Akar persoalan kita adalah kebodohan - Jahiliyah. Maka Turun Perintah "Iqro - Membaca". Ibnu Qoyyim Al-Jausyiah mendaku, "Seseorang akan melakukan sesuai dengan apa yang dicintainya".
Di Jerman, tempat kelahiran dunia percetakan, buku memiliki masa depan yang cerah. Berdasarkan penelitian yang dirilis : 61% anak berusia 6 hingga 13 tahun di Jerman membaca buku secara rutin, dan hampir setengahnya yakni 55% dari kelompok usia ini yang memilih membaca majalah anak dan komik beberapa kali dalam seminggu. Meski 62% anak mengaku menggunakan internet dan mengunduh berbagai aplikasi, hanya satu di antara tiga anak berusia 6 hingga 13 tahun, sekitar 34% yang rutin menonton video di YouTube. Bahkan lebih sedikit lagi 28% yang bermain "video-game".
Hanya televisi yang mampu menandingi media cetak dalam merebut perhatian anak-anak Jerman, Sekitar 93% anak berusia 4 hingga 5 tahun rutin duduk di depan layar kaca, sementara 97% anak berusia 10 hingga 13 tahun menonton televisi beberapa kali dalam seminggu. Anak-anak Jerman lebih menikmati cerita dalam lembaran buku, bukan berarti anak-anak di Jerman tidak melek media digital, 37% responden pada kelompok berusia 6-9 tahun memiliki telepon genggam pribadi. Angka ini meningkat hingga 84% di antara anak berusia 10-13 tahun. Namun, biasanya ada waktu tertentu untuk boleh menggunakan ponsel tersebut.
Pada kelompok usia lebih tua, layanan pesan seperti WhatsApp mengambil alih perangkat berkirim pesan konvensional yakni 68% berbanding 61%. Hanya satu di antara empat (29%) anak berumur 10-13 tahun yang mengaku memiliki Facebook.
Di indonesia justru terbalik, Banyak nonton Youtube dan Televisi, banyak Bermain Geadget, banyak bermain game. namun, kurang membaca. Padahal, Bangsa kita memiliki perpustakaan terbanyak di dunia, Setelah india. Inilah Anomali kita, Perpustakaan banyak, lapak baca banyak. Tapi budaya baca rendah. Sudah budaya baca rendah. Justru di beberapa kesempatan, Beberapa waktu lalu, kita di hebohkan dengan Razia buku-buku bercita rasa Komunis. Bagaimana itu Ais?, Tanya seorang kawan.
Pemerintah harusnya bukan merazia. Tapi mencerdaskan, bila perlu pihak yang merazia itu mempelajari : Mana komunisme ala- D.N Aidit, Mana Komunisme Rusia, Mana Komunisme Mao Tze Dong, mana Komunisme Ali Surchman, mana Komunismenya Ho Chi Mhin, mana Revisionist, Kiri Baru, mana Neo Marxis, Bukan malah Memukul rata.
Tak Ingatkan kita pada Khasanah lama, "Setiap buka adalah kutipan - setiap rumah adalah kutipan seluruh rimba raya, tembang-tembang dan bebatuan. Setiap manusia adalah kutipan dari leluhurnya", kata Filosof Ralph Waldo Emerson.
Dulu juga merebak opini tentang buku-Buku Pram, "Kamu berhati-hati membaca buku Pram. sebab, ia dekat dengan ideologi Si Anu. Buku-bukunya menakutkan". Begitu kata kawan saya.
Mari kita renungkan apa yang pernah di tulis Pramoedya, "Setiap tempat adalah sekolah. Setiap orang adalah Guru. Setiap buku adalah ilmu". Olkarit (oleh karena itu), "Pernahkah kita membaca karya Pramoedya, satu atau dua saja?", "Tidak?". Saya mengoleksi hampir semua buku Pram, yang digital dan pernah meminjam buku teman yang baik hati. Berulang kali saya baca, begitu luar biasa dan saya tidak menjumpai apa yang kamu tuduhkan dalam karya-karyannya. Saya justru lebih takut membaca, "cara kilat untuk menjadi kaya". Kadang-kadang kita perlu singgahkan dalam benak, apa yang pernah di tulis Pramoedya dalam dua penggalan kalimat di Tetrologinya yang terkenal itu, "hidup itu sungguh sederhana, tafsirannya saja yang hebat-hebat" Dan "Adillah sejak dalam fikiran".
Saya punya beberapa koleksi buku-buku beraroma kiri (komunisme). apakah saya komunis?. Untuk itu, saya teringat dengan Ayahtullah Al Uzma Sayyid atau Ali Khamenei. bukan Khomeini. Khamenei adalah sahabat atau murid dari Khomeini. Telah menerjemahkan beberapa karya Tokoh-Tokoh ikhwanul Muslimin : As-Sayyid Qutb dari bahasa arab ke parsi, antara lain ; " Ayandeh dar qalamrove islam (masa depan dalam kekuasaan islam)" dan " Endea name Allah tamaddon-e gharb (gugatan terhadap budaya barat)". Juga karya Abdul Mun'im Namri Nasri, " Mosalmanan dar Nehzat-e azadi-e hindustan (muslim dalam gerakan kebebasan india)". Di setiap kesempatan Khamenei selalu mengatakan ; "saya banyak belajar dari ulama-ulama Sunni".
Beberapa koleksi buku saya yang dianggap Tabu, saya kerap di sindir oleh kawan : "Ais, mengapa kamu membaca buku-buku Khomeini, Ali syari'ati, Mutahahhari dan Mohammad Baqr al sadr, dsb. Tak Ingatkah kau bahwa mereka syi'ah?". Jadi, jika saya membaca artikel-artikel "Parves Hoodboy" dan si pemenang Nobel - Abd Salam, berarti saya Ahmadiyah, begitu?. KFC, Pizza Hut, Burgger, Ayam Rica-Rica, Coto, empek-empek, memang enak?. Tetapi, lidah saya tetap Ikan kuah asam, terutama racikan Mama.
Montesquieu bertutur, "Banyak-banyak membaca buku, agar kau paham bahwa tidak ada yang kau tau". Membaca buku Seperti payung sebelum hujan, asupan bacaan akan menjadi bekal dalam menghadapi Gurita Informasi yang kian rigid dan berseliweran. Itulah sebabnya, Anatole France, seorang Novelis berguman bahwa "Jangan pernah meminjamkan buku, karena tidak akan pernah dikembalikan. Ribuan buku-buku di perpustakaan saya semuanya adalah hasil pinjaman". Karena, itu juga Gus Dur berkata bahwa "Hanya orang bodoh yang mau meminjamkan bukunya. Dan hanya orang gila yang mau mengembalikan buku yang sudah dia pinjam". Jadi tinggal pilih, mau jadi orang bodoh apa orang gila?.
kawan dan beberapa Saudara saya sangat suka menonton Mata Najwa. Matanya berbinar memandangi Najwa Shihab, yang biasa ku panggil Nana. Nona kelahiran Ujung Pandang (Makassar), 41 Tahun Silam. Anak dari seorang Ahli Tafsir Prof. Dr. Qurais Shihab, keponakan Cendekiawan Muslim Alwi Shihab. Perempuan Cerdas dan pintar, kata Saudara saya. Terlihat sekali ia menguasai banyak bidang. Mampu bertanya dan menganalisis dengan baik. Bisa menghadirkan tontonan yang membuat kita cerdas. Mengapa ia bisa seperti itu?, lanjutnya sambil bertanya.
kawan, Nona Nana itu rendah hati. Ia rajin membaca buku. Kamu harus tahu, BUKU itu berbeda dengan KUBU. Tidak sama, kita jarang "memeluk atau membaca " buku-buku. Tapi justru "menempelkan diri ke kubu-kubu".
Berkenaan dengan Itu, saya teringat pada premis-premis dalam Catatan lamaku : "Mencintai Buku, sama dengan Memeluk Dunia. Mencintai perempuan yang mencintai buku. maka, sama dengan memeluk dunia dan seisinya. Perempuan dan buku kerap sama, dalam menciptakan jatuh cinta. Diantara 1000 yang baru, hanya ada satu Perempuan yang mencintai Buku. Itupun sudah ada yang punya.
****
Dulu, Ada sejumlah buku yang saya hadiahkan pada teman perempuan yang saya anggap istimewa, baik saat masih kuliah atau sesudah kuliah. Beberapa judul yang saya masih ingat adalah "buku jilbab dan pakaian wanita muslimah-Quraisy Shihab", buku "Soekarno ku antar engkau ke pintu gerbang" - oleh Inggit Ganarsih, "Filsafat Perempuan dalam Islam"-Murtadha Mutahahari. "Sang alkemisnya", Paulo Coelho. Novel "lontara rindu"- S. gege Mappangewa dan "Panggil aku Kartini", karya Pram. Judul lainnya saya agak lupa. kesemua buku itu berhubungan dengan perempuan atau keperempuanan. Jika mendengar pengakuan dari kawan yang juga kerap memberikan buku kepada teman perempuan Istimewannya, topik yang mereka pilih pun serupa. Kalau tidak, yang sejenis dengan buku sastra Pada umumnya, tapi selalu karya dari pengarang-pengarang terkemuka.
Pilihan itu tentunya di maksudkan untuk melahirkan kesan, agar si pemberi tidak dianggap "picisan". Oleh karenannya, ketika saya mendengar kakak saya bertutur dengan buku "Sekitar Proklamasi" yang di karang Hatta, saya agak terkejut ketika menyimak ulasannya bahwa buku itu ternyata merupakan buku yang di hadiahkan oleh "M. Dawam Rahardjo" kepada Kekasihnya. Sederhana saja, hadiah kepada kekasih kok buku soal proklamasi, karangan Hatta lagi - yang kita kenal adalah orang yang dingin pada Perempuan.
Tetapi, barangkali hal itulah yang membuat pemberian itu istimewa. Kelak "Hawariah" atau biasa di panggil "Iyah", dikenal sebagai Bu Dawam. Sebelum meninggal 1994, selama tiga dekade Bu Hawariah menemani Pak Dawam sebagai Istri. Buku itu menjadi artefak kisah cinta mereka. Buku sebagai saksi cinta. Apa lagi yang lebih romantis daripada itu.
***
Seorang pemuda datang ke sebuah perpustakaan di kota paris, ingin meminjam buku. Kata penjaga, bukunya sudah dipinjam seorang gadis. Di waktu lain, Si gadis ingin meminjam buku. Kata penjaga, bukunya sedang di baca seorang pemuda. Singkat cerita. Akhirnya, Si gadis dan Si pemuda tersebut, bertemu dan menikah.
Kisah cinta ini adalah kisah cinta Malik Ben Nabi dengan seorang Gadis Paris, bernama Paulette Philippon. Dalam membangun rumah tangga, kecocokan pikiran keduanya mendahului kecocokan tubuh.
Malik Ben Nabi atau yang di kenal sebagai Ibnu Khaldun Modern memahami bahwa sebagai manajer Rumah Tangga, perempuan tidak hanya butuh yang menarik. Tetapi, yang akalnya ter-asa dan fitrahnya terjaga. Itulah alasan beliau berjuang mendapatkan Hati Paulette.
Tahun 1932, Ben Nabi mendapatkan cinta Paulette. Tahun 1935, keduanya menikah secara resmi, setelah Paulette masuk islam dan berganti nama menjadi Khadijah. Kecocokan akal tadi, membuat mereka bisa melewati semua situasi sulit. Bahkan, ketika Ben Nabi di deportasi tahun 1954.
Puncaknya tahun 1961. karena, Paulette belum juga bisa memberikan anak kepada Keluarga Ben Nabi di aljazair. Maka, keluarganya mengusulkan agar Ben Nabi menikah lagi. Ketika itu Ben Nabi di Kairo, setelah di deportasi dari Prancis. Paulette justru mendukung usulan keluarga Ben Nabi dan merelakan dirinya di madu.
Menjadi istri seorang pemikir hebat seperti Ben Nabi, Paulette harus serba kuat. Ben Nabi di Kairo dengan segudang Kesibukan, dalam kondisi LDR dengan Istrinya, paulette di paris juga sama. Pada kondisi semacam ini, Kecocokan tubuh tidak lagi berlaku. Kecocokan pikiranlah, yang membuat mereka bertahan.
Tahun 1961 Ben Nabi akhirnya menikah yang kedua kalinya, di usia 51 tahun. Paulette di paris tetap menjadi wanita hebat untuk Ben Nabi, bahkan bagi keluarga Ben Nabi, yang karena usulan mereka dirinya di madu. Paulette terus mengirimkan apapun yang dia punya untuk keluarga Ben Nabi di Aljazair.
Cinta Paulette kepada Ben Nabi tidak bertepi. Di saat dirinya, di tinggal sendirian di paris. bahkan dimadu. tetapi, sikapnya kepada Ben Nabi dan keluarganya tidak ada yang berubah. Bahkan Paulette menyisihkan uang belanjanya untuk keluarga Ben Nabi.
Begitulah cinta yang dibangun diatas kekuatan akal dan jiwa. Hanya bisa di lakukan oleh perempuan yang akalnya terasah dan fitrahnya terjaga. Kisah cinta Paulette dan Ben Nabi Mustahil bisa dilakukan oleh pasangan yang menikah, hanya bermodal kecocokan tubuh dan harta, serta Tampang saja.
Tahun 1973 Paulette wafat. Ben Nabi hanya bisa berkata, ketika mendengar kabar berita wafatnya Paulette ; " saya merasa seperti anak yatim yang ditinggal Paulette". Beberapa bulan setelahnya, 31 oktober 1973, Ben Nabi juga Wafat.
Pemikiran Malik Ben Nabi, di baca hingga Hari Ini, pengorbanan Paulette di ceritakan hingga saat ini juga.
Saya tidak tahu, ini kisah cinta bahagia atau sedih. Tetapi, yang jelas mereka berdua telah berhasil menjelaskan, bagaimana seharusnya pondasi yang di bangun dalam berumah tangga.
***
Hobi Imam Syibawaih adalah menulis buku. Di sebut sebagai Syibawaih, karena bau badanya seperti buah apel. Ia adalah Imam yang ganteng, masih muda, alim, di tambah bau tubuhnya seperti bau apel. sehingga membuat banyak perempuan yang tergila-gila padanya.
Setiap Malam Istrinya menunggu untuk di manja olehnya. Tapi, Dia justru Sibuk menulis. Kitab satu di pindahkan ke kitab satu lainnya, sampai berjilid-jilid kitab. Nama bukunya sederhana yaitu Al Kitab.
kita di indonesia, justru menamakan Injil sebagai Al Kitab. Sembrono memang Imam Syibawaih ini, karena dia bukan orang Indonesia 😂🤣. Sehingga menamakan kitabnya dengan Judul Al Kitab.
Singkat cerita, Istrinya sudah PDKT, Merayu-Rayu. Tapi, dia tetap sibuk menulis. Padahal, Istrinya sangat cantik. Lama kelamaan istrinya berpikir, "aku di terlantarkan begini gegara kertas-kertas Tulisannya dengan Judul Al Kitab".
Suatu saat, di pagi hari. Kertas Imam Syibawaih untuk menulis habis, pergilah ia ke pasar membeli kertas. Akhirnya, Kitab di rumahnya di bakar Istrinya, "karena di dalam pikiran Istrinya, berlembar-lembar Kertas yang memalingkan dari dirinya sudah di hilangkan - di bakar".
Begitu Imam Syibawaih datang dari pasar, melihat kertas-kertas (Kitab)nya sudah tidak ada. Sang Imam menanyakan pada Istrinya, "Dimana Kitabku?". Istrinya menjawab, "sudah aku bakar. Karena, gegara kitab tersebut, kamu menelantarkanku setiap malam".
Setiap Malam Istrinya menunggu untuk di manja olehnya. Tapi, Dia justru Sibuk menulis. Kitab satu di pindahkan ke kitab satu lainnya, sampai berjilid-jilid kitab. Nama bukunya sederhana yaitu Al Kitab.
kita di indonesia, justru menamakan Injil sebagai Al Kitab. Sembrono memang Imam Syibawaih ini, karena dia bukan orang Indonesia 😂🤣. Sehingga menamakan kitabnya dengan Judul Al Kitab.
Singkat cerita, Istrinya sudah PDKT, Merayu-Rayu. Tapi, dia tetap sibuk menulis. Padahal, Istrinya sangat cantik. Lama kelamaan istrinya berpikir, "aku di terlantarkan begini gegara kertas-kertas Tulisannya dengan Judul Al Kitab".
Suatu saat, di pagi hari. Kertas Imam Syibawaih untuk menulis habis, pergilah ia ke pasar membeli kertas. Akhirnya, Kitab di rumahnya di bakar Istrinya, "karena di dalam pikiran Istrinya, berlembar-lembar Kertas yang memalingkan dari dirinya sudah di hilangkan - di bakar".
Begitu Imam Syibawaih datang dari pasar, melihat kertas-kertas (Kitab)nya sudah tidak ada. Sang Imam menanyakan pada Istrinya, "Dimana Kitabku?". Istrinya menjawab, "sudah aku bakar. Karena, gegara kitab tersebut, kamu menelantarkanku setiap malam".
Istrinya Mengira dengan Membakar Kitab yang memalingkan Suaminya. Maka, suaminya akan memilihnya. ternyata tidak. Imam Syibawaih lebih memilih kitab ketimbang Istrinya. Akhirnya Istrinya di ceraikan Oleh Imam Syibawaih.
Imam Syafi'i juga demikian, dia tidak berani menikahi anak orang besar dan Kaya raya, gegara banyak Minatnya. Saat Imam Syafi'i ingin menikah, standar atau Imam Syafi'i Memberi Proklamasi begini. Hal ini Bisa di tiru, tapi Syaratnya Harus Ganteng 🤣😂, karena kalau ganteng kompetitornya banyak.
Imam Syafi'i itu Ganteng, Mulia, terhormat, cerdas, Alim, zuhud, Wali Kutub dan Terkenal. Beliau mengumumkan, " siapa yang mau menjadi Istriku. syarat pertama, Harus rela tidak aku gauli. Kedua, Siap tidak aku urus, karena aku sibuk dengan mengajar. Ketiga, harus siap membuatkan makanan saat aku mendidik santri". Jadi Syaratnya hanya itu.
Walhasil, ada seorang Perempuan sederhana, keturunan Orang baik dan Sholeh, siap di nikahi tanpa permintaan apapun. Sampai mereka sudah Tua, setiap ada santri yang mengaji di suguhi dengan Makanan. Begitu terus sampai mereka berdua wafat.
Ulama atau Orang Ahli dulu saking cintanya dengan Ilmu. Istri mereka di dapat sesuai dengan kriteria yang bisa menopang Ilmu mereka. Sekarang kita tidak. Padahal, Banyak orang alim yang selesai Hidupnya, hanya karena satu hal diatas. Misalnya, Banyak kawan saya yang Hafidz, bacaan Qur'an sangat Lancar dan bagus. Tapi hilang semua gegara ahh sudahlah.
Makanya, banyak kita temukan, Ulama-ulama kita itu yang aktivitas kesehariannya hanya Mengaji dan Mengajar. Bahkan kadang mereka tidak tahu apakah Istrinya sudah makan atau belum. Bayangkan.
Aisyah adalah Tipikal Istri yang seperti itu. Kadang ketika kita membaca Musnad Ahmad, sependek Pengatahuanku, Musnad Ahmad itu ada 14 Jilid. Kita akan heran sendiri, karena satu Jilid biasanya hanya Di Riwayatkan Oleh Aisyah saja, seperti golongan Muqsirin - Muqsirat itu riwayat sayidah Aisyah semua dan anehnya dalam satu jilid yang di riwayatkan Aisyah tentang Nabi, selalu bermuatan Hukum. Bukan kenangan Nabi saat tidak punya Uang.
Misalnya begini, Jika tidak ada sesuatu untuk di makan, apakah hal itu menjadi masalah di rumah kita?. Tentu, hal itu bisa memicu masalah, bahkan berpotensi perang Baratayudha.
Tetapi, bagi Sayidah Aisyah, hal-hal demikian di kenangnya dengan Rileks dan santai saja. Karena pernah peristiwa itu terjadi dan Sikap Nabi dalam menanggapi soal demikian, " kalau tidak ada yang bisa di makan. Ya, saya berpuasa saja". Demikian juga jawaban aisyah, "oke, Ya Rosulullah kalau tidak ada yang bisa di makan kita berpuasa bersama saja".
Bayangkan kita punya pasangan seperti demikian?. Bisa semudah itu menyelesaikan masalah ekonomi, dan Luar Biasanya, Aisyah tidak menceritakan - Meriwayatkan peristiwa tersebut sebagai bentuk kekecewaannya dengan keuangan Rosulullah SAW. Tapi, Aisyah meriwayatkan hal itu sebagai Konsekuensi Hukum, bahwa "Puasa sunnah tidak wajib untuk Niat waktu malamnya". Mengapa?. Nabi pernah berpuasa dan Start Puasa ketika mendapat Informasi dari Istrinya bahwa sarapan tidak ada untuk di makan.
Bagaimana mungkin hal itu terjadi, jika bukan dari Istri Sholeha?. Pernahkan kita menanggapai makna tersirat seperti itu atau tidak?. Seperti, saat tidak ada Sarapan, dia bilang, " Ayo bebs, kita puasa saja". Kalau ada yang demikian saat ini, kasih tahu saya. Demi Allah, saya Kasih dia uang 😂.
Sayidah Zenab, misalnya. istri nabi yang lainnya. Ketika Sayidah Zaenab melihat nabi sedang I'tikaf di masjid, Dia lansung membuatkan Sawari (semacam Barikade Pembatas) dan Semuanya melakukan I'tikah di masjid bersama Nabi.
Andaikkan Nabi adalah Figur yang tidak menarik atau figur yang jorok. Pasti istri-istrinya tidak akan mengikutinya. Sebab, dimanapun, banyak Istri pasti menjadi Sumber Masalah. Tapi, istri -Istri Nabi terbiasa berkompetisi dalam Ibadah bersama Nabi.
Ihwal itulah kata Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam Kitab Fathul Bary, " kenapa nabi di beri Istri Banyak?. Padahal umumnya, Manusia yang banyak bicara adalah Perempuan dan yang paling banyak bicara lagi adalah seorang Istri, karena dia tahu persis keburukan Suaminya. Tapi, Nabi Istrinya 9 orang, semuanya Sholehah dan Hafizah, serta semuanya menjaga agama.
Andaikkan Nabi memiliki kekurangan (Dalam jabatan sebagai Nabi), tentu istri-Istrinya akan Koar-koar. Sebab, lumrahnya seorang istri adalah tidak bisa menahan apa yang mereka lihat dari suaminya.
Istri-istri Nabi begitu di tinggal Wafat oleh Nabi, mereka menjadi perempuan-perempuan Handal. Aisyah Misalnya, menjadi aktivis Perempuan, sampai dia tidak terima dengan Sayidina Ali, ketika Secara Lahiriah terlalu lama menangani Kasus pembunuhan Sayidina Ustman.
Salah satu Wiridan yang kerap di baca para ulama kita, "Subhanallah wa bi hamdi adada kholqi wa ridho nafsih", itu juga perawinya adalah Istri-Istri Nabi.
Misalnya kenangan terindah dari Sayidah Aisyah, yang hampir kita tidak temukan saat ini. Aisyah berkata, "Nabi itu kalau mengingat - Dzikir kepada Allah. Istri secantik diriku saja, tidak di lirik". Sebagaimana kita ketahui dalam Riwayat-riwayat yang di nukil, bahwa Aisyah itu Cantiknya bukan main dan Masih muda. Gelarnya adalah Humairoh.
Aisyah, Kalau tidur suka menyilangkan kakinya dan berbaring menghadap keatas. Tetapi, Nabi yang masih sholat tetap khusyuk bahkan sampai menangis. Makanya Peristiwa itu menjadi Bab Fiqih, boleh sholat dimana di depan kita, ada orang yang tidur. kata Imam Bukhari, " Tidak apa-apa Sholat jika di depannya ada orang tidur".
Nabi itu tidak congkak kaya kita. Kita ini, sholat saja jarang, tapi punya ruangan khusus untuk sholat. Berlagak betul umat Islam zaman akhir ini. Sholat Tahajjud saja jarang, tapi punya Ruangan Khusus untuk sholat. Jadi, kalau ada Tamu, ia bisa terlihat seolah-olah sholat, karena ada Ruangan Khusus Sholatnya. Sekalipun, tidak ada orangnya. Karena orangnya ngorok sampai pagi. Paginya di bersihkan, sajadahnya di tata seperti kelihatan habis di pakai sholat. Ya Allah, kelakuan manusia zaman akhir.
Nabi tidak berlagak dan bergaya seperti kita. Kamar yang di pakai tidur, kamar itu juga yang di pakai Sholat. Sedangkan Sayidah Aisyah tidurnya menyilangi Nabi. Tetapi, tetap Khusyuk bahkan Menangis dan Nabi cuek pada Aisyah. Kata Aisyah, "aku lanjutkan tidurku. Aku tetap memanjangkan kakiku hingga mengenai Nabi. Kalau Nabi Mau sujud, aku tarik kakiku kembali. Kalau Nabi berdiri, saya panjangkan lagi kakiku. Tapi berdirinya Nabi Saat Sholat, Lama".
Artinya apa. Kita hampir tidak bisa mengalami hal itu. Justru, mungkin saat kita Sholat, pasangan kita akan marah, sholat apaki itu kita menganggu orang tidur. Minggirki ke sana.
Makanya sangat mustahil kita bisa meniru Nabi. Susah. Ihwal itulah, kita meniru dalam taraf yang agak mirip. Kita cuman bisa meniru - Sholatnya Nabi menghadap Kiblat, kita menghadap yang sama.
Demikianlah Epos kesejatian cinta adalah sejarah paling tua seumur keberadaan Manusia, sebagaimana pertemuan Adam dan Hawa setelah Terusir dari Taman eden dan berjumpa kembali dibukit cinta adalah Drama kesetiaan yang paling menggahar elan kecintaan. Pertemuan keduannya adalah hukum baku dua kutub perasaan yang saling mengandaikkan. Bahwa dalam sejarahnya, cinta tak pernah hidup dalam bara api penghianatan. Sejarah cinta adalah epos kesetian paling tua seumur keadaan manusia.
"Iqraa": Aku ingin memelukmu.
AKU MENCINTAIMU..!!
*Catatan Pena Nalar Pinggiran
* Rst
*Nalar Pinggiran


Tidak ada komentar:
Posting Komentar