Mengenai Saya

Selasa, 11 Juli 2023

SINTESA - KESADARAN UMMAT ISLAM SEBAGAI MASA DEPAN INDONESIA


Bismillahirrohmanirohim...

Alhamdulillahil ladzi faradhol jihadal alal muslimin wa ja'alahu mana taizzhim wa rif'ihim, Asyahadu allah ilaha ilallahu wahdahula syarikalahu syahadatan wa shidiqqin wa haq wa asyahadu anna muhammadan abduhu wa rosululuhu mab utzuu rahmatalil alamin

Wa hayyikum ma'stirol ikhwani wa khawati jami'an bi tahyitai islam Salam, 

Assalamu alaikum Warohmatullahi wabarokatuh..

Dalam beberapa tahun terakhir ini kita menyaksikan satu ledakan besar Ummat islam yang selalu saya sebut sebagai ledakan islam politik, Untuk pertama kalinya dalam sejarah Rebuplik ini, ada gelombang ummat yang berkumpul di suatu tempat  dengan satu tema.

Sebenarnya yang kita saksikan bukanlah sebuah demonstrasi dalam suatu peristiwa politik - Pilpres atau Pilkada. Justru, yang kita saksikan adalah kebangkitan politik atau kesadaran Politik ummat islam, yang tidak pernah terjadi dalam skala sebesar itu, sepanjang sejarah indonesia. Bahkan kalau kita melihat peristiwa 411 dan 212, di seluruh dunia islam sekalipun tidak pernah tejadi peristiwa sebesar itu.

Artinya kita memulai satu gelombang baru atau kebangkitan ummat islam dalam kesadaran politik, yang bukan hanya berskala indonesia. Tetapi juga berskala di dunia Islam.

Saya pikir kebangkitan dan kesadaran Ummat Islam, jauh lebih besar dan penting dari sekedar peristiwa politik DKI di tahun 2017 dan pilpres yang telah berlalu. Kebangkitan inilah yang ingin kita rawat, ingin kita pupuk. Kebangkitan ini juga harus kita pelihara, bukan hanya karena kita akan menghadapi Pilpres. Tetapi, yang lebih penting, karena kita akan mendiami republik ini sekarang dan seterusnya. Makanya, apapun yang terjadi dengan republik ini, hal itu menyangkut hidup kita, bukan hidup orang lain.

Presiden yang  akan datang, memimpin 5 tahun  mungkin dia terpilih lagi kalau dia akan mencalonkan lagi di periode kedua. Maksimal hanya 10 tahun. Tetapi, umur ummat ini jauh lebih panjang dari umur presidennya. Oleh sebab itulah, kesadaran kita ummat ini jauh lebih penting untuk di pelihara, ketimbang seluruh peristiwa-peristiwa politik yang pernah terjadi. 

Dalam kaitannya dengan kesadaran kita sebagai ummat, Al Qur'an mengajarkan kita, 3 bentuk kesadaran yang berhubungan dengan waktu. Pertama, kesadaran sejarah. Kedua, kesadaran realitas hari ini. Ketiga, kesadaran tentang proyeksi masa depan.

Pertama, Sebahagian besar Isi Al Qur'an berisi tentang cerita sejarah. Karena salah satu sifat dari sejarah, sekalipun hidup manusia terus berkembang. Tetapi, peristiwa-peristiwa yang mereka alami akan mengalami siklus atau sejarah akan mengulangi dirinya sendiri. Misalnya, ketika Rosulullah mengatakan, "Al Khilafatu fi ummati tsalatsuna aman - khilafah dalam tubuh ummatku, hanya berlansung dalam 30 tahun". Karena itu kalau di hitung, masa kepeminpinan Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali Bin Abu Thalib, Pas 30 tahun.

Hadist ini mengajarkan kepada kita bahwa ada siklus waktu yang akan terulang dan 30 tahun adalah salah satu simbol dari siklus tersebut. Lalu, ketika Rosulullah SAW mengatakan, "Innallahu Yab atsu ala Ro'syi kulli mi'ati sana man yujaddidu li hadzil ummati amra diniha - sesungguhnya  Allah akan membangkitkan setiap seratus tahun seseorang atau beberapa orang yang memperbaharui urusan agama ini". Artinya, setiap satu siklus 100 tahun, akan terjadi peristiwa - peristiwa besar. Angka-angka ini memiliki makna dan karena itulah penting bagi kita untuk memiliki kesadaran sejarah.

Kedua, kesadaran dan pengetahuan kita tentang realitas hari ini. Coba kita lihat ketika Nabi Sholeh melakukan dakwah di komunitasnya, beliau memahami dengan baik, siapa saja yang beliau hadapi di komunitasnya - Siapa musuhnya, siapa kawannya dan bagaiamana situasinya. Maka beliau mengatakan, "wa kana fil madinati tis atu rohtin yufsiduna fil ard - di kota itu ada 9 kelompok yang terus menerus melakukan kerusakan dan tidak melakukan perbaikan".

Perhatikan beliau menyebutkan angka 9 (sembilan). Beliau tidak menyebutkan beberapa. Hal itu menunjukkan pengetahuan yang defenitif, sangat detail, ia mengetahui realitasnya.

Makanya, ummat kita ini harus mengetahui bahwa agenda Keummatan kita ini apa dan harus jelas siapa musuh besar kita?. Hal ini penting kita di ketahui, di samping kita mendapatkan Ilham dari sejarah. Kita juga harus mengetahui realitas kita hari ini. Sebagaimana, Nabi Sholeh menunjukkan kepada kita betapa pentingnya pengetahuan tentang realitas hari ini. Karena pengetahuan tentang realitas hari ini, di bangun diatasnya langkah-langkah yang lainnya. 

Ketiga, kesadaran dan pengetahuan tentang proyeksi masa depan - apa yang terjadi di masa yang akan datang.

Ketika kaum muslimin di mekkah jumlahnya masih sedikit, 13 tahun setelah Rosulullah berdakwah di mekkah. Bisa di lihat dari Jumlah yang hijrah ke madinah, cuman 200 an orang. Yang hijrah ke Habasyah - sekitar 85 orang. Yang masuk Islam dari ahli Yastrib, penduduk madinah (sebelum Rosulullah Hijrah, berjumlah sekita 70 orang). Inilah total dari Hasil dakwah selama 13 Tahun di periode mekkah - kurang  lebih 300 orang saja.

Ketika kaum muslim Jumlahnya masih sangat kecil di mekkah, Allah Menurunkan satu Surat di dalam Al Qur'an, nama suratnya Ar - Rum. Apa Isi Q.S. Ar-Rum?. Isinya cerita tentang pertarungan Persi dan Romawi, "ghulibatir-ruum - Bangsa Romawi telah dikalahkan". "fiii adnal-ardhi wa hum mim ba'di gholabihim sayaghlibuun - "di negeri yang terdekat dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang". 

Kelak, setelah Romawi di kalahkan oleh Persi, Romawi akan kembali mengalahkan Persi, "fii bidh'i siniin, lillaahil-amru ming qoblu wa mim ba'd, wa yauma-iziy yafrohul-mu-minuun - dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allahlah urusan sebelum dan setelah (mereka menang). Dan pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman".

Para Ahli bahasa mengatakan, Al Bidh'i itu antara 3 sampai 9 tahun. Artinya, al Qur'an menetapkan dalam 3 sampai 9 tahun yang datang, akan ada pembalikan situasi.

Sekarang kita bertanya apa Gunanya, Komunitas yang kecil di mekkah  perlu tahu Situasi pertarungan antara Persi dan Romawi. Padahal Jazirah Arab tidak terhubung Hidupnya dengan Imperium persi dan Kekasisaran Romawi secara Lansung. Mengapa cerita ini penting bagi Komunitas kecil di Jazirah Arab?.

Perhatikan, 20 sampai 30 tahun yang akan datang. Persi dan Romawi sudah ada di dalam peta Geografi Islam. Jadi, Al Qur'an bercerita tentang persi dan Romawi, sebelum kaum muslim bertemu dengan mereka. Mengapa?. Agar kita mengetahui bahwa peristiwa yang terjadi saat ini di sekitar kita, kelak akan ada pengaruhnya bagi kehidupan saat ini dan masa yang akan datang.

Hari ini, realitas sekarang, kita bukan lagi bercerita tentang Persi dan Romawi. Tetapi, cerita tentang China dan Amerika.  Dua gajah bersiteru, apakah mempengaruhi kita?.

Kalau kita lihat di tahun 1945, Kita sudah lama berjuang untuk mencapai kemerdekaan kita. Tetapi, Allah memberikan kita karunia, berupa kekalahan Jepang dalam Perang Pasific, pasca kekalahan jepanglah kita merdeka Tahun 1945. 20 tahun kemudian, kita mengalami peristiwa G 30 S 1965 - Kudeta PKI yang gagal. Apa urusannya indonesia ini dengan orang-orang Komunis dan melakukan gerakan kudeta, darimana asal usul kudeta tersebut?.

Di periode setelah perang dunia kedua, kita memasuki satu babak baru secara Global yang disebut sebagai perang dingin. Dunia terbagi menjadi dua blok - timur dan barat. Yang satu kapitalis, yang satu komunis. Kedua negara ini bertengkar, saling cari dukungan di negara lain, sampailah mereka ke indonesia. Mencari dukungan di sini, Bertengkar di sini, terjadilah peristiwa G 30 S 1965.

Tahun 1990 Uni Soviet Runtuh, Apa hubungannya dengan indonesia. Secara kasak mata, tidak ada hubungannya. Tetapi, 8 tahun setelah itu ternyata ada hubungannya. Setelah Uni Soviet Runtuh, terjadilah Revolusi Global, yang bernama Revolusi Demokrasi dan liberalisme. Dalam terma Internasional, di sebut sebagai Revolusi Kuning. Jadi, terjadi proses Revolusi di negara-negara bekas Uni Soviet ; Di eropa Timur, Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Timur sampai Asia tenggara dan Indonesia tahun 1998, terjadilah Reformasi.

Ada satu orang bernama Jhon Soroz bikin perkara di kawasan ini, membuat mata uang semua jatuh. Dia tidak ada di kawasan kita, dia hanya memainkan mata uang dan membuat kejatuhan dimana-mana. Demikianlah bangsa kita, kalau dalam Strata dunia. Bangsa kita adalah kasta rendah. Karena itulah, kalau kasta tinggi bertengkar, kita dapat dampaknya.

Tiga peristiwa yang saya sampaikkan diatas, peristiwa kita merdeka tahun 1945, peristiwa G 30 PKI tahun 1965 dan Peristiwa reformasi tahun 1998, menunjukkan betapa rentannya bangsa kita dari semua peristiwa-peristiwa besar yang terjadi secara Global.

Hari ini dunia sedang menghadapi, tiga (3) ancaman besar. Pertama, ancaman Krisis Ekonomi. Kedua, Krisis akibat Bencana Alam - Perubahan Iklim. Ketiga, ancaman karena Konflik Geopolitik.

Kita lihat seluruh titik di dunia, hampir tidak ada yang tidak mengalami konflik berdarah. Akibat perang kedua Gajah - China Vs Amerika, yang akan mempengaruhi jalannya suatu bangsa. Krisis ekonominya akan sampai ke indonesia, Apalagi Bencan alam akibat Climate Change - Perubahan Iklim, sudah kita rasakan dan mungkin akan lebih parah yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Dalam menghadapi pilpres kelak, Kita akan berhadapan dengan situasi 3 krisis tersebut. Makanya, sebagai Ummat, lebih penting bagi kita untuk mempersiapkan diri menghadapi krisis tersebut. Sebab, siapapun menjadi Presiden, dia pasti akan kesulitan menjawab 3 krisis tersebut. Apa masalahnya?. Karena ketika krisis ini terjadi, yang jadi korban adalah kita semuanya sebagai ummat.

Ihwal itulah saya kembali menekankan, lebih penting kita menjaga, memelihara kesadaran dalam pikiran dan hati ummat, agar kita bisa menciptakan gelombang ini terus menerus. Bukan karena hanya ada Pilkada DKI dan pilpres beberapa tahun yang lalu. Karena kita akan mengalami hal-hal yang sama kedepannya. Apalagi kita akan menghadapi krisis besar.

Olehnya, Dengan kesadaran sejarah dan pengetahuan tentang Realitas hari ini, serta pengetahuan tentang Proyeksi masa depan kita pupuk kesadaran politik kita sebagai ummat, agar kita menjadi Tulang Punggung NKRI. Siapapun yang akan menjadi presiden, kita niscaya datang dengan sebuah agenda untuk menyelematkan masa depan Bangsa kita, agenda untuk menyemalatkan hidup kita. Maka dengan begitu, barulah ummat ini memiliki makna dalam kehidupan politik bangsa kita.

Kalau hanya sekedar dukung mendukung, setelah pilpres Tamatlah kita. Sebab, pilpres hanyalah satu etape kecil dalam kehidupan kita sebagai ummat. Tetapi, inilah waktunya kita untuk menunjukkan, siapapun menjadi pemimpin, dia harus bisa berdamai dengan Ummat dan Paham bahwa Ummat ini punya agendanya sendiri, dia adalah tulang punggung. Apa yang menimpa Ummat ini, artinya menimpa tulang punggung Indonesia.

Jika kita punya kesadaran sejarah, realitas Hari ini dan proyeksi masa depan. Lalu, kesadaran tersebut kita gunakan untuk membaca Indonesia. Maka, kita akan mengerti, sekarang ini kita berdiri dimana dan menuju kemana?.

Tahun 2018 saya sangat Tercengang ketika membaca salah satu buah pikir (Buku Ust. Anis Matta yang berjudul Gelombang Indonesia), buku yang di tulisnya pada tahun 2014 yang lalu. Pikiran beliau begitu memukau, secara sederhana saya mendeskripsikan pikirannya. Usta Anis Membagi indonesia ke dalam tiga gelombang. 

Gelombang pertama adalah "menjadi Indonesia. kita awalnya adalah etnis-etnis yang berserakan di bumi persada, kerajaan-kerajaan kecil di nusantara. Setelah lebih dari 300 tahun, kita tidak kuat menghadapi penjajahan. Sampailah kita pada sebuah kesadaran, bahwa sistem politik kerajaan-kerajaan kecil ini sudah tidak bisa di pertahankan. Bahwa etnis-etnis yang berserakan di nusantara ini, tidak bisa melawan penajajahan kalau sendirian. Makanya kita merungubah wujud, melebur menjadi satu - muncullah satu entitas baru yang bernama INDONESIA.

Setelah pondasi entitas baru di tancapkan, Gerakan Kesadaran untuk menjadi satu entitas, di mulai pada tahun 1908. 20 tahun kemudian, pada tahun 1928, kita bikin sumpah pemuda, lahirlah bangsa baru dalam sejarah dunia, bernama bangsa Indonesia. Dari ratusan bahasa yang di punyai, kita memilih bahasa indonesia - melayu. Salah satu alasan mengapa kita memilih bahasa indonesia sebagai bahasa Pemersatu?. Karena bahasa indonesia mengandung semangat Egalitarianisme. Makanya dulu orang di panggil, Hey Bung. Kita setara, pemimpin itu tidak diatas. Pemimpin itu ada diantara kita.

Artinya, Indonesia sebagai bangsa sudah lahir sebelum negaranya lahir. Kita lahir tahun 1928, negara ini baru lahir beberapa tahun kemudian, yaitu tahun 1945. dari tahun 1908, 1928 dan 1945 setengah abad tersebut adalah masa kita mematangkan diri, dari 300 tahun masa penjajahan. Kita merubah eksistensi kita, dari etnis dan kerajaan kecil-kecil yang berserskan di Bumi pertiwi menjadi satu bangsa dan negara kesatuan republik indonesia.

Para pendiri bangsa meletakkan satu pondasi yang kokoh, kesepakatan tentang sifat negara ini - Pancasila dan UUD 1945 merupakan Platform yang mempertemukan keragaman kita semuanya. Ihwal itulah saya teringat dengan debat para Founding kita tentang Sifat negara yang melahirkan satu sintesa, bahwa indonesia ini memang bukan negara Agama. Tetapi, juga bukan negara sekuler.

Kita ini adalah sebuah bangsa yang religius, kita percaya kepada keyakinan kita semuanya. Faktanya bahwa kita adalah mayoritas, menunjukkan semangat utama yang mempengaruhi karakter kita adalah ISLAM. Makanya, tidak pantas di negara kita mempertentangkan antara ISLAM DAN NEGARA. Tidak ada alasannya sama sekali.

Gelombang kedua, "Proses menjadi negara bangsa yang modern". Sudah ada bangsanya, sudah ada falsafah hidupnya. Ideologinya kita terjemahkan dalam bentuk konstitusi, dalam bentuk struktur pemerintahan dan kita duduk setara dengan negara-negara lainnya yang terdapat di dunia. Alhamdulillah, setelah 70 sekian tahun, rasanya kita boleh berbangga diri sebagai bangsa, bahwa kita adalah salah satu negara bangsa modern di muka bumi ini.

Tentu saja, dalam 70 sekian tahun ini kita selalu tertatih-tatih. Secara sederhana kita mengatakan mengapa kita tertatih-tatih. Karena di masa Orde lama, Ada demokrasi. Tapi tidak ada kesejahteraan. Banyak partai, pemerintahan jatuh bangun, ada kekebebasan. Tetapi, orang lapar. Masalahnya Manusia itu kalau bebas bicara, tapi lapar. Maka bicaranya kotor. Hal inilah yang menjadi ladang subur bagi PKI.

Lahirlah setelah itu, Orde baru. Yang menumpas PKI dan menjadi antitesa orde lama. Kata Orde baru, yang lebih utama Adalah kesejahteraan, bukan demokrasi. Maka, politik di sederhanakan, agar terjadi Stabilitas politik dan dengan cara itu kita bisa membangun ekonomi. Demikianlah Trilogi pembangunan Orde baru, Stabilitas politik, Pertumbuhan ekonomi dan Pemerataan. Ongkos pembangunan inilah, di pangkasnya demokrasi. Partai-partai yang banyak di lebur menjadi tiga : kanan dan semua kaitan-kaitannya adalah PPP. Kiri dan semua yang bersangkutan adalah PDI dan di bikinlah yang baru, di tengah adalah GOLKAR.

Dulu, kalau ada yang Ekstrem dari Ummat Islam di sebut Ekstrem kanan. Karena ada penyederhanaan politik. Tetapi, kita tumbuh dengan kesadaran, bahwa di indonesia ini ada tiga ideologi - Kanan, Kiri dan Tengah.

Ternyata Orde baru mampu menciptakan kesejahteraan. Bayangkan negara sebesar Indonesia, orde baru mampu menuntaskan buta Huruf. Mesir sekarang ini, angka buta Hurufnya masih 60%. Harus di akui, bahwa Dalam 30 tahun Orde baru berhasil melakukan pembangunan itu. Cuman seperti manusia pada umumnya - Tabiat. Jika kenyang, selalu mau bicara bebas. Kalau kita kenyang tapi tidak bisa bicara bebas, artinya burung di dalam sangkar. Hanya di beri makan tiap hari, tapi tidak bisa terbang.

Kebebasan adalah Tuntutan Fitrah kita sebagai manusia. Tetapi, kesejahteraan juga tuntutan Fitrah. Di orde lama ada kebebasan, tidak ada kesejahteraan. Di orde baru ada Kesejahteraan tidak ada Kebebasan.

Datanglah Reformasi, kita ingin menjadi sintesa yang menggabungkan antara Kebebasan dan Kesejahteraan. Kurang lebih reformasi kita telah  bergulir 24 tahun.

Saya membaca dan belajar dari sejarah KhulafaurRasyidin, waktu Rosulullah SAW mengatakan, "Khilafah dalam ummatku, hanya 30 tahun". Saya lakukan studi, komparatif. Dari 30 tahun itu, Masa damainya, hanya 20 tahun saja. 10 tahunnya konflik terus - 5 tahun terakhir di masa Ustman Bin Afwan dan 5 tahun sepenuhnya di masa Ali Bin Abu Thalib.

Kita sekarang menghadapi siklus itu di indonesia, itulah sebabnya saya membicarakan krisis di awal. Berita gembiranya adalah kita telah menuntaskan satu Gelombong penting, yaitu menjadikan Indonesia sebagai negara bangsa yang modern.

Gelombonag Ketiga, "Menjadikan Indonesia sebagai Kekuatan Super power Ke 5 Dunia". Sebab, seharusnya di gelombang ketiga ini, grafik sejarah kita harus naik. Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia, sebab kalau kita menjadi pemimpin dunia Islam, di belakang kita ada 2 milyar manusia. Di seluruh dunia, kita termasuk negara ke empat terbesar. Di negara-negara G 20 kita berada di urutan ke 16. Mestinya maqom kita bukan di situ, seharusnya maqom kita naik. Inilah yang di maksud, waktunya indonesia menjadi kekuatan kelima di dunia.

Secara sosiologis, Salah satu ciri utama dari negara gelombang ketiga, masyarakatnya mempunyai tigas sifat Utama. Pertama, Religius. Kedua, berpengetahuan dan Ketiga, Sejahtera.

Saya pikir, Insya Allah masyarakat kita sudah mulai religius. Tapi, kita harus berpengetahuan juga. Apalagi jika kita ingin memimpin indonesia. Al Qur'an mengingatkan kita tentang Nabi Daud Dan Nabi Sulaiman yang punya kerajaan besar, " waa laqod Ataina Dauda Wa Sulaimana ilma - Sungguh kami telah memberikan Ilmu kepada Daud Dan Sulaiman". Makanya Syarat menjadi pemimpin adalah berilmu. 

Makanya tugas kita di gelombang ketiga ini, tidak hanya mempertemukan Demokrasi dan Kesejehteraan. Tetapi, mempertemukan agama, Demokrasi dan Kesejehteraan. Sehingga saat dunia menatap kita, mereka akan melihat sebuah bangsa yang Religius, bebas dan sejahtera. Inilah cita-cita kita sebagai Umnat Islam indonesia dan kitalah yang bertanggung jawab untuk mewujudkannya. Agenda inilah yang kita akan tawarkan kepada calon pemimpin-pemimpin kita kedepan.

Ihwal itulah, kita perlu mempertahankan gelombang Kesadaran Ummat ini, bukan hanya sejak Pilkada DKI dan Pilpres 17 April yang lalu. Tetapi, seterusnya harus di pertahankan.

Tetapi, Rosulullah SAW juga mengajarkan kepada kita untuk belajar dari Ummat lain. Rosulullah SAW memberikan gambaran tentang Ummat-ummat persi dan Romawi, agar kita belajar. Rosulullah SAW mengatakan tentang orang-orang Persi, "Seandainya Kenabian itu ada di bintang - Soraya, Orang - Orang persi yang akan datang mengambilnya". Hal ini menunjukkan betapa ambisiusnya orang persi, cita-citanya tinggi. Untung kenabian itu pemberian, bukan perolehan. Andaikan Perolehan, maka yang dapat adalah orang Persi. Karena pemberian, maka yang dapat adalah Orang Arab.

Selain itu, Rosulullah SAW juga bicara tentang orang Romawi, hadist yang di riwayatkan oleh Amru Bin Ash, Rosulullah SAW mengatakan, orang romawi itu punya 4 sifat yang terpuji, "innahum la ahlamun nasi inda Fitnah -  mereka adalah orang yang paling santun dan sabar ketika menghadapi Fitnah (Krisis - Benturan). "Wa asra'ahum ghifaqitan ba'da musibah - Dan mereka yang paling cepat bangkit setelah tertimpa musibah. "Wa ausya'q quhum karratan ba'da farro - yang paling cepat pembalasannya setelah berlari (kalah). "Wa khoiruhum ki dhoifin wa yatimin miskin - dan mereka adalah orang yang paling dermawan kepada orang yang lemah, miskin dan yatim".

Tetapi ada tambahan yang kelima, kata Rosulullah SAW, "Wa khomissyatin hasatin jamilah wa amna'uhum bi dzulmil muluk - mereka memiliki sifat yang baik dan Indah. Dan mereka adalah bangsa yang paling tangguh,  tidak bisa di taklukkan oleh Raja-Raja Yang Dzolim.

Saya berharap kita semua bisa belajar dari ke empat sifat dari bangsa romawi. Apalagi, Sifat yang kelima, yaitu bangsa yang paling kuat dan tidam bisa di taklukkan oleh Raja-Raja Yang dzolim. sehingga kita bisa mewujudkan indonesia yang religius, Bebas dan sejahtera.


Tambak perahu telah di lepas dari Dermaga. Layar niscaya di rentangkan dan Perahu pasti di kemudikan.

Jika Ombak dan badai besar datang menghadang.

Ingatlah, petuah orang tua kita, " la tahof, la tahzan Allahu ma'na - jangan takut, jangan ragu-ragu. kita harus Yakin bahwa Allah senantiasa membersamai perjuangan ini". 


Wallahu a'lam...

- Makassar, 11/07/2023 - 



*Pustaka Hayat
*Pejalan sunyi
*Rst
*Nalar Pinggiran







Tidak ada komentar:

Posting Komentar