Mengenai Saya

Selasa, 13 Desember 2022

TANTANGAN


Beberapa waktu yang lalu, setelah menonton film Quills (2000), yang mengisahkan pemenjaraan bangsawan, filosof, dan penulis Perancis Marquis De Sade, dari namanya kata Sadis berasal, kawanku memberi pencerahan tentang para Prosais Kuat, De Sade salah satunya. Prosa yang kuat, katanya, tidak kalah indah dari puisi. 

Dari situ saya menelusuri Catatan Pinggirnya Goenawan Moehammad, yang menurutku adalah prosa kuat, yang ditulis konsisten selama puluhan tahun. Terakhir singa renta ini dikeroyok singa-singa paruh baya, justru karena prosanya dianggap puitik (mengacuhkan sains maksudnya). Entahlah, Kadang batas-batas itu bisa kabur.

Tetapi, sebagai penggemar prosa, lebih tepatnya menyukai kalimat-kalimat lugas-logis yang panjang, padat informasi, tapi susunannya indah. Saya juga suka kata-kata pendek, berima, unik, imajinatif, sering multitafsir. Sebut itu puisi.

Belakangan, kawan saya yang lain, penggemar puisi, menggiringku dengan pernyataan: prosa itu harus puitik. Sebagai hafidz, ia berhasil meyakinkanku bahwa keistimewaan Al-Qur'an mampu menembus kepala Arab yang maha keras adalah karena ayat-ayat itu puitik. Bukan kebetulan, nenek moyang Arab adalah penggemar puisi. Tak perlu mukjizat lain untuk menaklukkan kekerasan Arab, selain puisi. Ia juga bertutur bagaimana Ulama klasik, yang sekaligus juga ilmuwan, menyajikan karya-karyanya secara puitik. Pelajaran tata bahasa Arab semacam Alfiah pun berbait-bait sebagaimana puisi.

Kenapa kitab hukum pidana kita tidak dikemas sebagai puisi, tanyanya, Juga seluruh pelajaran sekolah. termasuk matematika dan ilmu pengetahuan alam. Setidaknya akan memberikan kesenangan dan memori yang terus diingat sepanjang masa oleh para murid.

Eureka.. Air tumpah sebanding gaya, Dan aku berlari tanpa bungkus, Di sepanjang Syracuse.

Tentu pemahaman puisi identik dengan deklamasi perlu diubah dulu. Bukan puisi berdarah-darah ala Arya Dwipangga, tapi prosa yang puitik. Hanya perlu menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan yang sudah ditalak tigakan sejak fajar peradaban sains, 200 tahun lalu.

Bagaimana para ilmuwan, apakah kalian siap berpuisi?.


*Rst
*Pustaka Hayat
*Pejalan Sunyi
*Nalar Pinggiran


Tidak ada komentar:

Posting Komentar