Mengenai Saya

Jumat, 30 Desember 2022

PANCASILA, MUHAMMADIYAH, NU DAN GUYONAN GUS DUR

 

Pertanyaan Cak Nanto (PP. Pemuda Muhammadiyah) pada Gus Dur, "Gus, bagaimana pandangan Islam tentang Indonesia yang memilih bentuk negara Pancasila, bukan negara Islam?"

"Menurut siapa dulu, NU atau Muhammadiyah?", jawab Gus Dur.

"NU, deh Gus", kata Cak Nanto.

"Hukumnya boleh. Karena bentuk negara itu hanya wasilah (perantara). Bukan ghoyah (Tujuan)", Jawab Gus Dur.

"Kalau menurut Muhammadiyah?", tanya Nanto lagi.

"Sama", jawab Gus Dur singkat.

Nanto melanjutkan pertanyaan berikutnya, "Kalau melawan Pancasila, boleh tidak Gus? Kan bukan Al-Qur’an?".

"Menurut NU atau Muhammadiyah?", jawab Gus Dur.

"Muhammadiyah, coba", kata Nanto.

"Tidak boleh. Pancasila itu bagian dari kesepakatan, perjanjian. Islam mengecam keras perusak janji", jawab Gus Dur.

"Kalau menurut NU?", Tanya Nanto.

"Sama", jawab Gusdur.

Sampai di sini, Nanto mulai senewen. Dia merasa dikerjain oleh Gus Dur. Jawaban menurut NU dan Muhammadiyah kok selalu sama.

"Anda ini gimana sih, Gus. Kalau memang pandangan NU dan Muhammadiyah sama, ngapain disuruh milih menurut NU atau Muhammadiyah?" Tanya Nanto.

"Ya, kita harus dudukkan perkara pemikiran organisasi para ulama itu dengan benar, Mas. Nggak boleh serampanga", jawab Gus Dur.

"Serampangan bagaimana?", sahut Nanto.

"Kalau Muhammadiyah itu kan ajarannya memang merujuk ke Rasulullah," jawab Gus Dur.

“Lha, kalau NU?” tanya Nanto.

"Sama".

Begitulah Uraian Gus Yaqut Cholil Qoumas, Mantan Ketua Umum PP GP Ansor, yang Sekarang menjadi Menteri Agama.

Menurut saya, Salah satu diantara sekian hal, yang Jarang di punyai Tokoh-tokoh besar bangsa ini adalah kemampuan menyederhanakan persoalan. Hal itulah yang di miliki Gus Dur. Ia Ibarat penggalan quote Pram, "hidup ini sederhana, tafsirannya aja yang dibuat rumit-rumit".

Jika kita pernah membaca Tulisan-tulisan Gus Dur. Narasinya begitu memukau dan Lintas "ranah" ilmu. Hal itu Menunjukkan bahwa beliau pembaca yang giat dan Cerdas. Bukan hanya di Tempo saja yang kolomnya selalu ditunggu, tapi juga di Majalah Prisma, jurnal (bulletin) yang luar biasa di era 80an- 90an.

Tulisannya yang luar biasa, kerap bersanding dengan Tulisan intelektual hebat seperti Aswab Machasin, Dawam Rahardjo, Mahbub Djunaidi, Masdar Farid Mas'udi, Salim Said, Cak Nur, Cak Nun, Ignas Kleden adalah beberapa intelektual atau penulis yang paling sering menghiasi kolom-kolom Prisma dan Tempo. Sangat Bernas.

Berkenaan dengan itu, saya ingin memberi Garis bawah, sebagaimana beberapa postingan saya sebelumnya NU dan Muhammadiyah.

Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan. KH. Ahmad Dahlan yang memiliki nama lahir Muhammad Darwisy tersebut pada tahun 1912. Sementara itu, Nahdhatul Ulama didirikan oleh KH. Hasyim Asy'ari pada tahun 1926.

Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dalam perjalanan historisnya, kemudian dikenal memiliki daya inovasi dan kreatifitas kultural sosial yang tinggi dalam menghadapi perubahan sosial. NU dan Muhammadiyah tidak hanya berani, tapi juga kreatif menghadapi masyarakat Indonesia yang terus berubah sejak tahun 1920-an.

KH. Hasyim Asy'ari dan KH. Ahmad Dahlan, dalam konteks genealogik-intelektual, pada hakikatnya memiliki referensi dan acuan Islam yang sama, karena keduanya memiliki guru yang sama pula yakni KH Muhammad Sholeh bin Umar Assamarani (mBah Sholeh Darat) di Semarang dan ulama terkenal asal Minangkabau yang bermukim di Mekkah, Syeikh Ahmad Khathib Al-Minangkabawi.

Lalu dalam "perjalanan" berikutnya, kok terkesan "berbeda ?".

Kita orang Indonesia saja berbeda ketika melihat LIGA SPANYOL. Ada yang suka Real Madrid, banyak pula yang fans berat FC. Barcelona.

Gitu aja Kok Repotttt..


* Pustaka Hayat
* Rst
* Pejalan Sunyi
* Nalar Pinggiran

Kamis, 15 Desember 2022

PENDIDIKAN DAN GURU ; DIALEKTIKA

Beberapa waktu lalu, Saya Baca berita tentang seorang Guru Honorer yang mengabdi 24 Tahun dan baru di tahun ke 24 ia menerima Upahnya, Ya Allah. Hal itu, mengingatkan saya pada salah satu Tulisan, 3 Tahun Lalu, tentang Guru Honorer.

3 tahun lalu, di tahun 2018. Kita lihat di monas sana, di bawah kaki Monas, di bawah tebalnya debu lalu lintas dan sengat udara malam yang dingin dan mencekuk. Para Guru Honorer itu tidur berempet-empetan dan menggelar sajadah di sekeliling Monas. 

Ada yang tidur, sambil kaki di tukik ke arah monas, ada yang tidur sambil ngangkang ke arah istana negara. Bantal juga beralaskan tangan sendiri. Para Guru Honorer itu tidur menghadap lapangan banteng, tempat dimana Sri Mulyani mengatur-atur Fisikal negara. Tempat dimana Sri Mulyani membikin kolom-kolom anggaran bersama anak Buahnya.

Para Guru Honorer itu tidur menengadah; harap ke langit. Ada juga tengkurap dengan kaki mengarah ke istana negara. Tempat dimana suata hari jokowi menikmati elektabilitasnya yang lagi meroket sebagai petahana. Juga tempat dimana Jokowi mengoret-ngoret nasib guru honorer yang blangsak dari tahun ke tahun, tidak karu-karuan. 

Saking banyaknya oretan, lupa temui Guru Honorer itu. Setidaknya datang, sebentar ; biar mengulang janji juga tidak apa-apa. 

Guru Honorer itu nasibnya tercecer di kaki Monas. Coba cek di kaki monas, ada sejarah di gelar, di pajang dalam etalase perjuangan para Founder pendidikan. Tentu, mau jadi apa bangsa ini, bila tanpa Sekolah dan Guru.

Apapun itu, kita ini sedang menuju suatu bentuk peradaban. Jepang pernah memungut para Guru yang tersisa, dari puing-puing Hirosima dan Ngasaki ; ledakan Bom Atom yang meluluh lantakkan Digdaya jepang di asia, lihat bagaimana jepang saat ini?.

Guru-Guru Honorer di kaki Monas itu, sepi dari pemberitaan. Jangan harap. sebab mayoritas media kita sibuk berpolitik. Mereka partisan. Apakah mereka satpam pengawal penguasa?. Jika tidak, mengapa sepi dalam pemberitaan.

Ideologi pers kini "Pasar", mereka pemburu "rente". Pengejar iklan. Media-media itu juga milik para cukong. Sudah pasti mereka cari aman. Sudah kabur yang namanya "Jurnalisme perjuangan". Jangan Harap.

Selain itu, Diberbagai kesempatan, diberbagai forum seminar, Kerabat saya dan kawan-kawannya, senantiasa disuguhi materi tentang "bagusnya" sistem pendidikan di Finlandia. Tentang banyak hal. Tapi, ada satu yang hampir tidak pernah disampaikan yaitu "cinta tanah air". 

Sekali lagi, Ini tentang Finlandia. Negeri berselimut salju yang terletak dikawasan Skandinavia sana. Negeri yang pernah dikunjungi diplomat dinasti Abbasiyah bernama Ahlan Muhammad Sahlan sebagaimana yang dikisahkan dalam film "the 13 the Centuries Warriors (dibintangi dengan teramat apik oleh aktor ganteng Antonio Banderas).  

Finlandia Dikenal dunia sebagai asal pembalap-pembalap otomotif terkenal didunia. Ada nama fenomenal seperti Mika Hakkinen, musuh abadi Michael Schumacher diajang formula 1. Finlandia juga mengingatkan kita dengan Marti Ahhtissari, tokoh kunci perdamaian Helsinki yang membuat Aceh, damai.   

Finlandia, senantiasa jadi buah bibir. Disebut-sebut memiliki sistem pendidikan terbaik didunia. Negara Finlandia, negara asal pembalap F1 Mika Hakkinen ini, dikenal sebagai negara paling OKE menata sistem pendidikannya. Dunia tidak lagi berkiblat pada Amerika Serikat, Jerman atau Jepang, tapi pada negara yang dekat dengan kutub utara tersebut. Dalam pengelolaan anggaran pendidikan, Finlandia mengaggarkan anggaran yang lebih besar pada pendidikan dasar. Ya, pendidikan dasar, bukan pendidikan tinggi mereka. 

Beberapa tahun lalu, Metro TV pernah menurunkan kisah tentang sistem pendidikan negeri ini. Desi Anwar host-nya. Ada penggalan dialog Desi Anwar dengan beberapa orang guru. Penggalan dialog yang menarik. Kala berkunjung ke sebuah Sekolah Dasar di Finlandia : 

"Apa yang menjadi fokus pendidikan di Sekolah Dasar Finlandia?", tanya Desi pada seorang guru. 

"Mencintai tanah air dan jiwa penuh dengan gelora kemandirian. Saya ingin mereka mencintai tanah air mereka". 

Dengan Presiden Finlandia, S. Ninnisto, Desi Anwar bertanya : 

"Apa yang menjadi fantasi Bapak terhadap rakyat Finlandia setelah Bapak tidak lagi menjadi Presiden Finlandia?".

"Saya ingin rakyat Finlandia menjadi rakyat yang ramah, menghargai perbedaan, memiliki kemandirian dalam kedamaian". Jawaban yang indah. Sangat indah.

Guru berasal dari bahasa Sangsakerta, "Gu" artinya Gelap. "Ru" artinya Menghilangkan. Jadi, Tugas Guru Membawa situasi dari gelap menuju terang. Kalau dalam Terma Al - Qur'am di sebut, "Minadzulumati Ilan Nur"

Sayangnya, hari ini tidak sedikit Guru menjadi Juru bicara dari Hoax dan Kegelapan. Padahal, Loyalitas Guru bukan terhadap pemerintah, melainkan terhadap ILMU PENGETAHUAN. Begitu dalilnya.

Saking pentingnya Ilmu, "Sofyan Shauri" mendaku, ada kata "Fa' lam annahu lailahaillahu". Di mulai kata Fa' lam. Bahkan setiap Nabi, status permanennya, hanya satu yaitu MENGAJAR (GURU), "Robbana wa baats fihim rosulan min inna su alaihim ayathik - membacakan ayat-ayat Allah dan "wa yu allimu humul kitab wal hikmah - mengajarkan kitab dan hikmah".

Tidak hanya itu, Allah sendiri mensifati dirinya dengan, " wa Sofa dzatal aliyah bi annahu al muallim", Allah mengajarkan, Arrohmanu allamal Qur'an.

**

Sekain itu juga, Beberapa tahun lalu, kita baca Tag line Hari Guru, "Guru adalah penggerak Indonesia Maju".  Indonesia maju adalah tag line presiden Jokowi. Tetapi, di beberapa Beranda medsos kita juga baca beberapa ciutan, tentang "Derita Guru". Bagaimana mungkin orang yang menderita bisa memajukan pendidikan?

Kita lanjutkan Paradigma tersebut, "Guru adalah penggerak Indonesia maju". Pertanyannya adalah siapa yang menggerakan Guru ; Apakah dengan ekonomi di bawah 5 % bisa menggerakkan Guru. Ironisnya guru-guru kita menaggung kegagalan ekonomi yang tidak bertumbuh. Jadi, memang ada kekacauan paradigma.

"Guru adalah penggerak indonesia maju". Indonesia maju adalah suksesnya Kementrian Parawisata, Kementrian ESDM, Kementrian Perdangangan, Kementrian Industri, Kementrian Pertanian dan Kementrian Lainnya. Artinya, Guru adalah penggerak kementrian-kementrian tersebut. Sehingga Kementrian pendidikan mestinya menjadi penyuplai Nutrisi kepada kementrian - kementrian lainnya.

Kita ini, mau menghormati Guru denga membohongi alam pikiran sendiri. Kita mau membayangkan masa depan, tetapi dengan Ide kolektif yang buruk. Kalau kita katakan apa yang menggerakkan Guru?. Tentu, ide tentang Indonesia maju. Kita tanya pada pemerintah, apa itu indonesia maju?. Tidak ada jawaban, kecuali mereka akan mencapai infrastruktur Statis. Lalu, Apa kaitannya Indonesia maju dengan Filosofi pendidikan?

Jika kita perhatikan di negara-negara Asia atau negara-negara maju. Mereka punya sistem seleksi yang sangat ketat, siapa yang menjadi Guru. Di korea, Yang menjadi Guru adalah mereka yang masuk Rangking 5 Terbaik se-Korea. Di Singapura, mereka yang masuk Rangking 3 terbaik. Di sini kita tidak pernah mendengar hal itu, bahkan kita mengesampingkan Variabel tersebut. padahal Korelasi antara Kualitas Guru dan Murid itu equivalen. Artinya, kita jangan hanya terfokus untuk memperhatikan Kualitas muridnya atau Kualitas kurikulumnya saja. Tetapi, kualitas Guru yang mengajar, tidak.

Pun Guru-guru yang berkualitas. Untung, kalau mereka mau menjadi Guru. Sebab, pasti mereka punya kawan yang juga berkualitas. Tetapi, enggan memilih profesi sebagai guru. Justru, Mereka akan lebih memilih menjadi bangkir atau CEO, dsb. Mengapa?. Karena, kita tidak menghargai profesi Guru. Kita hanya menghargai Guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Sekalipun hal itu juga sudah derogatif.

Apakah guru sebagai "pahlawan tanpa tanda jasa" itu adalah kemuliaan atau kutukan?. Sebab guru-guru kecil dengan gaji yang kecil, dengan jaminan yang ikut kecil, dengan baju seragam yang kekecilan, dengan sepeda motor yang juga kecil, agaknya masih banyak. ia seolah sesosok manusia yang dikutuk menjadi guru. Ia memang tak perlu tanda jasa, karena yang diperlukannya bukan jasa, tapi penghidupan dan kesejahteraan yang sewajarnya.

Padahal, Anggaran pendidikan kita menyerap sampai 20% APBN, pertanyaanya Anggaran tersebut di alirkan kedalam kurikulum apa?. Anggaran tersebut di investasikan kedalam ide apa?. Malayasia dan Vietnam juga melakukan hal yang sama. Bahkan dulu Mesir Menginvestasikan 50 %, separuh dari APBN mereka kedalam Kurikulum pendidikan dan Gagal. Artinya, bukan Nominalnya. Tetapi, ide apa yang mau di hidupkan dengan anggaran sebesar itu.

Selain Pedagogy of Hope dan Kontekstual yang Niscaya di subsidikan kedalam kemampuan Guru dan Dosen (Pengajar). mestinya Guru dan Dosen itu di berikan insentif habis-habisan. Sebab, kompetisi itu di mulai juga dengan insentif yang bermutu. Guru dan Dosen kita di indonesia, karena kekurangan Biaya, terpaksa nyambi untuk mencari tambahan Hidup. Maka, wajar Jioa Kualitas mengajarnya turun.

Kalau kita lihat High school di korea, yang lulus dari situ, di suruh mengambil SIT oleh Pemerintahnya. 99% yang mengambil SIT, pasti skornya Perfect. Padahal, untuk mendapatkan skor 98 saja, kabarnya sudah jungkir balik, saking kompetitifnya, apalagi sampai Perfect skornya. Bayangkan.

Sedangkan kita di sini, Kompetisi ketat hanya terjadi di dalam Parpol, bukan di insitusi keguruan. Luar biasa Ajaibnya. Padahal, Kalau kita baca sistem politik di negara-negara maju. Mereka yang masuk kedalam gelanggang politik, karena mereka punya Misi membangun bangsa. Bukan mereka yang hanya menawarkan Dogeng pengantar Tidur belaka.

Hal itu, bisa kita baca dalam geanologi Di awal - awal kemerdekaan bangsa kita. Pejuang  sekaligus seorang Guru - Jendral Sudirman, Soekarno, Sjahrir, Hatta, Natsir, Cokroaminoto, Ki Hajar Dewantoro, K.H. Ahmad dahlan  K.H. Hasyim Asy'ari, Dsb. Energi mereka di kuras untuk suatu "politik of Hope". Mereka membanyangkan perubahan kualitatif. Karena, mereka mengalami sendiri penderitaan di masa kolonial. Dendamnya, Mereka tumpahkan kedalam kurikulum. Makanya Insitusi pendidikan kita di awal kemerdekaan, di hasilkan oleh Dialektika intelektual yang kuat,  Yang nyaris tak  pernah kita temukan lagi sekarang.

Sama seperti sekarang, Jika kita tidak membaca Yuval Noah Harari kita dianggap tidak intelektual. Tapi, Kemudian kita menemukan, bahwa hanya itu saja yang di terjemahkan Gramedia. Padahal, ada banyak buku sejenis, bahkan yang bertentangan dalam upaya mendialektisir pikiran-pikiran Yuval.

Misalnya, dia baca Homo deus, tapi karena keterbatasan bahasa, sehingga dia tidak ikuti debat antara Yuval dengan seorang Artis top Tik tok. Nah, bagaimana Jika Menteri Nadiem Menerjemahkan juga dialektika Dari Yuval di forum internasional yang setiap minggu kita bisa ikuti debatnya. Itu sama halnya dengan siswa mau masuk Univeristas atau Mahasiswa S1 Mau masuk S2 masih di minta menghafalkan kosa kata Bahasa Inggrish. Apa sejak SD, SMP sampai SMA belum cukup. Bahkan parahnya Bahasa Indonesia juga diajarkan di Di semester awal. Kacau.

Berkenaan dengan itu, saya Teringat dengan nasihat orang-orang alim, "tanpa guru aku tidak mengenal Tuhanku", ternyata kata kata ini bagi saya ajaib terbukti. sekarang benar-benar sudah tanpa guru, di luar banyak anak-anak iblis yang mengajarkan saya dibunuh atau membunuh.

**



**

Ribuan teori tentang pendidikan terus tumbuh berkembang, silih berganti, atas nama adaptasi zaman (terkadang karena pertimbangan politik). Namum berbagai permasalahan sosial yang terjadi, sulit untuk di pecahkan. Makin lama manusia semakin banyak memiliki piranti lunak untuk menghragai manusia, namun tetap  kemanusiaan terus tergerus terus menerus, bahkan dalam bentuk yang lebih mengerikan di bandingkan masa nenek moyang ratusam tahun lalu. Manusia dianggap lebih beradab karena di tuntut untuk lebih demokratis, namum tetap saja mereka yang menganggap diri dan negaranya sebagai pionir demokrasi terus melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak demokratis.

Para pemuka agama yang di anggap secara fungsional mampu membawa misi kedamaian, tapi terkadang justru menjadi bagaian dari problematika kedamaiaan dan intoleransi di tengah2 masyarakat.

Akhirnya, benar apa yang di katakan oleh "John C Maxwell" bahwa "orang berubah bukan karena paksaan atau intimidasi. Melainkan oleh keteladanan

Jika dihitung, cukup lama kita menghabiskan waktu untuk duduk di bangku sekolah.

Tapi, ingatkah kita dengan Rumus Fisika Sentripetal?. berapa nomor atom Kalium?. siapa yang menemukan Pil Kina ?. tahun berapa Soekarno lahir, berapa jarak antara bulan dengan matahari?. mengapa air laut terasa asin dan seterusnya?.

Dalam teori psikologi pembelajaran, semua itu hanya menjadi short term memories.

Justru, yang long termnya, yang meaningfull (istilah psikolog pendidikan Ausubell). kita mungkin lebih ingat, siapa guru-guru kita yang pemarah, suka mencubit, siapa yang paling cantik diantara guru-guru perempuan dan seterusnya. Atau moment terindah "Bolos" dari ruang kelas, merokok sembunyi-sembunyi di belakang gedung sekolah atau kantin sekolah, menggoda murid perempuan dan peristiwa lannya.

Ketika bangsa Cina tenang, mereka membangun tembok cina yang sangat besar. Mereka berkeyakinan bahwa tidak ada yang sanggup menerobosnya. karena sangt tinggi sekali. Setelah 100 tahun tembok itu usai di bangun, Cina terlibat 3 kali peperangan besar. setiap kali peperangan, pasukan musuh tidak menghancurkan atau memanjat tembok itu melainkan menyogok penjaga gerbang tembok.

Cina di zaman itu terlali sibuk membangun tembok (Infrastruktur). Tetapi, abai dalam menciptakan Sumber daya manusia.

Membangun manusia seharusnya di lakukan sebelum membangun apapun. Ada persepsi yang mengatakan. jika, ingin menghancurkan peradaban sebuah bangsa yakni : pertama, hancurkan tatanan keluarga. Dengan mengikis peranan ibu agar sibuk dengan dunia luar. Sehingga menyerahkan urusan rumah tangga pada pembantu. para ibu lebih bangga menjadi Wanita karir ketimbang jadi IRT dengan dalil Hak asasi dan emansipasi. Dua, Hacurkan pendidikan. 

Pendidikan bisa di hancurkan dengan mengabaikan peran guru, kurangi penghargaan pada mereka, alihkan perhatian mereka sebagai pendidik dengan berbagai kesibukan administratif. dengan tujuan materi semata. tetapi, alfa pada fungsi utama pendidik, sehingga semua siswa meremehkannya. Dan Tiga, Hancurkan Keteladanan Tokoh dan Rohaniwan. Dengan melibatkan mereka pada politik praktis dengan orientasi jabatan dan harta semata. hingga tidak ada lagi yang memiliki integritas dan kredibilitas yang terpercaya atas perkataan apalagi perbuatannya.

Apabila peran Ibu Di rumah sudah hilang. para guru yang ikhlas lenyap dan tokoh panutan dan Rohaniawan sirna. Maka, siapa lagi yang mendidik generasi dengan nilai-nilai luhur?. Itulah awal kehancuran peradaban sebuah bangsa sekalipun di bungkus dengan pakaian Mewah, bangunan fisik yang megah dan di bawah dengan kendaraan yang canggih.

Semua tidak akan berarti apa-apa. Rapuh dan kropos tanpa jiwa yang tangguh.

GURU..!. Pada atau karena diri mereka-lah (sebenarnya), kita belajar tentang kehidupan ini merupakan lautan "possibilities". Mereka juga yang mengajarkan agar kita tidak menyerah dengan jalan buntu kehidupan.

Selamat Guru-Guruku, Engkau adalah mata air, berkatmu, aku tau meniti alif ba ta. dan Ibuku Engkau adalah guru pertamaku. 


*Pustaka Hayat
*Rst
*NalarPinggiran

Rabu, 14 Desember 2022

MASJID DAN GEREJA BERMARTABAT

Hubungan Islam-Kristen, termasuk di Indonesia kayaknya “benci tapi rindu”. Benci karena, selain efek perang salib dan kolonisasi Eropa Kristen terhadap negeri-negeri Muslim sejak abad ke-19, juga karena “isu Kristenisasi” yang dahsyat sejak masa kolonial. Umat Islam benci Kristen sejak dulu. Tapi juga “rindu” karena fakta historis dan teologis. Misalnya, Raja Negus yang Kristen dulu pernah melindungi kaum Muslim selama beberapa bulan di Afrika, bahkan kelak di Madinah ketika Nabi mendengar Raja itu meninggal, Nabi melaksanakan shalat ghaib untuk Negus (Shahih Bukhari). Nabi selalu terkenang dengan kebaikan dan pertolongan Raja Negus.

Secara teologis, dalam Qur’an surat al-Maidah ditegaskan bahwa “nabi Muhammad pasti menerima “persahabatan dan kasih sayang tulus” (latajidanna Aqrabahum mawaddah) dari orang-orang Kristen” di Jazirah Arabia saat itu. Dan itu terbukti. Nabi lebih banyak “bermusuhan” secara sosio-politik dengan orang-orang Yahudi di Madinah daripada dengan orang Kristen.

Di Indonesia, sejak masa kolonial memang sudah ada “saling curiga” dan “tension” antara Kristen dengan Islam. Soalnya hanya dua saja: soal penghinaan dan soal Kristenisasi. Misalnya, Hendrik Kraemer, tokoh Kristen yang sangat terkenal di masa kolonial, menulis sebuah buku ajar berjudul Agama Islam (1928) untuk guru-guru Kristen. Namun isinya terdapat hal-hal yang dianggap “menyinggung” atau “menghina” keyakinan kaum Muslim. Maka muncullah respons atas karya Kraemer itu. Seorang tokoh Muhammadiyah, A.D. Haanie menulis Islam Menentang Kraemer (1929) sebagai bentuk perlawanan atas buku Agama Islam.

Kasus lain adalah Ten Berge, seorang Pendeta Jesuit menulis dua artikel pada 1931 yang salah satu isinya menghina Nabi Muhammad sebagai orang Arab yang “bodoh” dan suka tidur dengan perempuan. Kontan saja, tulisan itu mengundang amarah dan reaksi. Salah satunya adalah Muhammad Natsir, mantan Perdana Menteri dan tokoh Masyumi, yang kemudian menulis “Islam, Katolik dan Pemerintah Kolonial” sebagai bentuk bantahan yang keras. Antara tahun 1930 dan 1940, Natsir juga menulis beberapa artikel sebagai reaksi atas aktivitas Kristenisasi dan serangan kaum nasionalis sekuler serta kaum abangan. Dua artikelnya yang berjudul Qur`an en Evangelie dan Moehammad als Profeet adalah reaksi atas tulisan-tulisan Domingus Christoffel yang sering menyerang Islam dan menghina Nabi Muhammad.

Pada masa Orde Lama dan Orde Baru muncul tokoh-tokoh Islam atau sarjana Muslim  yang membuat tulisan polemis atau tulisan yang bersifat reaktif. Diantaranya adalah A. Hassan, tokoh utama Persatuan Islam dan Hasbullah Bakry. Hassan menulis buku berjudul Iesa dan Agamanja: Djawaban Terhadap Buku ‘Isa didalam Alquran (1958). Dari judulnya saja terlihat bahwa buku itu merupakan reaksi (balasan atau pertahanan) atas buku berjudul Isa didalam Alquran (1956) tulisan seorang Kristen Advent bernama Rifai Boerhanoe’ddin. Buku Hassan itu kemudian dielaborasi lebih luas oleh O. Hashem dengan judul Keesaan Tuhan: Sebuah Pembahasan Ilmiah (1962). Karya Hasbullah Bakry yang berjudul Isa dalam Qur`an, Muhammad dalam Bible (1959) adalah buku yang menyanggah karya F.L. Bakker berjudul Tuhan Yesus dalam Agama Islam (1957).

Sebagai respons atas maraknya isu Kristenisasi di Jawa muncul karya Umar Hasyim yang berjudul Toleransi dan Kemerdekaan Dalam Islam Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Antar Agama (1979). Kabarnya, Buku ini terkenal sekali pada tahun 1980-an dan sering dipakai sebagai kampanye “anti Kristen” di banyak pesantren, pengajian-pengajian dan sekolah-sekolah Islam. Dalam satu bab berjudul “Cita-Cita, Program Kerja, Dan Metode Kerja Mereka” Hasyim menyebutkan bahwa ia menerima selebaran (pamflet) yang isinya menerangkan bahwa umat Kristen Katolik akan mengkristenkan pulau Jawa dalam waktu 20 tahun, dan seluruh Indonesia dalam 50 tahun dengan berbagai cara dan program kerja mereka. 

Karya-karya lain yang menunjukkan “permusuhan” Islam-Kristen itu misalnya Kedudukan Indjil Barnabas Menurut Islam (1970) karya Anwar Musaddad, Di Sekitar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (tanpa tahun) karya Djarnawi Hadikusuma, dan tulisan-tulisan Sidi Gazalba seperti Dialog Antara Propagandis Kristen dan Logika (1971), Dialog Antara Kristen Advent dan Islam (1972), dan jawaban Atas Kritik Kristen Terhadap Islam (1971). Sepanjang 1950-an hingga akhir 1980-an, Muslim dan Kristen Indonesia sering “saling curiga” dan “penuh prasangka”.

Tapi ini dulu ya, sekitar 50 atau 60 tahun yang lalu. Sudah berlalu. Pikiran dan perasaan “anti Kristen” atau “anti Islam” 60 atau 70 tahun lalu jangan terus dirawat dan dikembangkan. Tidak bisa dan tidak mungkin lagi dihidupkan sekarang. Keadaan sudah jauh berubah. Kita lebih sadar dengan ikatan kebangsaan, kita punya banyak forum kerukunan, forum silaturahmi antar-agama, punya undang - undang yang melarang “menyebarkan agama kepada orang yang sudah beragama” dan lain-lain. Masyarakat sipil juga sudah jauh lebih cerdas dan kritis, tahu hak-hak dan kewajiban sebagai warga negara untuk terus merawat, menjaga dan mengembangkan negeri yang multikultur dan multi-agama ini.

Sebagai perbandingan, di kota Koln tahun 2013, sebuah riset yang menunjukkan, bahwa kota tersebut dihuni sekitar 1 juta 200 ribu orang; sekitar 350 ribu adalah Muslim, terutama muslim Turki (pada 2007 tercatat 120.000 Muslims). Kaum Muslim memiliki sekitar 35 mushala, beberapa masjid dan satu masjid pusat/agung (Zentralmoschee), masjid terbesar di Koln dan dikehendaki menjadi salah satu masjid terbesar di Eropa Barat. Zentralmoschee yang terletak di daerah Ehrenfeld, dibangun dengan biaya sepenuhnya dari DITIB, Diyanet Isleri Turk-Islam Birligi atau Turkish Islamic Union for Religious Affairs.

Tetapi Zentralmoschee dibangun di atas kontroversi yang keras. Ditolak oleh sebagian warga Koln yang Kristen, Yahudi dan Neo-Nazi. Terjadi perdebatan keras di TV dan koran-koran. Partai-partai politik juga terlibat pro dan kontra. Demonstran yang pro dan kontra, tumpah ke jalan. Ralp Giordano, salah seorang penulis dan jurnalis terkemuka Jerman orang Koln, adalah tokoh Neo-Nazi yang bersuara sangat keras menolak masjid itu. Bahkan Deputi Walikota Koln saat itu, Jorg Uckermann yang menolak masjid itu, mengatakan “We don’t want to build a Turkish Ghetto in Ehrenfeld. I know about Londonistan - Komunitas Pakistan di London yang punya masjid. but I don’t want that here (in Koln)”.

Tetapi Walikota Koln sendiri saat itu malah setuju dengan pembangunan masjid itu dan mengatakan “For me it is self-evident that the Muslims need to have a prestigious place of worship”. Juga Kepala kantor integrasi Koln yang setuju, mengatakan “It is important that the Muslims here get dignified houses of prayer”. Masjid itu kemudian berhasil dibangun, berdiri dengan megah dan indah: masjid yang bermartabat (a dignified mosque). 

Kalau Kepala Daerah atau otoritas tertinggi non-Muslim saja setuju mengizinkan pembangunan “masjid bermartabat” bagi kaum Muslim minoritas, maka sepantasnya itu otoritas dan Kepala Daerah di Cilegon: berikan izin “gereja bermartabat” bagi minoritas Kristen. Masak non-muslim di Cilegon sama sekali tidak boleh punya “rumah ibadah”? Kasian teman-teman Kristen di Cilegon harus pergi ke Serang tiap mau sembahyang berjamaah. Mereka cuma mau “ketemu Tuhan” di sebuah bangunan yang terhormat, bukan mau bikin ribut-ribut dan bukan mau melakukan zending atau Kristenisasi eksternal. Lagi pula, hak punya keyakinan dan beribadah tiap warga negara dijamin oleh undang-undang tertinggi dalam konstitusi kita.

*Pustaka Hayat
*Pejalan Sunyi
*Nalar Pinggiran

ELEGI BURDAH & PERAYAAN AIR MATA

 

Burdah mengandung arti jubah [mantel]. Disampaikan dalam tradisi Islam bahwa pengarang Kasidah Burdah - Al-Bushîrî (1213-1296 M) - bermimpi didatangi Nabi dan dihadiahi jubahnya (burdah, bahasa Arab untuk jubah/mantel). Sakit lumpuh Al-Bushîrî lenyap setelah ia terbangun dari mimpi terindah itu. Dikatakan bahwa Sang Nabi menghadiahi jubah istimewa tersebut karena terhibur oleh hadiah Al-Bushîrî berupa syair dan kasidah. Begitu yang tradisi ceritakan pada kita. Sebuah kisah asal-usul lahirnya Kasidah Burdah dalam proses cinta yang berbalas. Al-Bushîrî merindu Nabi, sebagaimana banyak dari kita juga, dan Nabi pun merindu mereka. Al-Bushîrî menghadiahi Nabi, sebagaimana kekasih akan memberi, dan Nabi pun membalas menghadiahi.

Burdah rangkaian Al-Bushîrî mutlak adalah sebuah karya sastra maha indah sepanjang masa. Isinya membahas cinta dan puja-puji untuk sosok sempurna yang bisa diteladani oleh semua orang: Muhammad saw. Namun, alih-alih dengan sebuah festival berisi warna-warni pujian yang menggelora ; Al-Bushîrî memilih membuka pintu Burdah dengan elegi, nyanyian meratap seorang yang tak bisa berjumpa kekasihnya. Burdah adalah elegi paling otentik yang pernah disuarakan seorang penyair besar Islam. Ekspresi dan ungkapannya sangat fundamental, menyentuh dasar kesadaran semua orang yang pernah merasakan dibakar oleh keinganan jumpa, namun tak kunjung mampu menjumpa kekasihnya.

**

Elegi Burdah merayakan air mata sebagai simbol dan alamat bagi cinta. Langkah yang Al-Bushîrî ambil untuk mewakili cinta dengan air mata, membuat makna-makna bait Burdah jadi menyentuh kesadaran awam kita, dan menjadi mudah untuk dicerna. Sekalipun simbol cinta biasanya disematkan pada hati, namun hati terlalu abstrak dan meluas, ia meliputi semua jenis perasaan yang bisa diciptakan oleh kesadaran manusia. Hati yang nirbatas membuat cinta tidak serta merta dipahami darinya. Maka, Al-Bushîrî pun memilih air mata; beserta dua bola matanya yang memerah, sebagai alamat bagi cinta. Sewaktu Anda jatuh dalam perasaan cinta, maka cinta itu otentik  - alias jujur - tatkala air mata Anda menderai, karena tak kunjung juga berjumpa yang dicinta. Di situlah hebatnya Al-Bushîrî.

Di bawah ini adalah bait ketiga dan keempat dari Fasal Pembuka Burdah, yang berisi elegi dan perayaan air mata:

فَمَا لِعَيْنَيْكَ إِنْ قُلْتَ اكْفُفَا هَمَتَــا ۞ وَمَا لِقَلْبِكَ إِنْ قُلْتَ اسْتَفِقْ يَهِـــــمِ

"Ada apa dengan dua bola matamu, sudah dibilang berhenti menangis, tapi tetap saja ia mengalir ۞ Ada apa dengan hatimu, sudah kau bilang supaya terhibur, tapi tetap saja menderu."

أيَحَسَبُ الصَّبُّ أَنَّ الْحُبَّ مُنْكَتـــِمٌ ۞ مَا بَيْنَ مُنْسَجِمٍ مِنْهُ وَمضْطَــــرِمِ

"Apakah seorang Pencinta mengira bahwa Cinta itu bisa disembunyikan? ۞ Disembunyikan di antara deraian air mata dan deruan hati yang menggebu."

**

Al-Bushîrî ber-iltifât dalam bait-baitnya. Sebenarnya yang terus menderai air mata dan menderu dalam dada adalah ia sendiri. Namun melalui teknik iltifât ia mengalihkan suasana kalimat dari dirinya sendiri kepada diri kita, mukhâthab atau lawan bicara Al-Bushîrî. "Ada apa dengan dua bola matamu" tanya Al-Bushîrî pada kamu, pada saya, pada kita semua. Seolah ia percaya bahwa apabila Sang Pengarang Kasidah bisa merasakan rindu yang hebat, maka begitu pula pembacanya, kita yang awam.

Ada apa dengan dua bola mata ini, sudah diperintah supaya berhenti menangis, namun masih saja membiarkan airnya mengalir. Ada apa dengan hati di dada yang sesak ini, sudah disuruh supaya segera cari penghiburan, tapi tetap tak mau berhenti merindu -- Dua buah pertanyaan tersebut adalah retoris saja, bukan sebuah pertanyaan ujian untuk menebak benar atau salah. Sebuah pertanyaan retoris tidak butuh jawaban verbal, karena jawabannya sudah tertanam dalam kesadaran setiap individu yang menyadari kerinduan. Sudah pasti bahwa karena besarnya cinta dan hasrat ingin jumpa itulah maka dua bola mata ini tak bisa diam dan berhenti menangis.

Akhirnya, seorang Pencinta tak bisa mengelak bahwa ia memang sedang mengalami cinta. Dirinya diserang oleh kerinduan yang hebat, seringkali membuat sakit fisik bahkan bisa sampai kematian. Ajakan Al-Bushîrî dalam elegi pembuka Burdah adalah: Akuilah bahwa kita merindukannya, Muhammad yang mulia. Akui saja, dan berkata jujurlah bahwa andai bisa berjumpa ia sekali saja, sudah terpenuhi seluruh makna dan tujuan dari hidup dunia yang fana -- Apakah seorang Pencinta bisa pura-pura menyembunyikan Cintanya; Sembunyi di mana; Apakah di balik derai Air Mata; Atau di balik tirai Rindu di dada.

Bagi Al-Bushîrî tak ada satu benteng pun yang bisa menyembunyikan cinta yang jujur tersebut. Sewaktu Anda merasakannya, maka bukan lidah dan bibir Anda yang bergerak -- adalah air mata Anda yang akan berbicara bahwa Anda sedang merindukannya. Muhammad, Sang Nabi.


*Pustaka Hayat
*Rst
*Pejalan Sunyi
*Nalar Pinggiran

SANG SUAMI DAN KERIDHOANNYA


Ada seorang ibu, mau bercerai dari suaminya. Lalu, dia diskusi panjang dengan saya.

Ibu : Mbah Mun, saya sudah tidak kuat dengan suami saya. Saya mau cerai saja.

Kyai : "Emangnya kenapa bu?".

Ibu : Ya, suami saya sudah tidak ada kerjanya, tidak kreatif, tidak bisa jadi pemimpin untuk anak-anak, Nanti bagaimana anak-anak saya kalau ayahnya modelnya kayak begitu. Saya harus cari nafkah cape-cape, dia santai saja di rumah.

Kyai : "Oooh gitu, cuma itu saja?".

Ibu : Sebenarnya masih banyak lagi. tetapi, ya itu mungkin sebab yang paling utama.

Kyai : "Oooooh, iya. mau tahu pandangan saya tidak, bu?".

Ibu : Boleh, Mbah Mun?.

Kyai : "begini, ibarat orang punya kulkas. tapi, dipakainya untuk lemari pakaian. ya, akhirnya tidak bakal puas dengan produk kulkas tersebut. Sudah, tidak muat banyak, tidak ada gantungan pakaiannya, tidak ada lacinya, tidak bisa dikunci, malah boros listrik. Nah, itulah kalau kita pakai produk tidak sesuai fungsi. Sebagus apapun produknya kalau dipakai tidak sesuai peruntukannya. ya tidak, akan puas".

Ibu : Mmm...terus apa hubungannya sama suami saya?.

Kyai : "Ya...ibu berharap Sekali, suami ibu jalankan fungsi yang sekunder, bahkan tersier barangkali. Tetapi, fungsi primernya tidak dipakai.

Ibu :  Saya tidak berharap lebih kok, Mbah Mun. Saya cuma pengen dia nafkahi keluarga dengan baik. Saya cuma pengen dia jadi pemimpin yang baik.

Kyai : "Iya... itu kan cuman fungsi sampingan dari suami. Sayang sekali Suami, cuma diharapkan jadi begitu saja. Fungsi primernya yang paling utama justru tidak ibu harapkan dan kejar sama sekali".

Ibu : Mmmmm...memangnya apa fungsi primernya, seorang suami, Mbah Mun?.

Kyai : "Fungsi primer suami ibu itu adalah untuk jadi tameng bagi dosa-dosa ibu di neraka".

Saat ibu dapat ridho dari suami. maka, semua dosa-dosa ibu langsung dimaafkan oleh Allah atas keridhoan suami ibu. Jadi, seorang suami duduk diam saja, itu sangat bermanfaat untuk ibu, tinggal ibu saja gunakan fungsinya dengan maksimal. 

Lakukan apapun yang terbaik, yang ibu bisa lakukan untuk mendapatkan ridho suami. Dalam sebuah hadits shohih disebutkan “Ayyumam roatin maatat wa zaujuha ‘anha roodhin dakholatil jannah - Seorang istri meninggal dunia dan suaminya ridho sepenuhnya kepadanya, maka langsung masuk syurga".

Selebihnya, itu cuma fungsi-fungsi sekunder dari suami. Kejar dulu yang utama ini. Suami tidak kerja. ya, tidak apa-apa. yang penting sudah jadi suami ibu. Jangan lepaskan, jangan diceraikan. Biarkan dia jadi tameng ibu dari neraka. Kalau cerai, nanti ibu langsung berhadapan dengan api neraka. Dosa-Dosa ibu tidak ada yang menghapusnya, kecuali amalan ibu sangat spesial dan sudah tidak ada dosa sama sekali.

Ibu tinggal cari ridhonya suami. Kalau memang ibu yang cari nafkah, ya tidak apa-apa. Semua harta yang ibu berikan ke anak dan rumah tangga itu semuanya terhitung sedekah yang sangat mulia. Jauh lebih mulia daripada sedekah ke anak yatim.

Ibu : kok, bisa lebih mulia dari anak yatim?.

Kyai : "Yah, karena anak yatim itu, bukan bagian dari hidup ibu. Memberikannya adalah sedekah yang hukumnya sunnah. Sementara suami, sudah terikat dengan akad nikah, sudah menjadi bagian dari ibu. Silahkan dibagi sedekah untuk orang lain dengan sedekah untuk keluarga. tetapi, yang untuk keluarga, itu yang lebih utama".

Ibu : Tetapi, kalau suami zalim bagaimana?, Bahkan KDRT ke keluarga?.

Kyai : "Yah, tidak apa-apa juga, tetap pertahankan. Karena, semua perbuatan zalim akan kembali kepada yang melakukannya. Suami akan menanggung akibat KDRT yang dilakukannya. Siksaan Allah sangat pedih bagi suami yang tega menyakiti keluarganya. Sementara, Ibu fokus saja terus cari ridhonya suami.

Pernah dengar?, Istrinya Fir’aun masuk surga?. Apa kurangnya coba Fir’aun melakukan KDRT?. Bukan hanya ke sang istri, Fir’aun bahkan tega membunuh bayi-bayi. Ke istrinya, Asiyah. Fir’aun menyiksanya dan bahkan membunuhnya. Doa terakhir Asiyah diabadikan oleh Allah di dalam Al-Qur’an. Dia tidak meminta Fir’aun di adzab. Dia hanya meminta imbalan atas kesabarannya : "Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang zalim (Qs : 66:11).


Ibu : Ya Allah, Mbah Mun. terima kasih atas diskusinya. Lalu, apa yang harus saya lakukan?.

Kyai : "Ibu mau ikuti saran dari saya?".

Ibu : Apa itu Mbah Mun?.

Kyai : "Lakukan ini selama 7 hari saja. setiap malam, Tanyakan ke suami, Ibu ; Abang, berapa persen ridhonya abang sama aku hari ini?. Kalau dia jawab 95%, jangan tidur. Lakukan apapun untuk membuatnya menjawab sampai 100%". 

Mungkin dipijitin, mungkin dibuatkan makanan, teh, hidangkan buah, apapun. sampai dia mau jawab 100%. Baru setelah dia jawab : Iya, aku ridho sama kamu 100%” nah silahkan tidur.!. Lakukan selama 7 hari dan rasakan kenikmatan dan kebahagiaan yang akan ibu dapatkan".

Ibu : Baik Mbah Mun.

Kyai : "Semoga Allah memuliakan ibu dan suami ibu".

Ibu : Aaaamiin ya Rabb. terima kasih Mbah Mun.

**

SELANG 5 HARI BERLALU, IBU ITU DATANG KEMBALI MENGHADAP KYAI.

Ibu : Mbah Mun, ya Allah. terima kasih banyak. saya tidak tahu mau ngomong apa sama Mbah Mun. terima kasih sudah merubah hidup saya. hanya Allah yang bisa memuliakan Mbah Mun dan keluarga.

Kyai : "Alhamdulillah, gimana, saran saya, sudah dijalankan".

Ibu : Iya Mbah Mun, dan saya rasakan saya lebih bahagia sekarang. Suami saya juga sudah mulai inisiatif cari kerjaan. walaupun belum dapat, saya sudah cukup bahagia Mbah Mun, dia mau bantuin saya mengantar ke mana-mana. ya Allah, enak banget Mbah Mun.

Kyai : "Alhamdulillah...!"

Ibu : Saya mau terus lakukan saran Mbah Mun, tidak cuma 7 hari. Tetapi, mau saya lakukan selama-lamanya, boleh Mbah Mun?.

Kyai : Boleh banget, lakukan sampai salah satu dari ibu atau suami, dijemput malaikat dengan Husnul Khotimah.

Ibu : Huhuhu...makasiiiiih Mbah Mun.

Kyai : Sama-sama. Semoga bermanfaat buat sesama. Amiin.


NB : KH. Maimun Zubair (yang sering dipanggil Mbah Mun), Ulama besar dan Tokoh NU dari Jawa Tengah.



*Pustaka hayat
*Rst
*Pejalan Sunyi
*Nalar Pinggiran




Selasa, 13 Desember 2022

-DIALOG SEORANG DOSEN DAN MAHASISWA-


Beliau (Roger Garaudy) pernah bercerita : "Aku mengajar di Universitas Shorbon yang terkenal di Prancis itu.

Pada suatu hari, salah seorang mahasiswiku meminta dariku sedikit waktu dan bertanya. Dia bertanya kepadaku dengan pertanyaan ini,

Mahasiswi : "Anda adalah dosen saya. Dan saya sangat antusias membaca buku-buku berharga karya Anda dan juga makalah-makalah Anda, sebagaimana saya bersemangat menghadiri materi kuliah yang Anda ajarkan. Ada yang mengundang penasaranku. Anda selalu menyebut-nyebut seorang pribadi Muslim yang bernama ALI !. Siapa dia sejatinya ?. Dan mengapa dia begitu istimewa dan mempengaruhimu sedemikian dalam ?.

Aku menjawabnya : "Ali adalah anak paman Nabi Islam yaitu Muhammad. Suami putri tercintanya, dan Panglima perangnya yang gagah perkasa. (Ingat peristiwa saat Nabi akan hijrah, yang menggantikan posisi Nabi SAW di tempat tidur, perang Badar, Uhud, Khondaq, Khaibar dll ; pen). Ali adalah orang kedua dalam Islam setelah Muhammad dan juga adalah Khalifahnya. Dia pemilik kepribadian yang unik, luar biasa tiada tara. Aku akan bertanya kepadamu untuk menjelaskan siapa sejatinya Ali, atau paling tidak mengenalkan kepadamu secuil dari keagungannya".

Mahasiswi :  "Silahkan.!".

Aku berkata kepadanya : "Seandainya kamu sedang menyeberang jalan. lalu, tiba-tiba sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabrakmu, apa kira-kira yang akan terjadi padamu ?".

Mahasiswi : "Aku pasti mati seketika atau koma !.

Aku lanjutkan :  "Baik. Seandainya kamu terjatuh dari apartemen tingkat empat, apa kira-kira yang bakal kamu alami ?".

Mahasiswi :  "Sama. Aku akan mati seketika atau tak sadarkan diri !"

Aku berkata : "Orang itu (Ali), diserang disaat dia sujud dalam shalat dengan pukulan pedang tajam hingga pedang itu menghunjam ke dalam tulang tengkoraknya dan mengenai otaknya. Lalu, apa yang kamu prediksi tentang kondisi Ali ?.

Mahasiswi : "Pasti mati seketika. Atau paling tidak dia akan kehilangan kesadaran !".

Aku berkata :  "Coba bayangkan !. Orang itu ternyata tidak tewas dan tidak juga kehilangan kesadarannya sedikit pun. Pukulan pedang tajam dan beracun itu telah menembus ke sarang otak. Otak yang menjadi memori kesadaran dan pengetahuan serta hikmah. Tetapi, dia tidak sedikit pun kehilangan kesadarannya. Atau mengalami apa yang layaknya dialami manusia lain dalam kondisi seperti itu.

Sehari setelah kejadian pemukulan mematikan itu, dan di atas ranjang tempat Beliau terbaring. Ranjang kematian, sementara pukulan mematikan itu mulai merasuk ke inti otak. Di saat seperti itu dia berwasiat kepada putranya Al Hasan. Sebuah wasiat yang teragung, yang pernah dikenal sejarah peradaban ummat manusia secara absolut.

Sebuah wasiat yang mengandung hikmah, nasihat dan kasih sayang. Ali tetap dalam kesadarannya yang utuh. Dia menuliskan sebuah wasiat terindah yang ditulis seorang ayah untuk putranya di sepanjang sejarah ummat manusia.

Mahasiswi itu bertanya sambil terlihat pada wajahnya kekaguman :  "Apa yang ada dalam wasiat itu ?," tanyanya kepadaku.

Aku akan ceritakan secuil dari wasiat itu untukmu. Ali berpesan kepada Al-Hasan putra sulungnya : 

"Wahai putraku. Berlemah lembutlah kepada Tawananmu (Abdurrahman bin Muljam, pembunuh Beliau maksudnya)!.  Berbelas kasihlah kepadanya, dan perlakukan ia dengan baik. Beri dia makan, dari makanan yang kamu makan, dan beri dia minuman dari minuman yang kamu minum. Jangan kau ikat kedua tangan dan kakinya. 

Jika nanti aku mati. Maka, tegakkan hukuman Allah atasnya. Bunuh dia dengan sekali pukulan. Jangan kamu bakar dia, jangan kamu cincang dia. Karena, aku mendengar Rosulullah SAW, kakekmu bersabda ; "Jangan kamu mencincang siapapun, sekalipun dia Anjing Galak".

Dan Jika Aku Nanti Sembuh dan Hidup. Maka, akulah yang paling berhak mengurusnya dengan memaafkannya. Dan aku lebih mengerti, apa yang harus aku lakukan. 

Wahai Al Hasan dan Al Husain, aku wasiatkan kepadamu berdua dengan ketaqwaan kepada Allah. Dan jangan rakus dunia, walaupun, dunia merayumu. Jangan bersedih atas bagian dari dunia, yang tidak kalian dapat. Bertutur-katalah dengan jujur dan berbuatlah untuk pahala. Jadilah kalian lawan si ZHALIM dan pembela si teraniaya."

Roger Garaudy berkata : "Ketika aku bacakan wasiat itu, aku saksikan kedua bola mata mahasiswiku itu berlinang air mata sambil mendengarnya dengan penuh khidmat.

Sekarang dia telah mengetahui : MENGAPA AKU TERKAGUM-KAGUM KEPADA SEORANG AGUNG YANG BERNAMA ALI.!

Filosuf agung dan penulis hebat itu wafat. Beliau sangat dikenal dengan sikapnya yang anti-pati kepada Zionis Israel, dan karenanya dia mengalami banyak kesulitan baik di negerinya sendiri Prancis maupun di Eropa.

Beliau wafat hari Rabu (13 Juni 2012) di sebuah distrik di Paris dalam usia lebih dari 99 tahun. Roger Garaudy meraih gelar Doktor di Universitas Sorbon dengan Desertasi bertajukkan Teori Pengetahuan Materialisme pada tahun 1953 M. Lalu, juga meraih gelar Doktor dalam bidang Kebebasan di Moskow pada tahun 1954 M. Dia mengumumkan Islamnya pada tahun 1982 M di Islamic Center di Jenewa.

NB ; Makassar, 29/09/2020 


*Pustaka Hayat
*Rst
*Pejalan Sunyi
*Nalar Pinggiran

- BENAR ATAU SALAH ; PRIORITASKANLAH KEBAIKAN -

Ada seorang Pria Tajir, Suatu Waktu dia menyewa perempuan (WTS) di salah satu Lokalisasi.

Singkat cerita, Setelah Bersenggama, Pria Tajir tertidur di tempat WTS tersebut. Subuhnya Si Pria kaget dan terbangun, karena Ia mendapati WTS yang barusan ia tiduri, sedang mengenakan mukenah dan melantunkan Ayat Al-Qur'an.

Si Pria kebingungan dan memperhatikan WTS tersebut dalam waktu yang lama. Terlintas di Pikirannya ;  Ternyata WTS yang barusan dia tiduri, Sangat Tartil melantukan Qur'an. Akhirnya si pria Ini bergegas menuju Kamar Mandi ; ia Mandi dan wudhu. Lalu, sembahyang.

Seusai Pria Tersebut Sembahyang. Ia bertanya pada Perempuan tersebut, "Mengapa sampai dia melacur?".

Ternyata, perempuan tersebut hendak membayar hutang bapaknya, yang kena rentenir. Semua sertifikat dan barang sudah jadi jaminan untuk membayar hutang bapaknya. Artinya, perempuan tersebut melacur untuk membayar hutang bapaknya.

Mendengar cerita itu, si pria tergerak hatinya untuk membayarkan Hutang si pelacur dan membawanya keluar dari Lokalisasi tersebut.

Kisah ini, Kisah Nyata. Perempuan itu sekarang berada di salah satu pesantren di Jombang.

Pertanyaannya adalah "Apakah Perbuatan melacur pada konteks cerita diatas adalah Perbuatan baik (benar) atau Perbuatan buruk (salah)?".

(Pikirkan baik-baik  terlebih dahulu sebelum Menjawab).

Saya cuman mau bilang bahwa Kehidupan ini niscaya sistemik di uraikkan. Hal diatasi adalah contoh kecil, dari banyaknya Fakta Empirik, yang tidak pernah kita ketahui ; Apa latar dan Motif sesuatu?. Tetapi, kita dengan gegabah menghukumi sesuatu, akibat pemahaman kita yang terpenggal tentang kehidupan seseorang.

Hidup itu tidak bisa kita tebas (penggal atau Potong). Hidup itu irama. dia mengalir. Ilmu-ilmu modern yang kerap kita dapatkan telah membuat kekacuan di Akal budi kita. 


***

Ibnu mas’ud, demikian kata Ibnu Al-jazari. pernah diTanya muridnya, "Guru kenapa engkau tidak banyak berpuasa?". Ibnu Mas’ud menjawab, "jika aku banyak berpuasa. maka, badanku akan lemah dan aku tidak kuat membaca al-Qur’an. sementara membaca Al qur’an lebih aku sukai ketimbang memperbanyak puasa". Apa vocal point dari percakapan yang kita ambil, bahwa kebaikan dan berbuat baik itu banyak jenisnya. Tapi, skala prioritasnya, bisa jadi setiap orang berbeda.

Ada tiga hal penting, yang mestinya kita ketengahkan dalam hidup. Yakni, Kebenaran, kebaikan dan keindahan. Sekarang kita lihat dan saksikan, perdebatan dan silang sengkarut dimana saja adalah tentang kebenaran. Jarang sekali orang memperdebatkan dan mepertengkarkan kebaikan, apalagi keindahan. Jika demikian, Hasil yang kita peroleh dari perdebatan dan pertengkaran itu apa?. indah atau buruk?. Maka, dengan jujur kita akan jawab, pasti buruk. Mengapa?. karena, orang sekarang ini, sok benar. 

Misalnya, Kita masak sayur kangkung. Unsur utama atau bumbu dari pembuatan sayur kangkung, agar baik dan enak dimakan, itu apa saja?. Tarulah ; Garam, piccing, lombok, minyak, bawang putih, bawang merah, dsb. 

Saat kita ke warung makan atau diatas meja makan, Apakah unsur-unsur pengolahan sayur kangkung, seperti bumbu-bumbunya, disebutkan atau disuguhkan sebagai daftar menu dimeja makan?. pasti tidak disebutkan. Karena, kebenaran sayur kangkung itu letaknya didapur, bukan dimeja makan atau di menu sebuah warung. Artinya, sesuatu yang letaknya didapur. Jangan dibawa-bawa ke warung atau dibicarakan diatas meja makan. 

Jika kita benar, itu bekal kita. Bukan ekspresi kita. Kebaikan adalah ekspresi kita. Dimana-mana, sekarang ini, orang mepertengkarkan kebenaran. Padahal, Kebenaran itu urusannya didapur. Jadi, pada dasarnya orang-orang, sedsng mempertengkarkan dapurnya. Sehingga Sampailah kita, pada suatu keadaan sejarah, dimana orang benar bermusuhan dengan orang benar. Orang yang mempertahankan kebenarannya, berbenturan dengan orang yang juga mempertahankan kebenarannya. Orang yang dimaksud, bisa kelompok. Bisa parpol, bisa front, bisa apapun. Hal ini, kita harus cari tau, mengapa sehingga kebenaran mempertengkarkan manusia?. 

Ihwal inilah, menurutku (mungkin saya salah), bahwa semua yang terjadi belakangan ini, dibangsa kita, karena kita membawa keluar kebenaran diluar diri kita. Padahal, begitu kita membawa keluar sesuatu dari diri kita. Maka, sejatinya bukan lagi kebenaran. Tetapi, yang kita bawa keluar adalah kebaikan, keindahan, kebijaksanaan, kemuliaan, kearifan. Ibarat sebuah warung diatas, bahwa kebenaran itu letaknya didapur. sekarang ini, dapur-dapur warung dijadikan dispaly utama dan masing-masing merasa benar. 

Kita tidak akan pernah selesai dengan pertengkaran, permusahan, Kebencian, dendam. jika kita saling menyombongkan kebenaran kita masing-masing. Kalau kita pakai teori universalnya - Ada benarnya sendiri (kebenaran subjektif / kelompok). Ada benarnya orang banyak. Ini kita elaborasi, sampai akhirnya, katakanlah kita bertemu dengan demokrasi, ketemu kesepakatan Nasional. Tetapi, benarnya orang banyak. Tidak sama dengan benar yang sejati. Benar yang sejati ini, sesuatu yang bersifat cakrawala, yang niscaya ditempuh secara terus menerus. Yang barangkali, nanti ada hubungannya dengan Allah. Apalagi Allah sendiri menyatakan bahwa, "kebenaran itu datangnya dariku. Manusia hanya dapat cipratannya dan menafsirkannya". 

Dalam menafsirkan kebenaran ini, kita harus berhati-hati. Sebab, saya menafsirkan kebenaran, berbeda dengan anda menafsirkan kebenaran Dan saya tidak akan mempertengkarkan tafsir saya dengan tafsir anda. Sebab, yang keluar dari diri saya adalah mencoba menggembirakan anda, membikin anda aman, nyaman. Tidak saya curi barang anda, tidak saya nista harga diri anda, dan tidak saya bunuh nyawa anda. 

Olehnya, Yang pertama, memang kita harus benar dulu. Barulah Kebenaran itu, diolah menjadi kebaikan. dan hasilnya adalah keindahan. nah, Apa yang paling indah dari kehidupan, yang semua manusia alami?. Adalah Cinta.

Lantas, bagaimana kita bisa mengidentifikasi sebuah kebenaran?. Untuk, sebagaimana Riwayat diatas, saya menukilkan kembali, agar kita bisa menangkap saripatinya; Diperang jamal, Harist bin Hud mengatakan, "aku bingung, disatu sisi barisan berdiri Ummul Mukminin Aisyah, Zubair bin awwam dan thalhah bin ubaidillah. sementara disisi barisan yang lain berdiri Ali Bin abu Thalib dan putera-puteranya serta Amar Bin Yasir". Mereka berperang, lalu bagaimanakah kita mengenali kebenaran?.

Sayidina Ali Berkata, "cara berpikirmu terbalik. bila engkau melihat sahabat secara lahiriyah, maka engkau akan bingung menentukan mana benar dan mana salah. ketahuilah bahwa kebenaran dan kebatilan tidak dapat dikenali dari kepribadian orang. kenalilah kebenaran itu sendiri dengan begitu engkau akan mengenali orangnya dan kenalilah kebatilan hingga engkau mengenali orangnya".

Dari perang jamal kita dapat belajar bahwa jarak dapat menjadi penyebab, tidak utuhnya informasi yang sampai. Kita hanya akan dapat mengenali masalah secara utuh, mengetahui kebenarannya jika kita dekat dan mendekatinya. Itulah sebabnya, mengapa kita mengikuti Nabi Muhammad SAW, kenapa kita ikut islam, kenapa kita beragama. Karena, Kata Allah, "barang siapa yang mencintaiku, maka suruhlah mereka mengikuti jejak Muhammad". artinya, kita mengikuti jejak para Nabi itu karena Cinta kita kepada Allah.  

Jika ada ustadz, Kiai, Ulama sekalipun dan orang-orang pintar dari manapun ia datang. Kalau yang mereka bawa justru membikin kita kehilangan cinta pada sesama orang-orang, membuat kita terpecah-pecah, membuat kita congkak. Membuat kita saling benci. Hal Itu adalah serendah-rendahnya manusia. Karena, manusia adalah orang yang membangun cinta didalam kehidupan. 

Lantas bagaimana solusinya?. Ini pertanyaan yang agak berat. tetapi, paling tidak, sepertinya kita harus berhenti untuk menuding, membenci dan memusnahkan siapa yang salah. Karena, bagi yang kita tuduh bersalah. Bagi mereka, kitalah yang salah. Kalau boleh, mulai sekarang ini. Kita cari tau apa yang salah dan apa yang benar. Bukan siapa yang salah dan siapa yang benar?. Kita mempersoalkan nilainya, bukan mempersoalkan manusianya. Jika sesama manusia dan sesama bangsa, maka kita wajib menerima semuanya. 

Jika kita mencari siapa yang salah dan siapa yang benar. Justru yang terjadi akhirnya, bukan pembuktian terhadap kebenaran. Tetapi, yang terjadi adalah kalah dan menang secara kekuatan Dan kalah menang secara kekuatan itu, sebenarnya adalah tataran yang paling rendah dari peradaban ummat manusia. Sebab, manusia diciptakan bukan untuk kalah dan menang atas manusia. Kecuali, sepak bola, tinju, bulu tangkis, dsb. Itu memang untuk menang atau kalah dari orang lain. Tetapi, dalam hidup ini, kita tidak disuruh untuk mengalahkan orang. Sebab, sependek pengetahuanku, semua nilai ; baik agama atau yang pencaharian manusia. Hidup adalah mengalahkan diri sendiri. 

Jadi, mohon maaf, semenjak saya tahu sedikit, saya ini tidak pernah mau ikut lagi kompetisi kalah dan menang ; baik itu pilpres, Pilgub, pilwalkot sampai pildes, atau apapun yang terkait dengan kalah dan menang. Karena saya sangat sibuk, berperang melawan diri saya sendiri. Agar, saya tidak terlalu kalah dengan diri saya sendiri. Itu pun tidak pernah selesai-selesai peperangan ini. Sehingga, saya tidak punya waktu untuk ikut kompetisi kalah dan menang. Sebab, saya tidak pernah tega menang lawan manusia dan saya juga tidak mau kalah dari manusia. 

Itulah sebabnya, saya ingin hidup ditataran, dimana kita berlomba untuk saling mengamankan satu sama lain. Menyamankan satu sama lain. Kita berlomba untuk menyumbang kearifan, kebijaksanaan. Agar, output dari kita semua bisa puzzling dari keseimbangan bersama. Karena yang kita alami belakangan ini, dibangsa indonesia adalah ketidakseimbangan yang hampir kompherensif ; Cara berpikir kita tidak seimbang. Cinta kita tidak seimbang. Hubungan antara Hati dan pikiran kita tidak seimbang. Hubungan antara individu dengan masyarakat tidak seimbang. Hubungan antara kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lain terdapat ketidak seimbangan. Hubungan antara rakyat dan pemerintah penuh dengan ketidakseimbangan. Bahkan teknis perekonomian bangsa kita pun tidak seimbang. 
Dari pada kita sama-sama memamerkan kesombongan kebenaran kita masing-masing. Lebih baik, kita bekerja sama-sama untuk mencari keseimbangan nasional. 

Hampir 2 tahun lebih, saya melakoni puasa sunnah, bukan soal pahalanya. Tetapi, saya sadar bahwa gelombang Hasrat kapan saja bisa menggelincirkan. alhamdulillah, selain Sehat wal afiat dengan aktivitas, yang aslinya Kurang normal Dan masih bisa sedikit menang.

Bagaimana cara yang Pas menjaga keutuhan NKRI?.

Kalau kita Naik Bis. rasa kita mesti rasa bis. Bukan rasa kapal laut, atau rasa pesawat terbang. Sehingga cara berpikir dan cara berhitunganya, adalah cara berhitung bis. Terutama supirnya. Misal, mau belok diperempatan atau mau menyalip. Dia harus tau besarnya bis. Jadi, cara berpikir orang naik bis itu adalah cara berpikir bis. 

Jika kita orang NKRI. Maka, sikap dan cara berpikir kita harus sikap dan cara berpikir NKRI. Bukan Cara Berpikir PDIP, Nasdem, Golkar, Hanura, HTI, FPI, PKS, Gerindra, NU, Muhammadiyah, Banser, Pemuda Muhammadiyah, Ansor, HMI, LMND, PMII, IMM atau apapun itu. 

Kalau anda berkuasa, justru anda yang paling berkewajiban untuk berpikir NKRI. Bukan justru anda berpikir karir presidenmu, menterimu gubernurmu, walikotamu, bupatimu, atau ketuamu. Tetapi, berpikir untuk kepentingan utuh dan tunainya NKRI. 

Yakin saja bahwa kita tidak bisa meneruskan jalannya negara ini, jika yang satu merasa dirinya malaikat dan menuduh yang lain adalah setan. Bukan hanya menuduh, karena, dia berkepentingan. Tetapi, dia yakin dia adalah malaikat dan yang lain di yakini itu setan. 


*Pustaka Hayat

*Rst

*Pejalan sunyi

*Nalar Pinggiran

TANTANGAN


Beberapa waktu yang lalu, setelah menonton film Quills (2000), yang mengisahkan pemenjaraan bangsawan, filosof, dan penulis Perancis Marquis De Sade, dari namanya kata Sadis berasal, kawanku memberi pencerahan tentang para Prosais Kuat, De Sade salah satunya. Prosa yang kuat, katanya, tidak kalah indah dari puisi. 

Dari situ saya menelusuri Catatan Pinggirnya Goenawan Moehammad, yang menurutku adalah prosa kuat, yang ditulis konsisten selama puluhan tahun. Terakhir singa renta ini dikeroyok singa-singa paruh baya, justru karena prosanya dianggap puitik (mengacuhkan sains maksudnya). Entahlah, Kadang batas-batas itu bisa kabur.

Tetapi, sebagai penggemar prosa, lebih tepatnya menyukai kalimat-kalimat lugas-logis yang panjang, padat informasi, tapi susunannya indah. Saya juga suka kata-kata pendek, berima, unik, imajinatif, sering multitafsir. Sebut itu puisi.

Belakangan, kawan saya yang lain, penggemar puisi, menggiringku dengan pernyataan: prosa itu harus puitik. Sebagai hafidz, ia berhasil meyakinkanku bahwa keistimewaan Al-Qur'an mampu menembus kepala Arab yang maha keras adalah karena ayat-ayat itu puitik. Bukan kebetulan, nenek moyang Arab adalah penggemar puisi. Tak perlu mukjizat lain untuk menaklukkan kekerasan Arab, selain puisi. Ia juga bertutur bagaimana Ulama klasik, yang sekaligus juga ilmuwan, menyajikan karya-karyanya secara puitik. Pelajaran tata bahasa Arab semacam Alfiah pun berbait-bait sebagaimana puisi.

Kenapa kitab hukum pidana kita tidak dikemas sebagai puisi, tanyanya, Juga seluruh pelajaran sekolah. termasuk matematika dan ilmu pengetahuan alam. Setidaknya akan memberikan kesenangan dan memori yang terus diingat sepanjang masa oleh para murid.

Eureka.. Air tumpah sebanding gaya, Dan aku berlari tanpa bungkus, Di sepanjang Syracuse.

Tentu pemahaman puisi identik dengan deklamasi perlu diubah dulu. Bukan puisi berdarah-darah ala Arya Dwipangga, tapi prosa yang puitik. Hanya perlu menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan yang sudah ditalak tigakan sejak fajar peradaban sains, 200 tahun lalu.

Bagaimana para ilmuwan, apakah kalian siap berpuisi?.


*Rst
*Pustaka Hayat
*Pejalan Sunyi
*Nalar Pinggiran


- IMAJINER TENGAH MALAM -


Namanya Becce, profesi Tukang Cuci, sesekali mencari barang-barang bekas. Imel, janda setengah Tua, kerjanya sehari-hari berjualan makanan anak-anak dipekarangan sebuah sekolah Dasar. Baco, Demikian nama anak muda itu. sejak akil balig kerjanya cuman satu, mencari belut ditepi sawah. Demikian dengan kawannya arifin yang kadang-kadang juga menanam jagung sambil berjualan KP (Kupon putih) atau Togel.  

Mereka adalah sebahagian insan manusia yang luput dari perhatianmu. Tidak kau tegur, tidak kau sapa, apatahlagi (sekedar) berbagi senyum pada mereka.

Lalu belakangan, datanglah Ustad keren, cakep tapi Bodoh atau kurang pengetahuan Umum . Oleh Ustad ini, Becce, Imel, Baco dan arifin, Cs. disapa, diberi senyum, diayomi dengan "kasih sayang". Becce, Imel, baco dan arifin bosan dengan kerasnya pertarungan kehidupan, merasa dihargai. 

Baru kali ini mereka disapa dengan seorang Ustad (walaupun Cakep, keren tapi Bodoh atau kurang pengetahuan), menyapa dan tersenyum kepada mereka. Tetiba, kita berteriak, "jangan ikuti Ustad Beleng", dia tidak akan bisa membawa kalian ke sorga.!

Becce, Imel, Baco, Arifin dan Cs. Kemudian kita maki, kita cerca, kita hujat, bahkan tak sekedar itu, " harapan mereka terhadap Kehidupan dan Sorga kita ludahi". 

Jangan salahkan mereka, suatu ketika mereka akan mencari Ustad (paling) bodoh atau kurang pengetahuan.!!

Lantas, apa hubungan Tulisanmu dengan Foto Si manis Dian Sastro Wardoyo, kau posting tengah malam menjelang tidur lagi.?.

Tidak ada. Tidak ada sama sekali. Paling melihat senyumnya itu saja, bertambah pancaran Si Dian. Cantik Bak purnama Bulat penuh. Bayangkan bila Ia cemberut.!. 


*Pejalan Sunyi
*Pustaka Hayat
*Rst
*Nalar Pinggiran

CATATAN MILAD UNTUK CERMIN PEREMPUAN INDONESIA ; DIAN SASTRO




Dian, apa kabarmu?.

Tahun-tahun berlalu, dan banyak hal telah berubah.

Kau menikah, berbahagia, dan punya anak dua. Beberapa bagian tubuhmu pun tak sekencang dulu. Tapi, Aku masih sering mengunjungi akun instagrammu, untuk sekedar menjumpai sisa-sisa pendar kecerianmu di masa lalu.

Beberapa helai keriput mulai tumbuh di sana, di sudut kelopak matamu. Mata yang tak habis kehilangan cahaya itu. Tapi tak mengapa, manusia memang akhirnya menua dan renta.

Dian, sudah dulu yah. Tugas kuliah lagi menumpuk. Selamat ulang tahun. Segala yang baik-baik turut ku aminkan, jangan lupa bahagia...

NB ; Ku tulis saat Masih Kuliah, kira-kira semester 11.

**


Dian, saya masih mengingat hari ini dengan baik. Berbahagialah, dengan atau tanpa saya. Seperti katamu dulu. waktu kita masih sering menghabiskan malam, dengan diskusi dan bergelas-gelas kopi.

"Beb, bahagia itu seperti hak pilih, ia adalah hak yang melekat pada semua orang. Bukan pemberian negara atau agenda perjuangan kaum oposan."

Setelah itu kau akan membaca beberapa puisi Sutardji. Lalu malam akan turun dan bersembunyi di balik siluet punggung kita yang belia.

Kak Dian, HBD Yaa..!


*Pustaka Hayat
*Pejalan Sunyi
*Rst
*Nalar Pinggiran

DEAR LUNA YANG BAIK


Apa kabarnya, Lun?. Baik?. Saya bersyukur kamu nampak tegar menghadapi getirnya cobaan hidup ini. Sebab saya tak yakin, apakah orang lain akan setegar kamu ketika berada di posisi itu.

Kamu benar Lun, seperih-perihnya ditusuk pacar sendiri, lebih perih ditikung teman sendiri.

Tapi kamu berbeda. Kamu tegar. Sangat tegar melewati itu semua. Kamu menyerahkan segala yang terjadi ini sebagai bagian dari kehendakNYA. Kamu mungkin sedih, bahkan sakit hati, tapi tidak ada jalan lain Lun, selain ikhlas dan berserah pada ketetapanNYA.

Kamu mungkin bisa berjuang mempertahankan mantanmu itu dengan sekuatnya-sekuatnya, tapi jalan menuju pelaminan memang misteri, persis seperti menebak jalanan selepas tikungan di depan, akan menanjak kah?, akan menurun kah?, akan lurus atau berkelok kah?, tiada yang benar-benar tahu.

Caramu melewati episode getir ini sungguh tepat, Lun. Kamu tidak baper, kamu tidak cengeng, kamu mengekspresikan kesedihanmu dengan cara yang elegan. Sedih? Wajar. Fitrah manusia lumrah bersedih ketika kehilangan. Tapi ekspresi kesedihan setiap manusia berbeda.

Orang yang berkali-kali terlatih gagal dan kehilangan, adalah orang yang pada akhirnya sanggup memahami bahwa pada dasarnya memang manusia tak berpunya, segala yang ada hanya titipan, jadi untuk apa meratapi kehilangan?.

Kita lalu perlahan-lahan berdamai dengan keinginan. Perlahan-lahan juga akhirnya menerima, yang terbaik menurut kita, belum tentu yang paling tepat untuk kita. Algoritma hidup memang disusun oleh kemungkinan-kemungkinan yang berkelindan secara seimbang dan tak tertebak.

Luna yang baik,

Saya senang kamu nampak tegar. Jatuh berkali-kali justru semakin membuat kaki-kakimu kuat. Kuat dan kokoh untuk berlari dan melompat ke depan.

Lun, percayalah, ikhlas dalam menerima segala yang terjadi sebagai bagian dari rencanaNYA adalah cara terbaik untuk mengantarkanmu pada hikmah, ketika satu pintu tertutup ada pintu lain yang terbuka. Ketika satu mimpi terkubur, ada mimpi lain yang diam-diam mekar subur.

Jangan sedih, Lun. Mendung ini sementara saja, dan tak ada yang mengering lebih cepat daripada air mata.

Lun, nomor WA saya masih disimpan kan? Telp saya setelah 17 April.


*Pustaka Hayat
*Pejalan sunyi
*Rst
*Nalar Pinggiran

Senin, 12 Desember 2022

- URRAAA ; CITIZEN JOURNALISME


Ukraina Kena Jebakan NATO dan Amrik. Di biarkan sendiri, melawan Invasi Rusia. Beginilah akibatnya, jika Presidennya mantan Pelawak, yang Sok-sok an Menantang Kamared Putin. 

Jika Invasi Rusia ke Ukraina Di biarkan tanpa NATO dan Amrik. Maka, China pun punya dalih menginvasi Taiwan. So, Kemarin, beberapa pesawat tempur China sudah melintas diatas langit Taiwan. 

Kamared putin, Bahkan mengancam siapa saja yang berani mengintervensi invasi Rusia ke Ukraina, akan mendapatkan konsekuensi yang mereka tidak pernah lihat sebelumnya. Omegat...Nuklir!.

Apakah Kyiv akan jatuh tanpa bantuan yang di janjikan Amrik dan NATO. Sungguh malang Ukraina.

Bandara di Gostomel di sebutkan, telah diduduki oleh pasukan Rusia. Bandara tersebut, hanya berjarak 40 KM dari Ibu kota Ukraina (Kyiv). 

Kata Wamenlu Ukraina, " Kami butuh bantuan dana dan pasukan, bukan sekedar Kecaman". 

Presiden  Zelensky, bertanya lansung kepada 27 pemimpin Eropa soal apakah Ukraina akan masuk NATO?. Semuanya takut, tidak ada yang menjawab. Mereka bersama kami. tapi, mereka tidak siap membawa kami ke dalam aliansi dengan mereka. 

Tentang ketidakhadiran AS dan NATO itu, Presiden Zelensky menyatakan bahwa (dalam nada yang terdengar muram), "Ukraina dibiarkan sendirian menghadapi Rusia. Presiden Zelensky bersumpah tidak akan meninggalkan Kyiv, walau pasukan Rusia semakin mendekati pusat Ibu kota. Dirinya tahu betul bahwa ia adalah target pertama Rusia dan kedua adalah keluarganya. 

War world sedang berlansung. Indonesia masih sibuk urus toa Masjid, minyak goreng dan JHT. Kasihaan.!. pantas saja, kita tetap di pinggiran sejarah. 

Mereka yang mendukung Rusia, Bukan karena mereka Pro Perang. Tetapi, sudah muak dengan Amrik dan Nato. Selain itu, Saya melihat ketimpangan keadilan para jagoan Perang, hanya yg punya nuklir di dunia ini. Situasinya seperti jerman setelah PD1. Dikerdilkan dan disisihkan. Jerman keluar Mengamuk di PD2.


Sejarah dipenuhi dgn cerita membangun dan menghancurkan. tapi, siapakah yg membersihkannya", demikian kata pujangga India (Rabindranath Tagore).  

Membangun mungkin mudah. Menghancurkan, apalagi. Membersihkannya, sungguh sangat sulit. Membersihkan hati. Membersihkan trauma. 

Perang (memang) dimulai oleh segelintir orang. tetapi, akibatnya dirasakan oleh jutaan orang. Imbas psikologisnya akan bertahta dlm memori sekian generasi. Sebab, dlm sejarah panjang ummat manusia, tdk ada konflik yg memberikan kita kesempatan untk membangun peradaban. Padahal peradaban itu adlh ikhtiar manusia untuk menaikkan harkat kemanusiaannya. 

Para filsuf dan pejuang kemanusiaan membangun peradaban dgn pikiran dan cinta kasih, para politisi-tiran membangun peradaban dgn senjata dan aliran darah.

Berkenaan dgn Hal itu, saya Teringat film 13 HOURS. Menonton film ini  mengigatkan kita akan akhir tragis pemimpin Libya "Muammar Qaddafi". Dgn teramat jelas, sebagaimana yg juga diposting di youtube, Qaddafi diseret beramai2 dari dlm got, wajah berdarah2. Wibawa Qaddafi seakan2 hilang-lenyap, tinggal rasa kasihan teramat dlm bagi yg menontonnya, setidaknya bagi saya pribadi. 

Padahal Qaddafi selama ini dikenal sebagai pemimpin yg teramat disegani di Jazirah Arab. Ia menjadi "ayah" bagi komunitas muslim minoritas di berbagai belahan dunia. Libya ditangannya cukup makmur.  Qaddafi lunglai ketika diarak beramai2, diludahi, dihantam - ditendang. Terakhir, tubuh penuh darah itu roboh ditembak. 

Lalu, tahukah apa yg terjadi pada fase berikutnya ?. Dubes Amrik, J Christopher Steven kemudian berpidato, "Kemenangan ini adlh, kemenangan rakyat. Kematian Qaddafi akan membawa kedamaian dan ketentraman untk rakyat Libya". Mimpi dan janji itu, tak terwujud.  Libya akhirnya terseret kedalam perang sipil tak berkesudahan, bahkan hingga kini. 

Irak, Libya, Yaman dan Afghanistan. "tak berkesudahan". Satu generasi, mungkin, "hilang". 

Pemimpin tiran selalu datang dari mana saja. Bisa dari golongan borjuis atau dari revolusi proletar. Kekuasaan membuat manusia kadang lupa idealisme yg dibangunnya selama masih berjuang.


Bung Karno dengan tokoh-tokoh besar Uni Sovyet.  Pertama, NIKITA KRUSCHEV (sahabat karib Bung Karno yang dikenal sebagai  "lawan" John F. Kennedy - Amerika Serikat). Badannya pendek. Botak. Tambun. Bukan keturunan bangsawan. Ia-nya seorang anak petani biasa. Dikenal sebagai salah satu presiden legendaris dan terhebat Uni Sovyet. 

Dalam sebuah sidang Dewan Keamanan PBB, Ia pernah marah. Saking marahnya, ia merasa perlu untuk menanggalkan sepatunya dan memukul-mukulkannya ke podium. Geram karena keberpihakan PBB yang demikian besar pada Amerika Serikat. Walaupun begitu, ia tak pernah berkeinginan untuk keluar dari PBB. "Salah diingatkan, protes bila tak adil", katanya ketika ditanya oleh majalah Life.  

Kemudian, Leonid Ilyich Ulyanov BREZHNEV (dikenal sebagai tokoh kunci "Perang Dingin" di era Amerika Serikat dibawah Ronald Reagan). Lalu Yuri GAGARIN (Manusia pertama yang mengorbit bumi). 

Dimana lahir Kruschev ?. Nikita. Tepatnya, Nikita Kruschev lahir di sebuah desa. Di Ukraina. Mungkin, bila hidup hari ini, Nikita pasti menangis melihat tempat kelahirannya dibombardir Putin. 

Kalau Yuri Gagarin ?. Juga lahir Di Ukraina. 

Bahkan Bapak Uni Sovyet, LENIN, juga lahir di Ukraina. Banyak sastrawan besar Rusia, juga kelahiran Ukraina, seperti Leo Tolstoy dan Dostoyevsky. 

Orang Ukraina dan Rusia sama-sama berumpun bahasa Slavia. Slavia adalah istilah untuk kelompok etno-linguistik Indo-Eropa yang tinggal di Eropa Tengah, Eropa Timur, Eropa Tenggara, Asia Tengah dan Asia Utara. 

Begitulah !.


*Pustaka hayat
* Rst
* Pejalan Suinyi
* Nalar Pinggiran