Tidak berselang beberapa lama, setelah "Boris Johnson" mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Inggris, di duga kuat, ia banyak terlibat skandal penyalahgunaan weweanang. Sabtu 9 juli, giliran Presiden Sri Langka "Gotabaya Rajapaksa" yang dipaksa turun dari jabatan oleh rakyatnya. Para demonstran mendatangi kediaman resminya yang megah dan Mewah. Kontras dengan kehidupan rakyatnya yang nestapa dengan kemiskinan.
Setelah ini negara mana lagi?.
Jika kita berpikir bahwa demo itu bisa memecahkan masalah, berarti kita masih naif dalam berpikir. Demo 1998 di indonesia, yang memaksa - Soeharto Turu bisa sangat begitu besar atau Demonstrasi terhadap Presiden Srilanka yang di desak turun oleh Rakyatnya, dan berbagai demonstrasi yang memaksa kekuasaan turun Tahta. Bisa kita lihat polanya di dunia.
"Jika musuh, penderitaan, perasaan dan pemahaman semua Rakyat itu satu. maka gelombang perlawanannya bisa sangat besar".
Di indonesia, demonstrasi-demonstrasi yang terjadi sampai saat ini, hanya untuk panggung berjoget atau panggung karnaval saja. Karena tidak banyak yang betul-betul menguasai masalah. Demonstrasi hanya sekedar senang ramai-ramai dan merasa senang jika sudah berbuat - hanya untuk memenuhi hormon serotonim di dalam dirinya saja.
Padahal, Jika baca dengan tenang semua keberhasilan demonstrasi di dunia, selalu menunjukkan bahwa rakyat itu adalah kekuatan yang sangat besar. Bisa mengalahkan dan menumbangkan semua kekuasaan. Baca saja sejarahnya, panjang kalau diuraikka. Namun masalahnya, rakyat itu cair. Tidak bisa di padatkan untuk menjadi kekuatan besar. Misalnya, Satu minggu saja rakyat tidak beli Mc Donalds di Indonesia, bisa Gulung tikar Mc Donalds Itu. Tetapi, yang membuat kita menjadi kompak atau Solid itu tidak sederhana. Sebab, setiap orang punya level pemahamannya sendiri-sendiri.
saya mengkritik revolusi mentalnya Presiden Jokowi. Bukan karena saya tidak setuju dengan gagasan itu. Justru, kita mesti bersyukur. Tetapi, sependek pengetahuanku, berdasarkan literatur-literatur yang saya baca, "tidak pernah terjadi Revolusi mental atau perubahan Pola pikir dan mental manusia, tanpa di dahului oleh Darurat Nasional - Krisis Nasional yang di pahami - di rasakan semua orang. Dalam sejarah, kita bisa Cek soliditas yang bangkit, setelah Bom Hirosima - Nagasaki di Jepang, Bonic plat yang membunuh 6 juta orang di Eropa sehingga terjadi Rennasains, Greet sting di London atau Kemiskinan yang melanda Rakyat Srilanka dan segala macam darurat - Krisis yang semua orang paham - rasakan.
Dari titik itu, barulah terjadi Revolusi mental sekaligus. Karena semuanya harus merasakannya bahwa kita harus berubah secara bersama-sama.
Revolusi mental atau Revolusi Pikiran tidak bisa terjadi dalam sekejap. Misalnya, Jika Islam - Nabi Muhammad Itu Start up - Mereformasi Tauhid selama 13 tahun di Mekkah dan Hanyq Punya User 326 kurang lebih. Bukankah waktu 13 tahun itu lama dan ternyata hanya mendapatkan user - Pengikut 326 saja.
Dari Contoh Islam dan Nabi Muhammad selama 13 tahun di periode Mekkah menunjukkan kepada kita, bahwa Revolusi mental tidak di lakukan dengan cepat -bim sala bim lansung jadi. metodologi, Misi dan Programnya harus jelas.
Itulah juga yang membedakan, Mengapa energi untuk berubah secara totalitas sekarang, berbeda dengan yang terjadi saat 1998. karena, saat ini kita masih berhadapan dengan orang ; Orang Vs Orang. Belum sampai pada level, Orang melawan Masalah. Kita masih berkutat antara, Oligarki vs Oligarki. Kita tidak perlu menyebut, oligarki mana melawan oligarki mana, sebab begitu dia Punya kesempatan yang sama, dia naik dia bikin oligarki baru lagi.
Kita sudah harus melompat, bahwa Musuh kita adalah masalah - Kebodohan, Kemiskinan, ketimpangan sosial dan ekonomi, kesehatan, dsb. Jika 2024 pola dan dialektikanya masih sama : Orang Vs Orang. Maka, masalah kita tidak akan pernah selesai.
Seperti 2019 yang lalu. kita merasakan Medsos ; Twitter, IG, WAG, dan Pesbuk seperti kuburan massal. Perang mereka adalah perang popularitas. Kita tidak menemukan, ada diskusi yang esensial ; Tentang program ekonomi, tentang manifesto pendidikan. Kita tidak permah menemukan itu di publikasikan. Semua kita hanya sibuk membahas ; Jokowi dan Probowo kira-Kira sebentar Sholat Jum'at Dimana?. 😅
Saya pernah di kritiki adek-adek Mahasiswa, " Kak Ais, kakanda ini hanya diskusi saja terus, tidak pernah ikut demo".
Kita itu harus tahu betul problem sebelum turun demo. Saya Kasih contoh, ada sebuah demo menuntut kenaikan UMR di sebuah perusahaan. hal itu bagus atau buruk?. Kita menjawab hal itu bagus. Karena, demo itu membuat karyawan lebih sejahtera. Begitu setahun perusahaan itu berjalan, Industri menengah tersebut tidak bisa lagi membayar Gaji Karyawannya. sehingga dia memilih keluar dari kota tersebut dan memindahkan bisnisnya menjadi importir. Maka, Produksi berkurang, pengangguran meningkat. Akibat, demo yang sangat mulia menuntut UMR.
Di titik itulah, pentingnya kita harus belajar. Sebab, sebelum kita berangkat ke Hutan untuk menebas hutan sebagai seorang pahlawan, asah terlebih dahulu pedang kita. Jangan berangkat ke hutan dengan parang tumpul.
Nah, Masalah semua Rakyat indonesia itu apa dan Kita sedang berhadapan dengan siapa?. Itu penting di perjalas?.
Terakhir, saya sampaikkan pada adek-adek tersebut. Sebelum saya sampai pada taraf berpikir seperti ini, Silahkan tanya kawan-kawan saya soal demonatrasi yang saya lakukan 😅.
**
Analisis fritjof caprah soal peradaban mesti di awali dengan krisis. Masyarakat di paksa sadar oleh kondisi krisis yang menimpanya. Krisis sendiri mesti di pandang sebagai peluang dan ancaman, tantangan dan tanggapan. Dengan demikian krisis tidak hanya di pandang sebagai akhir dari peradaban.
Menurut Lao Tzu sendiri bahwa setiap peradaban selalu punya periode masing-masing. indonesia yang di promosikan menuju era industri 5.0 dan ini di anggap sebagai satu peradaban ala sains yang sudah mereduksi bagian-bagian perdaban agama dan semacamnya, bagi Lao Tzu jika seluruh sumber Energi Dari alam sudah terkerus habis khususnya indonesia, maka pedaban sains akan merduksi dirinya bahkan kembali pada posisi krisis, peradaban baru perlahan di bentuk dan menggantikan peradaban sebelumnya.
Tapi krisis tingkat planet lebih mengerikan lagi kata Capra abang. Jika seluruh sumber energi terkuras habis di bumi akibat peradaban industri, maka terjadi krisis yang membentuk kesadaran seluruh manusia yang ada.
Tapi bisakah tidak abangda secara praktis di selaraskan antara kehendak industri dengan kehendak alam.? Kehendak industri selalu produksi berkelanjutan (eksploitasi), sementara prinsip alam tidak untuk di eksplotasi. Jika tida bisa, lalu sampai kapan peradaban industri bisa bertahan.?
kehendak Industri selalu bersamaan dengan Perkembangan Sains dan Teknologi, Kurang Lebih Pasca revolusi Industri dengan semua akumulasi sepanjang sejarah, sehingga "Fuyukama" memproklamirkan Kemenangan Kapitalisme, dalam Tesisnya di Harvard.
Kehendak Industri Pasti Eksploitatif. Secara Praktis Alam di Paksa mengikuti kehendak Industri, sehingga mengakibatkan Krisis Planet, dalam Gagasan Planet. Mengapa?. Karena, kita hidup seolah-olah hidup menjadi Tuan besar diatas Bumi. Kita menikmati semua fasilitas kemanusiaan dengan mengeksploitasi apa yang ada di depan kita, yaitu Alam - Antroposentrisme.
Jika kehendak industri di selaraskan secara praktis dengan kehendak alam, maka inilah yang di sebut lompatan Kuantum dalam Bahasa Lingkungan di sebut The Rights Of Natural - kembali kepada Hak Alam.
Tapi mungkinkah semua perubahan substantif itu terjadi? Sedangkan sifat Utama Industrialisasi adalah Eksploitasi ; semut yang mati di Makassar saja, bisa mengakibatkan banjir di India, apalagi dengan Ratusan pohon yang di tebang.
Arus balik Keselarasan kehendak Industri dan kehendak alam sudah di gemakan di Eropa, kurang lebih 10-15 tahun terakhir. Bahkan Dunia sekarang sudah mengenal tata bahasa baru, yaitu Lingkungan, Ibu Bumi, dsb.
Di negara dunia ketiga - negara berkembang seperti indonesia, blm sampai taraf berpikirnya ke situ. Teknologinya Menuju 5.0 tapi otaknya Masih 1.0.
Nah, semua itu di mulai dari struktur berpikir yang terhegemoni dengan Prinsip Matrealistik. Di perparah lagi dengan Doktrin interpretasi Agama yang sangat Antroposentristik.
**
Pada tahun-tahun 1980-an, ada seorang laki-laki yang yang jadi perbincangan dunia. Namanya sering menjadi pusat pemberitaan. Laki-laki itu adalah Veluppilai Prabhakaran. Ia pemimpin legendaris Pembebasan Macan Tamil Eelam (Liberation Tigers of Tamil Eelam/LTTE), atau lebih dikenal dengan nama Macan Tamil. Organisasi militan yang didirika tahun 1970an. Cita-cita organisasi ini hanya satu, mendirikan negara Tamil yang merdeka dan berdaulat di sebelah timur laut Sri Langka.
Prabhakaran dianggap sebagai pejuang oleh para pengikutnya. Kata-katanya di dengar - dituruti. Kharismanya besar. Bahkan dianggap sebagai "Mahdi", bahkan beri gelar "Tuhan Matahari". Hampir seperempat abad perang saudara berkecamuk di Sri Langka, Pemerintah Sri Langka terus menghabisi terus kelompok LTTE atas nama kedaulatan negara. Sedangkan LTTE terus memerangi pemerintah atas nama "mimpi" mereka serta alasan diskriminasi ras dan sejenisnya. Menggabungkan nasionalisme-chauvinistik dengan ajaran teologis Hindu, LTTE terus bergerak secara militan. Militansi mereka membuat dunia tercengang.
Untuk mewujudkan mimpi, Prabhakaran melahirkan kelompok militan. Bila Sun Tzu melahirkan ART of WAR, maka Prabhakaran menginspirasi ART of SUICIDE (Human Bomber - Bom Bunuh Diri). Bahkan kelompok ini dianggap sebagai pelopor Human Bomber sistematis periode awal, jauh sebelum Intifadah maupun Al-Qaeda.
LTTE bahkan dianggap "sukses" membunuh politisi terkemuka "Anak Benua India" seperti bekas Perdana Menteri India, Rajiv Gandhi dan bekas Perdana Menteri Sri Lanka, Ranasinghe Premadasa. Disamping melahirkan tradisi Human Bombers sistematis dan ideologis, LTTE memperkenalkan tradisi penggunaan racun sianida dalam aksi-aksi mereka. Bahkan ini menjadi ikon mereka. Bila Dr. Azahari dan Nordin M. Thop (dulunya, kala masih hidup) "dikatakan" selalu membawa bom di tas pinggang yang siap diledakkan bila tertangkap, maka Prabhakaran dan milisi LTTE selalu membawa botol kecil berisi kapsul racun sianida di leher. Tujuannya hanya satu, bila tertangkap, maka mereka akan langsung menelan kapsul tersebut. Mati. "Case Closed".
Lalu ?. LTTE dan Prabhkaran tak pernah dapat mewujudkan mimpinya. Sri Langka berkuah darah. Catatan sejarah pahit tak pernah hilang dalam sejarah negeri ini. Dialog justru (kemudian) yang mampu menghadirkan kedamaian di bumi "Ceylon" ini. Bak kata pujangga lama Melayu, Raja Ali Haji, "terselesaikan dengan pedang tersarung, bukan pedang yang terhunus".
Hancurnya ekonomi Sri langka belakangan ini, disamping ketidakmampuan elit politik mereka yang berbasis trah itu dalam mengelola negara, juga disebabkan konflik historis yang terjadi sudah sejak lama di Sri langka. Walau dalam bebrerapa tahun belakangan, konflik tersebut sudah mereda, tapi soliditas dalam entitas rakyat Sri langka, ibarat "api di dalam sekam". Sektarian akut menahun.
Persoalan terbesar di Sri Langka dalam beberapa dekade ini adalah persoalan sektarian. Dikotomi mayoritas - minoritas yang begitu kentara. Baik dikotomi agama maupun ras. Simbol-simbol negara juga menjelaskan kondisi tersebut.
Sistem politik dan dinasti politik Sri langka mirip di Indonesia untuk level kepala daerah.Al awalnya kakaknya yaitu Mahinda Rajapaksa sebagai Presiden dan adiknya Gotabaya Rajapaksa sebagai menteri pertahanan. Karena, sudah dua periode, adiknya Gotabaya Rajapaksa menjadi presiden dan kakaknya ditunjuk sebagai PM (Perdana menteri). Adik yang lain atau anaknya menjadi menteri. Akhirnya menyeret ke ekonomi. Lengkap sudah permasalahan nya.
Etnik terbesar dan dominan di negara ini adalah SINGHALA. Dominasi etnik ini juga terlihat jelas dalam bendera Sri Langka, yaitu SINGA.
Para Bapak pendiri bangsa kita begitu sayang pada Indonesia. Bendera merah putih yang mereka sepakati. Tak ada simbolisasi dominasi entitas yang satu pada entitas yang lain.
Demikian..!
*Pustaka Hayat
*Rst
*NalarPinggiran


Tidak ada komentar:
Posting Komentar