Almarhum sedang meneruskan kehidupan yang jauh lebih tinggi ketimbang kita yang berada disini. Kematian yang kerap kali kita sebutkan Inna lillahi waa inna ilaihi rojiun (segala sesuatu dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan), jadi Almarhum sekarang lebih dekat kepada Allah.
Kedua, Sebenarnya semua kalimat Toyyibah, tepat untuk kita ucapkan. Kita ucapkan subhanallahu untuk kematian, itu tepat. Kita ucapkan Alhamdulillah, juga tepat. Karena Almarhum bangga punya anak-cucu seperti almarhum. Lailaha illahu, juga cocok. Jadi, semua kalimat Toyyibah, menggumpal bersama kebaikan beliau ke pemakaman. Almarhum tidak dimakamkan. yang dimakamkan adalah wadah pertama almarhum dikehidupan dunia ini. Jadi, kita jangan takut mati. Jangan takut kehidupan. Sebab, kita harus menjalaninya dengan kewajaran berdasarkan tuntunan Allah SWT.
Berani hidup, tidak takut mati. Takut mati, jangan hidup. Takut hidup, mati saja.
Selama ini kematian adalah sesuatu yang menakutkan kita, karena kita menyangka kematian bukan seperti yang seharusnya.
Almarhum itu artinya orang yang lebih di sayangi Allah, bukan orang mati. Karena mati, itu tidak ada. Saya mohon izin, karena kata-kata saya tidak lazim. Kita hidup bersama Allah, maka kita terus bersama Allah.
Ketiga, kematian itu tidak perlu di takuti. Karena kematian itu sesuatu yang pasti. Bukankah kita diciptakan untuk sesuatu yang sementara. Jika sesuatu yang pasti, kenapa justru kita takut. Sesuatu yang pasti, tidak mesti di takuti. Justru kita mestinya mempersiapkan untuk menjemputnya.
Hakikat kematian dalam Islam, disebut kembali. "Irji i ila robbi kirodatan mardhia" (kembalilah kepada TuhanMu. Dalam keadaan senang). Puncak keindahan Hidup adalah ketika kita pulang dalan keadaan senang dan yang menjemput kita juga pun senang.
Nah, ada satu hal yang ketika kita Ziarah kubur. Ada salam atau kalimat yang ditawarkan Rosulullah ; "Assalamu alaikum ya Ahlil qubur antum sabikuna waa nahnu Insya Allah layakun" (selamatlah wahai ahlu kubur, kalian telah mendahului kami. Dan kami juga akan menyusul). Kamu dulua yah, dan kami akan menyusul. Jadi ada kesiapan kita untuk menyusulnya.
Artinya, ketika ada seseorang yang takut mati. Menandakan ada sesuatu yang disorder dalam dirinya. Misalkan, ketika kita punya sodara jadi TKI di Korea, 5 tahun. Terdengar kabar dia akan pulang. Apakah kita senang atau sedih?. Lantas, mengapa ketika ada seseorang yang pulang ke tempat yang lebih hakiki, kita malah sedih?. Atau jangan-jangan kita justru tidak merindukan pulang.
Kenapa tidak rindu pulang?. Saya pikir bukan karena betah di dunia. Coba kita periksa ; semua hal serba sulit. Misalnya kita makan Nasi saja, melibatkan jutaan orang. Yang tanamnya berapa, yang pupuknya berapa, yang tumbuknya berapa, yang bikin piringnya berapa orang, yang masaknya berapa orang, dsb. Artinya berjuta-juta orang memproses makanan dihadapan kita. Begitu melelahkan, lalu masih betah juga.
Bayangkan orang dalam ketakutan, dimana enaknya. Orang yang hatinya dicekam oleh rasa takut, semuanya tersiksa. Berpelukan dengan istri juga dalam keadaan kalut, makan juga tersiksa, karena meremang-remang ketakutan. Dan ketakutan itu merupakan cobaan Allah yang paling besar. Makanya ketika Allah, mengatakan, akan kami uji kamu dengan sedikit ketakutan (Waa laa nablu wannakum bi syaing minal khaufi). Jadi ketakutan adalah cobaan pertama, baru cobaan-cobaan yang lain, seperti kekurangan harta benda, jiwa, dsb.
Orang lain tidak akan merasakan penderitaan bagiamana orang dicekam oleh rasa takut, kecuali oleh orang yang pernah mengalaminya. tidak ada enaknya takut itu. Kalau takut ada perangsanya yang kita tangkap dengan indera kita itu tidak akan lama, begitu hilang perangsangnya akan hilang juga. tetapi, ketakutan mati, kapan hilangnya.
Sekalipun kita bersembunyi dibalik benteng belapis baja yang tebalnya tidak tertandingi, mati akan tetap menembus "aynama takunu yudrikumul mautu waa laa kuntum burji musyay yadah".
Kenapa harus takut mati, padahal mati itu pasti. Bukankah ini sesuatu yang tidak logis. Oleh karena itu hanya mereka yang Percaya bahwa Tuhan itu ada dan Percaya bahwa ada Hari Yaumul Hizab, yang tidak akan pernah taku dengan mati.
Hanya orang yang tidak BerTuhan lah yang menganggap kematian adalah akhir dari segala-galanya dan menatap masa depan dengan ketidaktahuan. Apapun yang didasari ketidaktahuan, pasti menimbulkan ketakutan. Rasa takut ini bervariasi.
Keempat, Sesungguhnya yang kita takuti bukan kematian. Yang kita takuti, andaikan kita berhipotesa dalam Imajinasi bahwa kita tidak mati-mati. Itu berat. Karena mati adalah sesuatu yang wajar. Jadi, kalau tidak mati-mati, berarti seribu tahun kita dicebok sama anak cucu kita, mau.
Mati itu sesungguhnya dalam bahasa arabnya disebut " ayay natas naini waa amat tanast naini (engkau berikan kami hidup dua kali dan engkau matikan kami dua kali), artinya dua kali mati dua kali hidup. " Kuntum am wata faa ahyakum tsumma yumitukum tsumma yuhyikum" (dulu asalnya kamu mayyit, lalu dihidupkan. Kemudian dimatikan dan dihidupkan kembali).
"Innakum daa mayyitun waa innahum daa mayyitun" (engkau itu mayyit, mereka juga mayyit). Artinya didalam diri kita sendiri, milyaran kematian sel setiap hari. Dan tubuh kita hari ini, bukan tubuh kita yang kemarin, karena ia telah mati. Setiap hari 18 milyar sel yang rusak, diganti setiap malam dalam tidur yang lelap. Bangun tidur menjadi segar. Jika sel yang rusak diganti dengan sel yang sama, maka ketampanan dan kecantikan kita tetap awet. Itulah sebabnya, mengapa seseorang cepat Tua karena banyak sel yang tidak tergantikan.
*Rst
*Pena Nalar Pinggiran


Tidak ada komentar:
Posting Komentar