Kemenangan Maroko, bukan hanya kemenangan Rakyat maroko. Tetapi, kemenangan seluruh ummat muslim.
Di Piala Dunia Qatar 2022, Maroko Tampil mengejutkan, bergabung di Grup E bersama Belgia, Croasia dan Canada. Maroko berhasil melaju ke babak 16 besar dan menjadi Juara Grup. Maroko mengantongi 7 poin, hasil dari dua kali kemenangan dan satu kali imbang. Selain belum pernah mengalami kekalahan, Gawang Maroko juga baru sekali kebobolan, itu pun hasil dari Gol Bunuh Diri.
Kemenangan Maroko, menjadi satu-satunya negeri Muslim yang berhasil lolos ke babak 16 besar, yang di rayakan dengan gegap gempita.
Setelah Peluit kemenangan di tiup, Qatari - penduduk Qatar, segera keluar rumah dengan membawa Nampan berisi Kue, Kurma, air mineral yang di bagikan pada siapa saja yang melintas. Di palestina, kemenangan Maroko pun di sambut dengan Gembira. Apa pasal?. Selama pertandingan Maroko, para Pendukungnya membawa serta Bendera Palestina, serta meneriakkan Yel-yel.
Salah seorang pemain Maroko, Jawad Al Yamiq, melakukan selebrasi kemenangan dengan membentangkan bendera palestina dan Maroko sembari berkeliling lapangan.
Usai menjadi jawara Grup, maka di jadwalkan Maroko akan berhadapan dengan Spanyol di Fase 16 besar, pada Hari selasa.
Melawan Spanyol, bukanlah Partai Biasa. 1300 Tahun Yang Lalu, pertarungan yang sama pernah terjadi di lembah Barbate. Sejarah menukilkan kalam, pertempuran di Lembah Barbate atau Rio Barbate (711 - 712 M), menjadi Pintu gerbang dan jembatan Emas Menuju kemenangan Islam Di Andalusia - Spanyol.
Jalur jihad itu ditempuh melalui negeri ujung pandang, negeri paling terakhir di benua Afrika yaitu Maghrib atau dikenal sekarang dengan Morocco (maroko). Saat itu, Sebagian besar kekuatan Islam adalah pejuang-pejuang yang dilahirkan dari rahim Maghribi. Mereka banyak menyumbangkan prestasi pada Ummat ini, darah-darah mereka telah melumuri laut Mediterania, membeku hingga menyatukan daratan Eropa dan Afrika yang menjadi jalan masuk dakwah islam pada saat itu.
Perang di Lembah Barbate adalah perang terhebat setelah perang Yarmuk (632 M), ketika Pasukan Muslim pertama kalinya berhadapan dengan Romawi Timur dan pasukan Muslim Memenangkan pertempuran tersebut.
Pasukan Thariq Ibn Ziyad yang berasal dari Maroko dan Wilayah Afrika Utara lainnya berhasil mengalahkan Pasukan Roderic dari Spanyol. Saat itu, jumlah pasukam Muslim, tidak lebih dari 12.000. Sedangkan pasukan Roderic berjumlah 100.000. Luar biasanya, kemenangan itu terjadi tepat di Gerbang wilayah Romawi Timur - Spanyol.
Pertempuran yang berlansung sejak 28 Ramadhan 92 H (711 M), Tidak terlukiskan kedahsyatannya. 3.000 syuhada menjemput Kesyahidannya dengan Senyum paling menawan. Takdir Allah atas kemenangan pasukan muslim, seiring dengan Gema Takbir menyambut datangnya Idul Fitri - Hari kemenangan.
Sejarah juga Mencatat, Kemenangan pasukan Muslim kala itu membuat Kota Toledo Ibu kota Visgoth Jatuh. Sekaligus, menjadi Jembatan bagi lapangnya Jalan pembebasan Tanah Eropa.
Semoga Pekan depan, Selasa. Kemenangan yang sama juga akan di torehkan anak cucu keturunan Thariq Ibn Ziyad pada laga melawan anak Turunan Roderic dan menjadi Jembatan emas kebangkitan Islam Pada ajang sepak Bola paling bergengsi di dunia.
**
ADA BENDERA PALESTINA DI PIALA DUNIA
Teruntuk Palestina yang Kami Cintai. Dimanakah bangsa Arab?. Apakah mereka terlelap?
Wahai Negeri Abraham Religion, Bertahanlah. Semoga Allah melindungimu dari Kedzoliman Para Musuhmu dan mereka yang ingin merampasnya darimu.
Kami Tak akan membiarkan kamu sendirian, Ya Gaza. Walaupun engkau Nun Jauh di sana.
Wahai Raffa dan ramallah, umat ini sedang sakit. Mereka sakit dengan segala macam masalah.
Yel-yel itu tidak sedang di nyanyikam pejuang palestina. Melainkan, di nyanyikan Oleh Supporter Maroko, seusai kemenangan mereka atas Belgia, Negeri Rangking 2 FIFA (2 - 0).
Kemenangan Maroko, melengkapi indahnya Syiar yang di pertontonkan pada dunia. Sujud-sujud syukur kembali di hujamkan Squad Singa Atlas diatas tanah.
Achraf Hakimi, salah seorang pemain segera berlari menuju Tribune Penonton dan Mencium kening Ibunya.
Selain itu, salah satu pahlawan di laga Maroko Vs Belgia adalah Zakaria Abhoukhlal, Striker yang melesatkan Gol ke gawang Belgia. Ia adalah salah satu pemain termuda, Usianya 20 tahun.
Menariknya ialah Ia adalah salah satu Imam Masjid di tempat tinggalnya. Bacaan Al Qur'an sangat Indah dan sempat Viral di Medsos.
Semangat Ukhuwah terlihat dalam Laga tersehut, Emir Qatar dan keluarganya yang ikut menonton, ikut bersorak kala peluit panjang di tiupkan, menandai berakhirnya pertandingan.
Sepanjang pertandingan, tak hanya bendera maroko yang berkibar. Tetapi, Bendera Palestina pun berkibar. Banyak anak-anak muda yang membawa poster - poster berisi dukungan pada saudara kita di palestina.
Komentator Khalil Al balushi dengan bangga memamerkan Ban Kapten bercorak berdera palestina yang di kenakannya, " Kami punya ban Kapten Palestina yang kami banggakan. Kami mengamgkat kepala sambil memakainya dengan penuh kebanggaan. Gugatan kami abadi dan kami tidak akan menyerah", Katanya di depan media.
Aksinya itu kontan memantik Supporter lain untuk mengikutinya. Terlihat banyak yang memakai ban lengan serupa. Aksi ini sekaligus menjawab mereka yang memakai ban lengan motif pelangi sebagai bentuk dukungam terhadap LGBT.
Di luar stadion, banyak media meliput keseruan supporter Maroko dalam meluapkan kegembiraannya, " Apa kalian dari Media Israel?". Seru seorang pemuda tanpa tanggung. Tanpa banyak kata mereka bertiga meninggalkan kamera yang telah Standby untuk wawancara sebelumnya.
"Hei, kita sudah berdamai. Negara kita sudaj menandatangani perjanjian damai", Kejar Si reporter.
"No Israel. Only Palestina", jawab mereka sambil terus berlalu.
Soliditas dan Ukhuwah Ummat Islam harus tetap terjaga, tidak hanya berhenti setelah Piala dunia Usai. Sebab, Sejarah menukilkan Kalamnya, kita pernah Menjadi Pemenang.
**
Sudah tahu bola itu bulat. tetapi, orang masih menegaskannya sekali lagi tatkala menyaksikan sepakbola. "Jangan pastikan kemenangan sebelum pertandingan selesai. Ingat! Bola itu bulat," kata orang, entah siapa.
Tapi mengapa istilah "bola itu bulat" cuma dikenal dalam sepakbola sedangkan dalam volly ball atau basket, istilah ini tak lazim? Tentu jawabnya bukan karena bola volly, basket, atau golf tidak bulat! Barangkali dalam sepakbola, segala kemungkinan yang paling mustahil sekalipun dapat terjadi, lantaran pertandingan sepakbola tidak menggunakan tangan, kecuali tangan kiper dan "tangan Tuhan".
jika bola berbentuk segi empat, Tuhan tertawa! Segalanya dapat diterka, katanya. Tiap sisi tampak jelas. Tak ada paradoks-paradoks, tak ada dugaan, tak ada kecemasan. Bola tak bersisi. Ia punya diameter atau garis tengah, berat, dan meluncur sebulat-bulatnya dengan bebas tak terdeteksi dengan pasti, dapat tergelincir lalu melesat tanpa terkendali, tanpa dikehendaki siapa pun.
Walau bola itu bulat, ternyata bumi tak sebulat bola! Namun, juga tidak terhampar bagai tubuh perempuan seksi yang telanjang ketika terlentang di pantai.
Bola-bola bulat yang menggelinding di atas bumi yang tidak sebulat bola itu, selalu menyuguhkan fenomena langka. Jika bumi sebulat bola, ia akan meluncur dan berputar secepat-cepatnya membuat orang di seluruh dunia pusing. Jika bumi sedatar piring, maka tendangan Raheem Sterling akan meluncur keluar angkasa meninggalkan bumi, nabrak bulan! Demikian kawan saya menjelaskan dengan wajah yang tidak datar.
Tapi mengapa istilah "bola itu bulat" cuma dikenal dalam sepakbola sedangkan dalam volly ball atau basket, istilah ini tak lazim? Tentu jawabnya bukan karena bola volly, basket, atau golf tidak bulat! Barangkali dalam sepakbola, segala kemungkinan yang paling mustahil sekalipun dapat terjadi, lantaran pertandingan sepakbola tidak menggunakan tangan, kecuali tangan kiper dan "tangan Tuhan".
jika bola berbentuk segi empat, Tuhan tertawa! Segalanya dapat diterka, katanya. Tiap sisi tampak jelas. Tak ada paradoks-paradoks, tak ada dugaan, tak ada kecemasan. Bola tak bersisi. Ia punya diameter atau garis tengah, berat, dan meluncur sebulat-bulatnya dengan bebas tak terdeteksi dengan pasti, dapat tergelincir lalu melesat tanpa terkendali, tanpa dikehendaki siapa pun.
Walau bola itu bulat, ternyata bumi tak sebulat bola! Namun, juga tidak terhampar bagai tubuh perempuan seksi yang telanjang ketika terlentang di pantai.
Bola-bola bulat yang menggelinding di atas bumi yang tidak sebulat bola itu, selalu menyuguhkan fenomena langka. Jika bumi sebulat bola, ia akan meluncur dan berputar secepat-cepatnya membuat orang di seluruh dunia pusing. Jika bumi sedatar piring, maka tendangan Raheem Sterling akan meluncur keluar angkasa meninggalkan bumi, nabrak bulan! Demikian kawan saya menjelaskan dengan wajah yang tidak datar.
Sepakbola menyuguhkan fanatisme dan eforia melampaui agama. Franklin Foer mencatatnya dalam "How Soccer Explain The World: The Unlikely Theory of Globalization". Sahdan, di stadion Azadi-Iran, perempuan tak boleh menonton perhelatan sepakbola karena dilarang agama dan melanggar kitab suci. Larangan itu tak sejalan dengan nama stadion tersebut, yakni "azadi" yang berarti "kebebasan". Dan ternyata perempuan tak bebas di stadion tersebut. Sejak maraknya televisi pada tahun 80-an, Ayatullah Khomeini membolehkan perempua menyaksikan bola di televisi. Tapi sang mullah tetap melarang perempuan memasuki lapangan bola.
Barangkali Tuhan pun tak bisa menghalangi manusia "gila bola". Lantaran orang beriman yakin, bola pun ciptaan Tuhan. Apa yang bukan ciptaan Tuhan? Di negeri para mullah itu, para perempuan menyamar sebagai laki-laki, mengikat dadanya agar tampak datar sedatar dinding, memotong rambutnya, menyusup ke dalam stadion Azadi, stadion raksasa keempat dunia. Pada 1998, tatkala Iran lolos ke piala dunia, Teheran heboh. Ribuan perempuan menari bersama musik-musik keras, seruling, minuman, melepas dan merobek jilbabnya. Pemerintah Iran tak dapat menindak, tentara tak kuasa menghalangi para perempuan Iran yang tampak begitu seksi, cantik, berdada sebulat bola, berkulit putih tanpa busana yang membalut tubuh sampai lenyap. Pemerintah pun mengalah! Dosa dan larangan difinalti tanpa ampun. Para perempuan bergembira, menari, berteriak-teriak histeris berbaur dengan ribuan laki-laki yang bukan "muhrim"-nya.
Kenyataan negeri Islam di Iran itu setidaknya memberikan gambaran sederhana; kebebasan yang asasi tak dapat dikerangkeng secara represif. Gus Dur menegaskan prinsip unik dalam Fiqih yang dikenal dengan istilah: "ketat" tapi "longgar", "longgar" tapi "ketat". Kebebasan yang terpenjara rapat, represif, dan gawat, mencari peluang meloloskan diri. Ketika lolos, ia melesat tanpa kendali bagai bola yang tergelincir dari kaki Mehdi Taremi di stadion Khalifa International ke gawang Inggris. Dua gol Taremi memperkecil kedudukan Iran dalam bentrok melawan Inggris 2-6. Memang dalam permainan, Inggris di atas kertas. Meski Iran terbaik Asia, menghadang Inggris bukan perkara ringan. Tapi Iran---melalui Taremi, dua kali merobek gawang Inggris, itu bentuk perlawanan yang sengit. Ada fanatisme bola menjadi spirit Iran, bangsa yang tradisi agamanya tak karib dengan bola.
Tapi bola tetap bulat. Dan laga dunia tahun ini, masih akan menggelinding. Dan jutaan mata menyaksikannya. Setidaknya lebih baik menyaksikan bentrok antarnegara dalam bola daripada dalam perang, bencana, dan kematian
Barangkali Tuhan pun tak bisa menghalangi manusia "gila bola". Lantaran orang beriman yakin, bola pun ciptaan Tuhan. Apa yang bukan ciptaan Tuhan? Di negeri para mullah itu, para perempuan menyamar sebagai laki-laki, mengikat dadanya agar tampak datar sedatar dinding, memotong rambutnya, menyusup ke dalam stadion Azadi, stadion raksasa keempat dunia. Pada 1998, tatkala Iran lolos ke piala dunia, Teheran heboh. Ribuan perempuan menari bersama musik-musik keras, seruling, minuman, melepas dan merobek jilbabnya. Pemerintah Iran tak dapat menindak, tentara tak kuasa menghalangi para perempuan Iran yang tampak begitu seksi, cantik, berdada sebulat bola, berkulit putih tanpa busana yang membalut tubuh sampai lenyap. Pemerintah pun mengalah! Dosa dan larangan difinalti tanpa ampun. Para perempuan bergembira, menari, berteriak-teriak histeris berbaur dengan ribuan laki-laki yang bukan "muhrim"-nya.
Kenyataan negeri Islam di Iran itu setidaknya memberikan gambaran sederhana; kebebasan yang asasi tak dapat dikerangkeng secara represif. Gus Dur menegaskan prinsip unik dalam Fiqih yang dikenal dengan istilah: "ketat" tapi "longgar", "longgar" tapi "ketat". Kebebasan yang terpenjara rapat, represif, dan gawat, mencari peluang meloloskan diri. Ketika lolos, ia melesat tanpa kendali bagai bola yang tergelincir dari kaki Mehdi Taremi di stadion Khalifa International ke gawang Inggris. Dua gol Taremi memperkecil kedudukan Iran dalam bentrok melawan Inggris 2-6. Memang dalam permainan, Inggris di atas kertas. Meski Iran terbaik Asia, menghadang Inggris bukan perkara ringan. Tapi Iran---melalui Taremi, dua kali merobek gawang Inggris, itu bentuk perlawanan yang sengit. Ada fanatisme bola menjadi spirit Iran, bangsa yang tradisi agamanya tak karib dengan bola.
Tapi bola tetap bulat. Dan laga dunia tahun ini, masih akan menggelinding. Dan jutaan mata menyaksikannya. Setidaknya lebih baik menyaksikan bentrok antarnegara dalam bola daripada dalam perang, bencana, dan kematian
*Pustaka Hayat
*Pejalan Sunyi
*Nalar Pinggiran




.jpeg)

.jpeg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar