Mengenai Saya

Jumat, 30 Desember 2022

PANCASILA, MUHAMMADIYAH, NU DAN GUYONAN GUS DUR

 

Pertanyaan Cak Nanto (PP. Pemuda Muhammadiyah) pada Gus Dur, "Gus, bagaimana pandangan Islam tentang Indonesia yang memilih bentuk negara Pancasila, bukan negara Islam?"

"Menurut siapa dulu, NU atau Muhammadiyah?", jawab Gus Dur.

"NU, deh Gus", kata Cak Nanto.

"Hukumnya boleh. Karena bentuk negara itu hanya wasilah (perantara). Bukan ghoyah (Tujuan)", Jawab Gus Dur.

"Kalau menurut Muhammadiyah?", tanya Nanto lagi.

"Sama", jawab Gus Dur singkat.

Nanto melanjutkan pertanyaan berikutnya, "Kalau melawan Pancasila, boleh tidak Gus? Kan bukan Al-Qur’an?".

"Menurut NU atau Muhammadiyah?", jawab Gus Dur.

"Muhammadiyah, coba", kata Nanto.

"Tidak boleh. Pancasila itu bagian dari kesepakatan, perjanjian. Islam mengecam keras perusak janji", jawab Gus Dur.

"Kalau menurut NU?", Tanya Nanto.

"Sama", jawab Gusdur.

Sampai di sini, Nanto mulai senewen. Dia merasa dikerjain oleh Gus Dur. Jawaban menurut NU dan Muhammadiyah kok selalu sama.

"Anda ini gimana sih, Gus. Kalau memang pandangan NU dan Muhammadiyah sama, ngapain disuruh milih menurut NU atau Muhammadiyah?" Tanya Nanto.

"Ya, kita harus dudukkan perkara pemikiran organisasi para ulama itu dengan benar, Mas. Nggak boleh serampanga", jawab Gus Dur.

"Serampangan bagaimana?", sahut Nanto.

"Kalau Muhammadiyah itu kan ajarannya memang merujuk ke Rasulullah," jawab Gus Dur.

“Lha, kalau NU?” tanya Nanto.

"Sama".

Begitulah Uraian Gus Yaqut Cholil Qoumas, Mantan Ketua Umum PP GP Ansor, yang Sekarang menjadi Menteri Agama.

Menurut saya, Salah satu diantara sekian hal, yang Jarang di punyai Tokoh-tokoh besar bangsa ini adalah kemampuan menyederhanakan persoalan. Hal itulah yang di miliki Gus Dur. Ia Ibarat penggalan quote Pram, "hidup ini sederhana, tafsirannya aja yang dibuat rumit-rumit".

Jika kita pernah membaca Tulisan-tulisan Gus Dur. Narasinya begitu memukau dan Lintas "ranah" ilmu. Hal itu Menunjukkan bahwa beliau pembaca yang giat dan Cerdas. Bukan hanya di Tempo saja yang kolomnya selalu ditunggu, tapi juga di Majalah Prisma, jurnal (bulletin) yang luar biasa di era 80an- 90an.

Tulisannya yang luar biasa, kerap bersanding dengan Tulisan intelektual hebat seperti Aswab Machasin, Dawam Rahardjo, Mahbub Djunaidi, Masdar Farid Mas'udi, Salim Said, Cak Nur, Cak Nun, Ignas Kleden adalah beberapa intelektual atau penulis yang paling sering menghiasi kolom-kolom Prisma dan Tempo. Sangat Bernas.

Berkenaan dengan itu, saya ingin memberi Garis bawah, sebagaimana beberapa postingan saya sebelumnya NU dan Muhammadiyah.

Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan. KH. Ahmad Dahlan yang memiliki nama lahir Muhammad Darwisy tersebut pada tahun 1912. Sementara itu, Nahdhatul Ulama didirikan oleh KH. Hasyim Asy'ari pada tahun 1926.

Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dalam perjalanan historisnya, kemudian dikenal memiliki daya inovasi dan kreatifitas kultural sosial yang tinggi dalam menghadapi perubahan sosial. NU dan Muhammadiyah tidak hanya berani, tapi juga kreatif menghadapi masyarakat Indonesia yang terus berubah sejak tahun 1920-an.

KH. Hasyim Asy'ari dan KH. Ahmad Dahlan, dalam konteks genealogik-intelektual, pada hakikatnya memiliki referensi dan acuan Islam yang sama, karena keduanya memiliki guru yang sama pula yakni KH Muhammad Sholeh bin Umar Assamarani (mBah Sholeh Darat) di Semarang dan ulama terkenal asal Minangkabau yang bermukim di Mekkah, Syeikh Ahmad Khathib Al-Minangkabawi.

Lalu dalam "perjalanan" berikutnya, kok terkesan "berbeda ?".

Kita orang Indonesia saja berbeda ketika melihat LIGA SPANYOL. Ada yang suka Real Madrid, banyak pula yang fans berat FC. Barcelona.

Gitu aja Kok Repotttt..


* Pustaka Hayat
* Rst
* Pejalan Sunyi
* Nalar Pinggiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar