Diakhir bulan Rajab, kita kenal dalam sejarah islam dan sejarah Kenabian. ada sebuah peristiwa yang sangat luar biasa, yaitu Peristiwa Isro' dan Mi'raj. Pada tahun tersebut adalah tahun kesedihan Rosulullah SAW. Mengapa?. Karena, Siti Khodijah dan Paman Nabi Muhammad SAW, yaitu Abu Thalib meninggal di tahun itu. Bahkan Khodijah pernah berkata pada suaminya " jika suatu saat aku wafat, engkau butuh harta demi Syiar Islam. maka gali kuburku dan jual tulang belulangku".
Di riwayat lain, Khodijah pernah berguman, Jika suatu saat engkau Menyiarkan Islam. Tetapi, harus menyebrangi sungai dan tidak ada jembatan yang menghubungkanmu ke tempat itu. Maka, gali kuburku, Ambil tulang belulangku untuk engkau jadikan sebagai jembatan".
Rosulullah SAW sangat merasa kehilangan, ketika Khodijah wafat, bahkan Ia tidak bisa melakukan aktivitas apapun. Sehingga, banyaj Ukama yang menyebutkan bahwa Perjalanan Isro dan Mi'raj adalah perjalanan untuk menghibur dan menunjukkan betapa besar Kekuasaan Allah SWT.
Pada bagian ini, saya coba Coret sependek pengetahuanku, tentang sebuah peristiwa yang sangat Luar Biasa, yaitu peristiwa Isro' atau perjalanan Malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqso.
Di kesempatan lain, saya akan uraikan peristiwa Mi'raj Nabi Muhammad SAW, sekalipun menurut Guru saya, kedua perjalanan ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karena hal itulah, sehingga Saya belum cukup berani menerjemahkan Pikiran saya, tentang Perjalanan Mi'raj Nabi Muhammad SAW.
Sebab, Hal-hal yang menyangkut peristiwa keimanan atau aqidah, rujukan utama dan pertamanya mesti diambil dari dalam al-Qur'an. Setelah itu barulah kita mengambil rujukan lainnya, untuk ditafsir, dita'wil dan dikaji dengan menggunakan berbagai macam pendekatan.
Tentang perjalanan Isro' Nabi Muhammad SAW, Allah menyampaikan dalam Q.S. Al-Isro' Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
سُبْحٰنَ الَّذِيْۤ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَـرَا مِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَ قْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَا ۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
"Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 1).
Ayat tentang peristiwa Isro' Nabi Muhammad SAW ini adalah ayat satu-satunya yang menceritakan peristiwa Isro' Nabi Muhammad SAW. Allah tidak menceritakan Lagi peristiwa Isro' diayat yang lain. Lantas, bagaimanakah kita bisa menjelaskan secara detail perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Palestina, jika cuman satu ayat ini saja yang mejelaskan peristiwa tersebut?.
Jika kita mentadabburi lebih dalam Ayat ini, sebenarnya ayat ini mengandung Makna yang sangat dalam. sebab, ayat ini masuk dalam kategori ayat yang Mustasyabihat, bukan Muhkamat yang Tafsirnya cukup sederhana dan penjelasanya sangat gamblang, yang biasanya terdapat pada ayat-ayat tentang hukum dan ibadah-ibadah formal.
Selain ayat Muhkamat yang terdapat dalam Al qur'an, tidak sedikit ayat Mustasyabihat yang berisi tentang cerita-cerita, hikmah-hikmah dan makna-makna yang membutuhkan pengkajian sangat mendalam dari berbagai sumber, salah satunya ialah ilmu pengetahuan yang bisa digunakan sebagai wasilah untuk menjelaskan ayat-ayat mustasyabihat tersebut.
Jika kita menyeksamai dengan tenang pada Ayat Pada Peristiwa Isro Nabi Muhammad SAW, terdapat 8 Kata Kunci yang bisa kita jadikan sandaran persepsi kita. Tentu, pertanyaanya adalah Mengapa Rosulullah SAW bisa Melakukan perjalanan (Berpindah) dari Mekkah ke palestina, yang ditempuh dengan waktu yang sangat singkat?. Bahkan sebuah riwayat menceritakan, kecepatan perjalanan Malam Rosulullah SAW itu di gambarkan ; "ketika Rosulullah SAW terbangun dari tempat tidurnya untuk melakukan perjalanan Malam dan kembali ke tempat tidurnya. tempat tidur tersebut Masih terasa Hangat.
Dalam riwayat yang lain, Rosulullah SAW sempat menyenggol tempat (Ceret) air minum sehingga tumpah, sebelum melakukan perjalanan. Begitu kembali dari melakukan perjalanan, air itu didapati masih dalam keadaan menetes.
Hal Itu menunjukkan, bagaimana perjalanan tersebut berlansung sangat cepat. Nanti kita lihat bagaimana ayat Al-Qur'an menjelaskan kedalaman makna dari sebuah peristiwa Isro' Nabi Muhammad SAW.
Hanya saja dari berbagai sumber riwayat dijelaskan, bahwa Isro' dan Mi'raj terjadi pada suatu malam, bahkan lebih cepat dari satu malam. Di riwayat lain di jelaskan bahwa Rosulullah SAW melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan yang bernama "Buraq".
"Buraq" itu digambarkan seumpama Kuda, yang ukurannya lebih besar dari seekor keledai dan lebih kecil dari seekor Kuda. Kakinya 4 empat, ada sayapnya dan kepalanya adalah kepala manusia.
Tetapi, ketika kita menelusuri hal ini. Sesungguhnya penggabaran Buraq dalam riwayat tersebut, sebenarnya sudah ada jauh sebelum Nabi Muhammad SAW Lahir. Misalnya, dalam legenda-legenda India atau dalam Mitologi Yunani Kuno.
Nah, Kita coba ambil sudut pandang yang lain untuk menjelaskannya. bagaimana perjalanan seorang anak manusia yang berjalan secepat kilat. Mengapa kilat?. Karena, Buraq berasal dari kata "Barqun" yang artinya adalah Kilat. Maka secara Ilmiah, Perjalanan Rosulullah SAW dari Mekkah ke madinah, dilakukan dengan kecepatan Kilat (Barqun).
Pertanyaannya, Apakah mungkin perjalanan seperti itu dilakukan oleh seorang Manusia?. Ternyata Ilmu pengetahuan Modern menjelaskan, bahwa hal itu sangat mungkin dilakukan oleh Seorang Manusia.
Daripada kita disuguhkan cerita seperti dalam sebuah legenda, bahwa Buraq itu seperti Kuda, memiliki sayap, kepalanya manusia. Ini agak sukar diterima oleh generasi kita, karena entah bagaimana membuktikannya secara ilmiah. Maka, lebih baik kita melakukan rekonstruksi terhadap peristiwa tersebut secara saintifik.
Kita coba lihat 8 kata kunci yang di jelaskan Dalam Q.S. Al-Isro : 1 .
Pertama, Setiap Allah menceritakan kejadiaan yang luar biasa maka Allah pasti memulai kalimat tersebut dengan kalimat "Subhanallahu". Kalimat takjub dan tasbih. Allah memulai Ayat tersebut dengan Diksi "Subhanalladzi". Apa yang terkandung pada perjalanan ini sehingga Allah memulai ayat tersebut dengan diksi "Subhanalladzi" yang artinya adalah Maha Suci Allah.
Diksi "Subhanalladzi", jika di tengok pada ayat yang lain, selalu menunjukkan pada Pujian yang memuji bahwa Allah adalah dzat yang maha suci, tidak memiliki kekurangan atau Sifat-sifat yang melemahkan eksistensi Ketuhanannya.
Diksi "Subhanallah" juga kerap di debati, ada yang mengutarakan bahwa diksi Subhanallah hanya pantas diucapkan pada hal-hal yang negatif. Sedangkan, pada hal positif atau kekaguman, pantasnya kita mengucapkan "Masya Allah" yang berarti Semua terjadi atas kehendak Allah. Terlepas dari perdebatan diksi tersebut, menurutku tergantung pada pemaknaan kalimatnya. Ketika kita kagum kepada Allah bisa juga kita mengucapkan "MasyaAllah", bisa juga kita mengucapkan "Subhanallah", bisa juga mengucapkan "Alhamdulillah", ataukah "Allahu Akbar".
ketika peristiwa isro' ini di jelaskan, maka hal ini menujukkan bahwa Peristiwa ini sangat luar biasa dahsyatnya dan menimbulkan kekaguman.
Kedua, Diksi "Asro" yang berasal dari akar kata "Syaro" ; Sin Ro Ya, yang bermakna Malam. Artinya Perjalanan yang dilakukan oleh Rosulullah SAW, dilakukan dimalam hari. Bukan dipagi hari atau siang hari. Selain itu, diksi " Asro" juga bermakna "perjalanan berpindah tempat". Hal itu di pertegas pada sambungan ayatnya bahwa Memang Rosulullah SAW berpindah tempat dari Masjidil harom ke Masjidil Aqso.
Pemaknaan ini juga sekaligus membantah pemahaman yang menururtku tidak benar, yang menganggap bahwa Rosulullah SAW melakukan perjalanan Malam tidak berpindah tempat, dan hanya Rohnya saja yang berpindah. Secara cepat kita bisa mengatakan bahwa hal itu tidak benar. Karena, kata "Asro" menujukkan perpindahan tempat.
Ketiga, "memperjalankan". Artinya Rosulullah SAW tidak melakukan perjalanan dengan sendirinya. Tetapi, diperjalankan oleh Allah. Atas kehendak Allah. Saking dahsyatnya perjalanan ini, sejak zaman Rosulullah SAW Masih hidup hingga zaman dimana sains dan teknologi sekarang mulai Berkembang Pesat dengan metode eksperimental. ternyata bisa memindahkan benda-benda tertentu dalam jarak yang jauh. Dalam sains Modern, kita kenal hal itu dengan terma "teleportasi (tele = jauh. Portasi = tempat kedatangan atau keberangkatan)". Jadi, teleportasi digambarkan sebagai sebuah perjalanan jarak jauh dari suatu tempat ke tempat lainnya, yang dilakukan dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Teleportasi ini diakui dalam ilmu pengetahuan modern dan inilah yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana proses perpindahan Rosulullah SAW dari Mekkah ke Palestina.
Keempat, "abdi hi (hamba Allah)". Mengapa dalam keterangan Al qur'an ini harus menggunakan diksi "Hamba"?. Hal itu menunjukkan bahwa yang bisa melakukan perjalanan tersebut adalah seorang yang memiliki derajat kehambaan yang tinggi. Siapa hamba itu?, Adalah seseorang yang taat, tunduk dan patuh pada Tuhannya.
"Abdhi Hi", menurut Imam Fakhruddin Ar-Razi, dalam kitab Tafsirnya menjelaskan bahwa " qouluhu bi abdhi hi bil jasadihi wa ruhuu (hamba adalah hamba yang utuh, dengan jasad dan ruh)". Dan ini merupakan pendapat yang paling muhkamat. Sebab jika Rosulullah Isro dan Mi'raj dengan Ruh atau jasad saja maka Allah tidak akan menggunakan kata "Abdhi hi".
Pada bahagian bawah, saya akan Jabarkan problem tentang Makna Abdhi hi pada Q.S. Al Isro : 1, yang menjadi dalil bahwa Rosulullah SAW melakukan perjalanan Jazadi dan beberapa Soal lain yang kerap kita dengarkan dari Ustadz-Ustadz yang kurang kompherensif dalam menjelaskan peristiwa ini.
Kelima, "laylan". Sebenarnya pada kata kunci sebelumnya "Asro", sudah menyebutkan perjalanan malam. Mengapa diulang lagi dengan diksi "laylan" (pada suatu malam). Diksi ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan tidak sepanjang malam. Melainkan, perjalanan sebahagian malam saja. Berdasarkan beberapa riwayat yang saya kemukakan diatas.
"laylan" adalah izim nakira yang di tandai dengan tanwin, kalau izim ma'rifat maka di tandai dengan "alif lam" (Al-layli). Kalau izim Ma'rifat artinya satu malam. Kenapa pakai izim nakira. Karena, memang peristiwa tersebut terjadi di sebahagian malam.
Keenam, "minal masjidil harom ilal masjidil aqso". Dikata kunci keenam inilah sebenarnya kita harus membongkar dan menguraikan, Jarak antara mekkah dan Palestina Sekitar 1.500 Km. Tetapi, mampu di tempuh Oleh Rosulullah SAW tidak sampai sebahagian malam?.
Diatas telah saya kemukakan bahwa Perjalanan dengan kecepatan kilat, bisa digambarkan dengan mekanisme teleportasi. Lantas, Bagaimana bisa membuktikan bahwa Mekanisme teleportasi bisa memperjalankan Rosulullah Saw?.
Dalam Terma Sains kontemporer, bahkan sudah banyak para sains yang membuktikannya, bahwa materi bisa berubah menjadi gelombang dan Materi bisa menjadi energi cahaya. Albert Einstein sudah menjelaskanya, dalam teori kenyataannya "E = m2. E = Energi. M = massa (Materi). Kuadrat = cahaya". Jadi, ada korelasinya, bahwa Massa/Materi bisa berubah menjadi cahaya dan menghasilkan energi yang sangat besar.
jika mengikuti persamaan Teori Albert Einstein tersebut. maka, Energi bisa diciptakan dari Massa ke Materi yang besarnya dikalikan dengan kecepatan cahaya kuadrat. Sebaliknya massa itu bisa di ciptakan atau dimunculkan kembali, dengan cara, E dibagi C2 = M, artinya massa (materi) bisa diciptakan atau di kristalkan dari sebuah energi dengan cara membagi C2. sederhananya, materi bisa diubah menjadi cahaya dan cahaya bisa diubah menjadi materi.
Hal itu menjadi diskusi panjang dalam Fisika Modern atau yang kerap kita sebut sebagai fisika Kuantum.
Makanya, jika menggunakan pendekatan mekanisme atau teori Teleportasi ini, dengan mudah kita bisa menjelaskan bahwa sangat mungkin Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dari Mekkah ke Palestina dengan kecepatan kilat (barqun). Dengan kata lain, badan Nabi Muhammad SAW diubah menjadi badan cahaya. Karena materi bisa diubah menjadi cahaya dan cahaya bisa diubah kembali menjadi materi.
Reaksinya disebut reaksi antisipasi, "partikel ditabrakan dengan anti partikelnya". maka, kedua partikel ini akan lenyap menjadi sinar Gama. jika Sinar gama dilewatkan dimedan inti atom dengan kekuatan tertentu, 200 Elektron Volt. Maka, sinar Gama bisa kembali menjadi Partikel dan Anti partikel. Reaksinya disebut perperductions (produksi kembar).
Memang hal ini masih membutuhkan pembuktian secara teknologi. Tetapi, sudah diwadahi oleh Ilmu sains Modern, sehingga menjadi mungkin.
Kongklusinya, Badan Materi kita bisa diubah menjadi cahaya. Itulah sebabnya perjalanan Rosulullah SAW didampingi oleh malaikat Jibril, yang notabennya adalah Cahaya, yang Melakukan perjalanan dengan materi yang sudah diubah menjadi cahaya dengan kecepatan cahaya (buraq).
Ketika badan Rosulullah SAW dikonversi menjadi badan cahaya. Yang harus kita ketengahkan adalah Kecepatan cahaya itu, "1 detik kecepatan cahaya sama dengan 300 Ribu Km. Misalnya, jarak Kota A dan kota B adalah 1000 Km. Dikota A ditembakan cahaya menuju kota B dan dikota B dipasangkan cermin agar terpantul kembali ke Kota A, sedangkan dikota A juga di pasangkan Cermin yang sama, agar cahayanya pantul memantul (bolak balik). Maka, hanya butuh 1 detik untuk 300 kali cahaya bolak balik dengan jarak 1000 km. Begitulah kecepatan cahaya.
Secara sederhana, misalnya Kita tembakan cahaya untuk mengelilingi bumi. Sebagaimana kita ketahui, bahwa Keliling (Diameter) Bumi itu adalah 40 ribu km. Jika kecepatan cahaya, "1 detik = 300 ribu Km". Maka, 1 detik perjalanan cahaya, sudah bisa mengelilingi Bumi sebanyak 7,5 kali.
Nah, Jarak Mekkah ke Palestina adalah 1.500 Km, sementara kecepatan cahaya adalah 1 detik = 300 ribu km. Maka, waktu yang di butuhkan Cahaya ialah 1500 : 300 ribu = 0,005 detik. Artinya, Perjalanan Rosulullah SAW dari Mekkah ke Palestina, hanya butuh waktu 0,005 detik saja.
Fakta empirik ini persis sama dengan cerita Al-Qur'an tentang Nabi Sulaiman as yang memindahkan Singasana Ratu Balqis yang beratnya luar biasa. Sebagaimana kita ketahui bahwa Nabi Sulaiman mengumpulkan seluruh staf dan ilmuannya dan mengajukan pertanyaan, siapa yang bisa memindahkan Singasana Ratu Balqis?. Yang pertama mengacungkan tangan adalah Jin Ifrit. Kata Nabi Sulaiman, berapa lama engkau membutuhkan waktu untuk memindahkan Singasana Ratu Balqis?. Kata Jin Ifrit, sebelum baginda berdiri dari kursi baginda.
Nampaknya Nabi Sulaiman As tidak puas dengan jawaban Jin Ifrit dan masih mengajukan pertanyaan yang sama. Maka, seorang staf manusia yang mengacungkan tangan. Kata Nabi Sulaiman As, berapa lama waktu yang engkau butuhkan?. Jawab orang tersebut, sebelum baginda berkedip, Singasana Ratu Balqis sudah pindah ke hadapan baginda.
Dalam keterangan Al-Qur'an, Manusia tersebut adalah orang yang menguasai ilmu alkitab. Ia memindahkan Singasana ratu Balqis dengan kecepatan cahaya atau dalam sains modern kita sebut sebagai mekanisme teleportasi.
Ihwal itulah yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW, yang berpindah dari Mekkah ke Palestina, hanya dalam waktu Nol koma sekian detik. lebih cepat Dari kedipan mata. Di titik inilah kata kunci perjalanan Isro' itu berlansung. Artinya, kedua Masjid, "Masjidil harom ke masjidil aqso" memiliki energi positif yang sangat besar, sehingga menyebabkan peristiwa Teleportasi.
Tempat yang mulia menuju tempat yang mulia, Sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW, "La tussaddu rihal illa ila salasa masjid lihadza, wa masjidl haram wa masjidil aqso (tidak ada bepergian yang lebih utama selain pergi ke 3 masjid ; masjid Nabawi, masjidil haram dan masjidil aqso)".
Lalu, dilanjutkan dengan ayat "Barokna haulahu (kami berkati sekelilingnya)". Ia, jika sekelingnya tidak diberkati, tidak dijaga oleh Allah, sekalipun perjalanan tersebut lebih cepat dari kedipan mata. Maka, akan bermasalah dengan Nabi Muhammad SAW.
Ke tujuh, "li nuriyahu min ayatihi". Tujuan perjalanan isro' adalah untuk memperlihatkan tanda-tanya kebesaran Allah.
Kedelapan, "innallahu samiun basyir (sesungguhnya Allah maha melihat dan maha mendengar). Meskipun perjalanan tersebut hanya 0,005 detik. Tetapi, bagi Rosulullah SAW bisa melihat berbagai hal. Kenapa hal itu bisa terjadi?. Hal Itulah yang disebut dengan relatifitas waktu. Karena dalam ukuran kita, 0,005 detik itu sangat cepat, tetapi bagi Rosulullah SAW yang diperjalankan dengan kecepatan cahaya adalah lama, karena Rosulullah SAW diperlihatkan berbagai hal.
***
Memang peristiwa Isro dan Mi'raj ini telah lama menggaduh di kalangan ummat islam, antara yang percaya dan tidak percaya. Baik yang percaya dan tidak percaya, juga memiliki dasar argumentasi masing-masing.
Aliran teologi Mu'tazilah misalnya, mereka percaya Isro dan Mi'raj. Tetapi, menganggap peristiwa tersebut merupakan perjalanan Rohani. Bukan Perjalanan jazadi. Lalu, ahlu sunnah wal jama'ah (Asy'ariyah), mengatakan, sesungguhnya peristiwa tersebut merupakan perjalanan jazadi, dengan menujukkan Dalil Q.S. Al isro ; 1, yaitu "Subhanalladzi Asro bi abdhi hi". Bahwa makna abdhi Hi itu merujuk pada Jazad (Fisik). Tetapi hal itu, menimbulkan pertanyaan lain, yaitu Maksud "Abdhi", pada Q.S. al Isro ;1, itu menunjukkan pada siapa?. Sebab, tidak di sebutkan dengan jelas di dalam Al-Qur'an, apakah Abdhi Hi itu adalah Nabi Muhammad SAW atau Bukan?.
Sementara hanya Q.S. Al Isro ;1, yang di jadikan sebagai Rujukan dari peristiwa Isro. Sedangkan, pada ayat kedua dari Q.S. Al-Isro, di sebutkan, "Waa atayna Musal kitaba". Bukan Nabi Muhammad SAW yang di sebutkan. Tetapi, Nabi Musa As. Apakah Nabi Musa As, yang di perjalankan atau Nabi Muhammad SAW?. Hal Ini mesti di jelaskan secara detail. Sebab, jika tidak. Maka akan menimbulkan polemik.
Ayat kedua dari Q.S. Al Isro. Bercerita tentang Nabi Musa. Tetapi, di mulai dengan kata "Dan kami berikan kepada Musa sebuah Al kitab" (Waa atayna Musal kitaba). Jadi, kalau ada dua kalimat yang di sambungkan dengan kata "Dan". Bisa bermakna memiliki dua makna, bisa memiliki hubungan lansung. Tetapi, bisa juga becerita dua hal yang berbeda sama sekali. Artinya tidak bisa di pastikan, bahwa ayat Pertama dari Q.S. Isro yang bercerita tentang seorang Hamba, yang melakukan perjalanan itu adalah Nabi Musa.
Yang menarik di ayat pertama, ada dua kata kunci yang menunjukkan bahwa bukanlah Nabi Musa yang di perjalankan. Tatapi, Nabi Muhammad SAW yang perjalankan. Kata kunci yang menunjukkan bahwa yang di perjalankan adalah Nabi Muhammad SAW adalah "Abdhi hi" (Hambanya).
Sebagaimana yang kerap saya sampaikkan, bahwa dalam memahami Qur'an, kita tidak boleh hanya mengambil satu ayat saja. Meskipun Peristiwa tentang Isro, hanya di jelaskan dalam satu ayat. Tetapi, Kata kunci yang ada di dalamnya, punya penjelasan-penjelasan di ayat yang lain. Setelah kita menelusuri, maka kita menemukan bahwa ada sejumlah ayat yang menjelaskan, siapa itu abdhi hi (Hamba) itu. Misalnya kita bisa melihat di dalam Q.S. Al kahfi ; 1. Di ayat pertama ini juga tidak secara Eksplisit di jelaskan oleh Allah, siapa itu abdhi hi dan al kitab itu menunjukkan pada apa. Akan tetapi, di jelaskan di Q.S. Al Furqon ; 1. Bahwa Al kitab itu adalah Al furqon yang di berikan kepada hambanya.
Seperti yang kita ketahui bahwa Nama lain dari Al qur'an adalah Al furqon. Yang di berikan kepada Hambanya (Abdhi Hi). Maka dari dua ayat diatas kita bisa mendapatkan gambaran, bahwa abdhi hi itu adalah Nabi Muhammad SAW, yang mana kepada beliaulah Al Qur'an di turunkan.
Jika kita mau lebih jelas lagi tentang diksi Abdhi hi itu siapa. Bisa kita lihat di dalam Q.S An Najm : 10 atau di dalam Q.S. Al Hadid ; 9.
Dengan demikian, jika sebuah ayat belum jelas atau masih samar-samar. Karena ayat tersebut masuk kedalam kategori ayat Mutasyabihat. Maka, janganlah kita menyimpulkan dari satu ayat saja. Melainkan ambillah sejumlah ayat, dengan kata kunci yang saling terhubung. Maka kita akan mendapatkan informasi yang lebih utuh.
Berdasarkan gambaran beberapa ayat diatas. Maka, Kata abdhi hi pada Q.S. Al Isro, ayat 1 bukanlah bercerita tentang Nabi Musa. Melainkan, bercerita tentang Nabi Muhammad SAW.
Kata Kunci yang kedua di Q.S. Al Isro ; 1 itu adalah "Minal Masjidil Harom ilal masjidil Aqso". Bahwa Nabi yang di perjalankan adalah Nabi yang tinggal di Mekkah. Sementara Nabi Musa tinggalnya di kota Mesir, yang kemudian berpindah ke Palestina.
Lalu, dua peristiwa, yang kerap menjadi polemik, yang sampai saat ini belum selesai terjawab secara utuh. yaitu peristiwa Isro dan Mi'raj. Peristiwa Isro terjadi pada tahun kedua ketika Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rosulullah SAW, "Ba'dal bigtsa tihi Rosulan". Sedangkan, Mi'raj merupakan peristiwa yang berbeda. Terjadinya pada tahun ke 11 atau 12, setelah Di utusnya Nabi Muhammad SAW menjadi Rosulullah.
Hal itu tertuang di dalam Q.S. An Najm, 13-18. Jadi, perbedaannya 9 tahun. Tetapi, di gabungkan menjadi satu peristiwa, yaitu Isro dan Mi'raj.
Soal lain, misalnya. Banyak juga yang menganggap bahwa peristiwa Isro dan Mi'raj adalah sebuah mukzijat?. Coba kita dudukkan, soal mukzijat ini. Salah satu faktor yang paling substantif tentang Mukzijat adalah kejadian di luar nalar manusia, di luar kebiasaan manusia, melanggar Hukum alam dan harus ada yang menyaksikannya.
Misalnya, Nabi Isa bisa menyembuhkan orang buta dengan mengusapkan tangannya pada mata orang yang buta. Banyak saksi yang melihat pada saat Ia melakukannya.
Nabi Yusuf juga demikian, ia bertanya kepada Bayi yang Baru lahir ; siapa yang bersalah, aku atau Zulaikha?. Bayi tersebut mengatakan, jika baju Yusuf sobek bagian depannya, maka Yusuf lah yang salah. Tetapi, jika robek bagian belakangnya. maka Zulaikha lah yang salah Dan hal itu di lakukan di depan orang banyak (di hadapan Raja).
Nabi Musa pun demikian, ketika memukul lautan di hadapan para prajurit dan Bala tentara Fir'aun. makanya, benerapa soal diatas adalah mukzijat. Bagaimana dengan Perjalanan Isro dan Mi'raj, apakah Dia masuk.kedalam kategori Mukzijat?.
Ketika Nabi Muhammad SAW melakukan isro dan Mi'raj di katakan sebagai Mu'zijat. Apakah ada yang menyaksikannya sehingga bisa di jadikan sebagai alasan, bahwa memang peristiwa Isro dan Mi'raj adalah perjalanan mu'zijat.
Peristiwa Tersebut, tidak ada seorang pun yang menyaksikannya. Sebab, saat Rosulullah SAW pulang dari perjalanan Isro Dan Mi'raj, tidak ada yang menjemputnya?. Justru, Rosulullah, saat pulang dari Isro dan Mi'raj, Beliau menginap di rumah sepupunya, yaitu Ummu Kaltsum. Ummu kaltsum, menuturkan bahwa Memang Rosulullah SAW menginap di rumahnya dan menceritakan tentang Peristiwa Isro dan Mi'raj tersebut. Artinya, Rosulullah hanya menceritakan, orang tidak menyaksikannya. Lantas, bagaimana kita bisa mengatakan hal itu sebagai mukzijat.
Lalu, Masjidil Harom dan Masjidil aqso, pada tahun kedua setelah Hijriayah. Pertanyaanya adalah kapan ka'bah menjadi Masjidil Haram. Sebab, sebelumnya Ka'bah merupakan tempat berhala-berhala dan siapa yang punya otoritas menyebut ka'bah sebagai Masjidil harom ; apakah waktu itu sudah jadi masjid, ka'bah itu?. "Belum".
Sama dengan Masjidil aqso?. "Belum menjadi Masjidil Aqso". Masjidil Aqso itu baru menjadi Masjid setelah Palestina di Taklukkan oleh Umar Bin Khottab. Pun ada tempat ibadah di situ, disebut dengan Syinagog Nabi Sulaiman (tempat Ibadah Ummat Yahudi). Sedangkan, Ka'bah dan sekitarnya, sebelum Masa Rosulullah SAW adalah tempat menyebah berhala. Sekitar 480 berhala dan belum ada orang sholat disitu.
Justru, pada zaman Nabi Ibrahim As Ka'bah di sebut dengan, "Inni awwala baiti Wudhia linnasi llalladzi bi baktan mubaroka". Bahwa rumah Tuhan pertama di bangun di Muka bumi, yaitu di bakkah. Apakah Bakkah itu adalah mekkah?. Nah, hal itu masih membutuhkan pengkajian secara antropologi.
Soal lain, misalnya. Model sholat kita saja tidak ada yang sama, dari mulai Takbir sampai Tahyiyat saja berbeda. Ada yang bersedekap dan ada yang tidak. Ada yang baca al fatihah, dengan bismillah, Ada yang tidak. Ada yang qunut, ada yang tidak. Ada yang tahyiyat, tangan di goyang-goyang, ada yang tidak. Semuanya berbeda, bahkan dari perbedaan itu, kita saling menyalahkan, membid'ahkan dan mengkafirkan.
Jujur saja, Nabi Muhammad SAW sholatnya itu bagaimana. Memang ada Ada Hadistnya yang menyebutkan bahwa "Shollu kama Ro aytamuni usalli (sholatlah engkau sebagaimana engkau melihatku sholat)". Pertanyannya, Bagaimana sholatnya Nabi. Sebab, kita tidak mempunyai Informasi yang Pasti, bahwa Sholatnya Nabi itu Seperti ini.
Hal ini pernah ini terkonformasi oleh Prof Dr. Quraisy Shihab, tentang model sholat yang bermacam-macam. Prof. Dr. Quraisy menuturkan, " kana Rosulullahi yatanawaw aw fihi sholati (Nabi itu sholatnya bervariasi)". Jadi, kadang-kadang Membaca Fatihah dengan membaca Bismillah. Kadang-kadang qunut, kadang-kadang bersedekap dan kadang-kadang tidak.
Selain itu, hampir semua Hadist Nabi tentang sholat. Tidak ada yang Mutawatir. Semuanya adalah hadist ahad. Jika Hadist ahad, semuanya berbeda-beda. Kalau pun Shohih. Ia shohih li Ghoirihi. Maksudnya, hadistnya berbeda tapi maknanya sama.
***
Kita kembali ke topik utama, Untuk memudahkan kita memahami penjabaran saya selanjutnya. Saya akan mengantarkan sebuah paradigma yang niscaya kita dudukkan secara Rasional, bahwa seluruh peristiwa Di muka bumi, berada dalam Galaksi Bima Sakti atau dalam terma Yunani Kuno disebut The Milky way. Hal itu berangkat dari mitos Yunani, dimana ada seorang Dewi (Ratu) yang sedang tertidur. Begitu dia terbangun, ternyata ada bayi di sampingnya yang sedang menyusu di dirinya. Dia terkaget, karena bukan bayinya. Akhirnya, dia melepaskan Bayi tersebut, sampai terjatuh ke bumi. Sedangkan susunya berhamburan di angkasa ini dan bayi yang Jatuh tersebut adalah manusia pertama. Karena itulah, Galaksi kita ini disebut dengan The Milky way.
Lalu, letak matahari di galaksi kita ini. Terletak di tengah-tengah. Matahari kita ini disebut dengan Bintang sedang, cahayanya juga tidak terlalu terang dan tidak terlalu redup, serta dia punya planet-planet yang mengelilinginya. Sedangkan Bulan, bukanlah planet. Tetapi, hanyalah satelit.
Matahari di tengah-tengah Galaksi Bima Sakti seperti setitik debu, yang sangat kecil sekali. Bumi kita ini tidak kelihatan. Okelah, kita lebih mendekat sedikit, sehingga bumi kelihatan satu titik. Pertanyaannya, Dimana Ka'bah?. "Di titik itu". Dimana masjidil aqso?. "Yah, di titik itu juga". Adakah jaraknya, jika semuanya berada di titik itu. Jadi, yang namanya jarak itu ketika dimana kita berada.
Lalu, persoalan waktu. Yang perlu kita lacak ialah sejak kapan waktu itu terlahir, waktu itu ada atau tidak ada. Bagaimana munculnya waktu. Manusia dulu, tidak tahu waktu. Yang mereka tahunya, kalau siang terang. Kalau malam gelap.
Kapan orang membuat waktu?. Dalam sejarah mesir kuno, mereka menentukan waktu yang di tancapkan ke dalam pasir. Bayang-bayang merekalah menjadi ukuran waktu ; jika bayang mereka, berada di utara. Maka, mataharinya berada di sebelah selatan. Hal itu berarti musim dingin. Begitupun sebaliknya. Sampai kepada jam yang menggunakan mekanik seperti sekarang ini.
Lantas, dari mana orang-orang menyatakan bahwa satu minggu, sama dengan 7 hari?. Orang jawa menghitung Seminggu sama dengan 5 hari. Orang china, menghitung seminggu sama dengan 12 hari. Di afrika, mereka menghitung seminggu sama dengan 4 hari. Artinya, penanggalannya saja berbeda-beda.
Ketika peradaban Masehi atau kalender Masehi. Mereka menghitung berdasarkan variabel Matahari. Sedangkan, peradaban Islam menghitung Penanggalannya berdasarkan perhitungan bulan (Qomariyah). Maka terjadi perbedaan Hitungan. Bisa saja 100 tahun qomariyah. Tetapi, pertanggalan Syamsiyah (Matahari) tidak sampai 90 Tahun.
Jadi, waktu itu sesungguhnya dimana?. Syarat pertama dari waktu ialah harus ada ruang, harus ada benda yang bergerak yang menjadi patokan. Andaikkan bumi ini tidak berputar, apakah ada esok atau kemarin?. Itulah sebabnya, kelak di surga, segala sesuatu itu menjadi abadi. Karena semua entitas menjadi stabil.
Apakah waktu kita di bumi sama dengan waktu di bulan, tentu berbeda. Bisa jadi usia kita di bulan 30 bulan. Tetapi, saat di bumi usia kita 30 tahun. Karena perbedaan waktu. Artinya keberadaan kita sangat menentukkan waktu. Misalnya, saat kita berada di luar bumi. Maka, kita tidak terikat dengan batasan waktu di bumi. Selain itu, ketika kita bisa berjalan dengan mengendarai kendaraan dengan kecapatan Cahaya, yang kecepatannya itu adalah 300 Ribu KM perdetik. Jika kita punya kendaraan dengan kecepatan 300 Ribu Km perdetik. Maka, satu detik kita bisa mengelilingi Bumi sebanyak 7,5 kali. Artinya, kecepatan cahaya sesungguhnya keluar dari dimensi waktu.
Dari pada kita berdebat dan bertengkar tentang hal itu. Bagi yang percaya, silahkan. Bagi yang tidak percaya juga silahkan ; apakah perjalanan Isro dan Mi'raj adalah Perjalanan jazadi atau perjalanan Rohani, silahkan.
Kita ambil jalan tengah saja, bahwa ada hal yang boleh di percayai dan ada yang boleh dan tidak di percayai. Yang wajib kita percaya adalah Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan Isro dan Mi'raj. Lalu, outputnya ialah sholat 5 waktu.
Tetapi, apakah sholat 5 waktu itu di berikan setelah proses tawar menawar dengan Tuhan atau setelah di marah-marahi dengan Nabi Musa, agar Rosulullah SAW meminta Kortingan sampai 9 kali. Bisa kita percaya dan bisa tidak.
Sama dengan cerita yang terdapat di dalam peristiwa Isro dan Mi'raj, yaitu saat Nabi Muhammad SAW bertemu dengan para Nabi dan lalu mereka sholat berjama'ah di Masjidil Aqso. Tetapi, Ketika di langit ketiga, Nabi Muhammad SAW kembali Bertemu dengan Nabi Zakariyah As. Percakapam terjadi, Tetiba Nabi Zakariyah menanyakan kepada Nabi Muhammad SAW, apakah Engkau telah di utus menjadi Nabi?. Mengapa, bisa Nabi Zakariyah mempertanyakan hal itu. Bukankah, sebelum berjumpa di Langit ketiga, mereka telah sholat berjama'ah di Masjidil Aqso. Jadi, memang ada beberapa soal yang Saya anggap Sangat tidak valid keotentikannya.
--BERSAMBUNG--
#RST
#Pejalan Sunyi
#Samar Cakrawala
#Coretan Pena Nalar Pinggiran


Tidak ada komentar:
Posting Komentar