Mengenai Saya

Senin, 28 Maret 2022

PARADOKS KEMANUSIAAN BARAT, SAUDI, UEA DAN SOLUSI ATAS MASALAH DUNIA ISLAM (2)

Cara pikir dan pola tindak dalam dunia kapitalisme, perlu kita ketegahkan terlebih dahulu. Sebab, Cara Berpikir Kapitalisme tidak pernah mengenal suku, agama atau ras. Tidak seperti pengelompokan pendatang atau orang asing dan pribumi, kapital bekerja lintas negara serta melampaui teritorial. Cara kerja sistem kapital sudah begitu canggih menyusup dan bersenggama dengan kehidupan manusia kontemporer.

Meski fase perbudakan dalam sejarah umat manusia sudah di lewati begitu jauh pasca penghapusan perbudakan di tahun 1800an, namun saat ini kita memasuki dunia kapital yang cara kerjanya jauh lebih halus. Eksploitasi dilakukan secara terselebung, menghisap habis target operasi, tapi membuat yang di hisap keenakan. Merampas semuanya tanpa kecuali, namun menjadikan korban pasrah dengan keadaan. Jika ada relasi sosial yang tidak memerlukan uang, maka kapitalisme akan menjadikannya sebagai peluang.

Demikian cara pandang kapital, tidak akan pernah memposisikan manusia sebagai objek sosial. Relasi yang dibangun selalu menghitung untung dan rugi. Apa yang di keluarkan selalu berbanding lurus dengan apa yang ingin di dapatkan. Bahkan ingin lebih. Itu sebabnya, sekarang hampir tidak ada kekerabatan antar negara yang dibangun akibat kesamaan pandang soal manusia sebagai mahluk sosial.

Pasca runtuhnya Soviet, tidak pernah lagi kita dapati ada persaingan ideologi yang mencolok. Hampir semua negara bermetamorfosa menjadi lebih moderat dalam soal ideologi, kecuali beberapa negara di Amerika Latin. Itupun semakin memburuk pasca Bolivia hancur akibat demo terhadap kekuasan Evo yang sosialis.

Relevansi dengan pandangan di atas, negara-negara besar di bawah Amerika Serikat dan UE selalu punya standar ganda dalam melihat persoalan kemanusiaan. Apa yang diperjuangkan selalu di baca tidak pure memperjuangkan masalah kemanusiaan atau Hak Asasi Manusia. Jika tidak sejalan dengan kepentingan negaranya, akan dianggap sebagai pelanggaran HAM lalu di musuhi atau diperangi. Sebagai contoh bisa kita lihat di Irak, pasca kehancurannya kita tidak dapati senjata pemusnah massal yang merupakan alasan memerangi Saddam. 

Saddam Hussein selama hampir 10 tahun menjadi harapan besar Amerika Serikat dan sekutunya (Eropa dan Timur Tengah) untuk mengahancurkan rezim demokrasi-teokratis Iran. Seluruh biaya dan sumber daya diberikan kepada Saddam Hussein. Pembunuhan terhadap suku Kurdi dan warga Syi'ah di Irak oleh Saddam Hussein kala itu dianggap sesuatu yang wajar, karena Saddam putra Tikrit ini sedang menjalankan misi besar, yaitu mengembalikan kejayaan Kekaisaran Persia yang direbut oleh Ayatullah Ruhullah Khomeini. Tetapi, Saddam gagal. 

Karena gagal, Saddam dimusuhi. dibunuh dan dianggap pemimpin jahat. Pembenarannya, disusun belakangan, pokoknya Saddam harus tumbang. Apalagi ditambah ketika Saddam mulai meningkatkan “daya tawarnya” ketika mencaplok Kuwait dengan alasan historis. Dari pangkalan militer Amerika Serikat di Arab Saudi, Saddam di gempur oleh Bush senior. Jenderal Norman Schwarzkopf memimpin operasi yang dinamakan Badai Gurun. Kuwait bebas, Saddam terkucil, dari politik dunia khususnya pergaulan antar negara di Timur Tengah. Saddam ditinggalkan. 

Setelah Bush senior tidak lagi menjadi Presiden, Clinton naik 2 periode. Saddam masih eksis dengan keterkucilannya. Tetapi, Saddam tidak memberikan konsensi eksplorasi ladang-ladang minyak kepada negara-negara Barat. Tersebabkan itulah, sehinga Bush junior, anak dari Bush senior, yang kedua-duanya adalah Presiden Amerika Serikat – negara yang merupakan sahabat kental Saddam Hussein tahun 1980-an, bernafsu menguasai Irak. 

Maka, pembenaran dicari dan dibentuk (Dikonsturksikan). “Saddam diktator, megalomaniak dan pembunuh rakyat”, demikian kata Bush junior, anak dari Bush senior. Senjata pemusnah massal, pembunuhan suku Kurdi dan Syi’ah dijadikan alasan untuk menghabisi Saddam. Akhirnya, sejarah mencatat, Saddam berakhir di tiang gantung. Senjata pemusnah massal tidak terbukti. Justru, para pialang minyak berebut, menguasai ladang-ladang minyak kaya Irak. Dollar tetap mengalir dari minyak bagi negara-negara barat. Desember 2006, Saddam digantung !.

**


"Saddam Hussein yakin bahwa dirinya akan kalah. Karena itu, ia berusaha menanamkan keyakinan pada ratusan juta orang Arab, bahwa ia seorang ksatria".

Di era modern ini, media massa menjadi alat propaganda paling potensial. Perang Teluk II adalah contoh terbaik. Ketika Perang Teluk II (akan) dimulai, akhir tahun 2002, perang media massa pun bermula. George W. Bush Jr. dan Saddam Hussein, berlomba-lomba merebut simpati dunia. “Melalui apa?". melalui media massa, tentunya.   

Amerika Serikat dan Irak, sama-sama menggunakan media massa untuk menjadi senjata utama mereka untuk Membentuk opini. Mengkondisikan persepsi public dunia. Saddam Hussein, jelang perang teluk 2 tersebut, secara intensif berpidato untuk menepis propaganda Amerika Serikat. Memberikan keyakinan pada public dunia, khususnya pada rakyat Irak, bahwa beliau tidak dapat dikalahkan. Irak adalah negara yang kuat. 

Walau dikeroyok sekalipun, mereka akan tetap melawan dengan sekuat tenaga. Tujuan Saddam Hussein cuma dua, menjaga serta meningkatkan kepercayaan diri rakyat Irak dan menarik simpati dunia.

Sementara itu, Amerika Serikat membawa ratusan wartawan dalam berbagai konvoi pasukan Angkatan Darat mereka. Mereka "menempel" dalam setiap operasi. Dalam sebuah laporan reportase, salah satu TV swasta Indonesia memperlihatkan dan menganalisis (tentunya pengamat politik Indonesia yang menganalisisnya) sebuah karikatur dari koran International Herald Tribune. Karikatur yang menggambarkan tank-tank yang melaju. Moncong Meriam tank-tank tersebut dikendalikan oleh seorang tentara Amerika Serikat dan sekutunya, sedangkan di atas tank-tank itu, seorang wartawan memegang lensa kamera panjang, mirip dengan moncong meriam yang dikendalikan tentara. Sama-sama punya "moncong", sama-sama "mengendalikan".

Subjektifitas juga bermain di masing-masing pihak. Masing-masing memfilter dan mengorientasikan sesuai dengan kebutuhan. Amerika Setikat menerapkan peraturan yang teramat ketat bagi wartawan-wartawan yang "menempel" dengan pasukan mereka. Ada ketentuan, mana yang harus diberitakan, mana yang tidak. Media yang menurut Amerika Serikat, dalam hal ini Pentagon, dianggap "tidak fair dan berimbang" (selalu demikian, bahasanya), bisa dikenakan sanksi. 

Hal ini juga berlaku di pihak Saddam Hussein (Irak). Irak beberapa kali pernah mengusir wartawan CNN karena dianggap pro Amerika Serikat. Lalu, dibalas oleh Amerika. Wartawan Al-Jazeera yang sejatinya bertugas di Bursa Saham Wallstreet mencabut izin liputan mereka. Saling berbalas pantun, walau pantunnya tak sesuai.

Mengapa wartawan Al-Jazeera ?".

Pentagon sering mengungkapkan kekesalan mereka terhadap Al-Jazeera. Al Jazeera dianggap berpihak, bahkan menjadi alat propaganda Saddam Husssein hanya karena mereka selalu membantah klaim-klaim Amerika Serikat di medan perang.   Al-Jazeera menganggap mereka hanya menjalankan tugas jurnalistik, menampilkan fakta-fakta yang ada. Salah seorang produser Al-Jazeera (sebagaimana yang dikutip TV7), mengatakan bahwa mereka hanya memberitakan berita yang benar dan dibutuhkan public. Bagi mereka, public dunia tidak membutuhkan berita yang telah dipoles, "karena berita yang dipoles itu, justru tidak menjadi cantik", demikian kira-kira ungkapan sang produser. Berkaitan dengan Perang Teluk II, Al-Jazeera menjadi tontonan favorit bagi publik Indonesia (melalui TV 7 dan belakangan SCTV), dianggap terpercaya.

Perang antar media ini tidak hanya terjadi antara Amerika Serikat dengan Timur Tengah, khususnya Irak dan negara-negara yang "bersimpati" pada negara pusat Dinasti Abbasiyah tempo doeloe ini. Media massa Eropa juga kritis terhadap Amerika Serikat (didukung oleh pemerintahnya yang sering dikecewakan berkaitan dengan "pembagian jatah" pasca Perang Teluk 1 dan juga berlanjut pasca Perang Teluk II.

Jaringan TV BBC, misalnya, sangat kritis terhadap kebijakan Bush Jr. dalam menjadikan perang terbuka sebagai solusi atas Irak. BBC yang berpusat di Inggris ini, terkesan berseberangan (pula) dengan pemerintah Inggris. Tony Blair, Perdana Menteri Inggris, merupakan sekutu paling dekat Amerika Serikat dan juga bernafsu menggempur Irak. Berkaitan dengan Perang Teluk 2, cukup banyak jurnalis Eropa yang berbeda pendapat dengan pemerintahnya. 

Suatu ketika, salah seorang Jenderal perang Amerika Serikat, mengadakan konferensi pers berkaitan dengan tertangkapnya beberapa orang tentara Amerika Serikat oleh tentara Irak. Jenderal ini mengutuk keras penangkapan itu ditayangkan secara live ke publik dunia. Ini mengundang reaksi keras seorang reporter (kalau tak salah reporter BBC Inggris) dan bertanya pada sang Jenderal (kira-kira), "anda mau mengatakan apa pada orang Irak dan pada orang Islam yang di berbagai belahan dunia yang mendukung Saddam Hussein, yang mungkin menyambut baik dan gembira tayangan tersebut !". Jenderal tak menjawab. Wartawan-wartawan Amerika Serikat banyak yang merasa kesal. Setidaknya demikian yang pernah diungkapkan oleh salah seorang pengamat politik di salah satu media TV swasta Indonesia.

Ketika tentara-tentara Amerika Serikat ditangkap oleh tentara Irak. Rekaman proses penangkapan itu dilaporkan oleh Al-Jazeera, kemudian menjadi headline berbagai majalah di Eropa, dengan hampir seragam membuat judul berita : "Tahanan Saddam". Sementara itu, majalah di Amerika Serikat, menyebut orang Irak tersebut "biadab".

"Lalu, bagaimana dengan Saddam Hussein ?"

Laki-laki berkumis tebal asal Tikrit ini, meyakini, ia akan kalah. Ia diserang oleh negara adidaya secara militer. Dibantu negara-negara lain yang secara militer juga kuat. Disisi lain, karena pertimbangan kalkulasi geo-politik yang tidak menguntungkan bagi negaranya, Rusia tidak mau menolong Saddam. Akhirnya, Saddam memanfaatkan media sebagai senjata perang paling ampuh bagi dirinya dan Irak. Ketika berlangsung perang, Saddam berusaha memenangkan perang propaganda dan politik. Bukan perang militer, karena itu tak mungkin terjadi. Di kala Amerika Serikat begitu antusias memberitakan Baghdad yang dibombardir, Irak menandinginya dengan berita yang berulang-ulang tentang keberhasilan seorang petani di Karbala menembak jatuh helikopter Apache. Bayangkan, seorang petani melawan digdayanya mesin tentara Amerika Serikat.

"Saddam sedang memenangkan perang di hati dan pikiran ratusan juta orang Islam di dunia, khususnya orang-orang Arab", kata seorang politisi Amerika Serikat, ketika ditanya, strategi apa yang dilakukan oleh Saddam di tengah gempuran yang tidak seimbang itu. Saddam bukan Hitler yang menjelang kalah, bunuh diri di dalam bunker. Saddam tidak akan meninggalkan Irak dalam kondisi tidak melawan. Ia ingin meninggalkan kesan baik di mata orang Arab dan orang Islam, bahwa ia melawan hegemoni Amerika Serikat sampai titik darah penghabisan.

Hari ini, bagaimana pandangan orang Arab terhadap Saddam ?. Hari ini, bagaimana pandangan orang Arab terhadap Bush jr. ?
 
**

Sikap paradoks barat sama persis atas kudeta berdarah yang di lakukan Azisi terhadap Mursi yang di pilih secara demokratis melalui Pemilu. Beberapa waktu yang lalu, peringatan setahun syahidnya presiden Mursi. Pesan Mursi kala itu ; "jangan kalian bunuh singa-singa negara kalian sehingga kalian dibunuh anjing-anjing musuh".

Seakan Mursi sedang menampar muka rezim kudeta Azisi dan pendukungnya hari ini, salah satunya adalah Arab Saudi. Semoga Allah memuliakan Mursi dan keluargannya.

Seandainya, Mursi bilang "menyerah" maka Arab Spring di Mesir padam seketika. Mursi akan bebas dan menikmati kehidupan mewah, di salah satu negara eropa. Tetapi, Mursi memilih Syahid di dalam penjara dan anaknya juga Syahid. Sedangkan anaknya yang Satu lagi di penjara, Ya Robb.

Mursi, Di janjikan Hidup mewah dan bergelimang harta oleh salah satu kedutaan negara terkuat di dunia dengan sekedar mengakui rezim Az-sisi. Mursi bebas mau minta Fasilitas apapun. Apa susahnya?. toh, mursi juga dalam Posisi Darurat?. Tetapi, sebagai pemimpin. Mursi, memikul tugasnya hingga wafat. Syahid.

Mursi adalah jawaban atas keseriusan kaum Muslim dalam berdemokrasi. Apa ada, orang Liberal dan Sekularis yang berani mengorbankan hidup dan keluargannya, demi menjaga Demokrasi?. Selain, Mursi yang hingga Syahid dianggap Fundamentalis?.

Mursi, telah memilih sejarahnya. melalui semuanya dengan tegar serta konsisten. Ia menjemput taqdirnya sebagai pejuang kebebasan.

Tugas kita adalah Terus belajar, sebab "Pemimpin itu seumpama Matahari, Janji matahari memang, bukan Hanya untuk terbit. Saat tenggelam pun, ia meninggalkan kesan yang sangat indah". Untuk Mursi : Allahumma Taqobbal syuhada'ana. Semoga Allah merahmati Mursi, satu-satunya Presiden Mesir yang dipilih Secara Demokratis. Semoga Surga Tempatnya.


**

Setelah Amerika dan sekutu memenangkan perang dunia kedua, mereka lalu berpikir bagaimana formulasi yang pas dalam menguasai dunia yang sangat besar ini tanpa harus melakukan penjajahan atau pendudukan seperti yang sebelumnya pernah di lakukan oleh Inggris dan Prancis. Yang di lakukan Amerika untuk mengontrol dan menguasai seluruh dunia ini yakni dengan merumuskan ide Global Government. Orang tidak merasa dijajah, tapi sebenarnya ada di bawah kendali. 

Di buatlah suatu sistem pemerintahan global yakni PBB. suatu sistem ekonomi global yakni Bank Dunia serta IMF. Mereka (Amerika dan sekutu)  mengendalikan betul lembaga-lembaga internasional ini. Veto yang dimiliki akan menjadi jalan terakhir saat ada protes serius dari dunia atas sikap beberapa negara yang tidak mengindahkan HAM. Sepeti veto Amerika pada kasus Israel yang di sidang di DK (Dewan Keamanan) PBB.

Hal Ini adalah rencana jangka panjang yang cukup berhasil di lakukan. Hampir semua negara di bawah kendali Amerika. Di hampir semua negara terdapat pengkalan-pangkalan militer yang disiapkan untuk menjaga kepentingan Amerika. Cek saja ini ke negara-negara yang dianggap bisa bekerja sama dengan kepentingan Amerika. Termasuk negara-negara timur tengah yang notabenenya mayoritas beragama Islam, Amerika dan sekutu menciptakan kondisi yang benar-benar tidak kondusif di hampir semua negara-negara teluk. Kebijakan internal negara selalu saja mendapatkan interupsi. Jika tidak di indahkan akan mendapatkan ancaman embargo ekonomi dan tekanan-tekanan militer. Iran contohnya, akibat tidak selalu sejalan dengan kepentingan Amerika di teluk, mereka mendapatkan embargo ekonomi sampai hari kini.

Kondisi yang di ciptakan Amerika dan sekutunya seperti inilah yang mengakibatkan hilangnya sekian ribu nyawa dengan sia-sia. Baru-baru ini, dunia di gegerkan olah pengakuan Hillary Clinton yang mengungkap keterlibatan Amerika dalam membentuk ISIS di timur tengah. Pengakuan yang terlambat, sekian ribu nyawa manusia sudah melayang akibat salah bersikap dan merespon datangnya setiap informasi.

Di saat yang bersamaan dunia Islam diam. OKI sebagai lembaga yang merepresentasikan kepentingan ummat Islam tidak bisa berbuat lebih banyak atas tragedi kemanusiaan yang menimpa sesama saudara se-aqidah. Liga Arab sudah dibuat mandul oleh negara-negara barat terutama Amerika yang punya kepentingan besar atas minyak mentah di timur tengah. Perlawanan-perlawanan kecil justru datang dari Turki di bawah Erdogan, tapi tidak terlalu berefek.

Misalnya, Saat Amerika sedang membongkar kejahatan HAM di Uyghur. China Ikut membongkar Kejahatan HAM di Irak dan Afganistan. Afrika tidak mau ketinggalan membongkar kejahatan HAM di Rohingya. sedang Turki angkat kejahatan HAM di mesir, Syria dan palestina. Hampir semua kejahatan HAM, yang jadi Korban dimana-mana adalah ummat Islam. Meskipun saya tidak percaya 100 % negara-negara itu Pure memperjuangkan HAM karena empati pada sesama Manusia.

Jika harus berempati. harusnya itu datang dari Uni Emirat Arab sebagai negara Islam yang punya Uang dan Saudi Arabia yang sangat konservatif Cara beragamanya, di tambah ada Haramain disana. sebab yang di bunuh adalah saudara-saudara Se-Aqidah. Tapi yang terjadi, justru mereka diam dan bertindak membantu.

Di hadapan pengadilan internasional, Teroris Betina bernama Aung San Kyi mengakui bahwa tentara Mynmar menerima dana dari UEA dan Saudi. Tidak tersayat kah anda mendengar pengakuan ini?. Ternyata, mereka justru membantu teroris untuk membunuh saudara Muslim. Biadab.

Di saat yang sama UEA dan Saudi mendukung Israel dalam melakukan pendudukan atas Palestina dan membunuh warganya. Mereka juga kedapatan memberikan dukungan pada rezim India yang juga sedang menghajar umat Islam di Kasmir. Paling mutakhir adalah pengesahan UU yang dianggap merupakan diskriminasi pada ummat Islam India. Kita tidak dapati ada reaksi berarti dari dunia-dunia Islam. Di sisi lain makin hari makin jelas posisi Saudi dan UEA. Rezim Saudi bahkan sudah tidak layak menjaga Haramain sebagai jantung ummat Islam. Disamping langkah preventif yang harus dilakukan secepatnya, ummat harus dia ajak untuk sadar posisinya, dan apa yang mesti dilakukan. 

Pada saat yang sama, Gambia sebuah negara kecil yang luas dan jumlah penduduknya tidak sampai setengah dari penduduk Jawa Barat, menjadi satu-satunya negara yang berani membawa kasus Genosida terhadap muslim Rohingya ke ICJ. Mana negara tempat turunnya wahyu?. Mana negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia? Pembantaian sekian juta ummat Islam justru dianggap biasa-biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa. Padahal dunia Islam mesti punya solidaritas akibat kesamaan cara pandang soal manusia.

Jika terus di biarkan oleh pemimpin dunia Islam, nasib penduduk muslim di India dan penduduk muslim Uyghur di China akan sama persis dengan apa yang dialami muslim Rohingya atau Palestina yang hingga kini belum juga merdeka. Mereka diperangi, diasingkan atau diusir atas nama perang melawan terorisme. 

**

Dulu, Solahuddin Al-Ayyubi tidak sempat menunaikkan ibadah haji dan umroh sepanjang hayatnya. Karena, terlalu fokus membebaskan Al-Aqsa. Hari ini, orang yang bergelar Penjaga Kota Suci (Al-Haramain), Justru ikut menggadaikan Al-Aqsa.

Hal itu, tertandai sejak saudi melancarkan proyek Neom. Agar, Israel tidak terisolasi dari dunia Arab. Uni Emirat arab melakukan normalisasi dengan Israel secara terang-terangan. Tidak terdengar protes Ulama-ulama di Saudi, selain Puja dan Puji pada Pemimpin mereka yang Dzolim.

Ada juga Belakangan yang santer, tentang Normalisasi Palestina dan Israel. Al-Quds (Al-aqsa) tanpa Palestina. Seperti Jazad tanpa kepala. Normalisasi yang di lakukan negara-negara Arab, dengan mengakui Al-Quds sebagai bagian dari Israel. Artinya sama dengan memenggal kepala Palestina. Mereka lakukan ini, bersama Israel dan PAMAM SAM (AS). Tanpa melibatkan, satu perwakilan dari Hamas dan Fatah. Biadab bukan?.

Setelah UEA, kini giliran Bahrain yang melakukan normalisasi dengan zionis Israel. Yang paling bikin mual lagi adalah alasan banyak pemimpin arab terhadap normalisasi tersebut ialah demi perdamaian Palestina. Padahal, Normalisasi tersebut, sama sekali tidak membahas nasib palestina. Justru, yang mereka bahasa adalah nasib mereka.

Abu Dhabi bertutur ; " mending kita damai saja dengan Israel, sudah capek kita bersiteru terus. Mending kita damai saja, demi kebaikan bersama".

Ngawur. memangnya, yang menghadang peluru tentara Israel, siang malam berjaga di sekitaran Masjid Al-Aqsa (Al-Quds), ada diantara Rakyat UEA dan Arab Saudi kah?. Harus di ketahui, bahwa yang menghadang peluru senjata Tentara Israel adalah rakyat palestina. Mereka mempertaruhkan semuanya, nyawa telah banyak berjatuhan dan darah telah banyak tumpah.

Di setiap kesempatan, Trump selalu tampil mengatakan soal normalisasi negara arab dan Israel. Trump, yakin normalisasi ini adalah amunisi pilpres untuk mendapatkan restu dan lobi yahudi. Karena, lawannya Joe Biden adalah salah seorang Insiyur perdamaian dengan Iran.

Kebutuhan Trump, di sambut dengan kebodohan pemimpin - pemimpin Arab, raja-raja Dzolim tersebut menggunakam mulut, ulama Plat merah untuk memproduksi Fatwa dan ceramah : sudah saatnya kita berdamai dengan Israel, agar rakyat palestina mendapatkan kemerdekaan".

Daging Ulama itu mesti beracun, selama yang keluar dari mulutnya adalah kebenaran. Jika Ulama, hanya bertugas untuk memuja muji julang Penguasa. Bahkan, ikut melegitimasi Kedzoliman penguasa. Maka, danging ulama seperti itu, enak dan manis. Bahkan, terbebas dari Racun.

Dulu, ada Ulama Saudi yang memberi dukungan kepada Kudeta Mursi. Tetapi, jika kudeta kepada Raja Saudi, dianggap haram. Jenis ulama seperti ini, adalah jenis Ulama SU'. Atau kata orang Alor, namanya ulama "kamuke". Atau dalam terma orang Makassar, disebut Dompala.

Saya berikan salah satu contoh ulama Su' - Plat Merah. Saat ulama-ulama berkumpul di hadapan Mussolini (mantan presiden Italy), mereka mengeluarkan Fatwa pembunuhan terhadap "Umar Muhktar". Mereka semua telah tiada. Tetapi, sejarah hanya mengenang satu Nama, yakni Umar Muhktar. Adapun Ulama-ulama Su' tersebut, masuk ke dalam tong sampah sejarah. Itulah sebabnya, kerap kali saya sampaikkan bahwa Hiduplah dengan identitasmu, karena kelak orang akan mengenangmu dengan itu.

16 september, 89 tahun yang lalu. Syaikhul mujahidin Umar Muhktar di hukum Gantung oleh tentara-tentara Italy, di usianya yang saat itu 73 tahun. nasehat beliau yang paling terkenal adalah " kita tidak pernah menyerah. Menang atau syahid". Akhirnya, beliau Syahid, setelah 20 tahun melawan tentara penjajah.

Andaikan Dulu, Zionis memilih Somalia atau Bahrain sebagai tempat berdirinya negara Israel. Tentu, kita tak pernah tau kisah kepahlawanan Rakyat Palestina. Tentu, kita tak pernah tahu seberapa besar kecintaan kita kepada Al-aqsha. Al-Aqsha adalah ujian dari Allah kepada Ummat Islam dan kepada para pemimpin islam. 

Dunia Islam dan Pemimpin Islam, kerap terbajak pada siklus yang tidak produktif. Begitu ada Kebiadaban Zionis. Di kecam di negara-negara Mayoritas Islam, kedutaan besarnya di demo dan membakar bendera Israel. Lalu, Diam setelah itu. Seolah menunggu sampai muncul kejadian baru lagi, begitu terus. 

Diantara negara teluk, Iran lah yang hingga hari ini di perhitungkan Israel, jika ingin melakukan konfrontasi secara lansung. Sebab, selain Iran kuat secara militer, iran juga juga punya pemimpin dan rakyat yang relatif solid, jika membicarakan Soal Al-Aqsha. 

Tapi, iran di tuduh syi'ah. Sementara yang merepresentasikan Sunni, diam-diam bekerja sama dengan Zionis. Lihat perilaku MBS dan MBZ, yang mereka cari adalah Uang dan langgengnya Kekuasaan. Bukan membangun poros dunia islam yang kuat. Termasuk Indonesia, pemimpin kita yang tegas bicara soal Palestina, hanya Soekarno, selain itu hanya mengulangi siklus. 

Apapun itu, rakyat palestina adalah sebenar-benarnya petarung yang kuat di abad ini. Ibu-ibu yang anaknya gugur atau di tangkap tentara zionis, tidak pernah kapok dan takut mengirimkan sisa-sisa anaknya ke medan juang lagi. 

Mereka tak pernah bersedih atau terbebani, karena membela Al-Aqsha sendirian. Mereka lakukan itu dengan tersenyum, dengan sebaik-baik perlawanan. 

**


Kasus lain, misalnya, yang baru-baru ini terjadi, tentang penghapusan nama Jalan Al-Qonuni di Ibu Kota Riyad. Yang memperpanjang percaturan dan silang sengkarut di dunia islam. Bagaimanapun Kerasnya Bani Saud, Ia tidak akan bisa memutus Ikatan Hati, antara Rakyat Saudi dan Ottoman Yang mengisi 1/3 sejarah kegemilangan Islam. (Baca: sejarah Ottoman)

Setelah Saudi kalah di libya dari Turki, bocah pembunuh bernama MBS menghapus nama jalan Sulaiman Al-Qonuni di Riyadh, saya tidak tau akan di ganti dengan siapa?, mungkin dengan nama Ariel Sharon.

Al-Qonuni adalah salah satu Sultan yang paling ditakuti musuh terutama oleh bangsa eropa. Masa pemerintahannya menjadi salah satu masa keemasan dalam sejarah Ottoman.

Ketika raja Hongrie menolak membayar Jizyah dan malah membunuh utusan Ottoman, Al-Qonuni Marah sambil berkata : " apakah mungkin duta Khilafah islam dibunuh sedangkan saya Masih Hidup?, besok eropa akan mendapat pelajaran dari Kesalahannya".

Al-Qonuni menyiapkan Pasukan besar untuk memerangi Hongrie yang dikenal dengan peperangan Mochas. Pasukan Ottoman berhasil membuat Raja Hongrie, Louis II jadi ketakutan hingga tewas. Dalam literatur sejarah eropa, orang mengenal perang Mochas sebagai perang terbesar pada abad pertengahan.

Suatu ketika, Al-Qonuni membawa pasukannya Mencari Kaisar Romawi- Charles V. Al-Qonuni selalu tidak menemukannya karena Charles V ketakutan dan selalu bersembunyi ketika Al-Qonuni datang.

Akhirnya Al-Qonuni mengirim Surat : " jika anda tidak juga mau menemui saya, maka anda cukup bawa tempayan seperti yang biasa dilakukan para Wanita. Copot mahkota dikepala karena anda tidak layak memakainya".

Al-Qonuni memakai gelar " Amirul Mukminin", Ia juga disebut sebagai Khadim Al-Haramain. Bangsa Arab dibawah kepemimpinannya Aman dari serangan luar.

Jika hari ini, Muhammad Bin Salman menghapus namanya dari salah satu Jalan di riyadh karena MBS kecewa dengan Edrogan, itu suatu hal yang tidak Nyambung-Ilogis. Nama besar Al-Qonuni tidak bisa dicabut dari sejarah besar Ottoman, yang Saudi juga termasuk didalamnya dulu.

Ditangan Al-Qonuni, luas wilayah Ottoman mencapai 15 Juta KM persegi, padahal ketika Al-Qonuni menerima Tahta dari ayahnya, luas Ottoman hanya 6,5 juta KM persegi. Bani Saud Sulit memahami ini, jika disandingkan dengan keberhasilan Abdul Azis laknatullah yang tidak lebih dari sekedar karyawan Inggris dan Amerika.

Diatas saya telah memaparkan sedikit, soal Kerajaan Saudi Yang memenjarakan Ulama yang tidak pro terhadap kerajaan, Salah satunya adalah Salman Audah.

Salman Audah adalah salah satu ulama dari puluhan ulama yang ditangkap oleh pihak kerajaan Saudi Arabia, gegara cuitannya di Twitter. Perkara yang dituitkan padahal spele. Ia hanya mendoakan semoga tercipta rekonsiliasi antara Saudi Arabia dengan Qatar. Saat itu hubungan Saudi Arabia dan beberapa negara di Timur Tengah lainnya dengan Qatar sedang memburuk.

Ulama yang mempunyai jutaan follower di Twitter ini ditangkap pada tahun 2017. Ditempatkan di ruang isolasi dalam waktu yang lama, sehingga membuat kesehatannya menurun. Kabarnya, saat ini kondisinya sedang kritis. Salman Audah diadili dalam sebuah pengadilan rahasia dan didakwah dengan puluhan dakwaan. Dari pengadilan rahasia itu memutuskan bahwa, ia akan dijatuhi hukuman mati. Tragis!

***

Posisi Indonesia dan Peran Pemuda Islam?

Sebagaimana ungkapan Gandhi yang kerap disitir Bung Karno, "Paham kebangsaanku adalah perikemanusiaan." Indonesia harus turut serta berperan aktif dalam membangun solidaritas antar beberapa negara Islam. Di samping itu, keterlibatan kita atas persoalan di dunia Islam hari ini adalah wujud dari pengamalan pembukaan UUD kita yang mengamanahkan agar penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan.

Belakangan ini ada ide baru dari beberapa negara Islam, yang dipelopori oleh Mahatir dari Malaysia, Erdogan dari Turki dan Imran dari Pakistan. Poros ini sekaligus gerakan untuk melawan OKI yang terus menerus mempertahankan status quo. Hampir tidak ada perlawanan berarti yang dilakukan OKI dalam memproteksi kepentingan ummat Islam. Itu sebabnya, perlu ada ide segar bukan hanya melawan superioritas dunia barat dan beberapa negara di Asia atas dunia Islam. Tapi juga melakukan gerakan perlawanan terhadap wabah islamophobia yang semakin menakutkan.

Sudah terlalu lama Indonesia tertidur. Nama besarnya selalu disebut, tapi perannya sangat terbatas. Soekarno dulu sanggup membawa bangsa ini keluar dari kekuatan dua blok dan melakukan sebuah gerakan prestisius yang hari ini masih dikenang dunia. Sekarang sudah waktunya kita buktikan bahwa sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia siap berkontribusi lebih bahkan siap menjadi pemimpin. Indonesia modern hari ini harus sanggup menyediakan rahimnya untuk melahirkan ulang pemimpin ulung seperti Soekarno yang disegani dunia, atau membidani hadirnya Natsir-Natsir baru yang disegani dunia Islam.

Penduduk dengan 260 juta Jiwa serta lebih kurang 87% mayoritas muslimnya, maka posisi aliansi ini akan semakin kokoh di dunia Islam bahkan internasional jika terus didorong agar dapat membicarakan secara serius juga soal-soal yang terjadi di dunia Islam. Pemerintah kita harus turut menyambut baik dan terlibat dalam poros baru yang sengaja dibuat Mahatir dan Erdogan. Ada harapan besar dari Turki, Malaysia, Pakistan dan Qatar terhadap Indonesia. Bermodal militer dan ekonomi dari 4 negara tadi maka aliansi ini akan semakin kuat ketika Indonesia bergabung. Karena biar bagaimanapun kita memiliki kuantitas penduduk muslim yang sangat banyak dibanding negara lain.

Sekarang, tugas utama untuk turut terlibat dalam menyelesaikan persoalan kemanusiaan di dunia Islam saat ini bukan ada pada Muhammadiyah, NU atau ormas keagamaan lainnya. Tapi ada pada negara. Pemerintah kita sudah saatnya harus ikut terlibat aktif dalam melawan kesewenang-wenangan rezim China, India, Myanmar, Israel, bahkan Amerika.

"Harapan adalah mimpi dari seorang yang terjaga", demikian kata Aristoteles.

Kita (dunia Islam) sebenarnya masih punya harapan besar dalam membangun ulang "imperium" yang kuat dalam menyaingi superioritas dunia barat. Tumpuan harapan kita ada pada pemuda Islam. Mereka mesti dilibatkan dalam memproyeksikan sebuah agenda jangka panjang dalam memerangi islamophobia, Atau paling tidak dalam forum pertemuan yang rencananya akan dilakukan di Malaysia, akan terbentuk sebuah lembaga permanen setingkat OKI yang harus secara intens merespon setiap gejolak dalam dunia Islam. Hingga ke depan poros ini dapat menjadi tumpuan harapan dunia Islam yang kian hari semakin terpuruk.

Disamping itu, harapan besar kita pasca pertemuan tersebut akan bertambah lagi negara-negara Islam yang turut bergabung dan mengambil bahagian dalam poros ini. Negara Islam melalui pemudanya harus dipersatukan dalam satu wadah yang kuat, agar agenda mewartakan konsep kemanusian yang universal tersebar ke semua pelosok dunia. Islamophobia sudah sangat menghawatirkan di barat, bahkan sudah menyebar ke negara-negara Asia. Inilah jaman dimana beban paling berat harus dituntaskan oleh pemuda-pemuda Islam.


NB ; Sebahagian di Kutip dari Narasi Abangda ASO - Abdul Syukur Oumo

* pustaka hayat
* Rst
* Pejalan Sunyi
* Nalar Pinggiran

--ISLAM DAN MARXISME--

Jika di baca dengan tenang, Kehancuran dan kemunduran peradaban Islam yang begitu besar, ada 3 Fase. Pertama, saat serangan Mongol. Kedua, perang salib. Dan ketiga, Kolonialisme (Imprealis-Kapitalis). 

Saat serangan Mongol terjadi di dunia Islam tahun 1290-an. Sebenarnya diantara tahun 1290 - abad 17, Dunia Islam masih memiliki Peradaban, seperti Obsevatorium di Samarkand. ada juga kerajaan besar Islam, seperti Mughal di India. Safawi di persia dan Turki Utsmaniyah yang mengusai wilayah-wilayah di tiga benua. 

Sehingga sulit bagi kita untuk menyebutkan bahwa pasca serangan Mongol, peradaban Islam kehilangan banyak Sainsnya. Sebab, Mustahil sisa-sisa kerajaan besar Islam pasca serangan Mongol tersebut, di bangun tidak dengan kekuatan Sains. Lucunya, hal ini di sebut oleh kelompok liberal, sebagai kemunduruan dunia Islam. 

Barulah setelah era Kolonialisme, Sains dunia Islam ikut di benamkan oleh Imprealis-Kapitalis. Jadi, adalah tidak benar, jika Kemuduran pemikiran Islam (Sains) itu terjadi di Era Al-Ghazali. 

Saat Kolonialisme di tumbangkan. Dunia Islam bangkit bersama Marxisme (Kiri).  yang bermula di awal abad 20 Sampai Arab Spring di tahun 90-an. 

Hal itu terjadi  setelah Revolusi Bolsevik. Sebagaimana Yang kita ketahui, Negara Soviet di dirikan oleh 15 Republik Sosialis, 6 diantaranya adalah negara Islam, yang berada di Soviet Timur ; Uzbekistan, Azerbaijan, Tajikistan, Turkmenistan, kimjistan, dsb. 

Ihwal itulah yang menyebutkan, bahwa Islam dan Marxisme pernah mesra dan bersama-sama mendirikan Republik sosialis terbesar yaitu Soviet. Bahkan saat Soviet Bubar di tahun 1991, Setelah Keluarnya Rusia dari konfedarasi tersebut. negara-negara Islam masih tetap mempertahankan Eksistensi Republik soviet. 

Jadi, adalah salah jika Islamisme tidak bisa menyatu dengan Marxisme. Di titik itulah, saya cuman mau bilang, banyak-banyaklah bertamasya pada sejarah Alias Membacakiiii, biar tidak sweping-Sweping buku dan pikiran.

**

Negara-negara Arab terlibat 3 kali perang dengan Israel, Tahun 1948, 1967, dan 1973. Hanya sekali negara-negara Arab menang, yaitu tahun 1973. Di perang 1967, angakatan Udara Israel, hanya butuh waktu 1 jam untk menghancurkan 3 negara Arab sekaligus ; Yordania, Mesir dan Suriah. Israel berhasil merebut Bukit Gollan dan Semenanjung sinea. Mesir waktu itu di pimpin oleh Anwar Saddat yg berkongsi dgn CIA untk membunuh Gamal Abdel Nasr. 

Sedangkan di Perang tahun 1973 adalah perang untuk mengambil wilayahnya sendiri, Dataran tinggi Golan untk Suriah dan semenanjung sinae adalah wilayah mesir. Pertanyaannya adalah bagaimana mungkin 2 negara ini bisa mengalahkan Israel, sementara Sebelumnya Israel mengalahkan mereka hanya butuh satu jam?. 

Setelah di telusuri, pesawat-pesawat Bom Israel di perang Yon kipur (1973), perang satu-satunya yang di menangkan dunia Arab, karena bantuan Uni Soviet dan dalam waktu yang bersamaan AS Dan Eropa sedang dilanda nestapa Ekonomi. Karena solidaritas dunia Arab, termasuk Saudi Arabia di bawah pemimpin Raja zuhud (Raja Faisal) yang menaikkan harga minyak, sebagai upaya meng-embargo AS, Eropa dan semua Negara yang mendukung Israel waktu itu. Akhirnya, terjadilah negosiasi, sehingga di ambil alihlah Semananjung sinae untuk mesir dan Dataran tinggi golan untuk Suriah. Sebagaimana struktur negara sekarang. 

Andaikkan tidak terjadi Perang Yon Kipur, yang di sokong oleh Soviet (Komunis) dan embargo Ekonomi oleh persatuan Negara Arab sosialis. Maka, Israel jauh lebih luas mengkoloni wilayah-wilayah Arab. 

Pukulan terakhir, Imprealisme adalah Musim semi Arab (Arab Spring), yaitu rebah padamnya Saddam Husain, Muammar Qoddafi dan di koyak-koyaknya Afganistan, yaman, Suriah dalam kedok Demokratisasi. Palestina, andaikan Bukan perlawanan Hamas, yang di belakangnya ada Iran dan Kelompok Kiri (Rusia), sudah lama luluh lantah. 

Di titik itilah, Tesis Hutington menjadi benar bahwa Imprealisme barat masih akan tetap menganggap persenyawaan Islam dan Marxisme (kiri) sebagai ancaman bagi mereka. Maka, Gagasan penyatuan Marxisme dan Pan Islamisme Tan Malaka, di sidang komitern (Komunis Internasional) di tolak, karena alasan teknis.

**

India, Pakistan dan Bangladesh. Sebelum abad ke-20, ketiganya pernah berada di bawah jajahan Inggris. Tahun 1947, Inggris kemudian melepaskan kendalinya atas India. Lalu, terjadi konflik berdarah-darah yang membuat Bapak India, Mahatma Gandhi, "menangis". India pecah jadi dua.

India yang menjadi mayoritas Hindu dan Pakistan dengan mayoritas Islam. Selanjutnya, Pakistan juga pecah. Pakistan Barat jadi negara Pakistan. Pakistan Timur yang merasa sebagai orang Bengali memisahkan diri untuk menjadi Bangladesh.

Dalam semua proses pemisahan-pemisahan tersebut, tidak hanya berjalan di meja perundingan saja. tapi, bermula di "lapangan". Ribuan nyawa melayang. 

Rusia, Ukraina dan Belarusia itu merupakan bangsa serumpun. Bermula dari Korban Rus, diabad pertengahan. Pusatnya di Ukraina, kini. Negerinya Presiden legendaris Uni Sovyet, Nikita Kruschev dan pemain bola, Shevchenko. Karena itu, Ukraina sering disebut sebagai "rumah lahirnya bangsa Rusia". 

Ukraina dan Rusia pernah bersama-sama. Pernah berpisah. Ke depan, bisa jadi bersama lagi. Seumpama tapal batas, yang kadang bergeser, kadang terpisah, kadang menyatu. Untuk geser menggeser tapal batas tersebut, ribuan nyawa jadi taruhannya.

Begitulah manusia. Homo homini lupus ! .

SEPANJANG SEJARAH, HANYA SEGELINTIR KECIL ORANG YANG MEMULAI PERANG, TAPI JUTAAN ORANG YANG MERASAKAN AKIBATNYA..!

**
ADA AL-KHAWARIZMI DI PERANGKO UNI SOVYET 


Seperti halnya Ibnu Sina (Avessena) dlm tradisi ilmu kedokteran, maka Al-Khawarizmi merupakan intelektual atau ilmuan "garis depan" dunia Islam dalam bidang matematika. Sebagian besar kalangan intelektual menganggap bahwa dunia barat "berutang budi" pada Al-Khawarizmi, sebagaimana halnya dunia Timur (khusunya : peradaban Islam) juga banyak "berutang budi" pada tradisi keilmuan Yunani (klasik) dan Romawi. Di tangan Al-Khawarizmi, matematika begitu sederhana. Kemampuan dlm menyederhanakan penghitungan matematika tersebut, membuat banyak pihak mengagumi  sosok yang secara genetik berasal dari Iran ini. 

Buku-bukunya di sadur dan di Jadikan referensi oleh dunia Barat, setidaknya pada periode Renaisans dunia barat, secara massif. Beliau yang pada awalnya beragama Zoroaster ini, memperkenalkan angka NOL (walau dalam Sejarah Dunia Klasik, angka NOL telah diperkenalkan oleh tradisi intelektual Timur terkemuka lainnya, India - tapi di tangan Al-Khawarizmi, angka NOL menjadi lebih rasional dan fungsional).  

Hingga hari ini, Al-Khawarizmi dianggap sebagai "manusia besar" yang layak untuk di hormati. Kata Aljabar merupakan "kata lain atau penterjemahan kata" dari karya Alkhawarizmi yaitu kitab "Al-Mukhtasar fi hisab Aljabr Walmuqabala", sedangkan ALGORITMA (algorithm) berasal dari nama Al-Khawarizmi yang dilatinkan menjadi "Algoritmi". 

Jasanya bagi kebahagiaan dan peradaban manusia sangat besar. Banyak monumen di dirikan di Eropa, untk mengenang secara "anumerta" kontribusi penganut Islam tersebut. Disamping monumen, Al-Khawarizmi juga di abadikan dalam bentuk perangko oleh Uni Sovyet tahun 1983 (sebagaimana gambar). 

Pada masa Dinasti Abbasiyah, Al-Khawarizmi merupakan salah satu ilmuan paling utama dari "House of Wisdom" di lingkungan Sultan Al-Ma'mum. Pada masa Al-Ma'mum, Al-Khawarizmi menyelesaikan banyak persoalan matematika, membuat atlas geografi dunia dan menyempurnakan perhitungan astronomi. 

Sejarah Al-Khawarizmi adalah sejarah Islam yang amat "ghirah" peradaban. Sejarah dimana Islam menjadi bagian dari "kuntum wangi dan bulir bernas" peradaban dunia. 


**


Sejarah Al-Khawarizmi adalah sejarah Islam yang Teramat "Ghirah" Peradaban. Sejarah, dimana Islam menjadi bagian dari "Kuntum mewangi dan bulir Bernas" peradaban Dunia.

Sebagaimana Halnya Ibu Sina (Aviecienna), dalam Tradisi Ilmu Kedokteran, Al-Khawarizmi merupakan Intelektual atau Ilmuan garis depan dalam bidang Ilmu matematika. Dunia barat Berhutang Budi pada Al-Khawarizmi, sebagaimana halnya Dunia Timur (Islam) juga berhutang banyak pada tradisi Keilmuan Yunani-Romawi. Saling bersimbiosis muatualisme dalam membangun peradaban Ummat Manusia dan Kemaslahatan. 

Ditangan Al-Khawarizmi Matematika menjadi sederhana, inilah yang membuat Dunia barat terkagum-kagum pada sosok yang secara Genetik berasal dari Iran ini. Buku-bukunya disadur dan dijadikan referensi oleh Dunia barat, setidaknya pada Periode Rennasains dunia barat, secara Massif. 

Beliau yang pada awalnya beragama Zoroaster (Tidak sama dengan Majuzi) ini, memperkenalkan angka NOL (walaupun dalam sejarah dunia Klasik, angka Nol telah diperkenalkan dalam tradisi Intelektual Timur Lainnya, India-Tetapi ditangan Al-Khawarizmi, Angka Nol menjadi lebih Rasional dan Fungsional). Hingga hari ini, Al-Khawarizmi Dianggap orang besar yang Patut dan layak Dihormati. Kata "Aljabar" yang dalam bahasa Inggrish dikenal dengan "algebra" adalah kata lain atau penerjemahan dari karya Al-Khawarizmi, yaitu Kitab "Al-Muhktasar Fii hisab Aljabr Walmuqabala", sedangkan ALGORITMA (Algorithm) berasal dari Nama Al-Khawarizmi, yang dilatinkan menjadi "algoritmi".

Jasanya bagi kebahagian dan peradaban manusia teramat besar. Banyak monumen yang didirikan dieropa untuk mengenangnya secara "Anumerta", kontribusi Penganut Islam (Muktazilah) tersebut. Disamping Monumen, Al-Khawarizmi juga diabadikan dalam bentuk perangko oleh negara Komunis-Uni Soviet tahun 1983. 

Pada Masa Dinasti Abbasiyah, Al-Khawarizni merupakan salah satu Ilmuan paling utama dari " House Of Wisdom" di Lingkungan Sultan Al-Ma'mum. Pada Masa Al-Ma'mum, Al-Khawarizmi menyelesaikan banyak persoalan matematika, membuat Atlas geografi Dunia, menyempurnakan perhitungan astronomi. Tugas tersebut diselesaikan Al-Khawarizmi dengan sangat tekun dengan mengambil inspirasi dari peradaban yunani, Cina sampai india. 

Al-Ma'mum adalah Sultan yang dikenal sebagai penganut Paham Mu'tazilah dan teramat menyukai Ilmu Pengetahuan, seni dan Teknologi. Muktazilah merupakan aliran Dalam Islam, yang dikenal sangat Progresif dan banyak menggunakan atau Mempotensikan logika dalam beragama. 

Dalam sejarah Islam, Sultan Al-Ma'mum pernah mengekuarkan pernyatan yang sangat terkenal, yang Hingga Hari ini, Masih Sering Dikutip : Tinta Seorang Ilmuan, Derajatnya lebih Tinggi dari Darah Seorang Jihadi".

Referensi : Mohammad Amien (11/9/2014); Ira M. Lapidus (1998). 


*Pustaka Hayat
*Rst
*Samar Cakrawala
*Pejalan Sunyi
*Nalarpinggiran

JUDGE LAH DAKU, KAN KU SAYANG ENGKAU  

Saya pernah di debati seorang kawan. Ia marah karena saya menyelisih pendapatnya. Padahal, Ia menyadari bahwa keragamaan argumentasi adalah keniscayaan. Tetapi, ia tetap tidak menerima pendapat saya dan Menganggap saya salah. Berkenaan dengan itu, saya teringat dengan Syaikh Abdullah Bin Bayyah, yang mengatakan, "Ada sekelompok orang yang ketika engkau menyelisih pendapat mereka. Mereka akan anggap engkau menyelesih Allah dan Rosulnya Dan hal semacan ini, tentunya tidak benar". Tetapi, Karena saya Menyakini Igauan Imam Asy-Syafi'i, yang pernah berkata ; "sekali-kali tidaklah saya berdebat dengan seseorang karena ingin menang, tapi untuk mencerdaskan diri saya dan mencerahkan orang lain". Sekalipun, saya sadari betul, bahwa kawan saya itu sebagaimana Pendakuan "mother Theresa" ; Kalau engkau sibuk menghukumi orang-orang, engkau tidak akan punya waktu untuk mencintai mereka.

Pemenang dua kali Hadiah Nobel (Biologi dan kemanusiaan), Alexis Carrel menulis dalam salah satu bukunya, penggalan kalimat menarik, yang merangsang saya untuk mengutipnya ; "bahwa sesungguhnya kemuliaan manusia itu terletak, ketika ia melihat manusia lain. maka, ia akan berpijak pada pandangan seberapa banyak kebaikkan yang di miliki, bukan pada seberapa banyak keburukan yang di punyai".

Dulu saya pernah menulis untuk seorang perempuan, kira-kira begini bunyinya, "Mawar dan duri itu tumbuh bersamaan. Lantas, mengapa Mata dan Hatimu hanya melihat durinya saja". Sebab itulah, pilihannya hanya dua ; Fokus pada kebaikkan atau Fokus pada keburukan. Dr. Ali Sya'riati mendauh dengan kalimat yang teramat bernas, " jika kamu penuh kasih sayang, orang-orang pasti akan menuduhmu, ada niat-niat tersembunyi dari kebaikanmu itu. Tapi, tetaplah penuh kasih sayang. Jika kamu baik maka orang-orang akan menipu dan memanfaatkanmu. Tapi, tetaplah baik. ketika kebaikanmu di lupakan orang, tetap juga baik. Berikan kebaikan yang terbaik sejauh yang kamu mampu, meskipun itu tak cukup. Lalu, pada akhirnya yang kamu lihat adalah tentang kamu dan Tuhanmu, bukan antara kamu dan orang lain".

"Ulama itu adalah yang keras kepada pemerintah. Bagi saya, itulah sebenar-benarnya ulama? !", Kata Kawan saya. Indikatornya?., kata saya. "Yah, Yang membela dan menjilat pemerintah adalah mereka yang bukan ulama sebenarnya". Berada digerbong pemerintah, bukanlah ulama. Sedangkan di luar gerbong, itulah ulama yang sebenarnya". Wadduh, Begitu mudahnya memberikan garis demarkasi. Pukul rata. Janganlah, kawan. Jawabku tegas. 

Kadang saya terfikir, apakah ulama-ulama yang berada disisi Sultan Hassanal Bolkiah di Brunei itu, bukan ulama yang sebenarnya. Apakah mereka yang berada disamping Erdogan, juga bukan ulama yang sebenarnya. Dan seterusnya.

"Tapi ini untuk kasus Indonesia saja, bro?". 

Memangnya defenisi ulama itu, parsial?, Ada pertimbangan lokalitas?. Saya jadi ingat dengan dua catatan terdahulu, tidak pernah saya Publikasikan, Insya Allah saya akan sertakan.

"Ahh, Kamu katanya Kader Ummat, mengapa tidak mendukung ulama?".

Pertama, Maafkan saya tidak begitu berminat untuk berdebat tentang pertanyaan itu. Defenisi kita berbeda tentang ulama. Sejak saya mahasiswa, saya punya pemahaman sendiri siapa itu ulama dan siapa (sebenarnya) politisi.

Kedua, beberapa bulan yang lalu, saya pernah menulis tentang Buya Syafii Ma'arief. Saya publikasikan di tengah suasana yang panas. Ada kebahagiaan rasanya. Saya ingin melihat kehadiran Buya asal Sumatera Barat ini dari sisi saya. Tidak adil hanya menilai saat ini, ketika ia menentukan sikap yang dianggap "berbeda". Sejak dulu saya mengikuti pemikiran Buya. Buku dan artikelnya saya baca. Riwayat hidupnya sering saya dengar dari orang lain. Lalu, beberapa diantara dari kawan saya "menilai" Buya. Penilaian kini, Dengan melampirkan berita-berita tendensius. Buya dihantam. Disinisi. Dikatakan "buaya". Tak sedikitpun pantas menyandang gelar Buya. saya membaca umpatan-umpatan vulgar yang di alamatkan kepada mantan Ketua Umum Muhammadiyah ini. Jujur, kadang mata saya sabak. Entah mengapa.

Lalu waktu itu, mengapa (hampir) tidak ada yang membela Buya?. Mungkin beliau yang kehidupannya teramat sederhana ini, bukan ulama. Ulama itu bagi mereka hanyalah si anu, si anu dan si anu. Bahkan dengan sinis seseorang pernah berkata, "Buya itu bukan ulama. Ia sejarawan. Tamatan Amerika. Walaupun SMP dan SMA-nya tamatan Muhammadiyah".

Ulama itu harus tamatan Timur Tengah, begitu?. Kalau tamatan Barat, bukan ulama?. Padahal guru-guru saya waktu kuliah dulu selalu bilang, "Barat dan Timur itu kepunyaan Allah. Ilmu yang berada disana juga milik Allah". Lalu, saya pernah Tulis tentang Quraish Shihab. Tamatan Timur Tengah. Pakar tafsir yang keilmuannya hampir dipastikan, Insya Allah, tidak bisa ditandingi oleh ulama si anu, si anu dan si anu. Tapi tetap di hantam. Disinisi. Dikuliti. "Dipisangi". Dikatakan Syi'ah. Dianggap bukan ayah yang baik, karena tidak mampu membuat anaknya Najwa Shihab seperti Marissa Haque, berjilbab. Atau seperti anak seorang ulama kondang yang bahagia memposting istrinya lagi hamil berat di instagram. Mengelus-elus perutnya kayak anak ABG. Tidak, Tidak menarik bagi saya. Bagi anda mungkin. Menonton Mata Najwa bagi saya lebih luar biasa.

Lalu, Gus Mus, Azyumardi Azra, Gus Dur, Cak Nur, Emha Ainun Najib, Jalaluddin Rahkmat, Agus Mustofa, Komaruddin Hidayat, Haidar Bagir, Haidar Nasir, Qasim Mattar dan seterusnya. "Bukankah mereka ini juga ulama?". "Mereka bukan ulama", kata anda.

Ya sudah. Ketemu kan?. Ulama bagi anda tidak sama dengan ulama bagi saya. Lantas, mengapa anda memaksa saya harus sama dalam mendefenisikan sesuatu. Memangnya saya tidak punya pengetahuan tentang yang anda bela itu ?. Kita persingkat saja !

Ketiga. Manusia punya ukuran sendiri-sendiri. Paradigmatik. Ukuran kita berbeda. Bagi anda benar, bisa saja bagi saya tidak. Ukuran berbeda karena berbedanya nilai yang dianut, bahan bacaan dan sejarah hidup. kamu menganggap tulisanmu yang paling cantik. Tulisan orang lain tidak. Suaramu yang paling merdu, suara mereka tidak merdu. Bagaimana menilainya?. Cari "wasitnya". Ia yang menilai. "Wasit berpihak. Tidak adil !". Itu katamu. Kata orang lain, tidak. Adil sebenarnya adil hanya ada di pengadilan akhirat. Mati kita dulu. Berbangkit. Baru jumpa keadilan hakiki. ".

Tidak ada yang objektif di dunia ini, subjektiflah yang dianggap objektif. Ketika kita berusaha mengatakan sesuatu itu objektif, pada saat itu juga kita sedang melihat sesuatu dengan parameter, ukuran dan paradigma yang kita anggap sesuai. Karena itu, objektifitas sangat bersifat paradigmatik. Bahkan objektifitas itu sendiri di ikat oleh ruang dan waktu. Kini, dianggap sebagai sebuah kebenaran, mungkin pada masa lalu tidak dan bisa saja pada masa yang akan datang bisa dianggap sebagai sebuah keniscayaan dan keharusan. Waktu dan ruang yang bisa menentukannya, bisa di katakan benar dan tidak.

Mungkin nilai- nilai Teologik saja yang bisa diakui kebenarannya secara mutlak. Itupun hanya pada bagian-bagian kecilnya saja, selebihnya terjadi reduksi dan pelebaran tafsiran dari waktu ke waktu. Demikian juga dengan yang lainnya.

(Baca Sambungan Pembahasan Soal ulama Di Blog dengan judil - Al Ilmu Yurizhul Ahwal ; Ciri ulama)

***

"Mengapa kamu begitu suka dengan "Jalaluddin Rahmat?. itu yang terlihat dari postinganmu beberapa hari belakangan tentang tokoh Syi'ah itu ?.  Sejak mahasiswa juga terlihat kamu sering kali membeli buku-buku terbitan Mizan?. Kenapa kamu begitu simpati pada Syi'ah!. Ragu saya dengan kamu ?". [ chatt dengan seorang Ehem..eheem, yang sudah lama tak jumpa ]. 

Baik, sahabat yang saya hormati. Saya jawab. Mohon berlapang hati kita. 

"Jangan mudah kamu mengasosiasikan saya bahkan ada pesan tersirat, menuduh saya Syi'ah?". Memangnya kamu pernah melihat saya beribadah ?. Atas dasar apa kamu mengatakan saya demikian ?". [ Mohon maaf].

Ia menjawab, "karena antum suka dengan Iran, suka dengan Kang Jalal, Cak Nun, Cak Nur, Gus Dur, suka Buya Syafii Ma'arief, sering mengutip Ali Shariati, Khomeni, Muratdha Muthahari, Mulla Sadra, suka dengan pemikiran Quraisy Shihab dan bla ..... bla seterusnya !". 

Apakah menyukai negara yang dengan berani menukar sistem politiknya dari Dinasti Tiranik kepada sistem Teokratik, serta dengan penuh percaya diri "melawan hegemonik" negara-negara besar yang sombong dan membusungkan dada, (walaupun sebenarnya kadang-kadang ada juga negara lain sombong dengan rasnya). lalu, dibilang Syi'ah. 

Mengikuti dan bersependapat dengan kajian-kajian dan membaca tafsir yang moderat dan lembut dari Prof. Quraish Shihab lantas dikatakan Syi'ah.  Saya mendukung RESOLUSI AMMAN yang ditandatangani 200 ulama kaliber dunia, yang menyatakan bahwa SYI'AH TETAP BAGIAN DARI ISLAM. lalu, saya dikatakan Syi'ah. Saya bersepakat dengan Syaikh Yusuf Qardhawi dan K.H. Hasyim Muzadi dan lain-lain, yang juga setuju dengan resolusi tersebut, kamu katakan saya Syi'ah. Ketika saya sering mengutip pendapat dan kata-kata indah Ali bin Abi Thalib dalam Kitab Nahjul Balaghah, kamu mencurigai saya sebagai Syi'ah. 

Mari kita belajar pada Imam Besar Islam, Imam Syafi'i Ra. Pada masa imam ini hidup, beliau juga merasakan iklim fitnah berbasis syahwat politik ini kepada sang Imam, dengan tuduhan Syi'ah Rafidhah. Beliau kemudian menjawabnya dengan menuliskan sebuah syairnya : 

نْ كانَ رَفْضًا حُبُّ آلِ محمد فليَشْهَدِ الثقلاَنِ أَنَّيْ رافِضِيْ 

"Jika mencintai keluarga Muhammad itu bagian dari rafidhah, maka hendaknya manusia dan jin menyaksikan bahwa aku adalah seorang rafidhi." (dikutip dari : Islam Aktual, 1989: cc. Jody A.). 

Saya pernah membaca kitab fiqh Mazhab Ja'fari (terjemahan : lengkap) dan cukup banyak buku filsafat, politik yang ditulis ulama-ulama Syi'ah seumpama Mohammad Baqr Al-Sadr, Ayatullah Nateq Nauri, Alllamah Thatabtaba'i, Sayyid Husain Fadhlullah, Murtadha Mutahhari, Ayatullah Khomeini, Ali Syariati, Mulla Sadra dan lain-lain dan tidak semua saya setuju dan bersepakat dengan pemikiran mereka. Tapi, alangkah salahnya, bila saya langsung menghakimi atau memuja tanpa membaca "mereka". 

Saya (juga) heran, mengapa kita begitu mudah mengatakan bahwa Syaikh Yusuf Qardhawi, K.H. Hasyim Muzadi yang dulu setuju dengan Resolusi Amman dan 200 ulama yang menandatanganinya sebagai orang yang tidak mengerti agama ?. lalu, dengan mudah kita menganggap seseorang yang membuat akun pesbuk yang isinya penuh dengan ayat-ayat al-Qur'an dan hadits, lalu kita panggil mereka ustadz/zah. Apa 200 ulama yang menandatangani atau mengeluarkan Resolusi Amman itu goblok semua ?. Atau dengan hanya bermodal satu akun pesbuk :), kita bisa menganggap seseorang sebagai ulama ?. 

Lalu saya, silahkan diperkatakan apa saja. Saya hanya menyukai "Coto, Sop Saudara, Pallu Mara', Pallu Basa," serta "Ikan Kering", saya tak pernah menyukai siapapun. Pada bagian-bagian tertentu, saya respek dengan pemikiran seseorang, itu iya. Tapi, saya tak pernah fanatik pada seseorang ataupun pada partai tertentu. Alangkah tidak adilnya bila langsung menggeneralisir. Saya berdiri diatas semua, begitu ketika saya di Kaderkan Di HMI dan membaca almanak pemikiran Cak Nur, Yang ku kagumi itu. 

Apakah bila kita berlawanan analisis dan piihan politik, anda lantas merasa pantas menghakimi saya. Apakah karena saya tidak suka minum Teh karena saya lebih "nyaman" minum kopi, lantas saudara katakan saya bukan laki-laki sejati, seperti yan dikatakan Iwan Fals :). 

Jangan dong !!. Saya bukan Syi'ah dan bukan Sunni. saya ISLAM. Besar dalam tradisi Ahlussunnah wal Jama'ah, wabil khusus Nahdathul Ulama Dan Muhammadiyah. Saya kerap menyebut dirimu sebagai Nahdathul muhammaddiyin. Dalam KTP saya, juga tertulis dengan jelas kolom agama : ISLAM. Ketika saya masih kecil, ayah dan ibu saya mengatakan, "jadilah kamu sebagai orang Islam yang baik, dan tak sekalipun mereka menyuruh saya menjadi Syi'ah, Sunni, Khawarij, Mur'jiah, Mathurudiyah, Muhammadiyah, NU, Perti dan seterusnya". 

"Lantas Mengapa kamu Suka Kang Jalal?". 

Setelah membaca beberapa karya beliau, point pertama yang terbetik di kepala saya. Cerdas orang ini. saya pernah mendengarkan presentasi Kang Jalal, Di UINAM (Universitas Islam Negeri Makassar). Beliau di Panel dengan Salah seorang Perwakilan dari Wahdah (Lupa Namanya) dan Dosen Hadist, Dr. Muh Zein, Yang di Moderatori oleh Prof. Hamdan Juhanis (Kini Rektor Universitas Islam Negeri Makassar). saya selalu terpesona dengan kemampuan artikulasi lisan dan tulisan Kang Jalal. Ia bukan hanya pandai bertutur, tapi juga intelektual tangguh yang kaya referensi. Harus di akui, bahwa Di antara eksponen pembaharu pemikiran Islam di Indonesia seperti Cak Nur, Kuntowijoyo, Gus Dur, Amien Rais, Azumardi Azra, Buya Sayafi'i Ma'arif dan Djohan Effendi, Kang Jalal (panggilan akrab K.H. Dr. Jalaluddin Rakhmat) adalah salah satunya. Hal Itu tak belerbihan, karena Kang Jalal memiliki keistimewaan. Ia menguasai banyak ilmu pengetahuan, sehingga melalui karya dan presentasinya kita tahu bahwa argumen-argumen yang diajukan Kang Jalal bukanlah repetisi atau parafrase dari argumen Gus Dur, Buya Syafi'i Maarif, Cak Nur, Djohan, Dll.

Kang Jalal, kerap di Serang secara beruntun oleh banyak pihak, tapi itu tak lantas menyebabkan Kang Jalal kehilangan kendali. Emosinya tetap terjaga dan argumennya masih kokoh. Bahkan, di sela-sela presentasinya ia tak ragu melakukan serangan balik melalui kisah-kisah “fiksi” yang disuguhkannya. Pendeknya, ia tak hanya bertahan melainkan juga menyerang. Dan serangannya sering tak terduga. Mengapa demikian, karena Kang Jalal memiliki dua keunggulan ; penguasaannya pada Ilmu pengetahuan yang hampir semua, Ia mengerti Ulumul Hadits dan Siroh Nabawiyah dengan sangat baik, sekaligus ia juga meguasai filsafat, psikologi dan memang pakar komunikasi. 

TerLepas dari itu, saya seorang pembelajar yang berusaha giat ini, tetap mengenang Kang Jalal sebagai intelektual Islam yang bebas dan berani. Ia sangat kritis bahkan terhadap semua hal. Namun, ia tahu batas. misalnya, tak pernah mengkritik apalagi menyalahkan Al Qur’an, Nabi muhammad SAW, dan Para Sahabat yang Ahlul al-Bait. Yang dilakukan Kang Jalal selama ini adalah mereview pemikiran para Ulama Syi'ah di depan publik Islam Indonesia yang mayoritas Sunni. Ia tak banyak menafsirkan Al Qur’an. Ia lebih banyak mengutip kitab-kitab tafsir karya para ulama klasik dan kontemporer. Ia juga tidak pernah betul-betul melakukan riset al-jarah dan al-ta’dil dalam studi Hadits. Ia hanya mengutip para ulama lain yang menyoal kredibilitas sejumlah para perawi dan penulis Hadits. 

"Tapi?". 

Memang aroma sunni atau syiah ini begitu kental dinegeri ini, tidak terlepas dari mereka-mereka yang berkiblat pada Iran dan saudi monarki Dan isu-Isu yang berkembang sesuai narasi yang telah hangat di perpolitikan keduanya. Yang mencoba berbicara netral akan di hakimi sesuai penilaiannya tanpa harus melihat fakta-fakta yang secara tegas telah disepakati sebagai hukum yang disepakati. 

Dalam buku Putih, prof Quraisy mengatakan ; mempersoalkan Sunni dan syiah, itu ketinggalan zaman. Terlambat lahir kita. 

Kebaikan dalam persepsi manusia seperti mereka hanya sebatas tarikan nafas. Sehingga setiap zaman akan selalu ada kelompok manusia yang merasa paling baik dibanding yang lain. Yah, Hanya kematian yang bisa menjawab persepsi kebenaran versi mereka. 

"Lalu, mengapa anda membaca buku-buku yang sebenarnya bukan menjadi bagian dari pemahaman guru-guru anda ?". Protes seorang Kawan. 

KARENA MEMANG TUGAS SAYA MEMBACA. Dengan begitu, saya bisa menjadi "sparing partner" bagi mahasiswa-Mahasiswa Milineal, jama'ah dan Insya Allah Siapapun saja. Sebab, saya yakin orang-orang saat ini semakin hari hari semakin Pintar, karena bahan bacaan mereka semakin banyak Dan hal itu kita tidak harus membaca yang selalu sesuai dengan kita. 

Bagi saya, semakin membaca dari "dalam", semakin kita santun dalam memahami - (yang) bukan berarti mendukung atau menolak secara "membabi-buta". Dengan membaca dari sumber "dalam" dan "otoritatif", setidaknya membuat saya teringat dengan anjuran Raja Ali Haji : " Beberapa ribu dan laksa pedang yang sudah terhunus, dengan segores kalam jadi tersarung".  Demikianlah ungkapan "Raja Ali Haji", dalam Mukaddimah Kitab Bustan al Katibin.

Saya hanya ingin mengatakan (bahwa) musuh kita hari ini adalah kebodohan, kemiskinan, kesenjangaan ekonomi - sosial dan kurangnya solidaritas serta soliditas (Ukhuwah-persatuan) sesama Muslim. Karena itu, kita mudah dipecah belah (Uraian Ini Panjang). Keterbelahan kita ini, bisa kita temukan dari kehidupan kita Yang paling dekat. Kita menggemari perpecahan, berbeda mazhab seolah beda Tuhan. Beda tempat mondok seolah berbeda agama. Padahal Imam Syafi'i dan Imam Malik(i) merupakan dua ulama BESAR yang sering berbeda pendapat, salah satunya tentang Qunut dalam sholat Subuh. Tapi, mereka tetap saling menghormati. 

Kala Imam Malik sholat Subuh di masjid Imam Syafi'i, beliau (Imam Malik) ditunjuk sebagai Imam sholat, dan beliau sholat subuh memakai Qunut.  Ketika murid Imam Malik bertanya,  "Apakah guru telah berubah faham?". Imam Malik menjawab, "Tidak, sama sekali tidak. Aku memakai Qunut karena menghormati muridku (Imam Syafi'i) yang berpendapat demikian". 

Dalam perjalanan sejarah Eropa (abad pertengahan), defenisi aliran sesat adalah orang yang dianggap berlawanan dengan otoritas gereja. Dalam perjalanan sejarah Islam, defenisi aliran sesat adalah orang yang tidak masuk ke dalam "mainstream" atau kelompok mayoritas. Padahal, yang berhak menentukan benar tak benar tersebut adalah Sang Maha Benar. Tidak selamanya, mayoritas itu benar dan tidak pula seragam itu indah. Ajaran Islam bahkan mengatakan bahwa "berbeda itu hikmah". Hikmah itu indah dan penuh kebaikan. Karena itu, jangan anggap perbedaan merusak tatanan keindahan, karena terkadang berbeda itu justru melahirkan pembelajaran. 

Di titik itulah Gunanya negara mengelola perbedaan, dengan satu Narasi Tunggal, yaitu Soliditas dan Persatuan (ukhuwah). Tetapi, jika negara juga terjebak dalam perdebatan Panjang Firqoh, Mazhab dan soal-soal yang remeh temeh lainnya. Seolah-seolah kita terbelah menjadi dua blok yang Vis A Vis. Maka, Historia Not Repette. Sejarah keemasan tidak akan pernah terulang dan Hal itu Membuktika Kebenaran Sabda Rosulullah SAW, bahwa, " nyaris musuh membunuh dan membinasakan kalian seperti orang-orang yang menyerbu makanan diatas piring". Seseorang kemudian bertanya, apakah Jumlah kami saat itu sedikit?. Rosulullah SAW kemudian melanjutkan, " bahkan jumlah kalian banyak sekali. tapi, seperti Buih di atas lautan Dan Allah mencabut Rasa Takut Musuh terhadap kalian serta Menjagkitkan di hati kalian penyakit 'Wahn'. 

Jika kita memeriksa Ulang Keotentikan Sabda Nabi Muhammad ini, telah terbukti berkali-kali. Runtuhnya dunia dan Peradaban Islam, seperti Dinasti Umayyah, Abbasyiah, Turki Ustmaniyah, dsb. Bukan karena Kuatnya MUSUH. Bukan. Kita Kalah dan Nyaris menjadi Puing, akibat Rapuhnya Soliditas dan Persatuan Ummat. Tetapi, hal itu kita anggap sebagai lampiran hidup yang tidak terlalu penting untuk di urus. 

Berkenaan dengan itu juga, Saya teringat dengan beberapa catatan tentang perseteruan antara Sunni-Syiah, yang sebenarnya merupakan fenomena Timur Tengah. Disanalah, lebih kurang 14 abad silam terjadi sengketa berdarah yang memakan korban ribuan umat Islam, yang kemudian membekas sangat dalam dan jadi dendam kesumat hingga saat ini. Sedangkan, Sunni-Syiah di Indonesia tidak punya sejarah berdarah seperti itu. Ketika mula-mula masuk ke Indonesia, Syiah tidak menimbulkan gesekan yang berarti dengan pribumi yang masih beragama pagan atau Hindu-Budha. 

Ketika Syiah kehilangan pamor dan digantikan oleh Sunni, gesekan yang berarti juga tidak terjadi. Transformasi berjalan dengan mulus. Namun, aura kebencian dan hasut menghasut yang terjadi, kemudian diekspor ke Indonesia melalui berbagai bacaan. 

"Darimana kamu tahu ?".

Saya belajar Sejarah Peradaban Islam. Belajar Ilmu Politik. Belajar Sosiologi Antropologi. Setidaknya itu yang saya pelajari. Seperti itu yang saya pahami, hingga hari ini. 

Haruskah kita mengimpor kebencian dan konflik?. Apakah tidak ada yang lain yang lebih baik untuk diimpor selain kebencian dan caci maki yang tidak berakar di negeri kita sendiri?. Sebagaimana Rasulullah SAW. bersabda, "Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang yang telah membaca (menghafal) al-Qur’an, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Qur’an dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’an, membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya musyrik". 

Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai Nabi Allah, siapakah yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”. Beliau menjawab, “Penuduhnya.” (HR. Bukhari dalam at-Tarîkh dalam Abu Ya’la, Ibnu Hibbân dan al-Bazzâr). Setelah membaca "ashbabul wurud" (konteks spasial-temporum) Hadits ini, maka pesan yang ingin disampaikan Rasulullah SAW adalah JANGAN MERASA PALING BENAR dan JANGAN MUDAH MENUDUH ORANG LAIN TIDAK BENAR. Sebab, tidak ada yang di untungkan dari memperdebatan soal-soal Firqoh, Mazhab, dsb.  Justru yang di untungkan adalah Musuh-musuh Islam. Musuh Islam tidak selalu berasal dari non-Islam. Ideologi bisa dimaknai dalam konteks ini, sebagaimana hipotesa terkenal Huntington bahwa setelah KOMUNIS hancur, maka peradaban Islam yang berpotensi menjadi musuh (Kapitalisme). bacalah CLASH CIVILIZATION-nya Huntington. 

Mereka tertawa, gembira Ria. Sementara kita tidak sadar, sedang di tendang, di tunggangi, bahkan kita diangkat lalu di hempaskan berulangkali. 

Mau buktinya?. Baca dan Pelajari Sejarah Konflik di Timur Tengah. Baca dan Pelajarilah, Penyerangan IRAK, kelahiran ISIS, Irak sebagai regional-politic enemy, Libya, Suriah dan (terakhir) Yaman yang dibombardir. sementara kita diam membisu, karena yang membombardir itu adalah saudara sendiri, yang dibantu oleh pihak lain, yang selama ini direpresentasikan sebagai musuh. KARENA ITU, JANGAN BAWA-BAWA AGAMA. YAMAN DISERANG, KITA DIAM, APAKAH KARENA FAKTOR AGAMA ?.

NEHI, kata Amitabh Bachan. Jadi, sudahlah. 

Saya bukan ustadz ataupun ulama. Jauuuuuuh, sampai ke arah sana. Orang-orang saja memanggil saya Ustadz. Saya hanya pembelajar dan pembaca yang berusaha giat. Karena itu, jika ada yang salah, tunjuk ajari saya, "In uriidu illal ishlãha mãs tatha'tu wamã taufiiqii illa biLlãhil 'Aliyyil 'Azhiim"  - Aku hanya berniat baik semampuku; taufikku hanya dengan pertolongan Allah Yang Maha Luhur dan Agung. 

Alhamdulilah, Saya sendiri Jagankan di tuding Syi'ah. dituduh kafir, murtad, iblis, pernah. Makanya kalau bercermin, saya kerap bingung, saya ini sebenarnya apa ? 😄 

" kamu suka menonton ceramah Ustadz Abdul Somad ?", tanyanya kembali.  Saya jawab, "SAYA SANGAT MENYUKAI CERAMAH BELIAU. Hampir setiap bulan, barang sekali dua kali, melalui youtube, saya menonton ceramah-ceramahnya. Saya merasa berutang budi ilmu pada beliau. 

"Kalau Cak Nun?". 

Suka sekali. Beberapa karyanya, saya punya. Saya Mengikuti Ulasan-ulasannya, di Youtube. Kalau menonton ceramah dan membaca karya Prof. Qureish Shihab ?". SAYA SANGAT MENYUKAI CERAMAH BELIAU. Hampir semua karya beliau saya koleksi, setiap bulan melalui youtube, saya menonton ceramah-ceramahnya. Saya merasa berutang budi ilmu pada beliau. 

"Kalau Gus Baha ?". 

SAYA SANGAT MENYUKAI CERAMAH BELIAU. Hampir setiap bulan melalui youtube, saya menonton ceramah-ceramahnya. Saya merasa berutang budi ilmu pada beliau. 

"Jalaluddin Rahmat"? 

Suka. Hampir semua karya beliau pernah ku baca dan ku koleksi, ceramhnya Melalui channel youtube Ijabi dan yang lainnya. Mencerahkan.  Ulil Abshar Abdallah, Agus Mustofa, Komarudin Hidayat, Cak Nur, Gus Dur, Kuntowijoyo?". Persis, seperti Prof. Qureys Shihab, Abdul Somad dan Gus Baha serta Kang Jalal. "Lalu mengapa ada orang-orang yang tidak menyukai mereka ini?. Karena tidak mengambil YANG BAIK dari mereka. 


*Pustka Hayat
*Pejalan Sunyi
*Rst
*Nalar Pinggiran

Selasa, 22 Maret 2022

MEMASUNG NALAR KRITIS : TUGAS INTELEKTUAL (RAUSYANFIKR) IALAH KRITIK

Beberapa waktu lalu, setelah HUT TNI, seorang Brigjen Junior Tumilar Di copot dari Jabatannya sebagai Irdam. akibat keberpihakannya Pada Rakyat, yang Tanahnya dirampas Oleh PT. Ciputra Internasional, dianggap Perbuatan melanggar Hukum. 

Tidak berselang lama, di acara Mata Najwa, Gubernur Lemhanas mendaku Tentang Rakyat itu Punyanya Presiden dan Menolak Konsep Kemanunggalan Rakyat dan TNI. tentu pernyataan ini Melukai nurani kita sebagai "Rakyat Jelata". 

Narasi yang dibangun, karena Rakyat lebih dekat dengan Presiden. Sedangkan TNI, tidak dekat pada Rakyat. Sebab, Presiden di pilih oleh Rakyat secara Demokratis. Sementara, TNI tidak pilih oleh rakyat. Olehnya, TNI tidak punya Hak dan kewenangan untuk menjangkau kepada Rakyat, juga terhadap sumber daya sipil di masa damai. 

Heran saja, Kenapa Bisa Orang dengan Struktur Logika Yang Tidak jelas dan Kacau bisa di jadikan sebagai Gubernur Lemhanas. 

Pertama, Gubernur Lemhanas Ini, masih terjebak pada Tafsir Feodalistik, antara Kemanunggalan Rakyat dan Presiden. Sebagaimana Adab sosial Bangsa Nusantara dahulu. Padahal itu Pemahaman manipulatif untuk keperluan feodalisme budaya dan kekuasaan politik. 

Rakyat itu Bukan hamba dan Presiden bukan Tuhan. 

Kedua, Dia lupa, kalau Presiden itu dipilih oleh Rakyat. Lalu, Presiden memilih Panglima TNI. Jadi, sesungguhnya Panglima TNI adalah Representasi Dari Rakyat. Sama seperti Silogisme Soekarno, yang sangat mencerahkan, " saudara-Saudara Tentara, Kalian adalah alatnya negara Dan negara adalah alatnya Rakyat. Jadi, Kalian adalah Alatnya alat". 

Jika pun TNI tidak punya kewenangan untuk berpihak pada Rakyat. Maka, kewenangan tersebut dibikin tidak berlandaskan kejernihan ilmu, kejujuran demokrasi dan jiwa kasih sayang kepada rakyat.

Gubernur Lemhanas itu Lupa, dengan Pekikan Jendral Soedirman, bahwa "Pemimpin negara boleh berganti, kabinet pun boleh berganti tiga bulan sekali. Namun, Tentara tetap berjuang terus bersama rakyat sampai kemerdekaan tercapai 100%. Lebih baik di atom sama sekali daripada tak merdeka 100%".

HORMAT KOMANDAN, pilihan itu sederhana. Menjadi kafir karena takut selain Tuhan atau menjadi Gila, karena berdiri dengan berani dalam keadaan sadar.

**

Pembungkaman sejumlah kritik yang disampaikan melalui mural beberapa waktu lalu, mengajari kita satu hal ; oligarki dan pandemi ini ternyata bukan hanya telah dikorupsi, tapi juga telah diperalat untuk mengerdilkan demokrasi.

Pembatasan sosial kemarin, sebagai bagian dari protokol kesehatan, misalnya, oleh rezim oligarkis banyak disalahgunakan untuk membatasi kebebasan masyarakat dalam menyampaikan aspirasi. 

Jika hal ini dibiarkan terus, apa yang semula hanya merupakan krisis kesehatan, pelan-pelan akan segera berubah menjadi krisis demokrasi yang serius. Atau sudah kah?.

Ada yang bilang, saya kehilangan akal sehat?. Jika saya kehilangan akal sehat, Tidak mungkin saya mempromosikan sesuatu yang tidak saya punya.

Orang bilang itu arogan?. Sebenarnya bukan arogan. Sebab, hal itu adalah determinasi kita untuk menghasilkan generasi baru. Jika kita tidak memiliki determinasi, tidak ada gunanya kita hidup sebagai warga negara, yang ingin melihat perubahan kedepan. 

Duhaii, adinda, Kepekaan itu identitas aktivis, jika kepekaan mati dan kamu masih hidup?. Itu Mirip mobil mogok, akibat kempes semua bannya.

Ada tapi tidak berguna. Saat ini, kita surplus gerombolan aktivis. Tapi defisit kepekaan. 


**


Diprancis sekitar 100 – 125 tahun silam, sebelum ada pemerintahan. Eropa, masih dalam bentuk aristokrasi (berkuasa sendiri). Seorang raja pernah ditanya; Raja, apakah state itu?. Raja menjawab State adalah "saya sendiri”.

Jika hal ini, diterjemahkan secara cepat. maka, semua perilaku raja dianggap perilaku negara. raja sendiri adalah aturan mutlak. jadi, ada pemutlakan secara subjektifitas (raja) dalam kehidupan atau dalam sistem negara (Monarki).

Kehidupan negara-negara dizaman kegelapan eropa itu seakan-seakan hidup di Indonesia dalam bentuk yang lain. Semua carut marut, kealpaan negara dalam beberapa soal yang fundamental: ekonomi, sosial, politik, budaya, pendidikan, tersembunyi atau disembunyikan dalam bangunan subjektifitas pemimpin yang begitu kokoh.

Sosok yang dibranding sedemikian rupa dan menjadi mutlak dalam persepsi publik tentangnya. Misal, ada anak SMK yang melakukan demonstrasi atas kebijakan rezim yang dianggap tidak relevan dengan apa yang dia pelajari. Mengaku di Intimidasi (disetrum) oleh oknum penyidik kepolisian untuk mengakui, bahwa ia melempar batu. Kemudian, beberapa penangkapan akibat Mahasiswa-mahasiswa yang mengorganisir diri melawan kebijakan pemerintah yang sudah tidak berpihak pada rakyat kecil, Atau Perampasan hak hidup yang dilakukan pengusaha yang bekerja sama dengan penguasa.

Tidak jarang membawa aparat bersenjata. Bahkan, kadang-kadang preman. Salim Kancil contohnya. nyawannya hilang, akibat protes terhadap hak hidupnya yang dirampas. Berapa nyawa Aktivis WALHI yang hilang, akibat protes terhadap tambang, pengrusakan lingkungan dan masih banyak yang lain.

Upaya untuk menciptakan dominasi. sama halnya dengan memaksa semua orang, berpendapat sama terhadap penguasa.

Dalam Relasi kekausaannya "Michael Foucault": kekuasaan ada dimana-mana, menyebar dimana-mana. Karena bagi Foucault, Kekuasaan bukanlah milik subyek tertentu, melainkan ada dalam diri setiap orang sebagai sebuah strategi.

Foucault menolak konsep dan praktek kekuasaan seperti yang dimaksud "Thomas Hobbes", tentang harus menjadi serigala bagi yang lain atau "Machiavelli", tentang kekerasan sebagai jalur kekuasaan untuk menaklukkan, ataukah maksud "Marx" tentang kekuasaan mendominasi, dari kaum borjuis terhadap kaum buruh.

Dimana ada kuasa, selalu ada resistensi. Namun, resistensi ini tidak pernah ada dalam posisi eksterior dalam hubungan dengan kuasa. Disinilah pengaruhnya Nietzsche tampak jelas pada Foucault. Menurut Nietzsche, kuasa seperti ini sangat lekat dengan dominasi atau represi dan karena itulah kuasa seperti ini selalu menuntut korban atau target.

Semua yang berbeda dianggap bertabrakan. kritik yang terorganisir di labeli anti pancasila, hingga dibubarkan dengan produk perundang-undang yang agak memaksa dan premature. Seolah-olah ada kegentingan yang memaksa. Perlawanan verbal dianggap hate speech terhadap pemerintah (penguasa), diancam bahkan dipidanakan.

Di zaman autokrasi eropa, ada kekuatan yang membentengi kerajaan. Pertama adalah kelompok ningrat (bangsawan) dan kedua adalah kelompok agamawan.

kaum agamawan inilah yang melegitimasi berdasarkan doktrin teologis terhadap praktek autokrasi eropa. Agama, oleh para agamawan menjadi alat untuk mengabsolutisasikan perilaku raja dan pemerintahannya. Titah raja selalu berimpresi absolut. karena, dianggap wakil Tuhan di bumi dalam bangunan doktrin teologis.

Artinya, agama dan agamawan hilang daya kritisnya terhadap kekuasaan yang menyimpang.

Sama persis dengan kondisi indonesia saat ini. kekuasaan, yang selalu mencari pembenaran dalam fatwa, dalam dalil yang di Interpretasi secara serampangan dan ambisius oleh sekolompok ormas dan segelintir Ulama. dalam bingkai itu, kelak pemimpin bisa saja dibikin Ma’sum (suci). Bebas dari dosa politik dalam bernegara. Ada proses tukar tambah: materi dan fatwa agama.

Dulu, Soviet di Era Stalin, juga seperti itu. Dia menyumbat mulut penantangnya dan memasukkannya ke dalam goa. Stalin menginginkan persamaan pendapat, pembungkaman semua yang berbeda dengannya. tetapi, menggunakan kemasan persatuan. Tapi, pada akhirnya kebenaran tetaplah terungkap. Siapapun, tidak bisa mengatur orang berbicara. meski sebagai penguasa. Sebab, kita sudah memilih demokrasi sebagai sistem bernegara.

Setali tiga uang dengan Stalin. rezim Hitler yang Fasis pun demikian, ada Gestapo yang kerjanya mengintai dan menangkap orang-orang yang tidak sepaham dengan NAZI. Yang melawan, yang tak se-Ide adalah musuh. harus di habisi, karena dianggap tidak seirama dengan semangat yang di bangun oleh Hitler. Sebagai Polisi keamanan negara, Gestapo berusaha menangkal jaringan mata-mata atau orang yang dianggap berbahaya bagi negara.


Semuanya, tentu dilakukan atas nama negara, sebab negara boleh mencurigai. Tapi, pada akhirnya Rezim Hitler yang dibangun dari “Ras Unggul” itu kalah.

Jika Ras unggul itu di konversi ke indonesia ialah mereka yang merasa paling pancasilais dan orang lain tidak. mereka yang paling cinta NKRI dan orang lain tidak. Mereka yang paling religius dan menuduh orang lain tidak. mereka yang paling berhak masuk surga dan orang lain masuk neraka.

Kenapa Stalin dan Hitler melakukan itu?. Karena, paranoid terhadap rakyatnya. Persis sama dengan yang dilakukan oleh Fir’aun, Sebagaimana yang kita mahfum dalam beberbagai riwayat di tuliskan, Kisah Fir'aun, yang despotik itu membunuh bayi-bayi. Karena Ia bermimpi akan lahir seorang bayi, yang kelak akan tumbuh besar dan Mengancam kekuasaannya.

Begitupun dengan beberapa Oknum penyidik yang memaksa Lutfi, anak SMK yang melakukan demonstrasi, terpaksa mengakui perbuatan yang dia tidak lakukan.

Rakyat yang pro status qou dianggap kawan, yang melawan dianggap musuh. demikianlah tabiat Rezim Totaliter bekerja sejak dahulu bahkan masih subur hingga sekarang.

Dalam konteks ini, saya melihat ada gejala kediktatoran yang mulai dipraktekkan oleh rezim ini, meski belum cukup “mengganas”. Tapi, jika dibiarkan. maka, akan menjadi “Trend” karena dianggap biasa-biasa saja.

Semua yang memimpin dengan tangan besi akan menghilang seiring perjalanan waktu. Siapapun dan sistem apapun yang digunakan. Saddam Tumbang, Khaddafi Di habisi, Soeharto Turun, Pahlevi melarikan diri, Marcos berakhir.

Dari semua rentetan kejadian ini, faktornya kira-kira satu, yakni memposisikan Rakyat sebagai Musuh. jika rakyat tidak lagi sepakat dengan keputusan penguasa.

Mereka membikin Pemimpin kita, ma'sum, setelah itu di sekitarnya disesaki penjilat yakni orang-orang yang selalu membenarkan pemimpin, meski terang benderang salah. Lalu, berpura-berpura membela derita dan nestapa Rakyat. Pemimpin negeri ini harus sadar bahwa pemujinya, yang ada di sekitarnya itu adalah penggali kuburannya.

Pengkritik itu tidak boleh di bungkam dengan asumsi ini dan itu. Di rezim sebelumnya, kita tidak perlu tunjuk hidung siapa-siapa yang paling lantang berteriak sampai pita suaranya mau putus. entah itu jalur jalanan atau parlemen. Kan tidak mesti, toh sekarang zonannya telah nyaman. siapa yang tidak doyan di kursi goyang sambil menyeruput kopi dan menghisap kretek.

Jika hari ini, Ada juga yang lantang meneriakkan kritik. Tidak perlu marah dan gunakan hipotesa ini dan itu untuk cuci tangan. Harusnya, kita lebih arif bahwa masih ada yang memainkan fungsi control di tengah lemahnya peran legislatif sebagai juru kunci pengawasan. Berkenaan dengan itu, saya ingat penuturan, mantan presiden Zimbabwe, Robert Mugabe ; "ketika Seekor ayam hilang, aroma sup tetangga menjadi penuh kecurigaan. Maka, perlakukan bagian handukmu dengan baik. Karena, bagian yang menyeka pantatmu hari ini, akan menyeka Mukamu esok".

Jika sinisme publik semakin menganga lebar. itu pertanda, ada ketidak percayaan pada kita. Introspeksilah, sebab Kritik adalah evaluasi Pikiran terhadap kenyataan. Kritik berfungsi membongkar, mengurai dan menjelaskan duduk persoalan dengan jelas, agar tidak ambigu.

Namun, Sebelum Kritik, harus melewati Fase inKoherensi dalam Ide. Berat memang, tetapi itu lebih baik ketimbang bertepuk tangan di belakang pantat penguasa. Harusnya kita lebih alergi dengan sandiwara orang yang berpura-pura peduli di layar depan dan mengenakan topeng serba sempurna padahal menginjak.

Kita harus memberi dua jempol pada kejujuran generasi yang apa adanya, sekalipun sedikit genit-genit. Tidak apa-apa, Tiap generasi punya pola dan cara mengekspresikan pendapatnya sendiri. Tidak perlu tegang, sekarang Era digital. Perlakukanlah mereka sesuai zamannya.

Dalam negara Komunis dan Totaliter. Ada kesempatan menyebut "Negara adalah Aku". Karena rezim tidak berganti. Mereka tidak di beri batas waktu. Mereka subjektif, tangan besi, anti kritik dan anti pikiran. Indonesia bukan negara Komunis atau totaliter. Tolong singkirkan pikiran dan paham totaliter dari bumi ini.

Mereka menyangka kritik merupakan letupan kemarahan. Padahal sesungguhnya, kritik adalah sikap mencintai sesuatu dengan tidak menerimannya serta merta. Jadi, jika saya pernah mengkritiki salahmu. Itu adalah isyarat yang mengindikasikan bahwa saat itu, saya sedang mencintaimu sedalam-dalamnnya. Tapi, ajaibnya banyak yang tak tahu itu.

artinya Mengkritisi itu boleh bahkan harus. Menganggap diri paling benar, jangan. Menghina juga, jangan. Mungkin kita, termasuk saya. baru pandai mengendarai motor 150 cc. Tapi, sudah menepuk-nepuk dada, ingin mengajak balap mereka yang mengendarai motor Ducati 1.500 cc. Congkak itu, kebanggaan semu.

Entah sudah berapa banyak kitab yang mereka baca, banyak masa yang mereka lalui untuk berguru dengan khidmat. Lalu, kita yang baru siuman dan menganggap diri sudah hijrah, berani menghina mereka hanya karena merek odol gigi yang berbeda. Berbasis remeh temeh.

Kita Niscaya memberi Semangat kepada generasi. Sebab, kepedulian memang tidak bisa dipelajari di ruang kelas. Ia hanya bisa dipahami di panas terik jalanan. panjang umur perjuangan. Karena pada cara bernalar, terletak kemanusiaan yang adil dan beradab. Maka, manusiawilah sejak dalam pikiran.

memang banyak aktivis yang bermetamorfosis menjadi penjaga kekuasaan yang timpang. Dengan cara itulah mereka merusak bangsa ini. Aktivis jadi pragmatis. Kampus jadi kuburan massal. Feodalisme masuk ke kantong-kantong pemulung Ilmu. Kritisisme hilang ditelan tsunami oportunisme. OKP jadi lembaga arisan, ketua-ketua umumnya memperkosa kekuasaan. 

Lunglai. Dunia jalanan jadi sepi. Ruang kelas tidak lagi dialektis, diskusi hilang. Jika ada yang mengidentifikasi dirinya adalah pancasila atau bukan. Soal pengamalan pasal-pasalnya nanti dulu. Keadilan sosial mejadi yatim piatu. 

(Tulisan pernah diMuat diSalah Satu Media On Line).

**

Saya ulang beberapa pernyataan diatas, bahwa Kritik adalah evaluasi Pikiran terhadap kenyataan. Kritik berfungsi membongkar, mengurai dan menjelaskan duduk persoalan dengan jelas, agar tidak ambigu. Selain itu, Kritik pada Dasarnya berdimensi cinta. Sebab, Hanya Cinta Butalah yang menerima sesuatu secara serta merta. (Baca : Taqlid).

Mengurai, menerangkan dan mendudukkan Problem adalah Tujuan kritik. Namun, kritik itu niscaya berurat akar pada inkoherensi dalam alam pikir. Jika tidak, maka bunyinya nyaring. Tapi, kosong melompong. 

Hal itu tidak mudah, sungguh berat. Apalagi, diera Big Data, Medsos dan jejaring Maya  yang mewabah ke hampir semua Lapisan. Namun hal itu, masih lebih bermartabat ketimbang bertepuk tangan dibelakang pantat kekuasaan. 

Tapi ingatlah, yang mesti dijadikan alas pikir argumentasi : pertama, Setiap orang berpotensi sebagai guru kita. Kedua, semua orang, darimana pun ia berasal, dari berbagai latar belakang pendidikan apapun, yang ia miliki. bila ia menyampaikkan hikmah atau kebenaran. maka, harus kita terima. 

Dua kalimat diatas adalah dua kalimat yang sering sekali kita dengar. Maknanya universal. Semua komunitas manusia dibumi yang bulat ini, dipastikan akan setuju. Anjurannya sangat baik dan inspiratif. Mengajak kita untuk "haus" kebenaran dan mengajarkan kita untuk rendah diri. Tidak sombong dalam melihat, siapa yang menyampaikkannya. 

Namun, kita juga harus mempertimbangkan hal lain, yakni Otoritas. Kewenangan keilmuan. Kelayakan sumber dan bisa dipertanggung jawabkan berdasarkan kompetensi yang dimiliki.

Tersebabkan itulah, ketika ada audisi lagu dangdut. maka, penyanyi hebat, seumpama Elvy Sukaesih dan Bang Oma Irama, dianggap lebih layak memberikan "Peniliaan". Dibandingkan Ermi Kulit dan Iga Mawarni. Walaupun dua nama terakhir ini juga penyanyi hebat. Sama-sama punya nama besar. Tapi, Ermi Kulit yang punya suara "Mendesah" dan Iga Mawarni si suara "berat" itu lebih memiliki kopetensi dimusik pop, khususnya Jazz.

Maka, bila ingin mendebati dan mengkritisi ekonom indonesia, khususnya berkaitan dengan Rasio hutang negara ini. yah, perbanyak membaca pendapat-pemdapat ekonom indonesia yang otoritatif. Lalu, apapun kesimpulannya, terserah.

Bila ingin menelaah Suriah. maka, perbanyak membaca tulisan-tulisan pakar yang konsen dengan Geopolitik Timur tengah. Apapun kesimpulannya nanti, terserah anda. 

Itulah Tugas Anak Muda, Tugas Intelektual. Maka, jangan terlalu cepat berfikir arif dan bertindak bijaksana. Tugas anak muda, memang mendobrak kejumudan dan menjebol kemapanan. Jika mereka salah. toh, mereka masih muda. 

Biarlah yang arif dan bijaksana itu para orang tua. Yang belakangan terjadi, justru dalam Terma Gus Mus " banyak anak-anak muda yang terlalu cepat "mengkiaikan diri". Akhirnya, mereka sibuk mematut-matut diri agar tampak seperti seorang kiai, mulai dari cara bicara hingga cara berpakaian".

Bangsa ini butuh anak-anak muda yang bertenaga, disamping orang tua yang bijaksana.

Pikiran itu bukan aurat. hingga, niscaya dihijabi. Biarkan, ia telanjang. Sebab, tidak seorangpun dapat dihukum karena pikirannya dialam demokrasi. 

Pikiran yang dihijabi. hanya, akan melahirkan tikus, kucing, anjing, sapi, babi. Bukan Manusia. Pikiran yang Telanjang itu Inklusif, ia Niscaya Terbuka. Terbuka dan bebas itu berbeda. Bebas sama dengan Nir Nilai sedang terbuka berurat akar pada Nilai. 

Olehnya, Janganlah menentang Kritisisme. sebab, itu adalah kanal pikiran dan perbedaan. Apabila disumbat, itu seperti membuat tanggul bagi air yang selalu mengalir yang mencari titik terendah untuk diisi dan dikoreksi.

Lihat saja tanggul, bisa jebol dan tumpah ruah menjadi bencana bagi kita semua. 

Perlunya kekuasaan yang dewasa dan berwajah ramah. Buat apa menggunakan kekuasaan untuk mengancam dan menekan. Sadarlah, bahwa rakyat adalah tenaga yang permanen dalam sejarah bangsa ini. Kalau ditekan, akan berbalik dengan keras.

Disamping itu juga, Menghilangkan perbedaan demi alasan persatuan sekalipun, adalah alasan salah secara logis dan berbahaya secara sosiologis. Karena, bukan persatuan yang penting, tapi dasar yang melandasinya yaitu perbedaan. Persatuan adalah alat keamanan negara. Sedang perbedaan adalah dasar hidup warga negara.

Sebab, Kejujuran itu ada dalam perbedaan. Itulah mengapa, Pendahulu kita menamakan Negeri Zamrud Khatulistiwa ini sebagai INDONESIA.

**

Peradaban dimana pun selalu diawali, dengan kemerdekaan berfikir. kemerdekaan berfikir, hanya bisa terlahir dari orang-orang yang tercerahkan (insan kamil). siapakah orang yang tercerahkan itu?. Ia  adalah anak manusia, yang tidak mengkapling kebenaran dan kesucian. selalu membaca dan berdialektika dengan semua ilmu pengetahuan, yang bermanfaat bagi ummat manusia. lalu, endingnya yang ia temukan adalah kebijaksanaan. kebijaksanaan adalah dimana kita damai dengan segala perbedaan pendapat. 

Berialah terus nutrisi dengan membaca pada akal secara terus menerus, hanya dengan begitu kita menunda kematian dini.

Lawan. Sebab, berani tidak akan mengurangi umur. begitu pun, dengan takut tidak akan membuat umur bertambah. kisah orang berani dan pecundang, tetap di kubur di dalam tanah yang sama. Jika demikian, kenapa Kita pro terhadap Status qou?.


(1)

* Pustaka Hayat
* Rst
* pejalan Sunyi
* Nalar Pinggiran