Mengenai Saya

Kamis, 30 September 2021

MUHASABAH



Jika ada yang menghinamu, tak perlu meratap. Setiap hinaan orang adalah klaim sepihak. Marah pada hinaan, justru menyiratkan persetujuan. Sebagaimana, kata Sayidina Ali, "ucapan itu seperti obat, jika dosisnya kecil, bisa menyembuhkan. Tetapi, jika berlebihan bisa membunuh".

Hinaan itu hadir akibat merasa paling mulia. Ia tumbuh dalam pikiran yang kerdil, dioperasi oleh manusia picik. Dia mengendap dalam benak mereka yang serakah.

Hinaan bisa berimplikasi Rasialisme. Sedangkan, Rasialisme merupakan bahagian dari puing-puing perang dunia kedua atau jangan-jangan Terma Bhineka Gagal Ika, Cak Nun itu Benar.

Ada cerita yang menurut beta Lucu dan unik, yang tertuang di dalam Kitab Ihya Ulumuddin, Karya Monumental Imam Al Ghazali, kitab yang di anggap sakral di Kelompok ahlu sunnah Wa jama'ah. Suatu Ketika Nabi Musa AS meminta Nasehat kepada Allah. Karena Nabi Musa sebagai Nabi Bani Israil ini sering di gugat olen Orang Bani Israil. Sementara salah satu ciri Orang Bani Israil itu kerap berdebat. Nabi Musa Minta Nasehat pada Allah, agar orang tidak bisa berkata Buruk kepadanya. Biar Semua orang memujinya saja?. Jawabannya Allah unik, "Ya Musa Hadza Syai'un lam asna' khuli nafsi fakaifa nafsahu bika - Ya Musa, saya Yang Allah saja sering di salah pahami manusia, apalagi kamu".

Makanya, kalau ada orang yang menghina atau Membuly, dalam Terma Sekarang dan berbeda paham dengan mu itu biasa saja. Sebab, Allah saja, tidak melakukan hal itu atas dirinya. Secara sederhana kita bisa memahami Cerita diatas, seolah-olah Allah berkata pada Nabi Musa, " Wahai, Musa, saya ini Tuhan, yang menganggap saya Bakhil, banyak. Yang menganggap saya enggan memberi Nikmat, tidak sedikit. Bahkan yang menuduh saya Marah dan Murka, banyak sekali. Kalau saya Mau, saya bungkam semuanya. Tapi, saya tidak melakukannya. Apalagi kamu, cuman Nabi".

Berkenaan dengan itulah, ketika Imamuna Syafi'i di tanya oleh muridnya "Wahai Imam, orang yang kerap mencium tangan dan Hormat kepadamu di depanmu, Biasanya di belakangMu, dia membuly dan menjelek-jelekanMu. Imam Syafi'i Menjawabnya sederhana saja, bahkan sambil tersenyum, "baguslah. Berarti saya berwibawa. Sebab, di depan saya dia tidak berani menjelek-jelekkan saya".

Lanjut, muridnya, "Tapi, banyak orang yang membenciMu, karena FiqihMu Duhai, Imam". Jawaban Imam Syafi'i masih santai, " baguslah, jika mereka tidak senang dengan saya. Artinya mereka tidak akan meminta bantuan dan pertolangan saya".

Secara Natural, pasti kita malu meminta tolong pada seseorang yang kita benci. Berbeda saat kita senang dengan seseorang, pasti kita mudah meminta pertolongannya. Artinya, untung mana, kita di benci orang atau di senangi orang secara Matematis?. 😉🤭

Makanya Imam Syafi'i menghadapi dunia ini sederhana sekali, sebagaimana Ungkapannya " wa man asa'a ilaika faqod ath laqoka - orang yang berbuat buruk sama kamu, berarti membebaskan kamu". Demikianlah Ciri khas ulama-ulama dahulu, "Aridho anillah - melihat apa saja itu sudah ridho". Dan ekspresi paling gampang dari ridho adalah ceria dan senang dalam Kondisi apapun.

Misalnya, saat kita berburuk sangka pada Allah, bayangkan saja, Jika Allah tersinggung dengan hal itu dan menyatakan pada kita, " fal ya'tub robban siwa'i wal yahruj min tahtil ardhi wa ssama'i - Silahkan cari Tuhan selain saya dan keluarlah dari langit dan bumi saya". Mau kemana kita kira-kira?.

Makanya, Mustahil kita bisa melihat cahaya lilin, jika kita menganggap diri sebagai Matahari. Ukurlah diri. Sebab, makan berlebihan bisa muntah dan memikul beban berlebihan akan patah.

Misalnya, sudah mahfum kita tentang Harta kekayaan AbdurRahman Bin Auf itu seperti apa. Dalam Ensiklokpedia ekonomi Islam, harta kekayaannya sangat Fantastis dan luar biasanya adalah yang beliau korbankan di jalan Allah, tidak bisa di kalkulator. suatu Ketika, Abdurrahman Bin Auf di tanya, apa kunci kesuksesan dalam berbisnis. Ia menjawab, "saya selalu ridho dengan keuntungan yang sedikit".

Ihwal itulah sebabnya, salah satu Ciri Khas Ulama, RausyanFikr dan Cendekiawan islam kenamaan dahulu adalah "Melihat dan memandang apa saja, Ia Ridho". Makanya, Nikmat mengucap syukur dan ridho pada segala hal itu Mustahil di lakukan bagi mereka gemar mengeluh dan Mendapatkan sesuatu dari Jalur Gelap.

Selain itu, Secara biologis, menurut pemenang 2 (dua) kali Hadiah Nobel (biologi dan kemanusiaan), 'Alexis Carrel' mengatakan bahwa Betapapun berbedannya manusia, 90 % DNAnya Tetap sama.

Perbedaan warna kulit, Rambut, bentuk mata, warna mata, hidung dst. Hanyalah perbedaan beberapa puluh Gen, diantara kurang lebih milyaran pasangan gen ditubuh manusia.

Artinya, tidak ada satu kelompok yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Apalagi kalau sekedar Fisik dan Tubuh adalah ukurannya.

Bahkan Dalam Teori Fisika Quantum menuturkan, partikel eksistensi kita disatukan dengan partikel yang bahkan berjarak jutaan tahun cahaya dan hal itu saling mempengaruhi. karena itulah, penaifan terhadap keragaman dan perbedaan tidak didukung oleh fisika maupun metafisika.

Selain itu juga, Mayoritas Fakta sejarah menukilkan bahwa ketika persaudaraan diutamakan. maka, hasilnya adalah kejayaan dan gilang gemilang peradaban.

Misalnya, Suatu ketika, Si Fulan berdiri disudut jalan, ia tertawa seperti orang kehilangan akal (gila).

Apa yang kau tertawakan?, Tanya seorang yang lewat.

Apakah kamu melihat batu ditengah jalan itu?. ia Aku lihat, jawab orang tersebut.

Sejak pagi tadi, aku disini. Sudah sepuluh orang tersandung batu itu dan memakinya. Tapi, tidak seorang pun dari mereka yang mengambil batu itu dan membuangnya sehingga orang lain tidak tersandung.

Lihatlah, saat mereka memaki. mereka tidak punya pikiran untuk menolong orang lain. makin sering mereka memaki, makin jauh mereka pada kepekaan akan sesama.

Yah, begitulah Mereka yang akalnya melemah. Kebanggaan dirinya menguat. Sebah, Akal itu Seperti Panci ; panci kosong, cepat panas, sedangkan Panci penuh lambat Panas.

--MUHASABAH I ; MERIDHOI APA SAJA--

(Makassar, 28 September 2021)

***



Dipuji juga demikian, tak perlu melangit. Sebab, berbuat baik adalah perintah moral yang abadi. Sebagaimana Tutur 'Umar Bin Abdul Azis', "Jika kebaikan bisa diraih dengan mengeraskan suara. Maka, sudah lama keledai dan anjing memperolehnya". 

Jika kita tak pernah tau apa yang menghinggapi hati orang lain. Maka, bersikap baiklah : Dan Itu cukup. Meskipun orang tak mengucapkan terima kasih atas perbuatan baik kita, tidaklah mengecilkan arti kebaikan yang kita buat. Biarkanlah kebaikan mengalir dari tangan kita dan biarkan benak kita terbebas dari perasaan berjasa.

Sekalipun secara alamiah, Sebagaimana Nasehat Ibnu Atha'illah Iskandaria bahwa "setiap karunia itu datangnya Dari Allah SWT, tetapi syari'at mengharuskan kita berterima kasih pada sesama". Artinya, Kita tidak harus terbebani dengan penilaian orang lain terhadap diri kita. Karena, kita lebih mengenal diri kita. Perkara orang lain memandang diri kita seperti apa, itu terserah mereka. 

Sebagaimana Gumam 'Syaikh Ath-Thantawi' (Syaikh Al-Azhar) ; "Kita semua adalah orang biasa dalam pandangan orang-orang yang tak mengenal kita. Kita adalah orang yang menarik dimata orang yang mengenal kita. Kita adalah orang yang istimewa dalam penglihatan orang-orang yang mencintai kita. Kita adalah pribadi yang menjengkelkan, bagi orang yang penuh kedengkian. Kita adalah orang yang jahat, dalam tatapan orang iri".

Yah, Pada akhirnya. setiap orang memiliki pandangannya masing-masing terhadap kita. Maka, tidak usah berleha-leha, agar tampak baik dimata orang lain. 

'Syekh Mutawalli Asy-Sya'rawi', menututkan "jika Manusia melupakan kebaikan kita dimasa lalu, itu adalah balasan atas keburukan kita dimasa sekarang. Sedangkan, Allah menghapus keburukan masa lalu kita, sebagai ganjaran atas taubat kita. Maka, siapakah yang paling layak untuk dimintai ridho?".

Cukuplah dengan Ridho Allah, bagi kita. Sungguh mencari ridho manusia adalah tujuan yang tak akan mungkin tergapai. Sedangkan, Ridho Allah adalah destinasi yang pasti sampai. Maka, tinggalkan segala upaya mencari ridho manusia dan fokus saja pada ridho Allah, (Q.S. 2:207).

--MUHASABAH II--

(Makassar, 28 September 2021)


***



Pada akhirnya, tiada yang benar-benar menetap dalam hidup kita. Satu persatu, Semua akan pergi. Entah, melangkah perlahan atau berlari dengan kencang. Itulah sebabnya, Tak perlu terlalu setengah mati mengejar sesuatu yang hasilnya tidak bisa disantap di alam kubur dan barzah. 

Kelak, Kita tidak akan membawa tanda mata apa-apa. Kelak diperistirahatan yang sempit itu, hanya bisa diisi 3 Mahkluk : Jasad kita, mungkar nakir dengan Daftar pertanyaan dan palu digenggaman tangannya. Maka, persiapkan diri dan ciptakanlah sosok yang tak akan meninggalkan kita, hingga hari perhitungan tiba. Siapa itu?. Ialah amal Sholeh. 

Andaikan, Harta yang haram, hanya menjadi Makanan saja. lalu menjadi tai. mungkin tidak terlalu berbahaya. sekalipun dosanya berbahaya. 

Tetapi, harta yang haram akan menjadi darah, Danging, Tulang, otak, akal, jantung dan berpontensi membentuk Jiwa. lalu, saripatinya akan bertumbuh didalam Rahim dan sperma yang akan membentuk anak dan cucu kita. Tidaklah hal itu merupakan bentuk kedzoliman yang nyata. 

Itulah sebabnya, Dalam Terma fiqih, Kehalalan pendapatan (Harta), niscaya terverifikasi dari prosesnya. Jika prosesnya Mungkar. Maka, di buat apapun, sifat hartanya tetap haram. 

Silahkan identifikasi semua makanan yang masuk lewat tenggoran kita. Apapun Profesi kita, kita semua berPotensi mengunyah harta lewat jalur gelap. 

Bagi sebahagian orang, hal diatas hanyalah permainan dan menjadi komoditas bisnis yang serius. Bahkan, Dianggap lampiran hidup yang tidak Penting diurus, yang penting hasilnya banyak untuk di nikmati. Padahal, menguyah harta lewat jalur gelap adalah ciri peradaban terendah.

Kita berpikir hal itu akan selesai di sini saja. jangan salah. Sapi mati, unta mati, kambing mati dan mereka tidak akan pernah ditanya tentang apa yang ia lakukan selama hidup. Tetapi, manusia tidak. Segala Mark up, kebohongan, tipu daya, sogok. Segala keculasan, kecurangan, kelicikan dan kedzoliman. Berapa kali kita lakukan, akan di minta pertanggung jawaban di hadapan Allah. 

"Wamay yaglul ya'ti bima gollah yaumal kiamah (siapa yg curang, kelak kau akan datang membawa kecuranganmu di hari kiamat)"

Hiduplah sesuka hati kita, sekalipun dengan cara apa kita merengkuhnya, silahkan. tapi, ingatlah kita akan jadi mayat. "I'mal ma si'ta Faa innaka ala Mayyit" :  lakukan apa yang engkau suka. Tapi ingat, Kita akan jadi mayat. 

Silahkan, kita berpura-pura tidak tau pada kebenaran. Sebab, Sampai masanya, dimana Hari itu " Al yauma na'timu ala afwa hihim" ; hari itu mulut terkunci. "Wa tu kalli muna aidihim" ; tangan akan bicara, "waa tasyhadu ala arjulum hum": ; kaki akan bersaksi. Apa yang akan di bicarakan tangan dan kaki ; "limang kana yaksibun". Apa yg kita dipertanggung jawabkan, saat itu : "Faa maya'mal mitsqola dzarratin khoiron yaroh" (sekecil biji sawi kesalahan yang engkau lakukan, akan di perlihatkan kelak).

Hari ini, kita masih dibantu oleh bapak dan ibu, di tolong oleh anak, istri, sahabat, sejawat, keluarga dan tetangga. Tetapi pada masanya kelak, yauma yafirrul yaumqn abhi wa ummihi, wa shohibathi wa banihi ; saudara kandung, Ibu kandung, ayah kandung, sahabat, keluarga, buah hati belaian jantung dan Tetangga tidak bisa membantu.

Kita hanya bisa menyelamatkan diri masing-masing. Sebab, cinta hanya sampai dipelupuk mata, kasih dan sayang, hanya sampai ketika nyawa di tenggorokan dan rindu, hanya sampai ketika malakul maut tiba. 

Dalam realitas hidup ini, ada hal yang mendua. Ambigu istilah lainnya ; disuruh tapi di larang. Bersinarlah, tapi jangan terlampau terang. sebab, akan membuat mata orang silau, pandangan orang terganggu. karena itu pandai-pandailah menempatkan diri.

Silahkan Rawat angkara. Silahkan pongah, Jumawa bahkan membusungkan dada. Dulu, Fir'aun dan Namrud juga demikian. Namun, Ingat saja. disaat kejatuhanmu telah tiba. kamu akan terpinggirkan oleh perubahan waktu. Sebab, Semua yang dilakukan pasti meninggalkan jejak. Tidak lebih dari itu.

Orang tidak selamanya kaya. Lihatlah, Qorun yang hancur. bahkan, ditimbun oleh keserakahannya sendiri. Orang tidak selamanya bertahta. Lihatlah, Fir'aun ditenggelamkan, akibat ulah anak angkatnya sendiri. Semua punya masa, termasuk saya, kamu dan mereka.

Dahulu, setelah Soviet bubar. Gorbachev pensiun dari politik. Hilang kekuasaan dan digdaya personal. Ia dianggap pecundang oleh rakyatnya. Suatu waktu Gorbachev jalan-jalan disebuah kampung, kepalanya diludahi oleh seorang Ibu dari balik jendela. Gorbachev dianggap momok oleh warganya. Ingatlah, jangan sampai anda pensiun, kepalamu diludahi rakyat. 

Dahulu, dimasa jahiliyah Abu jahal dan konco-konconya dianggap paling berpengaruh ; kedudukan, kehormatan dan klan di kapitalisasi untuk mendapatkan kekayaan harta benda. dsb. Apa yang terjadi, saat Rosulullah Muhammad SAW datang, dan diutus menjadi Nabi. semuanya tercerabut dari kemapanannya. hancur tidak karu-karuan pasca Fathu makkah.

Tidak ada yang menyangka, 'Abdullah Bin Mas'ud' dahulu adalah Pengembala kambing, milik 'Abu Jahal'. Akhirnya, memenggal kepala majikannya (Abu Jahal), saat perang badar berkecamuk. 

Siapa yang akan mengira, Sayyidah Aisyiah tetap bertahan memilih jalan Tauhid, walau dibawa kekuasaan Thoghut terbesar sepanjang sejarah ummat manusia, yaitu Fir'aun. Ataukah pilihan Qan'an, Anak Nuh, menjadi kafir, walau ia adalah darah daging seorang Nabi. 

Keputusan ada ditangan kita, jangan menyalahkan keadaan. 

Semuanya akan berakhir, perlahan. serupa bias keindahan senjakala yang pergi meninggalkan enigma, sebelum malam memeluknya.

--Muhasabah III--

 Gowa, 13/10/2021


***


Seorang sahabat datang kepada Nabi Muhammad saw dan mengadu : " ya Rosulullah aku telah berbuat dosa dan maksiat?. Rosulullah Saw menjawab kepadanya, " minta ampunlah kepada Allah swt".

Sahabat itu kembali berkata, "aku telah meminta ampun kepada Allah tapi aku mengulangi kembali dosa itu  Ya Rosulullah".  Rosulullah saw berkata lagi, " minta ampunlah kembali kepada Allah ".

Sahabat itu seperti orang bingung dan berkata lagi, " aku telah meminta ampun lagi kepada Allah dan aku kembali melakukan dosa ya Rosulullah". Rosulullah saw berkata lagi ," teruslah kau meminta ampun kepada Allah swt, hingga iblis yang putus asa, bukan kau yang putus asa terhadap ampunan Allah ". Sumber sunan Ibnu majah, kitab azzuhud pada bab attaubah hadis ke 3427, kasful astar hadis ke 3249 - Konon dosa orang tersebut sudah sangat-sangat memalukan, plus menjijikkan. tapi Rasulullah saw terus memerintahkan orang tersebut untuk tidak berputus asa akan Rahmat Allah swt

'Syaikh Mutawalli Asy Sya'rawi', ditanya : "beritahukan aku tentang kedermawanan Allah". Jawabnya, "Dia melihatmu melanggar PerintahNya. Tetapi, Ia letakkan Rasa sesal di hatimu, kemudian Dia mendorongMu untuk beristighfar. Maka Dia mengampuni dosamu".

Kalau sekiranya kalian mempunyai dosa atau kesalahan sampai memenuhi langit kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah akan menerima taubat kalian. (HR. Ibnu Majah).

Kata seorang Sufi Bernama Al-Hallaj ; "Aku tidak heran terhadap cintaku kepadamu. Sebab, aku hanyalah hamba yang hina dina. Yang membuat aku heran, cintamu kepadaku. Sebab, engkau Maha cinta yang berkuasa".

Berilah harapan pada orang. Bukan justru menakuti-nakutinya. Sebab, Allah maha pemberi melebihi apa yang kita minta dan mengampuni segala dosa. Harapan itu seperti Setiap malam kita tidur, tanpa memiliki jaminan apakah akan bangun pagi atau tidak akan bangun Sama sekali. Namun, kita masih saja mengatur alaram untuk bangun. 

Hidup kita ini adalah rangkaian doa demi doa. Bukan tentang dikabulkan sekarang. Tetapi, tentang indahnya Merayu Tuhan. Seumpama Siti Maryam, Ibunda Nabiyullah Isa A.s, yang bermuajat, bahwa  "Aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepadaMu Tuhan". Olehnya, Jangan berburuk sangka pada Allah. Sebab, Allah punya otoritas untuk membalikkan keadaan dengan cara-cara yang paling sederhana.

Tidak ada yang menyangka, jika air yang mengantarkan Musa, ke istana Fir'aun, padahal Musa Mungil sedang dalam masa terlemahnya. adalah air yang sama, yang menghancurkan pasukan Fir'aun. Padahal Fir'aun sedang dalam masa terkuatnya. 

Kemana Kita pergi?. Pergilah kepada Allah, sampai tak ada lagi yang kita temukan Selain ketenangan. Sebab, Telah lama kita meninggalkan diri kita, yang ditinggali oleh bayang-bayang hidup orang lain.

Bagaimana kita hendak bersujud pasrah, sedang Wajah kita yang bersih sumringah. Kening kita yang mulia dan indah begitu pongah, Meminta sajadah agar tak menyentuh tanah.

Apakah kita melihatnya seperti iblis saat menolak menyembah Datuk kita, dengan congkak : Tanah hanya patut diinjak, tempat kencing dan berak, serta membuang ludah dan dahak atau paling jauh hanya lahan pemanjaan nafsu serakah dan tamak.

Apakah kita lupa bahwa tanah adalah bapak dari mana ibu kita dilahirkan. Tanah adalah ibu yang menyusui dan memberi kita makan. Tanah adalah kawan yang memeluk kita dalam kesendirian, dalam perjalanan panjang menuju keabadian.

Singkirkan saja sajadah mahal kita, Ratakan kening kita, Ratakan kening kita. Tanahkan wajah kita, Pasrahkan jiwa kita.  Biarlah rahmat agung Allah membelai kita dan terbanglah kekasih. 

Tuhan Kekasih ; Sungguh tidak ada kepantasan sedikitpun padaku, untuk engkau gabungkan bersama para ahli-ahli surgamu. Namun, Sungguh aku tidak akan kuat, untuk engkau campakkan kedalam dahsyatnya api nerakaMu.

Maka, tumbuhkanlah. Kesadaran untuk bertaubat. Kemudian, ampunilah dosa-dosaku. Karena, hanya engkau Maha Pengampun segala dosa yang besar. Dosaku bertumpuk, seperti hamparan pasir di pantai.

Anugerahilah aku, Taubat wahai yang Maha Perkasa. Sebab, Umurku berkurang setiap hari, setiap malam. Sedangkan dosaku bertumpuk-tumpuk. Semakin bertambah, sampai aku tak tahu lagi bagaimana membersihkannya.

Kekasih, hambamu yang penuh maksiat ini, datang mengetuk pintu rumahmu. Bersimpuh, bersujud mengakui segala dosa dengan hati yang memanggil-manggil ampunan-Mu.

Kekasih, apabila engkau mengampuniku. Maka, memang hanya engkau-lah Maha Pengampun. 

Tetapi kalau engkau usir aku. Tetapi kalau engkau tolak dan campakkan aku. Kiranya kepada siapa lagi. Kami, aku dan mereka. Akan bisa berharap.

" ilaahi lastu Lil firdausi ahlaan - wa laa aqwaa 'alaa Nasril jahiimi (Wahai Tuhanku! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka jahim)".

" Fa hablii taubatan waghfir zunuubii fa innaka ghaafirudzdambil 'adzhiimii (maka berilah aku Taubat /ampunan dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar)"

" Dzunuubii mitslu a'daadir rimaali fa hablii taubatan yaa dzaaljaali (dosaku bagaikan bilangan pasir, maka berilah aku Taubat wahai Tuhanku yang memiliki keangungan)"

" Wa 'umrii naaqishun fi Kullu yaumi-wa dzanbii zaa-idun kaifah timaali (umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya)".

" Ilaahi 'abdukal 'aashii ataaka muqirran bidzdzunuubi wa qod da'aaka (wahai, Tuhanku! Hambamu yang berbuat dosa telah datang kepadamu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepadaMu)".

" Fa in taghfir fa anta lidzaaka ahlun fa in tathrud faman narjuu siwaaka (maka jika engkau mengampuni, maka engkaulah Yang berhak mengampuni)".

Ya Tuhan, Kekasih. selamatkan kami dari bodoh Maha Dahsyat dan rakus yang membawa mampus dan Berilah kami kemampuan, agar tidak puas dengan amal-amal kecil. Meski dosa adalah peristiwa manusiawi dijari waktu.

Ya Robb, Apapun hukuman yang engkau timpakan kepada aku. Maka aku akan terima. sebab aku tidak Mempunyai hak untuk Mengintervensi-MU. Namun, pintaku : jangan engkau hukum aku dengan memasang tabir pemisah antara engkau dan aku.

Ya Tuhan, kekasih. Kadang aku lupa menyapaMu. Kadang pula aku abaikan panggilanmu. Bukan karena aku Jumawa, apalagi membusungkan dada di hadapMu. Tetapi, tabiatku yang memang resah dan gelisah, dengan Fatamorgana yang menipu Ini. 

Padahal, sahabat kekasihmu Umar Bin Khottab berpesan "saya tidak pernah memohon kepada Allah agar meringankan beban. Tetapi saya Memohon kepada Allah agar diberikan punggung yang kuat untuk memikul beban".

--Muhasabah IV--

Makassar, 18 November 2021


***

Bila semua terselesaikan oleh tangan yang di tengadahkan, kita tidak akan pernah merasa bahwa Tuhan mengambil lebih banyak dari pada memberi. 

Demikinlah doa adalah rumah dari segala ingin ; Jalan pintas menuju pelukannya.

Ikhtiar hanyalah jalan, sedangkan rezeky adalah kehendak Allah, dia memberi Se-KehendakNya. Antara Shafa dan Marwah, Siti Hajar mencari air. Di ulangnya, bolak balik 7x. Tetapi, zam-zam justru muncul dari Kaki Ismail. Itulah sebabnya, sempurnakan saja Ikhtiar kita. Rezeky kita, biarlah menjadi kejutanNya. 

Namun, rezeky tidak hanya soal materi. Berapa banyak orang sakit, yang ingin hidup seperti kita. Tidak sedikit narapidana, yang merindukan suasana di luar, pergi kemana saja yang dia mau. Di kolong jembatan, ada orang-orang yang bermimpi tentang ukuran tempat tidur kita Dan di kuburan, ada orang yang menginginkan kesempatan kedua untuk hidup lagi seperti kita.

Kita yang sedang tidak mengayuh sepeda. Kita yang tidak sedang menebar jala. Kita yang tidak sedang mendorong gerobak. Kita yang tidak sedang bergelut dengan cuaca Ekstrem. Kita yang tidak sedang memanjat tebing-tebing tinggi dan bergelantungan dari satu dahan ke dahan yang lain, demi sesuap nasi. Bersyukurlah.

Hidup ini, tidak seburuk yang kita bayangkan. Jika di bandingkan dengan kondisi dan keinginan orang lain. Sekali lagi, Bersyukurlah untuk semua itu. Ibnu Hibban berkata, "seandainya engkau berlari dari Rezekymu, sebagaimana engkau berlari dari Kematian, niscaya rezeky itu akan sampai kepadamu, sebagaimana kematian akan sampai kepadamu. Sesungguhnya rezeky akan mengejar seorang hamba, seperti ajal mengejarnya". 

Bila rezeki kita berlimpah. maka, panjangkanlah meja makan kita. bukan, justru meninggikan pagar rumah. Harta kita adalah baju yang kita pakai, nanti akan Rusak. Yang kita Makan, berakhir di WC, " Wa hal laka min maalika illa ma akalta faafnaita wa labista faablaita Wa tashaddaqta faabqoita - Yang Kamu sedekahkan itulah yang abadi sampai di akhirat. Kamu jangan bilang yang kamu sedekahkan itu yang habis". 

Sebenarnya saya mau mengajari pengusaha dan konglomerat soal Hadits Ini. Karena Nabi mengajari kita soal shodaqoh itu adalah pengabadian Uang. Sedangkan kita Menganggap bahwa Shodaqoh itu menguras Uang. Padahal itu, pikirannya setan. Bukan pikirannya orang Islam yang beriman .

Tetapi, Jika Ikhlas tak pernah mengiringi Qolbu, berapa pun kebajikan itu. Akan luruh berjatuhan amal Ibadah kita. Sebagaimana, Seorang yang mengalami kebutaan keluar dari rumahnya menuju Masjid untuk menunaikkan Sholat subuh. Ditangannya ada lampu yang menerangi langkahnya.

"Anda membawa pelita. Nyalanya tidak memberikan Manfaat sama sekali", ejek Kawannya. Jawab Orang Buta, " saya Membawa lampu, agar orang-orang melihat saya dan tidak menabrak saya". 

Niatkan kebaikan untuk kebaikan. Biarlah kebaikan menjadi rahasia kita, sebagaimana engkau merahasiakan dosa-dosa kita. 

Salah satu protype dari Rosulullah adalah filantropisme. Filantropis adalah kebaikan yang di lakukan, tidak dengan memamerkannya di ruang publik, karena itu menyangkut kejujuran untuk membantu manusia. 

misalnya, jika membantu si Miskin. Datangi secara diam-diam. Jika perlu, jangan sampai Si miskin tahu, siapa yang memberikannya sedekah. Itu yang disebut kegiatan filantrophis. 

Filo artinya sayang. Atrophia artinya manusia, secara harfiah disebut mencintai manusia. Lain ceritanya dengan caritas. Caritas itu saat melakukan sesuatu, ada motifnya, mengumpulkan orang. Membentangkan sensasi, mata kamera di gelar di setiap sudut. Ada wawancara disitu. Sebagaimana yang Populer dilakukan itu.

Demi apa kebaikan seperti itu pamerkan?. Makanya Berbuat baik dalam Persepsi agama dan Politik itu berbeda. Dalam politik kebaikan butuh Mata lensa, sedangkan dalam agama Bila perlu orang yang kita bantu, jangan sampai tau bahwa kitalah yang membantunya. Sebagaimana Apa yang di sampaikkan Umar Bin Abdul Azis, " Jika kebaikan bisa diraih dengan pengeras suara. Maka sudah lama anjing dan Keledai, memperolehnya". 

Jika seluruh kebaikan adalah Investasi untuk surga.  Lalu, kemana perginya Ketulusan?.  Memang, Ibnu mas’ud Mendaku, bahwa Ibnu Al-jazari. pernah di Tanya oleh muridnya; guru kenapa engkau tidak banyak berpuasa?. Ibnu Mas’ud menjawab; jika aku banyak berpuasa, maka badanku akan lemah dan aku tidak kuat membaca al-Qur’an. sementara membaca Al qur’an lebih aku sukai ketimbang memperbanyak puasa.

Kebaikan dan berbuat baik itu banyak jenisnya. Tapi, skala prioritas yang tiap orang bisa jadi tidak semua sama. Maka, sejatinya Kebaikan itu disemai diam-diam dalam gelap, lalu tumbuh senyap tak berisik. agar, Yang terang terasa hanyalah manfaatnya.

Demikianlah, semestinya tugas utama kita sekarang, yakni membuktikan bahwa kondisi apapun, tidak akan meretakkan solidaritas sosial kita. Sebab, empati dan kebaikan itu menular jauh lebih cepat daripada virus.

Jika kita terhalang dalam menyemai kebaikan, Kata Ibnul Al-Qoyyim Al-Jausyiah ; jika punggungMu terlalu berat menahan Dosa-Dosa, maka akan terhalang dari perjalanan menuju Allah dan Anggota tubuh terhalang beramal dalam ketataan kepadannya. 

- MUHASABAH V ; BERSYUKUR DAN IKHLAS  -

Makassar, 15/07/2021  - Pukul : 05.05


***


Ketika Nabi Musa As dan Bani Israil berkumpul untuk melaksanakan shalat istisqo' (sholat yang dilaksanakan untuk meminta hujan ketika paceklik). Ketika mereka mereka shalat, Keanehan pun terjadi. Tidak ada setetespun hujan yang turun. Lalu, Nabi Musa menanyakan hal itu kepada Allah.

Allah berfirman, "Wahai Musa aku tidak akan mengabulkan do'amu dan do'a orang-prang yang bersamamu. Karena di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat padaku selama 40 tahun dan akupun mencegah turunnya hujan pada kalian".

Nabi Musa pun bertanya, "Lalu Ya Robb apa yang harus kami lakukan?". Allah pun berfirman: "Keluarkan (usir) orang tersebut dari kalian!"

Mendengar hal itu, Nabi Musa pun berpidato pada Bani Israil, "Wahai Bani Israil! di antara kita ada seseorang yang bermaksiat pada Allah selama 40 tahun, hujan Tak akan pernah turun sampai orang tersebut keluar dan pergi!". Maka sadarlah hamba itu akan dirinya dan dia pun berkata dalam hatinya : "Yaa Robb hari ini aku berada di kalangan orang banyak, jika aku keluar maka aku akan merasa malu, dan tiada pilihan untukku hari ini kecuali bertaubat pada-Mu, ampunilah aku dan tutuplah aib aibku"

Tidak berselang lama hujan pun turun, lalu Nabi Musa berkata, "Ya Robb, hujan telah turun dan tak ada satupun orang yang di maksud, yang keluar di antara kita?"

Allah pun berfirman : "Wahai Musa, hujan aku turunkan sebab rasa senangku terhadap seorang hamba yang telah bertaubat setelah bermaksiat padaku selama 40 tahun.

Nabi Musa pun berkata : "Siapa dia Yaa Robb? Tunjukkanlah padaku agar aku bisa bergembira untuknya.

Allah pun menjawab: "Wahai Musa, dia bermaksiat pada-KU selama 40 tahun aku tutupi, dan hari ini dia bertaubat padaku lalu aku akan mempermalukan dia?. 

- MUSAHABAH VI -


*Pustaka Hayat
*Rst
*Pejalan Sunyi
*Nalar Pinggiran


Tidak ada komentar:

Posting Komentar