Mengenai Saya

Selasa, 13 Desember 2022

DEAR LUNA YANG BAIK


Apa kabarnya, Lun?. Baik?. Saya bersyukur kamu nampak tegar menghadapi getirnya cobaan hidup ini. Sebab saya tak yakin, apakah orang lain akan setegar kamu ketika berada di posisi itu.

Kamu benar Lun, seperih-perihnya ditusuk pacar sendiri, lebih perih ditikung teman sendiri.

Tapi kamu berbeda. Kamu tegar. Sangat tegar melewati itu semua. Kamu menyerahkan segala yang terjadi ini sebagai bagian dari kehendakNYA. Kamu mungkin sedih, bahkan sakit hati, tapi tidak ada jalan lain Lun, selain ikhlas dan berserah pada ketetapanNYA.

Kamu mungkin bisa berjuang mempertahankan mantanmu itu dengan sekuatnya-sekuatnya, tapi jalan menuju pelaminan memang misteri, persis seperti menebak jalanan selepas tikungan di depan, akan menanjak kah?, akan menurun kah?, akan lurus atau berkelok kah?, tiada yang benar-benar tahu.

Caramu melewati episode getir ini sungguh tepat, Lun. Kamu tidak baper, kamu tidak cengeng, kamu mengekspresikan kesedihanmu dengan cara yang elegan. Sedih? Wajar. Fitrah manusia lumrah bersedih ketika kehilangan. Tapi ekspresi kesedihan setiap manusia berbeda.

Orang yang berkali-kali terlatih gagal dan kehilangan, adalah orang yang pada akhirnya sanggup memahami bahwa pada dasarnya memang manusia tak berpunya, segala yang ada hanya titipan, jadi untuk apa meratapi kehilangan?.

Kita lalu perlahan-lahan berdamai dengan keinginan. Perlahan-lahan juga akhirnya menerima, yang terbaik menurut kita, belum tentu yang paling tepat untuk kita. Algoritma hidup memang disusun oleh kemungkinan-kemungkinan yang berkelindan secara seimbang dan tak tertebak.

Luna yang baik,

Saya senang kamu nampak tegar. Jatuh berkali-kali justru semakin membuat kaki-kakimu kuat. Kuat dan kokoh untuk berlari dan melompat ke depan.

Lun, percayalah, ikhlas dalam menerima segala yang terjadi sebagai bagian dari rencanaNYA adalah cara terbaik untuk mengantarkanmu pada hikmah, ketika satu pintu tertutup ada pintu lain yang terbuka. Ketika satu mimpi terkubur, ada mimpi lain yang diam-diam mekar subur.

Jangan sedih, Lun. Mendung ini sementara saja, dan tak ada yang mengering lebih cepat daripada air mata.

Lun, nomor WA saya masih disimpan kan? Telp saya setelah 17 April.


*Pustaka Hayat
*Pejalan sunyi
*Rst
*Nalar Pinggiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar