Mengenai Saya

Minggu, 06 Maret 2022

--MI'RAJ NABI MUHAMMAD SAW, BUKAN PERJALANAN CAHAYA, MELAINKAN PERJALANAN DIMENSI-- (Bagian 2)

Dimanakah sandaran Teks dari perjalanan Mi'raj Nabi Muhammad SAW atau perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Langit dunia ke langit Sidhratul muntaha. Kalau Perjalanan Isro, di jelaskan di satu ayat dalam qur'an surat Al isro. Maka, perjalanan Mi'raj ini di jelaskan oleh Allah dalam sejumlah ayat dan sejumlah surat. Salah satunya di jelaskan dalam Qur'an an najm ; 13 - 16.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلَقَدْ رَاٰ هُ نَزْلَةً اُخْرٰى 

"Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain," (13)

عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهٰى

"(yaitu) di Sidratilmuntaha." (14)

عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوٰى 

"Di dekatnya ada surga tempat tinggal," (15)

اِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشٰى 

"(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratilmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya," (16)

مَا زَا غَ الْبَصَرُ وَمَا طَغٰى

"penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya." (17).

لَقَدْ رَاٰ ى مِنْ اٰيٰتِ رَبِّهِ الْكُبْرٰى

"Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar." (18)

Rentetan ayat ini bercerita, bahwa Rosulullah SAW pernah sampai di suatu tempat, yang di sebut sebagai Sidhratul Muntaha. Dimana itu Sidhratul muntaha?. Yaitu di dekatnya ada surga, tempat tinggal. Dari dua ayat ini saja, kita sudah mendapatkan gambaran, bahwa Sidhratul muntaha adalah suatu tempat di alam akhirat, di langit yang ke tujuh. Kenapa?. Karena, Allah memberikan Klu, bahwa di dekatnya ada surga. Seperti yang kita tahu bahwa surga adalah bahagian yang ada di alam akhirat.

Maka, kita bia mengambil kesimpulan secara ringkas berdasarkan ayat diatas, bahwa Rosulullah SAW. Melakukan perjalanan dari langit dunia menju langit akhirat dalam keadaan hidup ( bukan setelah wafat barulah memasuki alam akhirat).

Ayat diatas juga bisa di kaitkan dengan ayat-ayat lain, yang bisa memberikan gambaran holistik kepada kita. Artinya, akhirat itu sudah ada. Itu poin pertama yang harus kita ketahui. Sebab, banyak yang bingung, apakah akhirat itu sudah ada atau belum?. Iyaa, akhirat sudah ada, akhirat secara ruang sudah ada. Tetapi, akhirat secara waktu atau fase kehidupan baru akan kita alami nanti setelah fase-fase yang kita lalui. seperti Fase dunia, fase alam Barzakh dan sesudah fase alam barzakh, kita akan menunggu untuk memasuki fase alam akhirat. Dimana badan, jiwa dan Roh kita akan di kembalikan.

Berdasarkan apa yang di sampaikkan Allah, bahwa Alam semesta di ciptakan oleh Allah ini berlapis-lapis, sebagaimana kita ketahui bahwa alam semesta ini ada 7 lapis ; "tsaba ssamawati" . Langit yang paling rendah adalah langit dunia dan langit yang paling tinggi adalah langit akhirat. Itulah sebabnya kata Allah dalam sebuah ayat, " Inna dzzayanna tssama adduniya bi dzinatil ka waqib (sesungghanya Allah menghiasi langit dunia dengan bintang-bintang)". Jadi, seluruh langit yang di khiasi dengan bintang-bintang adalah langit dunia dan Allah menggunakan kalimat tunggal untuk menunjukkan langit dunia (Tsama). Artinya dunia ini adalah langit tunggal. Tetapi, menjadi bahagian dari 7 langit yang jamak (Tsamawati).

Langit pertama ini, ternyata berada di dalam langit kedua, yang lebih besar. Begitu pun langit kedua, berada di dalam langit ketiga, yang lebih besar. Begitu seterusnya sampai di langit ke tujuh (alam akhirat).

Tujuh lapis langit ini, di ciptakan oleh Allah sekaligus, sejak pencipataan dahulu. Dimana dunia berada di langit terkecil dan akhirat di langit yang terbesar. (Di pembahasan Selanjutnya akan saya uraikkan seperti apa sains menjelaskan 7 lapis langit dan bumi adalah langit terendah. Sebab, hal ini sangat Holistik untuk di kemukakan secara sederhana).

Lantas, bagaimana perjalanan melintasi dimensi itu terjadi?. Di kesempatan ini saya hendak menguraikan dalil-dalil yang bisa di jadikan rujukan untuk menguraikkan bahwa Allah menciptakan 7 lapis langit dan hambanya bisa melakukan perjalanan menembus dimensi-dimensi tersebut.

Misalnya, di dalam Q.S. Ar Rahman ; 33, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ وَا لْاِ نْسِ اِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ تَنْفُذُوْا مِنْ اَقْطَا رِ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ فَا نْفُذُوْا ۗ لَا تَنْفُذُوْنَ اِلَّا بِسُلْطٰنٍ 

"Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah). (QS. Ar-Rahman 55: Ayat 33)

Allah memberikan Klu yang sangat jelas. Bahkan tantangan kepada manusia dan Jin?. Di ayat ini menginformasikan, bahkan menantang kepada manusia dan jin, agar melakukan perjalanan keluar angkasa, menembus batas-batas langit.

Memang harus di dudukkan terlebih dahulu persepsi kita tentang langit itu apa. Sebab, kita memiliki pemahaman yang berbeda soal langit. Tetapi, secara sederhana, bahwa langit pertama sampai ketujuh itu ibarat bola di dalam bola, didalam bola. Artinya langit-langit itu memiliki batas dimensi. Sehingga Q.S. Ar rahman ; 33 menggunakan kata "tembus lah batas-batas langit itu". Karena langit dunia ini adalah langit yang berisi bintang-bintang (langit material).

Satu hal yang perlu kita garis bawahi dari ayat ini, bahwa Allah menantang Manusia dan jin untuk menembus batas-batas langit, yaitu ketika kita memiliki "Sulthon" (Sulthon bisa di maknai dengan ilmu dan Teknologi) dan ternyata ilmu pengetahuan modern sudah mengarah ke sana. Sebab, langit hari ini tidak lagi di sebut sebagai Universe (jagat Raya). Tetapi, sebagai multiverse (banyak jagat raya).


***

BENARKAH MI'RAJ KE ANGKASA LUAR?.

Sebagaimana yang saya sampaikkan diatas, bahwa kita butuh penjelasan yang lebih saintifik tetang Perjalanan Mi'raj yang menebus batas-batas langit. Agar kita bisa mendapatkan gambaran-gambaran yang lebih kongkrit, ilmiah dan Rasional serta bisa di buktikan Keilmuannya.

Sebelum memasuki pembhasan ini, saya hendak menyambungkan sedikit,  tentang dalil yang kita jadikan rujukan diatas. Agar kita punya basis teks untuk menguraikkan perjalanan ini secara saintifik. Sebab, Dalam memahami agama ini, kita niscaya menguraikkannya secara saintifik. Hal inilah yang di maksud dengan perpaduan antara Ayat-ayat kauliyah dan ayat kauniyah, yang berbasis pada ilmu pengetahuan.

Diatas telah saya sampaikkan, bahwa Rosulullah SAW melakukan perjalanan Isro dan Mi'raj adalah hal yang tidak mustahil secara ilmu pengetahuan. Ada dua dalil yang hendak saya kutip kembali, untuk sekedar memberikan landasan pada uraian kali ini. 

Pertama, Q.S. Ar Rahman : 33. Ayat ini menarik, sebab Al qur'an memberikan  kepada kita peluang dan penegasan kepada manusia dan jin untuk melakukan perjalanan ke angkasa luar (langit). Menariknya lagi ialah langit yang di sampaikkan pada ayat ini bersifat Jama' (Tsamawat). Artinya, lebih dari satu langit. Sedangkan, jika Allah menunjukkan pada langit yang tunggal disebut dengan (Tsama).

Kedua, tertuang di dalam Q.S. Shaffat ; 6. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اِنَّا زَيَّنَّا السَّمَآءَ الدُّنْيَا بِزِيْنَةِ ٱِلْكَوَا كِبِ 

"Sesungguhnya Kami telah menghias langit dunia (yang terdekat), dengan hiasan bintang-bintang." (QS. As-Saffat 37: Ayat 6)

Menariknya pada ayat ini adalah Allah tidak menggunakan kata Jama' pada langit. Tetapi, menggunakan kata tunggal (Tsama). Pertanyannya adalah apakah benar Rosulullah SAW melakukan perjalanan menembus langit-langit dan apakah hal itu bisa dijelaskan secara Ilmiah?.

Sebelum kita menjawab hal itu, kita uraikkan terlebih dahulu tentang besarnya Jagat raya pertama, yang oleh Qur'an dijelaskan sebagai "Tsama addunniya" (langit dunia). Langit dunia adalah langit yang bersifat material, di isi oleh benda-benda langit. Seperti bintang-gemintang, bulan (yang berjarak sekitar 384 Ribu Km dari Bumi), Matahari (Berjarak 150 Juta Km dari Bumi).

Jika kita menggunakan Pesawat tercepat (ulang alik) yang dimiliki peradaban Manusia. Kecepatannya ketika melesat meninggalkan bumi, adalah 30 Km/jam. Tetapi, ada pesawat-pesawat tanpa awak, yang kecepatannya melebihi kecepatan Ulang alik. Pesawat tersebut, pernah di kirimkan NASA, bernama "Juno". Ketika pesawat tanpa awak tersebut memasuki atmosfer planet Jupiter , dia bisa mencapai kecapatan 265 ribu Km/Jam. Tetapi, kecepatan pesawat tanpa awak tersebut sangat lamban. Jika di bandingkan dengan besarnya luar angkasa.

Maka, dari itu menjadi Mustahil, jika kita menguraikkan manusia yang melesat ke luar angkasa dengan kecepatan Pesawat ulang alik, yang hanya 30 Ribu Km/Jam. apalagi membayangkan perjalanan Isro dan Mi'raj.

Mari kita sederhanakan dengan menghubungkan dengan Uraikkan saya sebelumnya (Isro perjalanan Cahaya), bahwa badan Rosulullah SAW melesaet dengan kecepatan Cahaya. Telah saya kemukakan bahwa Badan Nabi Bisa di ubah menjadi Badan Cahaya, yang ketika melesat dari Mekkah ke Palestina, hanya membutuhkan waktu 0,005 detik saja. Karena Kecepatan cahaya itu, 1 detik bisa menempuh jarak 300 Ribu KM/detik. Sedangkan pesawat Ulang Alik, 1 Jam menempuh jarak 30 Ribu Km. Di situlah kita bisa membedakan perbandingannya sangat jauh.

Bagaimana jika kita memiliki pesawat Ulang alik yang kecepatannya, sama dengan kecepatan Cahaya, yaitu 1 detik bisa menempuh jarak 300 Ribu Km/detik. Artinya, kita bisa melesat dengan kecepatan Cahaya menuju benda langit yang paling dekat dengan Bumi, yaitu Bulan, hanya membutihkan waktu 0,1 detik lebih sedikit. Karena, jarak bulan dari buni, hanya 384 Ribu Km.

Nah, jika kita melesat lebih jauh lagi, menuju matahari, misalnya. Yang jaranknya 150 Juta Km dari Bumi. Maka, kita hanya membutuhkan waktu 8 menit.

Uraian diatas hanya sekedar abstraksi untuk mengambarkan jarak yang ada.

Sekarang kita naik pesawat berkecapatan cahaya untuk melang-lang buana menembus langit pertama, yang disebut sebagai "Tsama adduniya". Dimana Allah menghiasi langit dunia dengan bintang gemintang, Galaksi-Galaksi, Planet-Planet dan Super klaster, dsb.

Bayangkan saja, kita sedang menaiki Pesawat luar angkasa dengan Kecapatan Cahaya, yang lepas landas dari Matahari, bukan dari bumi. Mengapa harus start dari Matahari?. Selain untuk memudahkan Penggambaran, matahari juga merupakan pusat pergerakan tata surya kita. Berapa lamakah waktu yang kita butuhkan saat keluar dari Tata surya?.

Misalnya, Jarak antara Matahari dan Planet Pertama (Merkurius), sekitar 60 Juta Km atau disebut sebagai 0,4 Sa (Baca ; Satuan Astronomi), cahaya hanya membutuhkan waktu 3 menit untuk sampai ke planet pertama. Lalu, Pesawat dengan Kecepatan cahaya menuju ke Planet kedua (Venus), yang jaraknya dari Matahari 105 Juta Km atau 0,7 Sa. Cahaya hanya butuh waktu, 5 sampai dengan 6 menit saja. Begitu seterusnya, perjalanan Pesawat berkecepatan Cahaya Menuju Bumi dengan menggunakan pesawat berkecepatan cahaya. 

Selanjutnya pesawat berkecepatan cahaya Menuju Planet Mars, hanya membutuhkan waktu 12 menit. Karena jatak Mars dari Matahari adalah 1,5 Sa. Kita melanjutkan lagi perjalanan, maka kita akan bertemu dengan Asteroid, diantara Planet Mars dan Planet Jupiter yang berputar-putar seperti planet, tetapi ukurannya kecil. Jaraknya dari matahari, sekitar 3 Sa. Sehingga, jika di tempuh dengan kecepatan cahaya. Maka, hanya membutuhkan waktu 20 menit saja.

Perjalanan di lanjutkan lagi menuju Jupiter, yang jaraknya dari matahari, 5 Sa. Sehingga membutuhkan waktu, sekitar 40 menit. Lalu, setelah jupiter, ada Saturnus. Yang jaraknya dari matahari ialah 10 Sa. Sehingga membutuhkan waktu 80 menit perjalanan pesawat berkecepatan Cahaya untuk sampai padanya. Selanjutnya, Uranus. Jaraknya dari matahari, sekitar 20 Sa. Butuh waktu 120 menit bagi pesawat berkecepatan cahaya untuk sampai padanya. 

Lalu, ada neptunus, yang di tempuh dari matahari sekitar 4 jam dan pluto, sebuah benda yang paling ujung dari Tata surya kita ini. Yang dulunya disebut sebagai planet. tetapi, kini tidak lagi. Cahaya membutuhkan waktu untuk sampai kepadanya, sekitar 5,5 jam.

Setelah itu kita telah keluar dari tata surya dan Bertemu dengan segerombolan komet, yang disebut sebagai Kabut Ort. Kita melanjutkan lagi, menembus kegelapan di angkasa luar sampai bertemu dengan Matahari Kembar, seperti Matahari kita, yang bernama (Alfa Sentauri atau Bintang Alfa Sentauri). Karena Juahnya dari Bumi, sehingga ia di sebut sebagai Bintang. Padahal sesungguhnya adalah Matahari. Alfa sentauri itu berjarak sekitar 80 Triliyun Km dari Bumi. Jika kita menempuh, dengan pesawat Berkecepatan Cahaya. Maka, kita membutuhkan waktu sekitar 4 Tahun perjalanan.

Jika di lanjutkan lagi, maka kita akan bertemu dengan bintang Cyrius, yang berjarak sekitar 10 tahun perjalanan cahaya. Dengan kecepatan cahaya saja, kita membutuhkan waktu 10 tahun untuk sampai ke bintang Cyirius itu. Hal ini, jika di lanjutkan lagi, maka kita akan bertemu dengan berbagai bintang gemintang. ada yang berjarak 100 tahun perjalanan cahaya. Ada yang membutuhkan 1000 tahun perjalanan cahaya, dst.

Gerombolan bintang yang melingkupi kita ini di sebut dengan Galaksi Bima Sakti atau Milky way. Galaksi bima sakti ini memiliki 200 Milyar matahari. Salah satunya adalah Matahari kita yang di keliling oleh 8 planet, termasuk bumi. Harus juga kita ketahui, berapa diameter Galaksi Bima sakti ini, yaitu 100 Ribu perjalanan cahaya. Artinya apa, jika kita menyebrangi Galaksi Bima sakti dari titik kanan ke titik kiri, membutuhkan 100 Ribu tahun perjalanan cahaya.

Jika pun kita berhasil keluar dari Galaksi bima sakti. Kita akan bertemu lagi dengan Galaksi lain, yaitu Galaksi Andromeda. Menurut, catatan Astronomi (Kosmologi), Jarak Galaksi Andromeda dari Bumi, sekitar 2,5 Juta Tahun perjalanan Cahaya dan Kita harus tahu juga bahwa jagat raya ini, bukan hanya berisi 2 Galaksi itu. Tetapi, ada milyaran Galaksi, yang setiap galaksi tersebut berisi sekitar 100 - 200 milyar matahari. Dimana matahari itu menjadi pusat dari Perputaran tata surya.

Ternyata Milyaran Galaksi, kerap bergerombol dan membentuk Super kluster  dan sampai saat ini batas dari Jagat raya ini belum di ketahui terdapat dimana. Tetapi, jika kita mengukur jaraknya, di balik Galaksi Andromeda yang jutaan perjalanan cahaya, ada lagi Galaksi yang membutuhkan 1 Milyar tahun cahaya. Di baliknya lagi, ada yang berjarak 2, 3, 5, 10 Milyar Tahun Cahaya. Bahkan Sains Modern menemukan Galaksi yang paling Kuno adalah 12 Milyar Tahun perjalanan cahaya. 

Artinya, meskipun kita menggunakan pesawat berkecepatan Cahaya untuk mencapai Galaksi yang paling kuno tersebut. Sunguh, sangat mustahil kita menempuhnya.

Pertanyannya adalah apakah benar Rosulullah SAW melakukan perjalanan Mi'raj melintasi Jagat Raya, yang disebut sebagai "Tsama addunniya" . Sekalipun Rosulullah di ubah badanya menjadi badan cahaya, maka beliau akan membutuhkan waktu bermilyar-milyar tahun untuk menembus langit dunia. Padahal, Di dalam Al-Qur'an kita mendapati gambaran, perjalanan Isro dan Mi'raj Rosulullah SAW hanya sebahagian Malam?.

Allahu akbar..!

Di titik itulah, saya ingin menyatakan bahwa perjalanan Rosulullah itu agaknya mustahil jika melintasi angkasa luar atau Jagat raya. Karena waktu beliau tidak akan mencukupi hal itu. 

***

--KEMARIN HARI INI, ADA BERSAMAAN--

Dalam kesempatan kali ini, saya hendak menguraikkan kepada kita, tentang luasnya jagat raya ini. Saking besarnya jagat raya ini, Jika di bandingkan dengan Manusia. Sungguh tidak ada apa-apanya manusia. Bahkan untuk sekedar menyebut manusia sebagai debu pun tidak pantas.

Jika kita membandingkan Eksistensi Manusia dan Eksistensi bumi saja. Maka, betapa kecilnya manusia ini. Tinggi rata-rata manusia, sekitar 1,5 sampai 2 meter, sedangkan diameter atau Garis tengah Bumi, sekitar 12 Ribu Km atau 12 Juta Meter. Padahal, jika kita bandingkan dengan ruangan yang kita gunakan. Maka bumi ini sudah di tempati oleh 7,5 Milyar Manusia saja, masih longgar. Artinya apa, manusia itu ibarat debuhnya Bumi. 

Lebih jauh lagi, jika kita membandingkan, bahwa Bumi hanyalah bahagian dari tata surya, dimana matahari menjadi pusatnya dan di kelilingi oleh 8 Planet. Jika di ukur Diameternya Tata surya kita ini, sekitar 15 Triliyun Km.

Maka dari itu, kita bisa membandingkan, betapa kecilnya manusia, yang hanya 2 meter di dalam tata surya. Sementara Tata Surya adalah bahagian dari Gerombolan bintang, yang disebut Galaksi. Dimana Galaksi yang kita tempati, bernama Galaksi bima sakti (Milky Way)  yang isinya di perkirakan sekitar 12 Milyar Matahari, sebagaimana yang saya sampaikkan di bahagian sebelumnya bahwa diameter Galaksi Bima sakti adalah 100 ribu tahun cahaya atau setara dengan 100 Ribu di kalikan 10 ribu Triliyun sama dengan 1 juta Km. Maka, bayangkan betapa kecilnya Manusia, didalam Galaksi Bima Sakti.

Sementara Galaksi bima sakti ini bukanlah benda terbesar di jagat Raya. Sebab, di sebelah Galaksi Bima Sakti, ada Galaksi Andromeda, ada Mezeur 21 dan ada berbagai Macam Galaksi di sekitar kita. Galaksi andromeda saja, jaraknya 2,5 Juta Tahun Cahaya, setara dengan 2,5 juta di kalikan 10 Triliyun Km sama dengan 25 Juta Triliyun Km. Artinya, semakin kita merasakan bahwa betapa kecilnya eksistensi manusia di dalam alam semesta ini, ketika di bandingkan dengan Jagat raya.

Padahal, Astronomi menemukan, bahwa Galaksi-Galaksi itu bergerombol-gerombol lagi untuk membentuk Super Cluster. Hal ini jika di teruskan. Maka, kita akan menemukan jagat Raya yang batasnya belum bisa di temukan Manusia. Dimana penglihatan manusia atau jarak yang bisa diamati oleh manusia, bisa memperkirakan luasnya jagat raya = 1 Triliyun Triliyun Km kurang lebih setara dengan 95 Milyar Tahun Cahaya.

Artinya, jika kita memiliki kecepatan cahaya untuk melintasi jagat Raya dari Ujung kanan ke kiri, membutuhkan waktu 95 Milyar tahun Cahaya. Hal itu pun, masih sebatas Ruangan yang bisa di amati oleh manusia.

Di titik itulah saya hendak menyampaikkan bahwa manusia itu adalah Mahluk yang sangat, sangat, sangat kecil di jagat raya ini. Manusia adalah debunya Bumi. Bumi adalah debunya Tata Surya. Tata surya bagaikan debu di dalam galaksi bima sakti. Karena Bima sakti kita imi, isinya Ratusan Milyar Matahari dan tata surya yang mengisi didalamnya. Sedangkan Bima Sakti adalah Debunya Super Kluster. Karena, Super Kluster isinya adalah ratusan Galaksi dan ternyata Super Kluster adalah debunya Jagat Raya langit pertama.

Sementara Al Qur'an menjelaskan bahwa langit jagat raya ini, bukan saja "Tsama addunniya" (langit yang pertama), melainkan ada tujuh langit dan kita harus tahu bahwa Langit pertama ini, hanyalah debu di dalam langit yang kedua. Langit kedua adalah debunya langit ketiga. Langit ketiga adalah debunya langit keempat. Langit keempat adalah debynya langit kelima. Langit kelima adalah debuny langit keenam dan langit keenam adalah debu dari langit ketujuh.

Seluruh langit dan debu-debu itu adalah debu di hadapan Dzat Allah SWT. Allahu Akbar..!

Ihwal itulah, mengapa Al -Qur'an ratusan kali menginformasikan Tentang Langit dan jagat raya. Sedangkan kita di perintahkan untuk mengamati Jagat raya itu, " afala yan dhuruna ilal ibli kaifa kholiquts wa ilas sama'i kaifa rufi hat (apa mereka itu tidak menyaksikan, tidak mebgamati, tidak mengobservasi. Bagaimana langit itu sedang di tinggikan oleh Allah)".

Manusia tidak ada apa-apanya di jagat raya ini, apalagi jika di bandingkan dengan langit-langit lainnya. Lalu, kita berani untuk sombong dan Pongah di hadapan Allah, yang Laitsa ka Mistlihi Tsai'un.

Di dalam ilmu Kosmologi atau Astronomi, dikenal dimensi ruang dan waktu. Bahwa ruang jagat raya ini, tidak bisa dipisahkan dengan waktu. Diatas saya sampaikkan, bahwa Jagat Raya (langit) ini oleh Allah sedang di tinggikan. Bagi kita indonesia, terma langit di tinggikan. Maka langit itu diatas kita. Tetapi, karena bentuk bumi itu bulat, maka di balik Bumi indonesia ada Amerika dan diatas Amerika adalah Indonesia. Jika kita ke sebelah barat, timur tengah maka langitnya adalah samping kita. Begitupun dengan arah timur. Artinya, Al Qur'an memberikan informasi  kepada kita, bahwa Jagat Raya sedang meninggi ke segala arah alias sedang mengembang ke segala penjuru jagat semesta. Ihwal itu di sebut dalam Ilmu Kosmologi sebagai Expanding Universe. Jadi, jika di amati dengan teleskop ke atas, maka benda-benda langit semakin menjauh. Semakin menjauh jaraknya dari kita, kecepatan menjauh semakin tinggi. Hal itu merupakan fakta yang telah di amati oleh Ilmu Astronomi.

Jika jagat raya ini seperti balon udara yang sedang di tiup mengembang dan ternyata usia jagat raya yang sedang mengembang, sudah mencapai angka 13,8 Milyar Tahun. Artinya dulu jagat raya itu Lebih kecil dan sangat kecil, yang berpusat di alam semesta. 

Jika hal ini, kita kaitkan dengan Waktu. maka, kita akan mendapatkan korelasi yang menarik. Jagat raya ini semakin mengembang dan besar. Sedangkan waktunya semakin tua dan membesar. Sebab, waktu bertambah seiring dengan mengembangnya jagat raya. Nah, jika kita tarik kebelakang ; semakin kecil sampai Nol. Ternyata ruang jagat raya bergerak seiring dengan waktu jagat raya. Ketika ruangan jagat raya Nol, maka waktu pun menjadi Nol. Artinya, Sebelum waktu menjadi Nol, tentu waktu itu tidak adq, begitupun dengan sebelum ruang menjadi Nol, maka tidak ada ruang. Jadi, ada sebuah fase dimana jagat raya ini pernah tidak memiliki ruang dan waktu.  (Lain waktu kita bahas).

Saya akan mengkorelasikan waktu dan ruangan tersebut. Sebab, hal ini sangat menarik dan punya kesan yang sangat mendalam ketika saya mulai menyadarinya.

Coba kita bayangkan, benda-benda langit. Katakanlah benda Bulan, yang paling dekat dengan bumi, hanya berjarak 384 Ribu Km. Maka, cahaya yang bergerak dari bulan ke bumi, sehingga kita bisa melihat bulan tersebut, membutuhkan Waktu untuk bergerak. Sebagaimana kita ketahui, bahwa kecepatan cahaya adalah 1 detik, setara dengan 300 ribu km. Sehingga ketika kita melihat bulan, sesungguhnya cahaya yang sampai ke mata kita membutuhkan waktu berjalan untuk menempuh jarak 384 Km. Maka, Cahaya hanya butuh 1 detik lebih sedikit untuk menempuh jarak 384 Km.

Lebih menarik lagi, ketika kita melihat matahari terbit. Matahari itu berjarak 150 juta Km. Maka, ketika kita melihat matahari terbit, sesungguhnya kita sedang melihat matahari, yang cahayanya berjalan satu detik, dua detik, tiga detik sampai di mata kita, membutuhkan waktu 8 menit perjalanan cahaya. Artinya, ketika kita melihat Matahari terbit, sejatinya kita melihat matahari yang terbit saat itu. Mengapa?, karena cahaya matahari itu 1 detik, cuman menempuh 300 Ribu Km, 2 detik 600 Ribu Km, 3 detik 900 Ribu Km, dst . Barulah 8 menit kemudian, cahaya matahari itu terlihat oleh mata kita, setelah menempuh jarak 150 Juta Km.

Dengan kata lain, matahari yang kita lihat terbit di pagi hati itu sesungguhnya bukanlah matahari saat itu, melainkan matahari 8 menit yang lalu. Maksudnya, mataharinya sebenarnya sudah tidak ada titik semula, sebab dalam menit itu, ia sudah bergerak jauh.

Hal ini akan semakin menarik, jika kita melihat benda-benada langit yang lebih jauh dari kita. Misalnya, planet neptunus yang berjarak sekitar 4 jam perjalanan Cahaya dari bumi. Maka, ketika kita melihat ke langit dengan menggunakan Telekskop dan kita bisa melihat planet neptunus. Maka, planet neptunus yang berjarak 4 jam cahaya dari Bumi. Sesungguhnya bukanlah planet neptunus saat itu. Sebab, Cahaya Neptunus berjalan selama 4 jam untuk sampai di mata kita.

Mulai membingungkan, karena benda-benda yang kita lihat hari ini, bukanlah benda-benda yang ada sekarang. Melainkan benda di masa lalu dan semakin jauh dari Bumi kita semakin aneh. Di belakang neptunus, ada bintang lain yang bernama proxyma sentauri , yang berjarak sekitar 4 tahun perjalanan cahaya. Sehingga ketika kita melihat Proxyma Sentauri atau Alafa Sentauri, sesungguhnya bintang alfa sentauri tersebut, bukanlah bintang saat itu. Melainkan bintang 4 tahun yang lalu. Bintangnya sendiri sudah tidak ada disitu, sebab sudah melakukan perjalanan.

Di belakang Bintang Alfa senfauri itu ada bintang Cyirius yang berjarak 10 tahun cahaya. Ketika kita melihat bintang tersebut, sesungguhnya bukanlah bintang yang saat itu. Melainkan bintang yang 10 tahun lalu. Sedangkan bintang Cyiriusnya sudah tidak ada disitu, barangkali telah melakukan perjalanan ke arah yang lain.

Jika kita teruskan entitas di belakang bintang Cyirius tersebut. Sebagaimana kita ketahui, ternyata kita akan melihat berbagai bintang dan galaksi-galaksi lainnya, diantaranya Galaksi Andromeda (Di luar Galaksi Bima Sakti), jarak Galaksi andromeda dari bumi sekitar 2,5 Juta Tahun perjalanan Cahaya. Yang ketika kita melihat bintang tersebut, sesungguhnya galaksi andromeda yang kita lihat itu bukanlah galaksi andromeda sekarang. Melainkan galaksi andromeda 2,5 juta tahun yang lalu. Tetapi, karena cahaya andromeda berjalan menembus jarak sampai 2,5 juta tahun, hingga kita bisa melihatnya. Artinya, bintang atau Galaksi tersebut adalah Galaksi Kuno, hanya saja baru saja sampai di mata kita.

Begitu kita teruskan, maka kita akan menemukan benda-benda langit yang berjarak 1 milyar tahun yang lalu. Berarti benda-benda tersebut bukanlah benda-benda sekarang. Melainkan benda-benda yang 1 milyar tahun lalu. Di belakangnya lagi, ada benda yang berjarak 5, 10 sampai 12 Milyar tahun perjalanan cahaya.

Di titik itulah kita mulai kebingungan melihat Jagat raya ini. Sebab, jagat Raya ini. Ternyata jagat raya yang kita lihat sebagai fakta dan realitas, bukanlah alam sekarang. Melainkan alam yang satu jam lalu, alam yang 1 tahun lalu, alam yang 1 juta tahun lalu, 1 milyar tahun yang lalu, bahkan belasan milyar tahun yang lalu xan hal itu Di hamparkan oleh Allah, serentak di hadapan kita.

Ternyata kemarin dan hari ini, terlihat realitasnya di hadapan kita bersamaan di jagat raya semesta.

Maka, ketika kita membicarakan perjalanan Mi'raj Nabi. Kita akan mendapatkan peristiwa dan fenomena yang unik dan aneh-aneh seperti itu. Karena, perjalanan Nabi bukan hanya mengarungi jagat raya pertama. Tetapi, mengarungi dan melintasi jagat raya yang berdimensi lebih tinggi, sampai menembus langit ke tujuh. Maka, sesungguhnya perjalanan yang terjadi pada Rosulullah, merupakan perjalanan yang sangat Luar biasa dahsyatnya dan sangat mempesona.

Kalau kita pernah membaca ilmu Kosmologi, astronomi atau astrofisika. Maka kita akan mendapatkan banyak sekali fenomena, yang bagi sebahagian kita sangat aneh. Apalagi, ketika kita bercerita tentang perjalanan lintas dimensi dari langit pertama sampai langit ketujuh, sebagaimana yang di lakukan oleh Rosulullah SAW. Karena dalam Ilmu AstroFisika, dengan Teori Mutakhir, yang di sebut "Membran Teori" ; Cahaya itu tidak bisa lepas dari langit yang pertama. dengan kata lain, Saking Jauhnya Jagat raya (langit pertama) ini, sehingga Cahaya jika lepas, maka tidak akan kembali lagi atau jika Cahaya menemui batas langit pertama menuju langit kedua, maka dia akan kembali lagi (Pantul).

Gelombang elektromagnetik dan Material, hanya berputar-putar di langit pertama. Sebab, ada 4 gaya yang bekerja membentuk Jagat Raya ini. Pertama Gaya Gravitasi. Kedua, gaya Elektromagnetik. Ketiga, gaya Nuklir kuat dan ke empat Gaya nuklir lemah.

Gaya Nuklir lemah adalah Gaya yang mengikat partikel-partikel yang sangat kecil, seperti protom dan Neutron. Lalu, terbentuklah Inti atom oleh Gaya Nuklir kuat. Setelah itu terbentuklah atom dan molekul dalam skala Gaya Elektromagnetik dan dalam skala yang lebih besar, di sebut dengan gaya Gravitasi.

Nah, dari empat gaya ini. Ternyata yang bisa menembus ke Jagat raya selanjutnya, hanyalah gaya gravitasi. Sedangkan Gelombang Elektromagnetik (cahaya), misalnya hanya akan terpantul-pantul kembali lagi ke jagat raya yang pertama. Demikian juga gaya nuklir kuat dan lemah, tidak bisa melintasi dimensi yang tinggi. Oleh karena itu, sangat tidak mudah menjelaskan, bagaimana Rosulullah dalam perjalanan Mi'rajnya bisa menembus dimensi-dimensi langit.

***

MENEMBUS TUJUH LANGIT

Sampailah kita di bahagian yang paling sulit untuk Di uraikkan, yaitu perjalanan Mi'raj Nabi Muhammad SAW, saat melintas dimensi-dimensi langit. Sebab, hal ini penjelasannya sangat abstrak. Tentu membutuhkan, Teori-teori Ilmu pengetahuan Kosmologi, Astrofisika paling Mutakhir.

Para Ilmuan pun sedang melakukan diskusi yang sangat sengit dan belum menemukan titik temu. Tetapi, arah dari perkembangan sains tersebut, mengarah pada apa yang di Informasikan oleh Al-Qur'an. Bahwa sesungguhnya langit itu bukan cuman satu (Universe). tetapi, langit yang berlapis-lapis (Multiverse). Sebagaimana Apa yang di Firmankan Allah Dalam Q.S. At-Thalaq : 12, yang menceritakan langit yang Tujuh.

Di ayat ini sangat jelas, bahwa langit di ciptakan berlapi-lapis. Selain itu ayat ini sangat menarik dan sekaligus agak membingungkan, bagi sebahagian kita yang tidak memahami Teori dimensi. Menapa?. karena, ada semacam kontradiksi di dalam Ayat ini, pertama "Allah mengatakan, Menciptakan tujuh lapis langit dan kedua dari Bumi demikian pula adanya. Kalimat yang kedua ini, sesungguhnya memberikan Klu kepada kita bahwa Bumi itu juga 7 lapis, seperti Langit. Tetapi, anehnya kata Bumi (Al ardhi) tidak di gunakan dalam bentuk jamak. Melainkan dalam bentuk tunggal.

Hal ini menimbulkan Kerancuan dalam berpikir. Sebenarnya buminya ini juga Tujuh lapis atau satu saja. Sebagaiman Qur'an menginformasikna di banyak ayat tentang Bumi (Al-Ardhi), Allah tidak pernah menggunakan kata Jama' untuk menunjukkan pada bumi.

Lantas bagaimana kita bisa memahami, " Wa minal ardhi Mitsalahun (dan dari bumi pula, demikian adanya)"?.

Nah, hal ini hanya bisa di pecahkan dengan Teori dimensi. Bahwa sesungguhnya Jagat raya ini hanya memiliki satu bumi saja. Tetapi, bumi itu akan terlihat berbeda, ketika terlihat dari langit pertama, kedua, ketiga, keempat kelima, keenam dan ketujuh. Makanya yang di gambarkan di awal adalah "Tsaba a tsamawat (Tujuh tingkat langit) dan bumi hanya satu. Tetapi, bumi yang satu akan terlihat berbeda-beda, ketika di lihat dari langit yang berbeda.

Hal ini memiliki kaitan dengan Mi'raj Nabi, ketika beliau terpesona dalam perjalanan melihat langit pertama, dari langit kedua. Melihat langit kedua dan pertama dari langit ketiga sampai Melihat seluruh langit dari Langit ketujuh.

Secara sederhana bisa gambarkan seperti ini, jika kita melihat permukaan bumi dari permukaan bumi, tentu akan berbeda dengan melihat permukaan bumi dari sebuah menara. Sebab, Permukaam bumi yang di lihat dari permukaan bumi, maka yang kelihatan adalah bumi yang mendatar atau sedikit punya lekuk-lekuk dan tentu dengan jarak pandang yang tidak terlalu jauh. Tetapi, kalau kita naik tegak lurus dari permukaan bumi, ke arah atas. Maka, kita akan mendapatkan pemandangan yang berbeda, bahkan jarak pandangan kita pun berbeda dan bentuk permukaan bumi pun akan terlihat berbeda.

Kurang lebih demikianlah perjalanan Rosulullah SAW, saat melakukan Mi'raj. Perjalanannya adalah perjalanan Naik tegak lurus terhadap dunia (langit pertama) menuju langit kedua. Hal ini yang akan saya uraikkan dalam bentuk analogi atau mengabstraksikannya di bawah. Memang agak sulit, apalagi Yang hendak di transformasikan adalah pemahaman saya terhadap pembaca yang budiman.

Apakah yang di maksud dengan dimensi?.

Mari kita membayangkan sebuah titik diatas kertas. Jika titik tersebut, saya gambar Dalam jumlah yang banyak, hingga bersambung. Maka titik-titik yang bersambung dalam jumlah yang tidak terhingga tersebut akan membentuk sebuah garis, yang memanjang. Lalu, garis tersebut di gambar lagi berjejeran dalam jumlah yang tidak terhingga. Maka, dia akan membentuk sebuah luas.

Nah, Jika sebuah Luas, yang tidak memiliki ketebalan, di letakkan di lantai. Kemudian di tumpuk dengan lembaran sebuah luas lainnya dalam jumlah yang tidak terhingga. Maka, dia akan membentuk sebuah Volume.

Artinya, garis adalah kumpulan dari titik-titik yang tidak terhingga. Sedangkan, Luas adalah kumpulan tidak terhingga dari garis-garis yang bersambung menyambung dalam jumlah yang tidak terhingga. Sementara Volume adalah kumpulan luas yang tidak terhingga dari luas. 

Dimensi pertama adalah garis. Misalnya, garis itu 1 meter. Tetapi, jika garis yang 1 meter di tambahkan dengan lebar, satu 1 meter, misalnya. Maka akan menjadi panjang Kali Lebar. Panjang Kali Lebar sama dengan Luas. Ukurannya ; Panjang ( Meter pangkat 1), sedangkan Luas (meter pangkat 2 atau Meter Persegi). Dari analogi tersebut, menunjukkan bahwa luas adalah ruang berdimensi dua. Jika dari sebuah luas itu, kita tambahkan tebal atau Tinggi. Maka akan membentuk sebuah Volume (Panjang kali lebar kali tinggi), atau ukurannya adalah Meter Kubik (Meter pangkat 3).

Meter pangkat satu, mewakili panjang. Meter pangkat dua, mewakili luas dan meter pangkat tiga, mewakili Volume. Hal itulah yang menunjukkan dimensi ruang. 

Mahkluk yang hidup di ruang berdimensi satu, dua, tiga adalah mahkluk yang berbeda-beda. Mahluk Di alam yang berdimensi satu adalah Mahkluk yang hanya berupa Titik (panjang Kali Lebar). Sedangkan, Mahkluk hidup di dimensi dua (Luas). Kita sederhakan lagi Maksud sebuah luas itu Misalnya, permukaan dinding (layar). mahkluk yang bisa hidup adalah Mahkluk yang berupa Bayangan. 

Badan kita ini, jika di sorot dengan lampu. Maka, dinding yang ada Di belakang kita memunculkan sebuah bayangan. Bayangan itulah yang di maksud dengan mahkluk yang hidup di alam dua dimensi. Sedangkan badan kita adalah mahluk yang hidup di tiga dimensi (punya panjang, punya lebar dan punya tebal = Bervolume).

Perbandingan antara langit pertama, langit kedua dan langit ketiga, seumpama garis yang di bandingkan dengan luas dan di bandingkan lagi dengan Volume, Atau berbeda dimensi satu, dua dan tiga. Hanya saja dalam kenyataannya, langit pertama bukan berdimensi satu, melainkan berdimensi tiga. Sedangkan langit kedua, berdimensi empat, langit yang ke tiga berdimensi lima, langit keempat berdimensi enam, langit kelima berdimensi tujuh. Langit keenam berdimensi delapam. Langit, ketujuh berdimensi sembilan.

Tentu pertanyaanya adalah bagaimana caranya terjadi perjalanan lintas dimensi tersebut?. Sebab, jika seseorang melakukan perjalanan di dimensi yang sama. maka, dia sesungguhnya masih berada di langit yang sama. Seperti perjalanan kita ke Mars, Venus, Jupiter atau ke Bintang-Bintang yang lainnya. Hal itu sesungguhnya bukan perjalanan dimensi. Tetapi, perjalanan di ruangan yang sama atau perjalanan di langit yang pertama, yang oleh Al Qur'an disebut sebagai "Tsama add duniya" (langit Dunia).

Perjalanan lintas dimensi, tidaklah mengarungi benda langit ke benda langit atau bintang ke bintang lainnya. Melainkan, bergerak tegak lurus secara dimensional. Seperti sebuah luasan, tegak lurus kearah atas atau membentuk ketinggian. Maka, kita menuju ke ruangan yang di sebut sebuah volume.

Secara sederhana begini, jika badan saya di sorot oleh lampu. Lalu, dinding di belakang saya menghasilkan bayangan. Bayangan saya adalah mahluk yang hidup di permukaan tembok, bayangan tersebut tidak bisa lepas dari permukaan tembok atau layar. Dia hanya bisa bergerak ke arah kiri, kanan, atas dan bawah. Tetapi, tidak ada ceritanya bayangan bisa melepaskan diri dari permukaan tembok dan masuk ke sebuah ruangan. Jika pun ada bayangan yang melepaskan diri dari permukaan Tembok, pasti kita akan lari. Mengapa?. Karena permukaan tembok itu adalah alam berdimensi dua. Sedangkan kita adalah mahluk berdimensi tiga, yang hidup di sebuah ruangan. Maka, kita bisa menyaksikan ada dua alam ; alam yang pertama adalah permukaan tembok, dengan mahkluk bayangan dan alam yang kedua adalah sebagai Ruangan, dengan kita sebagai mahluknya.

Kita Sederhanakan lagi analoginya, bahwa Bayangan yang ada di permukaan tembok adalah Kita (manusia). Maka, ruangan yang tadinya berisi Mahkluk bernama manusia, berisi dengan Jin. Ruangan yang tiga dimensi dan ruangan yang dua dimensi adalah ruangan yang berbeda. Nah, Manusia hidup di ruangan tiga dimensi, jin dan setan hidup di ruangan empat dimensi, satu dimensi lebih tinggi dari dimensi manusia. Jin bisa melihat bayangan (manusia) yang ada di ruangan tiga dimensi. Tetapi bayangan (manusia) tidak bisa melihat jin dan setan, yang berada di ruangan empat dimensi.

Jika kita andaikkan permuakaan tembok adalah langit pertama, maka ruangan adalah langit kedua. Dimana batas langit pertama?. Batasnya, ada di permukaan tembok itu sendiri (di langit Pertama itu sendiri). Karena, ruangan ini berdimensi 3, sedangkan permukaan tembok berdimensi dua. Dua dimensinya itu over lap. Artinya ruangan yang tiga dimensi, sesungguhnya dua dimensi dalam bentuk permukaan tembok.

Nah, jika kita hendak melakukan perjalanan, dari permukaan tembok menuju sebuah Ruangan. Maka, bayangan tersebut tidak bisa melakukannya sendiri. Diatas saya sampaikkan bahwa Bayangan tidak bisa melepaskan diri dari permukaan tembok dengan sendirinya. Sebab, bayangan jika hendak berjalan ke kiri, ke kanan, ke atas atau ke bawah. Selama dia masih berada di permukaan tembok, maka dia masih berada di keberadaan awalnya (Langit pertama).

Jika bayangan (langit pertama), mau berjalan ke langit kedua (ruangan), maka dia harus lepas dari permukaan tembok. Tetapi, bayangan tidak bisa melakukannya sendiri. Bayangan hanya bisa melepaskan diri dari keberadaan awalnya, jika Mahkluk yang berada di ruangan yang berdimensi lebih tinggi membantunya.

Bagaimana cara membantu, agar bayangan bisa melepaskan diri dari permukaan tembok?. Maka, saya yang berada di ruangan menempelkan badan ke permukaan tembok. Sehingga, yang terjadi adalah badan saya menempel ke dunianya bayangan (over lap). Lalu, saya mengatakan kepada mahkluk bayangan ; bayangan engkau menempel ke badan saya. Karena over lap, maka bayangan itu bisa berpindah ke badan saya. Barulah saya berjalan meninggalkan permukaan Tembok untuk berjalan ke ruangan berdimensi selanjutnya. Maka, Bayangan tersebut berada di badan saya, sehingga Hilanglah bayangan dari langit pertama atau ruangan bayangan Sebelumnya.

Menariknya adalah bayangan yang menempel di badan saya, ketika melihat kembali ke tembok atau alam sebelumnya,  dia akan melihat, bahwa Alam sebelumnya atau alam yang biasanya dia hidup bentuknya tidak seperti yang dia lihat ketika dia berada disitu.

Kita bayangkan, jika sebuah bayangan dengan bayangan lainnya berjejer (bayangan A dan Bayangan B berjejer). Maka, bayangan A melihat bayangan B, dengan melihat ke samping. Bentuk bayangan bagi sebuah bayangan lainnya adalah sebuah garis dan ketika dia menoleh ke kiri, bayangan di sampingnya akan kelihatan tipis (seperti garis). Tetapi, ketika bayangan yang di tengah ini lepas masuk ke sebuah ruangan. lalu, dia melihat bayangan ini dari dimensi yang lebih tinggi. Maka, bayangan yang sebelumnya hanya berbentuk garis menjadi, terlihat menjadi sebuah luasan.

Artinya, ketika seseorang melepaskan diri dari dimensi yang lebih rendah, menuju ke dimensi yang lebih tinggi. Maka, dia akan melihat dunia sebelumnya itu sangat berbeda, dengan apa yang di lihat selama dia berada di dimensi sebelumnya dan yang lebih dahsyatnya lagi. jika dia berjalan tegak lurus. maka, dia akan bisa melihat dalam jarak yang jauh, dari ujung tembok ke ujung tembok lainnya.

Maksudnya, tanpa harus melakukan perjalanan ke seluruh jagat raya, dari bintang terdekat sampai bintang terjauh, yang membutuhkan waktu ratusan milyaran tahun perjalanan cahaya. Padahal, Dengan kita berjalan hanya ke dimensi yang lebih tinggi, maka kita sudah bisa melihat seluruh jagat raya dan pemandangan yang kita akan jauh berbeda dengan pemandangan yang kita lihat sebelumnya.

Uraian ini memang sangat abstrak, saya pun sampai bingung, bagaimana menyederhakannya. Tetapi, saya hendak menyimpulkan bahwa langit yang kedua dan langit yang pertama, sesungguhnya tidak jauh. Batasannya hanya berada di permukaan tembok saja. Sehingga tidak perlu melakukan perjalanan Ke luar angkasa, cukup melepaskan diri tegak lurus terhadap dunianya. Maka dia akan masuk ke dalam dimensi yang lebih tinggi, yaitu langit yang kedua. Begitu pun dengan langit ketiga, keempat, kelima, keenam dan ketujuh. 

Artinya, kita hanya bergerak lurus keatas, seperti sebuah kertas yang kita ambil tegak lurusnya, masuk ke sebuah ruangan.

Bagaimana Nabi Muhammad SAW bisa melakukan perjalanan menembus dimensi yang lebih tinggi?. karena Nabi Muhammad SAW di temani oleh Mahluk yang berdimensi lebih tinggi, yaitu malaikat Jibril. Nabi Muhammad SAW tidak bisa melakukannya sendiri. karena, Nabi Muhammad SAW Tidak akan mungkin bisa melapaskan keberadaannya dengan langit pertama, terkecuali jika ada mahluk yang berdimensi lebih tinggi membersamaiannya. Sebagaimana kita ketahui bahwa malaikat jibril adalah mahluk yang berdimensi sembilan (9) atau mahluk dengan dimensi paling tinggi (Langit ketujuh).

Di sampaikkan, malaikat Jibril bisa turun ke langit paling bawahnya dalam Q.S. Najm, ketika Nabi Muhammad SAW Melihat wajah Aslinya. Dia turun dari ufuk, Horisan yang sangat tinggi, sampai dekat dengan Nabi Muhammad SAW, sejarak 2 busur anak panah. Jadi, mahkluk yang berdimensi lebih rendah menempel kepada mahluk yang berdimensi lebih tinggi, bergerak tegak lurus dari langit pertama sampai langit ketujuh. Sehingga, Nabi Muhammad SAW bisa masuk ke dimensi yang lebih tinggi.

Langit pertama sampai langit ketujuh, tidak jauh. Hanya berada di situjuga. Hanya saja tegak lurus terhadap dimensi yang kita tempati ini. Begitupun alam akhirat, Sidhratul Muntaha, lauhful mahfuz dan Allah juga berada di situ juga, tentu dengan dimensi yang berbeda, sebagai Hadist Nabi yang berbunyi " wa Nahnu Akrobu ilaiihi min hablil warid (aku Lebih dekat dari urat lehermu)".

Saat Rosulullah SAW berada di Dimensi Sidharatul Muntaha, ia menyaksikan Surga. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهٰى

"(yaitu) di Sidratilmuntaha". (14).

عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوٰى 

"Di dekatnya ada surga tempat tinggal". (15).

Di dalam rentetan ayat tersebut, tidak di jelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan Mi'raj itu bertemu Allah. Sebab, Allah adalah Tuhan yang meliputi segala sesuatu. 

Ihwal itulah, sehingga saya berkesimoulan bahwa tujuan Allah memperjalankam Nabi Muhammad SAW, bukan Untuk apa-apa. Selain memperlihatkan sebahagian tanda-tanda Ciptan Allah yang sangat luar biasa. Sebagaimana Maksud Ayat ; Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

لَقَدْ رَاٰ ى مِنْ اٰيٰتِ رَبِّهِ الْكُبْرٰى

"Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar". (QS. An-Najm 53:18).


***

Di Uraian selanjutnya, saya akan menguraikkan bahwa Perjalanan Mi'raj  bukanlah perjalanan menerima Sholat?. 

--BERSAMBUNG--


*RST
*PEJALAN SUNYI
*SAMAR CAKRAWALA
*NALAR PINGGIRAN 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar