Mengenai Saya

Minggu, 06 November 2022

CORETAN PENA KOESAM TENTANG SENJA

 - Tapal Batas -

Di waktu senja.

Engkau akan merindukan sesuatu, yang acap kali engkau cemooh di dalam hatimu. 

Hingga engkau tersadar, Betapa dia telah banyak Ia menginspirasimu. Tanpa engkau sadari. 

-Barru & Pangkep, 15 Maret 2021-


***

-NOSTALGIA-

Di sebuah beranda, di tempat yang kerap kali kita duduk bercengkrama, menguliti senja. menerjemahkan air mata.

Tertinggal, jejak-jejak perbincangan, yang hampir fosil. 

Di balik ufuk, ia melambai hangat pada kamis yang sendu. Berpamitan dengan terang, menghantar sinar ke peraduan.

Berjanji akan datang bersama pagi. Jika awan tak menghitam.

Ahhh...dibawah alismu, hujan meneduh. Dipelupuk senja berteduh. 

Aku merindu garis senyum di matamu yang teduh.

- Lembah Ramma - Gowa, 2016 -


***

--SENJA PASTI DATANG--

Suatu senja, di pintu malam, Kita mengatur jarak sendiri-sendiri. Di iringi samar suara muadzin di Ujung Toa.

Ada gundah dalam tarikan nafas ; Terisak tak beranjak. Jiwa dan raga, gelisah di kutuk jarak.

Di Ujung Waktu, senja Menghilang. Tapi, tak lenyap. Hanya Pulang.

Tak perlu merayu, agar senja datang. Ia pasti datang. Sebab, ia Kekasih sejati.

Esok, Jika tak mendung, ia akan datang. karena,
kemenangan itu sedekat "Hayya 'ala sholah" ke "Hayya 'ala Falah".

Seindah apapun huruf terukir ; dapatkah ia bermakna apabila tanpa jeda dan dapatkah di mengerti jika tak ada spasi?.

Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak Dan saling menyanyangi jika ada ruang?.

Tuhan menciptakan Mawar, tanpa memaksa kita bersyukur atas Indah bunganya. Bisa jadi, hikmah datang dari durinya, atau bahkan pohonnya yang mulai meranggas. 

Demikianlah laku Semesta dalam menyuguhkan mimbar untuk kita.

Berpikirlah. Tentang hidup, cinta, atau kesempatan. Jelajah Dan masukilah fana yang sekejap cuma. Narasi Tuhan, Nikmati dan bacalah. Lalu rubah ;  sebab, Kemarin Adalah nasib. Kini, kita adalah kantung-kantung. Kumpullah bekal sebanyak-banyaknya menuju Perjalanan ke keabadian.

Sebab, Senja itu Hukum alam. Siapapun dan apapun dia, tak akan dapat terus bersembunyi, pun berlari. Bahkan, tak ada tempat yang dapat menghindari senjakala ; Ia selalu Tiba.

Menghitam sejatiku di hadapan sinarMu. Lancanglah, kehadiran pecinta di keharibaan kekasih.


***
- SENJA DI PUNAGA -

Kala matahari terpenggal batas, saya selalu bertanya, mengapa sering terjebak mencintai senja?.

Senja hadir dengan banyak makna. lawan di lawan. cinta di cintai. sakit di sakiti. Semua berada dalam satu tarikan nafas.

Senja - meransang Hasrat untuk mengurainnya.
memungut huruf demi huruf. menghimpun kalimat-kalimat berserak dan mengasah ketajaman rasa.

senja itu candu ; Mencintai senja adalah merela - melepaskan apa yang kita sukai dan Semuanya berakhir saat matahari memberi tongkat pada malam.

- Pantai Punaga, 16/10/2016 -


***
CORETAN SENJA 1

Senja adalah isyarat batas.
selalu saja melintas pergi.
waktu pasti berganti,
JanjiNya hakiki

Pada waktu yang berputar.
pada senja yang datang dan berlalu.
pada tiap-tiap yang berganti.

Marilah belajar untuk mengenal batas.
Sebab, Semua berbatas. Pun cintaku, dibatasi ketentuanNya.

Waktu adalah jalur searah. tak ada harga,
tak ada yang sanggup membelinya.

Seperti dalam lirik Lagu Om Iwan, pada Album Pun Aku (2021), "Masihlah ada waktu untuk bersyukur dan terus merindu. 

Bunga-bunga masih bermekaran dan ikan-ikan menari riang di kolam kecil yang dangkal. Segeralah perbaiki yang terlanjur rusak".

Di Senja Yang Syahdu, Doaku adalah sesajen.


***
- SEMAKIN DEKAT -

jika senja tiba, Hitunglah - Jarak antara terbenamnya Matahari dan terbitnya Harapan.

Tetapi kuda-kuda batin kita harus Kuat, sebab setiap orang yang menggendong harapan di pundaknya, Pasti memikul beban.

Di titik itulah, Kita harus siap, bahwa hidup ini tidak sama dengan apa yang kita inginkan, tidak sama dengan apa yang kita pikirkan, bahkan hidup ini bisa berlaku sebagaimana yang kita benci.

Sebagaimana Saudara Yusuf As, mereka mengira bisa merusak masa depan Yusuf As, dengan memasukkannya ke dalam sumur. Padahal, sumur adalah jalan Yusuf memimpin mesir, kelak. 

Lewat Tangan saudara Yusuf, Allah sedang merangkai Masa depan Yusuf As.

Tidak ada yang bisa menghalangi kita, dari semua yang telah di Takdirkan Allah. Oleh sebab itu, Yang manis dari perjuangan Hidup ini adalah pergulatannya, karena seluruh ujian keyakinan ada di situ.

Emaskah kita, atau Malah Tinja?.  Semua akan di uji waktu 💪

Ujian keyakinan itu, Seperti pergulatan Batin Ibunda Nabiullah Musa As. Ketika Allah mewahyukan, agar menghayutkan Anaknya Ke Nil.

Seorang Ibu, yang rela melepas anaknya Ke sungai, karena yakin akan Janji Allah. Sejarah telah membuktikan, bahwa dari keyakinan seorang Ibu, satu peradaban baru telah lahir.

Demikianlah Hidup telah menempuh jalan panjang - menang berkelindan dengan Hura-hura. Kalah terpuruk, lalu bangkit. Semua, hanyalah cara semesta mengatur kenang demi kenang.

- Makassar, 12/07/2022 -


***

BIARLAH KU BAYANGKAN ENGKAU SEBAGAI SENJA


Senja itu pasti. Siapapun tidak akan dapat terus bersembunyi, juga berlari dariNya. Tidak ada tempat di muka bumi, yang dapat menghindari Senjakala. Ia selalu Tiba, di batas hari. Sedang ajal itu batas usia.

Memang, tidak ada pilihan yang mudah. sebab, jika mudah. maka, hidup tidak lebih dari sekedar memisahkan beras dari sisa gabah. maka, Biarkan saja bahteramu menuju tempat matahari rebah. memang disitulah semuanya menuju. Sesuai perintah waktu.

Karena, Pada akhirnya semua akan meninggalkan bekas, tidak lebih dari itu. Orang tidak selamannya kaya. Lihatlah, Qorun yang hancur. bahkan, di timbun oleh keserakahannya sendiri. Orang tidak selamannya bertahta. Lihatlah, Fir'aun di tenggelamkan akibat ulah anak angkatnya sendiri. Semua punya masa, termasuk saya, kamu dan mereka.

Dahulu, di masa jahiliyah Abu jahal dan konco-konconya dianggap paling berpengaruh ; kedudukan, kehormatan dan klan di kapitalisasi untuk mendapatkan kekayaan harta benda. dsb.

Apa yang terjadi, saat Rosulullah Muhammad SAW datang, dan diutus menjadi Nabi. semuanya tercerabut dari kemapanannya. hancur tidak karu-karuan pasca Fathu makkah. Semua akan berakhir, perlahan. serupa bias keindahan senjakala yang pergi meninggalkan enigma, sebelum malam memeluknya.

Silahkan anda pongah. dulu, Fir'aun juga demikian. Boleh saja, anda Sombong. Dulu, Namrud juga demikian. Namun, Ingat saja. di saat kejatuhanmu telah tiba. kamu akan terpinggirkan oleh perubahan waktu. Semua yang di lakukan pasti meninggalkan jejak. (17/08/2016)

Karena, Sesungguhnya senja adalah batasan antara keinginan dan harapan. Ingin menjumpai lelap dan berharap tidak terjatuh dalam senyap. Persis, seperti bahasa hujan terhadap lautan yang menjadikannya awan. senjapun, punya bahasa yang sama terhadap malam, yang menjadikannya pintu gerbang.

Waktu itu, saya mengandaikkan. Dapat merebah dan menghabiskan waktu, Pada Tahi lalat di tepi bibirmu. Karena ku anggap itu, kebahagian dan ketenangan. Namun, saya acap kali salah dalam menerka seleramu. Ternyata bukan alunan senyumMu, Yang menemaniku menyaksikan matahari memberi tongkat pada Malam. (17/05/2018).

Yah, Ada senandung lara mengaharu biru pada bagian tengah sanubariku. ia, tertusuk dalam. luka itu, memang menganga. tetapi, pesan Tetua, jangan terlalu khusyuk meratapi jalan tertatih di terpa nestapa, karena pasti ada ujung. Luka dan bekasnya akan mengabarkan realitas kesakitan yang lalu. Tak ada waktu yang sia-sia. Waktu dan semua yang telah menjadi guru terbaik Bagi kebodohan, pengetahuan akan sebuah kebijaksanaan. Pintu-pintu itu semula tertutup oleh gelapnya ketidaktahuaan. Namun, waktu telah membukannya perlahan. Menyalakan setitik cahaya hikmah di dalamnya. Tak ada yang sia-sia.

Itulah sebabnya, Di titik tertentu, orang harus puas dengan segala atribut. Tetapi, di suatu masa, semua tidak bernilai di mataNya. Di suatu masa orang akan di sembuhkan dengan obat, yang dulunya adalah racun bagi tubuhnya. Semua soal waktu, Taqdir hanya akan memihak bagi mereka yang berusaha. Karena, Segala penghambaan dan kekhalifaan kita akan di pertanggung jawabkan di hadapanNya. Tidak ada yang lolos dari tilikan MataNya. Itulah sebabnya, Ukuran Hidup ialah bermanfaat; bermanfaat bagi sesama, bagi semua orang.

Rajutlah dan pintalah tentang kebahagiaan esok, dan Yakinlah bahwa Allah tak akan pernah Alpa genapi janjiNya.

Sebab, Kita hanyalah, kumpulan hari-hari. Setiap hilang satu detik, hilang separuh waktu bermesraan dengan dunia. Olehnya, jangan jatuh hati pada kefanaan. Ada yang abadi, kerjalah.

Di tiap-tiap etape, ada pertanggung jawaban. Ada tanya atas berat beban yang di tunaikkan. Kita adalah hamba. Untuk kaki, tangan, mulut, telinga, mata, bahkan gerak hati. Akan ada tanya besok. Jejak hati, selalu lebih berat bebannya untuk raga yang lain. Sebab, cinta dan benci adalah peninggalannya yang abadi.

Ada banyak manusia, yang menuju tempat pesta pemulung senja. Tetapi, selalu terlambat sadar, bahwa senja akan hilang di telan malam. Padahal, Tuhan memberi otoritas pada waktu untuk mengadili, Menghakimi bagi yang lalai melewati detiknya yang berganti. Pergantian detik mesti membawamu pada suatu titik sadar. bahwa selama ini kita telah di tipu. Dan, kini menit kian bertambah, Risau waktu mendera. Ada yang harus di tuntaskan segera.

Saya sudah Tidak bisa membedakan, apakah kota ini berpijar atau murung?. Wajah-wajah lelah dimakan keringat, tubuh-tubuh dilahap lelah. Meski, banyak cara menghibur diri.

Saya benar-benar hampir jatuh cinta pada kehidupan ini, mungkin karena saya adalah manusia pinggiran di kota yang sendu.  Saya kadang bertanya-tanya, sedang mencari sesuatu yang tidak ku tau itu apa?.

Di kota ini, yang lupa cara bahagia. Pasti telah lama tidak jatuh cinta pada kehidupan. 

Padahal, Kesetian adalah entitas rapuh yang hendak menipu gerak waktu. Sebab, Pada akhirnya semua akan meninggalkan bekas, Serupa bias keindahan sinar senja, Yang meninggalkan enigma, Sebelum malam memeluknya.

atau meminjam Igauan Paulo Coelho, sastrawan yang filosof itu ; Kata-kata mampu merusak tanpa meninggalkan jejak",

Hujan redah, air tegenang. Kata-kata tertumpah, Ia Terkenang. 

Melewati senja bagiku adalah cara memulai menikmati bulan. Sedangkan, bagimu adalah fase paling tepat untuk menyudahi. Aku memulai keriuhan, kau menyudahi dalam kesunyian. Begini saja, ada serentang waktu cukup panjang, sebelum senja datang. Biarkan dia yang mengadili kita ; apakah sebagai terdakwa atau saksi utama, atas terjadinya peristiwa purnama.

Saya memang kerap kalah dengan jarak. Namun, yang engkau abai ialah, bahwa doa selalu menang telak. Tidak tiba bukan berarti tidak ada, seperti rindu. Sebab, Yang tiba di batas hari, tiba karena Rindu.

Kadang orang merasa besar, jatuh dan rubuh, karena hal kecil. Sesuatu yang tak di hitung. Pada sesuatu yang di remehkan. Seumpama, terpeleset kulit pisang. Lalu, jatuh terjengkang. Patah tulang belakang. Semoga saat terlentang, semua tidak akan menghilang. Bukan seperti senja, Sebab cinta yang baik, tidak akan meyerahkan cahayanya. Meski kepada Maut sekalipun.

Namun, Senja tidak pernah salah. Hanya kenangan yang kadang membuatnya menjadi basah. Akhirnya kita mengaku kalah pada Rindu.

Rindu yang seperti kuku, Terpotong. Tetapi, tumbuh terus melaju. Yah, karena Rindu itu memang menegok terburu. Tiap mendengar suara merdu. Berharap itu kamu.

Bermula dimasa remaja. saya menjadi penyuka senja, melihat matahari terbenam. Kini, disini, entah mengapa senja tak lagi menarik. Entah mengapa?. Mungkin, engkau bukan senja. Sebab, jingganya tak hangatkan luka. Engkau hanya angin yang singgah. Lalu, berlalu.

- TELUK LAIKANG - TAKALAR -


*Rst
*Pejalan sunyi
*Coretan Nalar Pinggiran









Tidak ada komentar:

Posting Komentar