Saya tidak bisa mengkhianati nalar saya sendiri. Ketika saya belajar lalu tahu bahwa Al-Aqsa itu berdiri di atas Tanah Yang di janjikan, Tanah Tiga agama-agama Suci, nalar saya langsung mempertanyakan: Kenapa sekarang saling klaim atas tanah tersebut?. Tentu saja saya sadar bahwa itu pun bagian dari rumitnya sejarah masa lalu.
Ketika tempat itu dikuasai Kristen, masjid itu juga pernah difungsikan bukan sebagai masjid, tapi sebagai istana. Justru karena saya berpikir, Palestina mewarisi sejarah konflik yang panjang, dan masih ingin menggunakannya.
Israel itu hadir di bumi Arab tahun 1948. Sebagai entitas negara. Tepatnya, negara yang berideologikan Zionis. Lalu, konflik berkepanjangan - berkelanjutan mulai terjadi di wilayah ini (maksud saya : Timur Tengah). Tidak usahlah kita kisahkan bagaimana episode-episode konflik itu. Panjang sekali, sepanjang film India di ANTV.
Pertanyaannya, "Apakah semuanya karena Israel ?". Jawabannya : TIDAK. Semuanya karena gerakan Zionis Antar Bangsa.
" Bagaimana bisa ?". Karena Zionisme itu bukan agama. Ia gerakan politik. Ideologi politik. Tidak semua yang berpahamkan zionis ini selalu mereka yang beragama Yahudi.
Orang Amerika Serikat dan sekutunya (Anglo-Saxon) ada yang mendukung zionisme ini. Pun demikian orang Jepang, China, Arab dan negara-negara Eropa lainnya. Mereka mencari untung dengan "menempel" ke ideologi ini. Seumpama kata, bekas pimpinan Cina - Kamerad Deng Xio Ping, "jangan perdebatkan warna bulu kucing, bila pandai menangkap tikus. pakai. ambil. gunakan !".
"Lalu, siapakah sebenarnya musuh itu ?". Zionis Antar Bangsa !.
Ketika Amerika Serikat melaksanakan "War on Terror", pada dasarnya negera Paman Sam ini sedang menjadikan eksistensi Israel di Timur Tengah semakin kuat. Satu persatu, semua negara yang berpotensi untuk melemahkan Israel mulai dihantam. 10 tahun perang Iran-Irak berlangsung. Kedua negara ini porak poranda. Irak didukung penuh oleh beberapa negara Arab dan Eropa.
"Siapa yang diuntungkan dari perang ini ?".
Lalu, karena "merasa ditinggalkan dan tak dihargai", Saddam Hussein kemudian menyerang Kuwait. Sejak saat itu hingga kini, Irak yang dikenal sebagai negara paling stabil pertumbuhan ekonominya, mulai layu. Konflik sektarian menjadi permasalahan serius di negeri "Dinasti Abbasiyah" ini. Irak terbagi menjadi tiga wilayah yang masing-masing wilayah merasa memiliki otoritas, sekaligus bisa "dimainkan" oleh pihak-pihak eksternal, yaitu Irak, Kurdi di Utara, Syi'ah dan Sunni di selatan.
"Siapa yang diuntungkan dari perang ini ?".
Mesir ?. Sebuah negara di Timur Tengah (tepatnya : di Afrika Utara) ini dikenal sebagai negara Arab yang maju dari aspek militer maupun budaya dan tradisi intelektualnya, kini sedang menghadapi teror-teror dari kelompok garis keras. Buah dari campur tangan politik yang selama ini mereka lakukan di negera lain. Mesir "diajak" ikut main. "Siapakah yang mengajaknya ?". Mereka yang diuntungkan hari ini dari kondisi keamanan Mesir yang tak stabil tersebut.
Negeri kaya seperti Libya, kini mulai sulit untuk menaikkan daya tawar politik dan ekonomi kawasannya, selepas Khaddafy terbunuh - tepatnya, dibunuh. Sebelumnya Lebanon yang dikenal sebagai negara maju di Timur Tengah, hingga kini sulit bangkit akibat meletusnya Perang Saudara tahun 1975 lalu.
"Siapa yang diuntungkan dari kondisi politik Mesir, mundurnya pengaruh Lebanon dan sulit bangkitnya Libya pasca Khaddafy ?".
Mungkin jawaban kita adalah Amerika Serikat. Mungkin kita tambahkan pula dengan Israel. Mungkin kita tunjuk pula Zionis.
Tapi jangan lupa, proses-proses di atas, bukanlah kerja Amerika Serikat dan Israel saja. Bahkan untuk peristiwa-peristiwa tertentu, dua negara ini tak terlibat langsung. Mereka cukup menggunakan "kawan-kawan" politik mereka.
Zionisme itu antar bangsa, Ia trans-nasional.
Karena, Banyak yang tidak bisa memahami bahwa mereka yang anti pada negara Zionist Israel bukan berarti anti-Yahudi. Dan mereka yang mendukung kemerdekaan rakyat Palestina, tidak berarti mendukung para pengasong derita Palestina di Indonesia.
Saya anti Zionist Israel dan mendukung perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina. Tapi, saya tidak anti-Yahudi dan tidak mendukung mereka yang mencari untung dari penderitaan rakyat Palestina.
Ketika sebuah negara kuat seperti Israel yang didukung oleh sebagian besar negara superpower Barat dan badan internasional menekan semut kecil seperti Palestina, bagaimana rasa keadilan kita tidak tergerak?.
Banyak yang berasumsi bahwa Palestina adalah sebuah bangsa yang bermukim disebuah wilayah. tetiba datang ribuan orang dari berbagai negara eropa dan amerika di wilayah tersebut. Mereka melakukan pengusiran dan pencaplokan wilayah, dengan pemaksaan dan genosida. serta melakukan pemaksaan politik. apa itu bukan penjajahan?.
"Dulu Daerah yang disebut Palestina merupakan daerah bangsa Israel tinggal. karena mereka terus-terusan berperang, sehingga daerah tersebut sering gonta ganti penguasa. bangsa palestina yang disebutkan itu juga dahulunya merupakan pendatang di daerah tersebut. Jadi, sangat absurd kalau di katakan daerah tersebut merupakan milik '"bangsa palestina", karena tidak ada juga bukti ataupun tanda yang dapat menunjukkan bahwa daerah tersebut milik orang-orang yang disebut palestina".
Oke, tapi apakah ada bukti Yang menunjukkan bahwa daerah tersebut adalah wilayah dimana bangsa Israel menetap. Yang ada adalah orang-orang yang datang dan kemudian mengklaim sebagian wilayah palestina dan mendirikan negara Israel.
"Bagaimana mungkin tidak ada bukti, Yang namanya orang Yahudi, sudah pasti latar belakang dan nenek moyangnya berasal dari daerah itu. Nah, Milisi asli Palestina adalah Fatah, yang dibentuk oleh pemimpin PLO, Alm. Yaser Arafat, milisi ini telah berdamai dengan Israel melalui Camp David Agreement dulu. Kemudian masuklah Iran, Qatar dan Suriah. maka, hancurlah perjanjian Camp David tersebut sampai hari ini. kasihan kan, rakyat civil kedua pihak baik Palestina maupun Israel?"
Yah, beginilah akibatnya kalau membaca sejarah di google. Tidak utuh dan asal bicara. He, penduduk asli palestina itu, orang kanaan. justru bani Israil lah yang pendatang, yang sebelumnya menolak ketika diajak Nabi Musa as. Apalagi yahudi eropa yang menjadi zionis. mereka itu bukan dari garis keturunan bani Israil. mereka turunan kerajaan kazar, Orang turunan Turk .
"Soal penduduk asli Palestina, memang benar. Namun, penduduk Kanaan itu telah dikalahkan oleh bangsa Israel pada zaman Nabi Musa dulu. Sekedar informasi buat kita, setiap orang Yahudi, sudah pasti mereka memiliki latar belakang dan nenek moyang dari orang-orang yang mengalahkan penduduk Kanaan, 4000 ribu tahun yang lalu".
Selain tidak utuh membaca peta sejarah, analisis kita juga minim. memangnya orang kanaan dan yahudi, yang tinggal dizaman solomon itu tidak kawin mawin, sehingga menjadi orang palestina. Lalu, diusiri oleh yahudi eropa yang zionist itu. Sedangkan, jika logika kita seperti itu. Maka, orang persia, babylonia, inggris, turki ottoman itu lebih berhak ketimbang orang israel versi kamu. karena mereka pernah berkuasa juga.
Lalu, kamu membantah, bahwa Sudah pasti mereka kawin mawin. Namun, mau kawin campur bagaimanapun, darah Yahudi tetap tidak akan hilang, bos. Tapi, perlu anda ketahui, orang Yahudi yang fanatik tidak akan kawin campur dengan suku ataupun ras lain.
"Daerah Israel itu dulu memang pernah dikuasai oleh Inggris. namun, Inggris memberikan daerah itu pada orang Yahudi untuk mendirikan negara Israel. Orang Persia, Turki ataupun Babylonia juga pernah menguasai Israel, namun sayangnya mereka kalah perang".
Agak lucu juga daerah jajahan, justru diserahkan sembarang ke orang lain. Israel itu terbentuk, pada tahun 1948, Sejak LBB, hal itu jelas punya legitimasi, sehingga menjadi dasar pendirian PBB pada tahun 45. Dan dijadikan dasar dalam piagam PBB tentang "Right to self-determination", Hak menentukan nasib sendiri oleh negara jajahan.
UK melanggar hukum internasional dan UN ikut terlibat dengan mengakui kemerdekaan israel. Israel itu lahir dari produk yang melanggar hukum internasional.
Lalu, kamu dengan serampangan mencoba merasionalisasi, bahwa Israel memang belum ada sebelum 1948 dan juga Palestina sebagai negara juga belum ada sebelum 1948, jadi wajar sebagai wilayah yang belum berdaulat sebagai sebuah negara. orang-orang Yahudi kemudian mendeklarasikan sebuah negara yang kemudian dikenal dengan nama Israel.
saya berikan anda analogi: Indonesia sebagai sebuah negara juga belum ada sebelum tahun 1945, jauh sebelumnya yang ada adalah pemerintah Hindia Belanda (Nederlandsch-Indiƫ), salah satu koloni Eropa di bawah kekuasaan Imperium Belanda. Jabatan penguasa tertingginya disebut Gubernur Jenderal, punya angkatan militer dengan nama KNIL (tentara kerajaan Hindai Belanda), punya hukum dan Pembagian administratif, punya usaha-usaha ekonomi, dan semua perangkat yang dimiliki sebuah negara yang berdaulat.
dengan logika yang digunakan orang-orang seperti KAMU, yang membela berdirinya negara Israel di wilayah bangsa Palestina dengan alasan di wilayah tersebut sebelumnya bukan negara dan belum berdiri sebuah negara, sehingga itu bukan penjajahan, maka dengan logika yang sama, Hindia Belanda harusnya tetap ada, dan tidak perlu ada yang namanya perjuangan kemerdekaan dan upaya mendirikan negara Republik Indonesia.
***
kelebihan orang-orang Israel (baca: Zionis) ada pada kekuatan mereka dalam menguasai ilmu sejarah. dengan pembacaan sejarah mereka yang komprehensif, khususnya sejarah Arab, mereka jadi begitu mudah mengenal karakter bangsa Arab, termasuk kelemahan-kelemahannya, sehingga sangat mudah membuat bangsa Arab saling tikam sendiri. sementara sebahagian dari pihak yang mengklaim memusuhi Israel, ilmu sejarahnya sangat tidak sebanding. sehingga kebencian dan permusuhan pada Israel lebih bersifat sporadis dan temporal. kadang-kadang panas, kadang-kadang lembek. tidak ada pemetaan dan srategi yang jelas dalam menghadapi Israel. Untung-untung bisa memahami isu konflik Palestina-Israel sebenarnya.
Bukan main-main ketika bung Karno meletup-letup menyampaikan, jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah. sebab itu penting... sangat penting. kalau pengetahuan sejarah kita masih cetek, itu juga banyak distorsinya. Jangan berharap bangsa kita bisa besar.
"Apakah orang Yahudi itu, orang pilihan, kak. Itu kata banyak orang. Itu pula yang pernah saya pelajari. Apakah karena hal ini, membuat orang Yahudi tersebut banyak yang pintar. Peletak dasar teori-teori besar di berbagai disiplin ilmu, banyak keturunan Yahudi. Mereka banyak pula memenangkan hadiah Nobel. Apakah karena dianggap bangsa terpilih ?".
Tidak ada bangsa pilihan. Tidak ada suku pilihan. Itu menurut tafsiran, saya. Kalaupun ada dalam kitab suci, mengatakan hal yang demikian, tentu tidak harus dipahami secara literal. Secara tekstual. Butuh penjabaran lebih elaboratif. Bagi saya, semua kita ini, tidak dari etnis-suku-bangsa apapun di bumi yang bulat ini, semuanya pilihan. Kita terpilih. Tidak ada yang lebih utama dibandingkan dengan yang lain. Tuhan memilih kita. Dengan kuasaNya, kita bermula di rahim perempuan. Rahim ibu kita. Ada di rahim perempuan Arab, Eskimo, Gypsi, NTT, NTB, Sulawesi, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Papua, Melayu, Tionghoa, Aria, Punjabi, Tamil, Barbar, Pushtun Mentawai, Campa, Azeri, Chenchen, dan seterusnya, dengan seluruh percabangan genetik-kulturalnya. Tuhanlah yang memilihnya. Kita dipilihkan oleh Tuhan. KuasaNya. KemutlakanNya. Lalu, tidak mungkin Tuhan, menganggap suatu kelompok orang lebih terpilih dibandingkan kelompok lainnya. Semua kita terpilih. Semua kita, manusia ini, pilihan. Sebaik-baik penciptaanNya.
Lalu ada yang unggul di suatu bidang, tentu ada penyebabnya. Pasti ada ikhtiar dan kelebihan-kelebihan yang sifatnya - dalam bahasa sosiologi sebagai achievement (ikhtiar dalam berprestasi). Toh, bukan orang keturunan Yahudi saja yang dianggap pintar-pintar. Kalau dijadikan Nobel dan invention dijadikan ukurannya, kan orang China, Korea Selatan, Anak Benua India (India dan Pakistan) serta Jepang, banyak juga yang memenangkan hadiah Nobel. Melahirkan capaian ilmu pengetahuan dan teknologi yang mencengangkan dan jadi buah bibir ummat manusia. Itu bukan karena mereka "pilihan".
"Lalu karena apa ?".
Ada satu penggalan puisi Kahlil Gibran. Kalau tak salah. Begini penggalannya : "Jangan kau tangisi hilangnya harumnya bunga mawar di taman. Tapi tangisilah, hilangnya tradisi menanam bunga mawar itu sendiri !".
Tradisi ilmu pengetahuan itu, menjadi "passion" mereka.
Bisa jadi memang konflik palestina dan israel itu memang "dipelihara" oleh pihak-pihak tertentu. Karena banyak analisa juga tidak akan serta merta menghentikan perang. Pokok permasalahanya kan, kedua belah pihak tidak mau saling mengakui teritorial atau batas wilayah.
Yah, jika klaim itu terus berlangsung. Ibarat mengukur kain sarung. Tidak bertemu ujung dan pangkalnya. Berputar putar. Sudah puluhan tahun berlangsung. Berputar putar di isu-isu itu juga. Dipermainkan dan dikapitalisasi oleh berbagai pihak. Kasihan rakyat kecil di kedua belah pihak. Peninggalan arkeologis, merefleksikan berdampingannnya Al Aqsa, Gopgotta - Sepulchre dan Dinding Ratapan. tidakkah solusi terbaik itu, menaikkan dan mengkondisikan bahkan memaksa untuk mulai HIDUP BERDAMPINGAN ?.
Sulit, mungkin. Dendam historis, sulit untuk dilupakan. Apatah lagi kalau bicara klaim. Tak berujung dan berpangkal. Masing-masing pihak punya justifikasi (historis - teologis). Tapi, kedamaian itu, hanya muncul ketika berdampingan mulai ditumbuh kembangkam.
Wallahu a'alam
Referensi ;
- SEBAHAGIAN DI DAUR DARI ARTIKEL DOSEN SOSIOLOGI UIN PADANG DAN HALAMAN PESBUK UST. IAP DAN BERBAGAI SUMBER BACAAN.
#long Live Palestina
#Pejalan sunyi
#Nalar Pinggiran


Tidak ada komentar:
Posting Komentar