Mengenai Saya

Kamis, 17 September 2020

CORETAN PINGGIRAN ; UNTUK MAMA



1.

Selumbung narasi tak akan cukup menggambarkan Rahmat Tuhan yang bernama Ibu. Di hadapan Tuhan, Mama tetap sang tabah yang setia dengan munajat untuk menyemogakan ingin anak-anaknya. Sedang Kita, hanya kerikil kecil yang berhadapan denganMu Mama.

Dulu, Ada Seorang anak muda membawa mamanya ke dokter. Dokter perempuan. mama anak muda ini Gila. Sebagaimana Lazimnya orang Gila: kursi putar dokter diputar-putar, anaknya minta maaf pada dokter. Pas bunga diatas meja, diacak-acak. Kerudung ibunya terbuka, dipasang lagi oleh anaknya. Tangan anaknya digigit, diludahi bahkan mamanya tidak tau jika anak muda ini adalah anaknya.

Dokter bertanya pada anak muda ini, siapa yang engkau bawa ini?. "Mamaku", jawab anak muda ini. Sejak kapan dia seperti ini. "Sejak lahir", kata anak muda ini. Terus, bagaimana engkau bisa lahir. "Kakek saya menikahkan mama saya, setelah itu 10 bulan berikutnya mama saya diceraikan". Engkau berbakti sama dia?, sedang dia tidak tau engkau adalah anaknya?, tanya dokter. "Iyya, dia tidak tau saya adalah anaknya. tetapi, Allah tau kalau dia adalah mama saya, sehingga saya harus berbakti", jawab anak Muda ini. Mamamu sakit apa?. "Mamaku sakit gula", jawab sang anak.

Setelah diberikan resep oleh dokter, pasien keluar. Dokter perempuan ini, mengunci pintu dan menangis sejadi-jadinya. Seraya berkata : saya sering dengar cermah tentang "birrul walidayin". Tetapi, baru kali ini saya melihat, ada anak yang berbakti pada mamanya. Mamanya Gila, tidak kenal sama anaknya. tetapi, dia masih berbakti bahkan ia berkata memang mama saya tidak mengenal saya. tetapi, Allah tau bahwa saya adalah anak dari mamaku.

Ada juga sebuah Kisah tentang 3 orang yang masuk kedalam goa. lalu, Goa itu tertutup dengan batu. Kemudian salah satu diantara ketiga orang itu bertawassul dengan amal solehnya : Ya Allah, saya punya dua orang tua. Yang senantiasa saya berikan susu kepada mereka berdua, sebelum anak dan Istrinya meminum susu itu.

Pada suatu hari, Ibu saya kejauhan mencari rumput, saat balik, orang tuanya telah tidur. Ia peraskan susu, Ia simpan disebuah wadah dan dibawakan kehadapan kedua orang tuanya yang sedang tertidur. Ia bisa saja mengambil meja dan menaruh wadah yang berisi susu, lalu ia beranjak dari situ. Tetapi tidak ia lakukan. Dia pegang wadah itu semalam suntuk dengan berdiri dan tidak membangunkan kedua orang tuanya. menjelang subuh orang tuanya terbangun dan dia berikan susu itu. Anak-anaknya menangis meminta susu, ia berkata : tidak, sebelum kedua orang tuaku meminum susu itu.

Pengorbanan dan bakti Diatas, hanya Tai kuku dari seorang perempuan yang bernama Ibu yang tersenyum dihadapan Maut.

berkenaan dengan itu, saya teringat dengan kisah seorang Tabib Muda sedang jatuh cinta kepada Gadis paling cantik dikota. Gadis itu mengajukan syarat pernikahan, yaitu mama Tabib tidak boleh ikut serta diacara pernikahan. Sang Tabib menghadap kepada seorang Mulla yang bernama Nashruddin untuk meminta saran. Mulla berkata : " Pulanglah, lalu cuci tangan mamamu. Besok kembalilah kemari, aku akan membantumu menemukan jalan keluar".

Tabib tersebut pulang dan melaksanakan apa yang dikatakan Sang Mulla Nashruddin. Saat menyentuh Tangan mamanya, seketika Air matanya mengalir tak terbendung. Tangan mamanya sangat kasar dan beberapa bagian kulitnya terlihat pecah-pecah. Karena, mamanya bekerja mencucikan pakaian orang-orang dan membersihkan Rumah mereka. Beberapa kali sang mama merasakan sakit ketika bagian pecah-pecah itu terkena air.

Sang Tabib tidak bisa menunggu besok. Selepas mencuci tangan mamanya, ia berlari menuju Rumah Mullah Nashruddin dan Berkata : " Aku tak Sudi melepas Mamaku untuk satu hari ini, sebab dia telah merasakan derita diMasa lalunya demi Masa depanku".

Jangan marah pada orang tuamu untuk menyenangkan orang lain. Orang lain tidak menghabiskan hidup mereka untukmu. Mama kita telah kehilangan banyak tenaga untuk kita. Jangan tinggalkan mereka sendiri ketika mereka lemah. Sebab, jika bukan karena punggung seorang mama yang membungkuk, punggung seorang anak tidak akan pernah tegak lurus.

Al- hikmatu inih taja (berbakti kepada ibu dan bapak).

Suatu hari ketika berkumpul dengan para sahabat, Nabi pernah berpesan kepada Sayyidina Umar Bin khottab ; umar, jika engkau sempat ke madinah, cari anak Muda yang bernama Uwais Al- Qorni dan engkau minta untuk di doakan olehnya.

Sayyidina umar heran, sebab yang menyuruhnya adalah Rosulullah, yang jelas-jelas doanya Mustajab. Dan masih banyak orang-orang tua lainnya. Apa sih kelebihan Uwais ini?. Ini juga menjadi alasaan yang Di katakan Rosulullah " Hassiru minannas li duai minal khoir fa innaka tadri min ayyi fahi yukbal (banyak-banyaklah kau minta doa kebaikan kepada orang lain, sebab kita tidak tau mulut siapa yang terkabul). 

Kita seringkali menganggap remeh orang lain yang mendoakan kita, sementara siapa yang tau apakah doa seseorang itu di kabulkan atau tidak.

Saat umar ke madinah dan mencari tau apa keistimewaan ibadah Uwais, ternyata ia adalah seorang anak yang sangat berbakti kepada Ibunya. Ayahnya sudah meninggal dan Uwais pernah menggendong Ibunya dari madinah ke Mekkah, hanya untuk berhaji dan menemui Rosulullah. namun, sayang tidak sempat bertemu dengan Rosulullah. Yang jarak tempuhnya, sekitar 400 kilo.

Kita seringkali mau bawa mama kita ke dokter saja, masih minta tolong pada orang lain untuk membantu menggendongnya. Uwais menggendong mamanya Pulang Pergi madinah-mekkah, yang jaraknya sekitar 400 kilo. Karena, bakti pada orang tuanya sehingga ia di berikan karomah.

Allah memberikan karomah itu, macam-macam. Ada yang karena ia sering tahajjud, ada yang karena pemurah, ada yang karena berbakti, ada yang karena rajin baca qur'an, ada yang karena rajin puasa sunnah, dsb.

Jika karena ibadahnya uwais bisa makbul doanya. maka, sudah pasti tidak, sebab selain ia masih muda dan jika di bandingkan dengan Umar bin khottab, lebih banyak Ibadahnya Umar ketimbang uwais. Karena, bakti uwais pada orang tuanyalah sehingga Nabi berpesan pada Umar, jika engkau sempat ke madinah maka mintalah di doakan oleh anak muda (uwais) tersebut.

Makbulnya doa seseorang tidak harus tuanya seseorang. sebab, jika ia muda dan dekat pada Allah pun bisa jadi doanya makbul seperti uwais.



2.

Cinta dan Kasih sayang Orang Tua kepada Anaknya sudah Fitrah. Sedang Cinta dan Kasih Sayang Seorang Anak Kepada Orang Tuanya Masih Harus di Bina, dituntun. dalam Narasi Suci Tuhan- Al-Qur'an menjelaskan bahwa Perintah berbakti adalah kewajiban anak, bukan sebaliknya.

Seorang kawan pernah bertanya, "apakah Mamamu itu cerewet?".

Sangat cerewet. Ketika saya lambat pulang kerumah dan lambat mandi, karena bermain seharian dengan teman-teman. Sekelebat Fantasi Masa kecil muncul, berlarian dengan plat roda sepeda motor sepanjang lorong-lorong Dilandak Baru. Hampir setiap saat, apalagi di kala hujan turun lebat. 2 hingga 3 jam, lebih kurang, mencengkramai Hujan.

Pulang kerumah dengan gigilan tubuh. Disambut mama, didepan pintu yang sudah cemas, Mama akan menggerutu, terkadang pinggang saya dicubitnya, sambil membuka baju saya, satu demi satu, lalu menyirami saya dengan air. Mulutnya terus "komat kamit" bertutur seperti orang marah. Kata-kata yang keluar dari mulut mama seperti tertata rapi, tapi berkelanjutan. Dalam cerewetnya itu, ia memakaikan saya baju, memebedaki ketiak dan muka, membaluri rambut dengan minyak kemiri, menyemprot badan dengan parfum lalu memasang kopiah dikepala saya. Juz Amma ku peluk dan pergi mengaji ke masjid. Lalu ia berkata " pergilah ke masjid dan terus pergi mengaji, duhai Anak lelaki mama. biar kelak Kau tau kitabMu, kau tau sejarah Nabimu yang hidupnya penuh kasih sayang. Demikian kira-kira Petuah mama saya Yang semakin hari semakin cantik. Dagu saya di cubitnya (ketika ia Marah, pinggang yang dicubitnya, kini pindah ke dagu). Satu ciuman mendarat di pipi saya. Ia kemudian tersenyum, saya juga tersenyum".

Beberapa detik menjelang kaki melangkah turun dari tangga rumah, Mama kembali berkata ; " setelah mengaji, lansung pulang kerumah. Jangan berkeliaran lagi di ujung lorong. malam hari, setan berkeliaran. Awas kamu kalau lambat pulang, matanya membelalak kepada saya, mulutnya kembali seperti komat kamit.

Dalam hati saya berguman, " marah, sayang. marah, sayang. Cubit, cerewet, cium, senyum, cerewet lagi. Setelah sampai di halaman rumah, saya menoleh ke belakang. Mama masih berdiri didekat pintu, memandangi saya dari kejauhan. Ia tersenyum. Belakangan saya sadari dan ingat dengan ungkapan Seorang penulis terkenal-Pearl s. Buck : " Beberapa adalah ibu yang senang mencium Dan beberapa adalah ibu yang cerewet. Namun rasa cintanya tetap sama, dan kebanyakan ibu mencium dan cerewet di saat yang bersamaan".

Bagiku Mama adalah mata air kebaikkan yang melimpah serupa kata Rendra bahwa "air itu mengalir, tidak ada ceritanya air itu mentok". Mama melimpahkan pelukan sejak dari buaian sampai di penghujung kehidupan.

Berkenaan dengan itu saya teringat penggalan kalimat dalam Novel karangan Seorang Novelis Rusia (saya lupa pada namanya); Seorang Gadis kecil di tanya: rumahnya dimana, Gadis kecil itu menjawab : " Dimanapun Ibuku berada".

Al itho athu in amara ghoiri ma'siati ( taat kepada Ibu bapak sepanjang perintahnya tidak untuk maksiat kepada Allah). Jika perintah orang tua adalah untuk berkmasiat. maka, gugur perintahnya. Sepanjang perintah orang tua tidak untuk maksiat. maka, wajib hukumnya anak untuk mentaati perintah orang tua. Dan ingat perintah taat kepada orang tua di bawah perintah taat kepada Allah dan Rosulnya. Apalagi cuman perintah mengaji, perintah untuk sekolah (menuntut ilmu). Selain perintah itu bermanfaat untuk keluarga dan untuk diri kita sendiri kelak.

Hanya saja kecenderungan kita ialah memang seringkali mengukur dari sudut pandang kita tanpa melihat kedepan.

Misal ; kita pulang sekolah, lansung main layang-layang ke lapangan. Orang tua karena melihat jauh kedepan, (pulang sekolah masih lelah) : " Nak, jangan main layang-layang dulu, sini istirahat, makan, sholat lalu tidur, nanti bangun tidur baru main". Si anak, hatinya menggerutu, ahh, mama orang main layang-layang saja di larang. Itulah kesan yang timbul. Padahal larangan ini untuk kemanfaatan dan kemaslahatan kita sendiri. Tapi, kita tidak mau mengerti, yang kita tau, kita di larang main layangan. Itu hanya karena pandangan kita tidak jauh kedepan. Pepatah mengatakan sekejam-kejamnya singa, tidak ada singa yang memakan anaknya. Artinya tidak ada orang tua yang mau menyengsarakan anaknya.

Tiga (3) kali saya Jauh dari Mama, rentan waktunya berbilang tahun. Peluang kerja telah menganga lebar di depan Mata, kesempatan besar. Entah, apa yang terbesit dalam benak Mama hingga meminta saya harus balik ke makassar. Saya benar-benar berada di simpang jalan : antar menjeput peluang kerja atau mengindahkan Panggilan kembali mama.

Seketika itu saya tinggalkan peluang kerja didepan mata, dan memilih untuk pulang kepada mama, karena takut Bapak akan marah akibat mama bersedih. Sebab, Saya punya pengalaman di hukum oleh Bapak karena menolak di suruh Mama.

Demi Allah, lecutan Ikat pinggang, Rotan dan Bambu yang pecah di badanku, mungkin saja akan hilang dalam kurun waktu 1 sampai dua minggu. Tetapi, didikan untuk tidak membantah pada Mama akan saya Gigit dengan Gigi Gerahang sekuat-kuatnya sepanjang hayat.

Di suatu masa, saya pernah dekat dengan seorang Perempuan. Dekat sekali dalam waktu yang cukup lama. Sebagaimana lazimnya dalam sebuah hubungan, putus dan nyambung itu Hal biasa.

Tetiba, mama saya meminta untuk menyudahi saja Hubungan tersebut. Saya kebingungan, entah dengan sudut pandang apa mama meminta menyudahi, sedangkan yang menjalaninya adalah saya. Betapa dilematisnya berada pada kondisi tersebut.

Lagi-lagi karena punya pengalaman takut membantah keinginan mama, dengan berat hati saya menolak ajakan balikan Perempuan tersebut. Padahal setiap hari perempuan terdebut menyambangi mukimku.

Belakangan, saya baru tau bahwa Feeling mama saya waktu itu terbukti benar. Perangai perempuan tersebut kurang elok. Sungguh pandangan Mama, selalu jauh kedepan menembus batas-batas pandangan sang Anak.

adapun yang kita korbankan untuk mama, hanya setitik Noktah di tengah luasnya samudera kasih dan sayangnya. Dan hal itu Belumlah cukup menebus satu tetes air susunya yang mengalir dalam darah dan tubuh kita.




3. 

Sosok mama Adalah Produsen Para Tokoh. Al-Imam Ahmad Bin Hambal bercerita tentang Ibunya : mamaku merapalkan Al-Qur'an kepadaku saat usiaku 10 tahun, Ia selalu membangunku diwaktu Pagi hari sebelum Sholat Fajar.

Ia senantiasa menghangatkan air wudhu untukku di malam-malam kota Baghdad yang dingin. Dan memakaikan padaku pakaianku, kemudian ia berkerudung dan menutup diri dengan Hijabnya.  Ia pergi dengan serta membawaku ke masjid meski jaraknya jauh  dan jalanan masih gelap gulita. Itulah sebabnya Suatu waktu Imam Ali berujar; " saya menjadi budak bagi orang mengajarkan walau satu huruf saja. Kepada guru-guruku, engkau adalah ibuku dan pada ibuku, engkau adalah guru pertamaku". 

Mengapa Mama adalah Produsen Para tokoh?. Karena mama, Yang lebih banyak bersentuhan dengan kita. Itulah juga yang menjadi alasan mengapa Rosulullah saat di tanya oleh sahabat; Ya Rosul siapa yang harus saya taati di dunia ini?. Kata Rosul; Ibumu. Siapalagi, Ibumu. Siapa lagi Ya Rosul?, Ibumu. Siapa lagi, Bapakmu. Kenapa bisa Ibu, 3 kali kemudian Bapak. Karena ; Sejak mengandung, yang menurut Qur'an disebut " Hamalat hu wahnan ala wahnin (dia mengandung kita dalam keberatan yang bertumpuk diatas keberatan)". Bahkan sebelum mengandung pun telah kita buatnya susah, yaitu saat mama kita Ngidam. Yang mau di makan, yang aneh-aneh. Muntah terus-terusan dan keinginannya yang tidak musim.  Sampai pada proses kehamilan, kemana-kemana di bawa. Sebab, belum ada ceritanya saat hamil boleh di taru dulu jika hendak keluar, karena terlalu berat. Semakin lama semakin besar, tidurnya mama kita pun serba salah dan susah. 

Lalu melahirkan, yang di perhadapkan pada dua pilihan; jika tidak hidup, maka mati. Dan seorang Suami tidak pernah di perhadapkan pada pilihan itu. Paling-paling waktu istrinya melahirkan dia hanya menunggu di depan, dengan muka gelisah dan bingung. tapi, masih sempat isap rokok. Dalam pilihan tersenyum dihadapan maut, mama kita melahirkan kita ke dunia ini. Andai, saat ia melahirkan kita lantas ia mati. maka, itu Mati Syahid. 

Kemudian proses mengasuh, yang lebih banyak di lakukan sang Mama ketimbang sang Bapak. Saat malam, bapak telah terlelap, sang mama masih berkutat dengan si bayi. Ketika pipis di gantikan dengan pakaian baru, di jaga dari gigitan nyamuk. Itulah yang mengingatkan kita pada sebuah pepatah, bahwa kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang jala. Makanya sekuat apapun sang nak hendak menebus jasa ibunya, tidak akan mungkin. Pantas saja jika Rosul mengatakan berbaktilah pada Ibumu, ibumu, ibumu baru bapakmu.



4.

Jika ada yang bertanya tentang kenangan yang lampau?. yang ku ingat adalah senyum mamaku. 

Dingin menyengat, masih di penjara ngantuk di subuh buta. Mama selalu membuat mata terbuka dan lebih dulu melihatnya daripada matahari.

Semua telah disiapkan, dengan tabah ia membangunkanku kala adzan subuh sudah mengejar. Ia membelai rambut, mengusap wajah yang tidak selembut cinta yang ia beri. Saat masih juga belum bangun, ia singgahkan suara di kupingku agar menaati ajakannya.

Terbangun!. Ia kenalkan dengan sahur, diajarkan puasa, tentang waktu dan doa-doa. diiming-imingi surga bila bertahan sampai waktu berbuka, Murkanya bagi yang lalai.

Ahh, Robb. Mengapa Ramadhan selalu membuat hamba ingin memintaMu agar memutar roda waktu dan mengembalikannya ke belakang. hamba hanya ingin mengabadikan senyum sang mama. Sayang, itu hampir tak mungkin, sebab kami telah terbiasa bangun sendiri. 

Dan kini, aku kian luluh dalam rindu itu. Iya, dalam sebuah kerinduan yang entah sampai kapan bisa terobati oleh suaranya, oleh ajakannya, oleh omelannya. Sebuah kerinduan yang selalu bergema saat bedug di tabuh dan matahari belum muncul sepanjang sekian ramadhan.

Tuhan, ku pinta engkau menjaga senyum mamaku yang kian menapak menuju senja kehidupan. Sebab, Episode waktu yang di gunakan Mama dalam menyusun usia anaknya hingga menjadi terhampar di sajadah hidup adalah senyatanya bukti bahwa kita (anaknya) hanyalah benang rapuh, kemudian ia menjadikannya layar terkembang. Kemanapun kita berlayar, ingatlah Mama. 



5. 

Jangan engkau gunakan kefasihan bicaramu di hadapan ibumu yang dahulu mengajarimu untuk berbicara, begitu tutur Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah.

Seorang lelaki mengamuk di jejaring sosial. gegara pujaan hatinya pindah ke lain hati. Lelaki itu bertutur; perempuan memang mata duitan. Mamanya, tempat ia mencari pelukan teduh berduka akibat tulisan itu. Kita memang kurang mahir menahan jemari kita.

Al ijabatu inda a (menjawab panggilan kedua orang tua, apabila keduannya memanggil). Dan cara menjawabnya pun Al-qur'an memberikan tuntutan etiknya yaitu " Wala Takullahuma uffin ( jangan kepada kedua orang tuamu, kita menjawab Uhh, ahh, hsst, oii).

Menjawab panggilan orang tua adalah Kewajiban anak dan menjadi Hak Orang tua. Dulu, ada seorang anak muda yang sholeh, tekun melaksankan ibadah. Namanya Jurais. 

Suatu hari Jurais sedang Sholat sunnah, ibunya memanggil. Jurais Taal (kesini), rupanya ibunya tidak tau kalau Jurais sedang sholat. Jurais Bimbang " Allahumma ummi amsholati " (sholat saya teruskan atau memenuhi panggilan Ibu). Jurais sedang sholat sunnah, sedangkan menjawab panggilan Ibu, Wajib. Sementara Ibunya Memanggil Terus, semakin bimbanglah dia, "Allahumma Ummi amm sholati". Rupanya Jurais Sholat terus dan tidak menjawab panggilan Ibunya. Karena panggilannya tidak terjawab, kecewalah Hati sang Ibu ini  : Ya Allah, Jurais Ini saya lahirkan diantara pilihan hidup dan mati, saya besarkan dia. Cuman saya panggil kemudian ia tidak menjawab, sakit hati saya. Keluar kata-katanya, Ya Allah, jangan matikan Jurais sebelum bertemu dengan perempuan tuna susila (wts).

Berlalulah riwayat ini, hari berganti hari. Minggu pun demikin, bulan pun datang. Kesholehan Jurais terdengar ke seluruh kampung. Yang usil banyak. sebab, jurais sangtlah Muda, bahkan di goda dengan harta, kedudukan sampai di umpan dengan perempuan tifak mampan. Sampai suatu malam, Jurais sementara beribadah di Mihrab, masuklah perempun yang di suruh oleh orang-orang; dengan langkah gemulai, suara merdu. Mencoba merayu, memperdaya Jurais, namun tidak mampan. Dari perempuan ini menggunakan pakian lengkap sampai tidak mengenakan sehelai benang pun yang melekat di badannya.

Karena, perempuan ini sudah terlanjur di bayar dan malu jika tidak berhasil. Maka, ia keluar dari mihrab dan pergi ke ujung kampung dan berzinah dengan penggembala kambing, lalu hamil. Setelah Hamilnya makin besar, perempun ini kemana-kemana berpidato bahwa Si jurais yang menghamilinya. Jurais, yang mainanya di masjid terus, kerjaannya sholat dan takbir, nih perut saya hamil akibat si Jurais. 

Di carilah jurais, ada yang mencacinya, ada pula yang melemparinya dengan batu sampai berdarah kaki dan tangannya. Jurais bertanya pada orang-orang, apakah saudara-saudara melihat saya berzinah dengan perempuan ini sampai ia hamil?. Tidak, lantas atas dasar apa saya di tuduh sebagai orang yang menghamili perempuan ini, tidak bisa kalau tidak ada saksi. Jika kalian tidak percaya, maka kita tunggu sampai bayi ini lahir, kemudian  kita tanya.

Setelah lahir, bayi ini masih merah. Di tekan perutnya oleh Juris ; " ya fulan khulman abhi" (hey bayi, siap bapakmu?)" Dengan izin Allh, bayi ini menjawab " penggembala kambing di ujung kampung". 

Ternyata masih sholat sunnah saja. Lalu, di panggil, tidak menjawab. kemudian, ibunya kecewa dan berdoa itu masih manjur apalagi tidak melakukan apa-apa. lalu, tidak menjawab panggilan ibu atau menjawab dengan jawaban yang menyakitkan hati, tentu lebih mujarab lagi. Kalau dalam kondisi normal, tuntutan ini mudah. Namun, jika di perhadapkan pada pilihan, itu yang susah.

Di temoat yang lain, Lelaki itu sudah mengabdi pada mamanya sampai tuntas. Ia menggendong mamanya yang lumpuh. Memandikan dan mebersihkan dari semua hadasnya. Ikhlas penuh ia lakukan. Itu balas budi dari seorang anak yang menyadari bahwa perintah berbuat baik kepada orang tua diturunkan Allah persis setelah perintah Tauhid.

TeTapi, entah karena dorongan apa. ia, kemudian bertanya kepada khalifah Umar : " Apakah pengabdianku sudah cukup untuk membalas budi Mamaku?". Lalu, Umar Menjawab : tidak!. Tidak cukup, karena engkau melakukannya sembari menunggu kematiannya, sementara mamaMu merawatmu sembari mengharap kehidupanMu. 

Kawan, Tak ada budi yang dapat membalas jasa Mama, apalagi mengimbanginya. Anak adalah buah cinta dua hati. Tapi, ia tidak di titipi dalam dua Rahim. itu, sebabnya dari Perut Mama, pintu Surga dapat Dibuka Lebar-lebar Oleh Allah. Berbaktilah, selagi mama masih hidup, jangan menyakiti Hati mama. apalagi sampai mengatainya dengan kata-kata kotor yang kasar.

Imam Ali bertutur : " Jangan gunakan kefasihan Bicaramu untuk berdebat dengan Mamamu yang dulu mengajarimu berbicara".





Mama, di mulutMu, Tuhan Bersinggasana. Di kata-katamu.  

Mama, Engkau telah menenum sepanjang hidup, untuk jalan lurusku.

Mama, apalah arti semua materi, kuasa dan jabatan serta kemolekan dunia. Jika engkau adalah Gua teduh tempatku bertapa sekian lama.

Mama, engkaulah kawah dari mana aku meluncur dengan perkasa. 

Mama, engkaulah bumi yang tergelar lembut bagiku. Melepas lelah dan nestapa. 

Mama, Engkaulah Gunung yang menjaga mimpiku siang dan malam. Dan mata air yang menjaga dahagaku. Telaga tempatku bermain, berenang dan menyelam. 

Mama, Engkaulah langit dan bumi, yang menjaga garis lurus horisonku.

Mama, engkaulah Mentari dan rembulan yang mengawal perjalananku mencari jejak surga di telapak kakimu. 

Mama, Engkaulah elan yang memberi tenaga. seperti photuris; kunang-kunang yang memberi cahaya di malam hari. Kecil, indah dan terang.

Mama, Engkaulah pelita yang menerangi di setiap lorong dan ceruk hati. Bahkan, di setiap leluknya selalu ada cinta yang tercekah.

Mama, Engkaulah sumber keramaiaan, dalam suasana hati yang hening. Senyum dan tawa mama adalah keramaiaan. Bahkan, menggaduh dalam hening. Tapi menggembirakan.

Mama, Dalam lelap malam yang panjang, wajahMu (mama) adalah kemerdekaan yang tergambar. Mama, engkaulah sumber kegembiraan. Kapan saja. 

Semua hati berubah seiring waktu. Tetapi, hati seorang Mama adalah surga yang kekal. 

Yaaa Robbb, Saya Bersaksi bahwa mamaku telah menyampaikkan Kasih dan Sayangmu. Kasihilah Mamaku, seperti engkau mengasihi, kekasih-Kekasihmu. 



* Coretan Di Daur Dari Postingan-Postingan lama
* Pena Nalar Pinggiran






Tidak ada komentar:

Posting Komentar