Kita sudah secara Umum mengetahui amalan - amalan yang di wajibkan dan di sunnahkan Oleh Rosulullah SAW pada bulan ramadhan. Karena, mungkin kita sudah mendapatkannya di media, apalagi Ustadz - Ustadz yang muncul di Tv luar biasa banyaknya, Di on line dan Off line juga sama banyaknya. Sehingga hal - hal seperti ini sudah menjadi pengetahuan umum di kalangan kaum Muslimin.
Olehnya, apa yang sudah menjadi pengetahuan umum kita, mungkin tidak akan saya ulang - ulangi. Tetapi, saya ingin fokus pada salah satu amalan, yang menjadi brand atau Mereknya bulan ramadhan, yaitu Bulan Al - Qur'an.
Biasanya kita berlomba - lomba mengkhatamkan Al - Qur'an, sekali, dua kali, tiga kali, dst selama bulan ramadhan. Dengan harapan bahwa setiap satu huruf yang kita baca akan mendapatkan 10 pahala. Tetapi, kali ini kita harus melakukan sesuatu yang jauh lebih dalam dan jauh, dalam cara kita berinteraksi dengan Al Qur'an.
Kita perlu membaca ulang Al - Qur'an ini, agar Teks - Teks Al - Qur'an bisa kita hadirkan dalam realitas kehidupan sehari-hari kita, bisa kita gunakan sebagai sumber inspirasi dan referensi dalam cara kita menafsir kejadian - kejadian dan peristiwa - peristiwa yang kita alami sehari - hari, baik sebagai individu, keluarga, masyarakat dan negara. Dengan pendekatan seperti itu, Insya Allah Teks - Teks Al Qur'an yang kita baca akan hadir dalam bentuk yang jauh lebih hidup - Relevan di banding dengan ketika kita hanya membacanya sepintas dengan cara cepat untuk mendapatkan pahala yang banyak.
Hal inilah yang di maksud oleh seorang Pemikir islam asal mesir, bernama Sayyid Qutub yang menulis Tafsir yang begitu Lengendaris, berjudul "Fi Dzilalil Qur'an", yang dalam Pembukaannya beliau mengatakan, "bahwa hidup di bawah naungan Al Qur'an adalah Nikmat, yang tidak akan pernah di rasakan dan di raih, kecuali bagi orang - orang yang benar - benar menjalani hidup di dalam peran itu yang dapat merasakannya secara lansung".
Dalam kaitan itulah saya ingin memberikan satu contoh, bagaimana kita menghadirkan Al Qur'an untuk memaknai salah satu sisi dari kehidupan kita semuanya, yaitu bagaimana Al Qur'an berbicara tentang Teori konspirasi. Karena hidup kita akhir - akhir ini. sepertinya, kita hidup dalam suasana lingkungan politik, ekonomi, budaya yang penuh dengan konspirasi. Makanya, kita perlu membaca Apa yang di katakan Al Qur'an kepada kita tentang konspirasi itu?.
Kalau kita membaca Al Qur'an dari awal sampai akhirnya. Kita akan bertemu dengan kalimat - kalimat, kosa kata - kosa kata, yang berhubungan secara lansung dengan makna konspirasi. Sebahagian dari kata - kata di dalam Al Qur'an memang menggunakan kata "Muamaro" atau konspirasi, dan dengan melihat konteksnya, kita akan melihat bahwa tampakanya cerita - cerita yang sampaikkan oleh Al Qur'an dimana konspirasi itu di hadirkan adalah cerita yang terus berulang sepanjang sejarah ummat islam.
Coba perhatikan, berapa banyak kata Al Makar - Tipu daya di dalam Al Qur'an. Terus menerus berulang - Ulang. Perhatikan Juga kata Al Qayim - Tipu daya. Sedangkan akar kata Muamaro sendiri, kita menemukan satu ayat di dalam Al - Qur'an yang terkait dengan kisah Nabi Musa, yang akhirnya membuat dirinya keluar dari Mesir.
Ketika salah seorang datang kepada Nabi Musa dan mengatakan, "waa jaa a'rojulum min aksol madinah yas' a. Qola ya Musa innal mala'a ya' tamiruna bika, liyak tuluh fakhrof, inni laka minal nasihin - datanglah seorang lelaki kepada Nabi musa dengan berlari - lari, ia berkata pada Nabi Musa, sesungguhnya kaum elit mesir, sedang menyusun konspirasi untuk kamu, karena mereka mau membunuhMu, maka segeralah kamu keluar dari mesir ini, sesungguhnya saya hanya memberikan nasehat kepadamu".
Perhatikan Kalimat, "innal mala'a - Sesunguhnya kaum elit. Subjeknya atau pelakunya di sebutkan yaitu kaum elit. "Ya'tamiruna bika - Ya' tamir adalah bentuk dari fi'il mudhori dari kata muamaro - Konspirasi.
Kalau kita melihat konteks atau cerita, dimana kata Al makar, al qayyid - Tipu daya dan konspirasi itu hadir, selalu di dalam konteks atau cerita pertarungan antara Nabi - Nabi dan Raja - Raja. Dari situlah juga kita mendapatkan satu akar sejarah antara pertarungan panjang Nabi - Nabi dan raja - raja dan siapa yang merepresentasikan Nabi - Nabi dan Raja - Raja. Setelah mata rantai kenabian di putus Oleh Allah SWT.
Ihwal itulah juga Rosulullah SAW mengatakan, " Al Ulama Wa Rosatul Ambiya - Para Ulama adalah pewaris Para Nabi". Sekarang kita akan mendapatkan Fakta sejarah yang menujukkan bahwa betapa seringnya para ulama itu bertarung dengan raja - raja. Bahkan juga termasuk di dalam sejarah islam itu sendiri.
Artinya yang paling banyak menjadi pelaku dari kata konspirasi dalam konteks atau cerita Al Qur'an adalah kaum elit. Karena untuk melakukan konspirasi di butuhkan satu sumber daya dan biasanya yang memiliki sumber daya tersebut adalah kaum Elit.
Salah satu yang menarik perhatian saya secara pribadi ketika membaca Al'qur'an dan bagaimana kata Makar dan Qayyid itu terulang - ulang di dalam Al Qur'an, yaitu ketika saya menemukan satu fakta bahwa Ternyata Allah SWT Mebisbatkan kata Makar itu, baik dalam bentuk sifat dan Perbuatan kepada dirinya sendiri, " wayam Kuruna Wayam kurulllah wallahu Khoyrul makirin - Mereka melakukan tipu daya / Konspirasi. Allah pun melakukan Tipu daya, dan Allah adalah sebaik - baik pembuat tipu daya".
Saya bertanya - tanya, mengapa Allah SWT menisbatkan dirinya sebagai Pembuat makar dan mensifatkan dirinya dengan sebaik - baik pembuat tipu daya. Mengapa Allah tidak memberikan perintah kepada orang beriman saja untuk melakukannya?.
Saya mendaptkan penjelasan pada konteks ini dari beberapa hasil permenungan saya.
PERTAMA, Allah ingin membuat Kaum Muslimin ini merasa bahwa ketika kita menghadapi konspirasi itu, kita tidak menghadapinya seorang diri. Allah SWT ikut berpartisipasi dalam pertempuran tersebut, " wa ma romayta idz romayta wa la kinnallahu roma - Kalian tidak memanah ketika memanah, melainkan Allah-Lah sendiri yang memanah". Artinya, dengan membuat kesan bahwa Allah terlibat lansung. Maka (Kita) kaum muslimin mendapatkan sumber ketenangan. Bahwa ketika kita menghadapi konspirasi tersebut, Kita tidak sendirian.
KEDUA, hal ini menunjukkan kepada kaum muslimin, bahwa Allah SWT secara lansung membela kaum muslimin, "innallahu Yudawi'u anil ladzina amanu - Allah sendiri yang akan membela orang - orang beriman".
Sebagai manusia, apa yang kita rasakan jika kita terlibat dalam sebuah pertempuran dan ada Allah yang menyertai kita, serta Allah sendiri pun yang menyatakan bahwa Ia membela kita. Apa yang kita rasakan?. Maka kita akan merasakan, ada sumber kekuataan yang tidak akan pernah habis. Kita akan merasakan ada sumber ketenangan yang tidak akan bisa di guncang oleh konspirasi apapun.
Dalam Kisah Nabi Sholeh Misalnya, Allah SWT mengatakan, "takasamu billahi la nu bayyitan nahu wa ahlahu Tsumma lana kulanna li walihi ma syahidna ma li ka ahlahi wa inna tasodikun wa ma karu makron wa ma karna makron wahum la yas urun - Mereka melakukan tipu daya dan kami membuat tipu daya, dan mereka tidak sadar tentang tipu daya kami".
Mengapa demikian?. Karena Instrumen yang di gunakan Allah SWT untuk melakukan tipu daya itu terlalu banyak.
KETIGA, Yang saya perhatikan di dalam Al Qur'an. Kebanyakan ayat - ayat yang bercerita tentang makar ini adalah ayat Makkiyah. Waktu kaum muslimin masih dalam sebuah komunitas yang kecil secara Jumlah. Tetapi, di ulang - ulangi kepada Mereka cerita - cerita tentang makar, yang terjadi di zaman dahulu, yang di hadapi oleh Nabi - Nabi sebelumnya. Hal itu bermakna apa?. Agar kaum Muslimin yang masih sebatas komunitas kecil dalam Jumlah, sejak awal pembentukannya sudah memiliki sense Of Security - Keamanan Berpikir.
Makanya Tidak perlu kaget kalau belakangan para Ulama kita di tuduh sebagai pelaku makar. Sebab, Tudahan- tuduhan semacam itu, sejak dulu telah berlansung.
kita telah di latih oleh Allah dengan Menumbuhkan Sense Of security. Selain itu, jika ada sesuatu yang mengancam kita, artinya sebagai suatu komunitas, kita memiliki musuh. Merasakan bahwa kita memiliki musuh, itulah salah satu target Allah SWT mengulang - ulangi cerita tersebut.
Dalam Konteks keindonesiaan, saya kira (kita) kaum muslimin, sejak zaman penjajahan dan terus berlansung sampai saat ini, satu upaya untuk menghilangkan sifat sensitif terhadap Musuh. Padahal Allah SWT sudah mengatakan, " Wa Kadzalika Ja alna li kulli nabiyyin aduwan minal mujrimin - dan demikian kami jadikan Bagi setiap Nabi - Nabi itu, ada musuh - musuh". Artinya bahwa merasakan bahwa kita memiliki musuh, merupakan tuntutan agama.
Sekarang coba kita perhatikan, waktu TNI kita menempatkan pasukan Udaranya, membuat formasi pertahanan laut, formasi pertahanan darat, teori pertahanan negara. Darimana Teori itu di bangun?. Yaitu, dari asumsi tentang Musuhnya. Kira - kira siapa yang akan menjadi musuh dari negara tetangga. Kira - kira siapa yang akan menjadi musuh dari kejauhan, dan kalau mereka menyerang kita, kira - kira darimana mereka masuk menyerang kita. Serta, apakah akan terjadi perang dalam waktu dekat, dalam waktu 5 tahun kedepan atau 10 tahun kedepan. Jika pun terjadi perang, kita ini bermusuhan dengan siapa dan bersahabat dengan siapa. Semua itu adalah asumsi - asumsi dasar yang harus di jawab oleh negara saat ia membuat formasi pertahanan.
Selama ini, yang Punya sense Of security dan Sense of enemy adalah aparatur negara yang bergerak di bidang pertahanan, yaitu polisi, TNI, BIN. Tetapi, kita sebagai ummat umumnya sudah lama kehilangan perasaan tentang Sense of security dan juga merasakan bahwa kita punya musuh. Makanya tetiba kita menjadi tegang secara bersama - sama ketika ada sekelompok orang diantara kita yang di tuduh makar. Seharusnya hal itu tidak membuat kita tegang, sebab sejak awal Al Qur'an telah menanamkan kesadaran bahwa kita punya musuh, dan kesadaran tersebut telah hilang dalam waktu yang lama.
Bagaimana Al Qur'an berpesan tentang cara kita menghadapi Konspirasi?.
"Pertama", Al qur'an berpesan kepada kita yaitu memperbaiki sikap jiwa terhadap konspirasi. Cara pertama dari musuh kita untuk mengalahkan kita adalah cyborg - Perang Psikologis. Perang psikologis ini di lakukan kepada kita untuk membunuh semangat perlawanan di dalam diri kita.
Kalau kita pernah membaca bagaimana Kehebatan pasukan Mossad di tahun 70 - 90 an. Salah satu diantaranya, bagaimana Ilmuan - ilmuan Muslim (Saintis dan Nuklir) mati satu persatu secara Gelap, di eropa maupun di Amerika. Mereka terus menerus memproduksi kehebatan Mossad, sehingga dalam diri kita muncul sebuah perasaan bahwa orang - orang Yahudi - Mossad, seolah - olah ala Kulli syain qodir - Bisa melakukan apa saja.
Kata Para ahli cinta, Salah satu cara memperbaharui cinta adalah membuat Konflik yang menghasilkan rekonsiliasi. Jadi, cinta setelah rekonsiliasi jauh lebih kuat ketimbang cinta yang tumbuh di awal.
Kita kembali, mengapa sikap jiwa kita adalah Poin pertama yang harus di uraikan. Karena serangan pertama dari musuh kita, selalu akan mengarah kepada jiwa kita yaitu melumpuhkan resistensi, melumpuhkan pertahanan dengan cara menggambarkan musuh itu sedemikian hebatnya, sehingga kita percaya bahwa percuma saja kita melawan.
Kalau kita perhatikan dalam sejarah perang vietnam dulu. Sepanjang tahun 80-an, Hollywod telah memproduksi 86 Filem perang tentang Vietnam. Dalam semua perang tersebut, AS menang. Padahal dalam kenyatannya, Amerika kalah.
Makanya, Teror terhadap emosi dan jiwa kita adalah langkah pertama atau strategi pertama yang di lakukan oleh musuh sepanjang sejarah. Karena itulah, pelajaran pertama dari konteks ini yang diajarkan Al Qur'an adalah Sikap jiwa kita untuk menghilangkan rasa takut, " Inna ma dzalikum syyaitonu, yu khowwiqu aulia a hu, fa la takhofu hum wa khofu hu - Itu hanya kerjaan setan yang terus menerus menakut - nakuti kamu dengan pasukan - pasukannya, jangan takut kepada mereka, takutlah kepadaKu (Allah) ".
Musuh boleh sebesar apapun, Konspirasi biar secanggih apapun. Tetapi, pada akhirnya tidak ada yang terjadi dalam kehidupan ini kecuali atas izin Allah SWT. Itu sebabnya kalau kita lihat, waktu kaum muslim di kepung dalam perang khandaq. Bagaimana cara Rosulullah SAW, mempertahankan semangat perlawanannya?. Bayangkan beliau tidak berbicara tentang musuhnya, beliau tidak membicarakan bagaimana cara kita menghadapi kaum Quraisy?.
Nah, dengan cara begitu, sambil memecahkan batu besar, saat mereka sedang menggali parit. Setiap kali satu pukulan, Rosulullah SAW mengatakan, " latub tahanna rum - Kita akan membebaskan Romawi". Di pukul lagi, Rosulullah Mengatakan, "Kita akan membebaskan Persi". Kita akan bebaskan Yaman. Satu persatu negara di sebut oleh Rosulullah SAW. Agar kaum Muslimin yang sedan terkepung, menghadapi musuh yang sangat luar biasa, memperluas imajinasinya, bahwa cerita ini tidak akan berakhir di sini. Masih Ada Cerita panjang yang akan di lewati.
Artinya, kalau kita sedang Takut. Perbaiki imajinasi kita semua. Di situlah pentingnya kita punya imajinasi yang baik, sehingga ketika kita dalam keadaan tertekan, kita bisa keluar dari tekanan tersebut kepada harapan yang lebih luas, dan Dengan harapan yang luas itu merupakan satu bahagian - Satu serial dari drama Kolosal Panjang perjuangan kita atau peristiwa yang kita hadapi akan segera berlalu.
"Kedua", Al Qur'an juga bercerita kepada kita tentang Konspirasi ini, selalu di dalam konteks Iman kepada Takdir dan Iman kepada Hari akhirat.
Mengapa hal itu di hubungkan dengan Takdir?. Karena Allah SWT, menjelaskan kepada kita bahwa orang - orang Kafir itu, "innahum la yu'juzu - mereka tidak bisa membuat Allah tidak berdaya dan juga tidak akan pernah bisa mendahului Allah SWT".
Selain itu, Allah juga memiliki terlalu banyak Instrumen yang bisa di pakai menghadapi manusia. Coba Perhatikan Saat Saudara - saudara Nabi Yusuf merancang Konspirasi, lihat bagaimana ketika mereka berdiskusi. Pendapat umum yang berkembang dalam majelis Konspirasi itu adalah "Ut'tulu yusufa au yukro uhum ardhon yahlu lakum wajha abikum - bunuh Yusuf dan buang dia".
Andaikkan pendapat tersebut di eksekusi, maka cerita Nabi Yusuf selesai saat itu Juga. Tetapi, kenyatannya cerita Nabi Yusuf tidak selesai di situ. Karena ada satu diantara anggota majelis itu berkata, "qola to ilum minhum la taktuluhu wa alkuhu fi ghaya min jib - jangan bunuh Yusuf. Tapi, buanglah ke dalam sumur yang dalam. Nanti ada kafilah yang lewat, biarlah kafilah itu yang membawa Yusuf".
Akhirnya mereka sepakat dengan keputusan bahwa Nabi Yusuf tidak usah di bunuh dan hanya di buang ke sumur.
Siapa pembuat majelis tersebut, sehingga tetiba menerima pendapat satu orang tersebut, yang tadinya tidak merupakan mainstream dalam majelis tersebut. Dalam Psikologi di sebut Mem-blowing. Allah mempermainkan pikiran mereka - siapa yang memberikan ide tersebut. Rasanya terlalu kejam membunuh saudara sendiri, maka buang saja ke sumur. Nanti ada orang yang lewat yang mengambilnya. Asalkan ia check out dari rumah.
Artinya, yang memberikan ide tersebut adalah Allah. sebab, tidak sulit bagi Allah menciptakan pikiran dan tindakan kita. Karena Allah berkehendak dengan Instrumen tersebut. Maka, instrumen itulah yang kita pegangi. Satu perubahan kecil di ide kita, alur sejarah bisa berubah. Sama seperti seseorang yang memberikan saran agar membuang saja Yusuf ke Sumur, maka sejarah Nabi Yusuf tidak berakhir di situ.
Sama dengan suatu waktu, ada kelompok elit yang hendak membasmi dan membangj kita semua. Sementara Allah ingin menolong kita, maka cara Allah pun terlalu mudah. Misalnya di berikan ide yang aneh - aneh saja, sama dengan kebalikannya. Jika Allah ingin membinasakan kita, dia tinggal memberikan ide yang aneh - aneh kepada orang lain untuk melakukan hal itu.
Misalnya yang terjadi dalam Darun Nadwah - saat kaum elit Quraisy berkumpul, karena sudah tidak kuat mereka menghadapi Nabi Muhammad SAW. Maka, berkumpul-lah para elit quraisy dan di saat mereka berkumpul, tetiba iblis datang menyerupai manusia (Orang tersebut lain dari pada yang lain, tidak biasa terlihat disitu). Maka, kaum elit quraisy bertanya, kamu siapa?. "Syaikhun min najar - saya syeikh dari Najar". Akhirnya di perkenankan masuk dan ikut bermusyawarah.
Setiap orang yang berpendapat yang ringan, di tolak oleh Iblis tersebut. Sampai Abu Jahal datang dengan Pendapat, bahwa Muhammad Harus di bunuh dan pelakunya harus di sebar dari setiap kabilah, sehingga kelak tebusannya di tanggung secara merata oleh setiap kabilah. Akhirnya, iblis yang menyerupai manusia tersebut berkata, nah ini pendapat yang paling betul.
Hal itulah yang di maksud oleh Allah, ketika Allah mengatakan, "Wayam kuruna wayam kurullahu". Sayyid Qutub mengomentari ayat ini dengan mengatakan, " cobalah kita berimajinasi bahwa kaum elit quraisy itu sedang berkumpul di darun nadwah untuk merencanakan pembunuhan kepada Nabi Muhammad SAW dan Allah yang mengusai langit dan bumi menyaksikan semua proses tersebut. Lalu, Allah mengatakan, "Wayam kuruna Wayam Kurullah". Seolah - olah Allah mengatakan, wahai kaum Quraisy, Lakeko mae. Apa tong kalian semua.
Bahkan, Allah membuat kisah tersebut sangat dramatis. Dia ambil keputusan di majelis tersebut. Tetapi, Allah membuat cerita tersebut putus - putus, tidak bersambung. Begitu elit quraisy mengepung Rumah Rosulullah SAW, di buat mereka mengantuk dan Nabi tidak keluar - keluar dari rumahnya, akhirnya mereka semua tertidur.
Sebenarnya, Tidur itu adalah Alat - instrumen Allah SWT. Dengan hanya di buat tertidur, maka seluruh konspirasi pembunuhan kepada Rosulullah SAW, berantakan.
Coba kita perhatikan, ngantuk yang sama di berikan kepada kaum muslim di perang Badar. Malamnya kaum muslimin sangat ngantuk, sehingga tertidur. pagi harinya kaum muslimin sangat segar. Sedangkan orang Quraisy, malamnya pesta pora, dengan harapan besok mereka akan menyembelih kaum muslimin. Akibatnya, Kaum Quraisy kalah di perang pedar.
Baru satu instrumen yang di gunakan oleh Allah SWT, yang bernama Ngantuk. Hancur leburlah seluruh rencana dan konspirasi manusia. Bagaimana dengan yang lain?.
Ihwal itulah, karena terlalu banyaknya instrumen yang dapat di gunakan oleh Allah SWT, makanya Allah mengatakan "Innallahu la yu' ju zun - mereka tidak akan bisa membuat Allah tidak berdaya". Jadi, santai saja. Ketika kita berhadapan dengan musuh kita, bukan malah musuh kita yang kita bayangkan. Tetapi, kita membayangkan Allah SWT. Allah yang menciptakan mereka, Allah SWT yang menentukan hidup dan matinya mereka, Allah yang mengatur semua peristiwa di alam raya ini.
Kalau kita punya perasaan seperti itu. maka, yang muncul di dalam diri kita adalah keberaniaan - assyaja'atul imaniyah (keberanian Iman). Bukan keberanian, karena kita merasa kuat. Melainkan keberanian, karena kita bersama Allah SWT.
Ketika Khalid bin walid ingin memimpin perang Yarmuk, orang - orang muslim ketakutan melihat pasukan yang begitu besar. Maka, khalid bin walid mengatakan, ini pasukan kalau di biarkan menunggu, tidak akan terjadi serangan. Karena pasukan kecil ini takut menyerang pasukan yang terlalu besar dan yang besar juga takut menyerang pasukan yang kecil, karena sekalipun pasukan kaum muslim kecil. Tetapi, tidak punya sejarah kalah. Artinya sama-sama takut.
Lalu, khalid bin walid mengatakan, "kalau begitu kita yang serang duluan. Daripada kita sibuk menghitung jumlah musuh, lebih baik kita sibuk menyembelih musuh-musuh kita".
Dulu, salah satu perang paling besar dan paling monumental dalam Sejerah Islam, yaitu perang malaskar. Dimana kaum muslimin berhadapan dengan pasukan salib, sebanyak 1 juta pasukan, dan pasukan kaum muslimin hanya sebanyak 27 ribu. Pasukan kaum muslimin ini di pimpin oleh Alp Arslan dalam sejarah Bani Seljuk.
Sebelum pertempuran, Alp Arslan datang kepada para Ulama meminta nasehat. Ulama menasehatinya, "lawan. Tetapi, di giring pertempuran pada hari jum'at dan minta seluruh khotib jum'at berdoa untuk kemenangan kita jum'at itu".
Alp Arslan sujud dan mengambil tanah untuk ia baluri ke wajahnya. Kemudia ia mengambil kain kafan, ia membaluri parfun di tubuhnya dan siap untuk syahid. Lalu, ia takbir dan bergerak. Akhirnya, kaum muslimin yang jumlahnya cuman 27 ribu bisa mengalahkan 1 juta pasukan salib.
Hal yang sama juga terjadi pada perang Ain Jalut, saat Muzaffar Khusuz menghadapi pasukan Tartar, yang tidak punya sejarah di kalahkan.
Artinya Al imanul qodr - iman kepada Takdir, itu adalah sumber keberanian kita.
"Ketiga", yang di wasiatkan Qur'an kepada kita adalah hendaknya kita ini mempunyai apa yang di sebut dengan Fithu idharotil ma'roka - fiqih manajemen perang. Hal ini adalah Tsaqofah -ilmu yang harus di miliki kaum muslimin.
Kalau kita baca sejarah Nabi - Nabi atau lebih spesifik pada sejarah Nabi Musa. Kita juga mungkin salah Tafsir, waktu orang datang memberi laporan kepada Nabi Musa, bahwa mereka sedang membuat konspirasi untuk membunuhmu dan Nabi Musa Lari meninggalkan mesir. Apakah Lari yang di maksud itu berarti Takut?. Tidak, sebab 10 tahun kemudian dia kembali lagi dan menghadapinya.
Artinya, berlari dan menyerah adalah Salah satu Strategi, dan strategi seperti itu di sebut sebagai Manajemen Perang : Kapan kita menyerang, kapan kita mundur, dst. Fiqih inilah yang seharusnya di miliki kaum muslimin. Bahkan karena itu, ketika Nabi Musa Belari meninggalkan mesir, beliau mengatakan, "fafaror tu mingkum lamma khiftukum, wahawa habli robbi khukma - maka aku berlari meninggalkan kalian, tatkala aku takut kepada kalian. Maka Allah memberikan kepadaku kekuasaan".
Coba perhatiakan, ia berlari dari ancaman. Tetapi, di berikan kekuasan. Makanya salah seorang Ulama yang di kenal tajam dalam menafsirkan mimpi, Ibnu Siri mengatakan, "kalau kita mimpi di kejar - kejar Musuh, salah satu artinya adalah Allah akan memberikan kekuasaan kepada kita".
"Ke-Empat", Al Qur'an ini berpesan kepada kita, agar kita punya manajemen strategi. Ketika kita menghadapi konspirasi tersebut, setelah selesai dengan sikap jiwa. Ketakutan telah kita hilangkan, sumber keberanian sudah kita miliki. Sekarang kita masuk ke sisi rasionalnya, yaitu Strategi - Taktik.
"Kelima", fiqhu mawadzi kua - fiqih tentang perimbangan kekuatan. Ilmu ini, belakangan hanya di milik kaum intelejen dan tidak merupakan Tsaqofah amma - Wawasan umum Kaum muslimin. Padahal ini adalah ilmu yang seharusnya di miliki oleh kaum muslimin, yaitu Ilmu tentang perimbangan kekuatan.
Kita mesti Tahu, bahwa para pelaku kejahatan yang melakukan kejahatan atau konspirasi di masyarkat, kita mesti tahu siapa saja mereka. Kekurangannya sebesar apa, orang - orangnya siapa saja, sumber dayanya dari mana, rencananya seperti apa?.
Ihwal itulah, Nabi Sholeh saat di utus di kaum Tsamud, "Wa kana til madinati tis atun roftin yufsiduna fil ardhi wa la yuslihun - di kota itu, yang di huni oleh kaun Tsamud, terdapat 9 kelompok yang kerjanya hanya merusak dan tidak mau memperbaiki ".
Dari situ kita bisa lihat bahwa Nabi Sholeh bisa mengetahui dengan baik siapa saja klan - klan tersebut dan apa kekuatannya. Karena menyebutkan angka 9 yang defenitif dan detail. Oleh zebab itu, Nabi Sholeh Tahu bagaimana cara menghadapinya.
Salah satu masalah kita hari ini ialah kita tidak tahu peta di lapangan, maka kerap kali kita mengalami Salah baca - Miss reading. Semata - mata karena kita punya Iman yang kuat kepada Takdir, maka kita meremehkan semuanya.
Makanya, Menurut Syaikh Muhammad Al Ghazali mengatakan, salah satu kesalahan terbesar kaum islamis ialah ia masuk ke dalam satu pertempuran dengan sangat Naif. Mereka mengorbarkan salam Jihad, siap tempur. Begitu memasuki peperangan, dia kaget karena musuhnya terlalu besar dan dia tidak bisa menghadapinya.
Artinya, sekalipun Allah yang mengendalikan semua pertarungan ini. Tetapi, Allah juga menerangkan satu Kaidah kepada kita, bahwa kemenagan selalu lekat dengan Usaha manusia. Sehingga Logika Angka untuk mengukur kekuatan, kelemahan dan peluang kita dan musuh harus selalu ada.
Dari situlah kita menggambungkan usaha maksimal kita dan pertolongan Allah. Inilah satu kombinasi yang unik, antara kekuatan Iman yang menjadi sumber Keberanian yang tidak ada habisnya dan pengetahuan yang detail tentang fakta lapangan atau Perimbangan Kenyataan yang akan kita hadapi.
Jadi, kita berani, optimis, tidak takut. Tetapi pada waktu yang sama kita juga Cerdas, realistis dan akurat. Kombinasi inilah yang selama ini hilang. Ada orang yang pemberani tapi naif dan ada orang yang terlalu banyak tahu, tetapi menjadi penakut.
Setalah itu baru kita memasuki poin ke -Enam yaitu, Fa idza Azamta Fatawakkal alallahi - jika kamu sudah bertekad, tinggal bertawakkal kepada Allah. Kata para Ulama, makna Azima itu adalah tawakkal. Tawakkal itu adalah Sikap jiwa yang benar dan pengetahuan atau wawasan.
Jika kita punya kelima hal ini, maka seharusnya kita punya alasan untuk bangkit dan melawan semua konspirasi yang sedang di hadapi.
*Dakwah pinggiran
*Rst
*Nalar pinggiran


Tidak ada komentar:
Posting Komentar