Mengenai Saya

Senin, 12 Desember 2022

SURGA DEDES


Kisah dari "Perbendaharaan Lama". Tentang Arok dan Dedes.

Arok adalah lelaki dari kasta Sudra. Kasta terendah. Sedangkan Dedes, perempuan cantik dari kasta tinggi. Mereka berdua, menyandang gelar Ken. Sebuah gelar terhormat untuk pribadi yang dianggap terhormat. Ken Arok - Ken Dedes. 

Dedes lebih dahulu menyandang Ken. Sedangkan Arok belakangan. 

Bermula dari kisah, menurut sahibul hikayat, Arok terpana melihat rona cantik wajah Dedes. Napasnya sesak, dipenuhi syahwat memandang molek tubuh istri 'Tunggul Ametung' ini. Puncaknya, Arok kehilangan "kewarasan" ketika melihat putih mulus betis Ken Dedes. Bagi Arok, Dedes adalah "sorga". 

Dedes tahu, Arok begitu menyukainya. Sementara itu, Dedes tak begitu menyukai suaminya, 'Akuwu Tumapel si Tunggul Ametung'. 

Mereka berdua, Dedes dan Ametung,  berasal dari kasta yang sama. Kasta tinggi. Tapi, beda aliran. Beda mazhab. Dan bagi Dedes, beda aliran ini begitu menyesakkan. Begitu menyakitkan. Ia nikah terpaksa. 

Ayahnya, seorang yang hari-harinya melantunkan kitab suci itu, tak mampu menolak keinginan Tunggul Ametung untuk menyunting anaknya. Dedes menikah "pasrah, tapi tak rela". 

Arok pun hadir. Pemuda tegap yang tak pernah membuka lembaran kitab suci ini, karena berasal dari kasta rendah, dimanfaatkan oleh Dedes. Dedes yang sejak kecil selalu menyentuh dan membaca kitab suci tersebut, kemudian menjanjikan "sorga". 

"Bunuhlah suamiku, kuberi kamu sorga...diriku !", mungkin demikian yang disampaikan pada Arok. 

Arok yang terpana melihat Dedes, bermula dari pandang jalang si mata jantannya, pada putih bersih betis si Dedes, menerima tantangan itu. Baginya, Dedes adalah "sorga". 

Tunggul Ametung dibunuhnya. Dedes sang istri merasa senang. "Sorga" yang dijanjikan pada Arok ditunaikannya. Ia bersedia dinikahi Arok. 

Arok merasa mendapat "sorga"nya. Dedes menyadari, kitab suci yang dibacanya dari dulu, dibawah asuhan ayahnya yang Pandita itu, sangat membenci perilakunya itu. Tapi, kebencian atas nama aliran, walaupun berasal dari kelompok yang sama, menutupi ajaran luhur kitab suci. Sedangkan bagi Arok, ia hanya membutuhkan, sekali lagi,  "sorga"....Dedes. 

Arok yang berasal dari rakyat "jelata" dimanfaatkan oleh Dedes yang berasal dari kalangan elit dan memahami dengan baik kitab sucinya. 

Arok kemudian, diberi gelar Ken. Walaupun tak berhak. Tapi, tak ada gelar yang tidak bisa diambil oleh seseorang ketika kuasa ada di tangannya. 

Selanjutnya ?. 

Anak keturunan Ken Arok - Ken Dedes saling bunuh. Oleh satu dendam. Dendam atas nama keturunan yang menancap ngilu lagi merah berdarah, di ujung keris ciptaan mPu Gandring. 

--------------

Dari kisah tragis tempo dulu tersebut.  Terserah, apa "makna" dan "benang merah" dengan kondisi kekinian,  yang bisa kamu ambil, Nona. 

Referensi : Pramoedya Ananta Toer, "Arok-Dedes".


*Pustaka Hayat
*Pejalan Sunyi
*Rst
*NalarPinggiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar