Mengenai Saya

Jumat, 24 Maret 2023

CORETAN PINGGIRAN 5 ; "HAKIKAT PUASA"



Konon, Puasa berdampak baik untuk kesehatan. Tentu saja hal ini sulit dibantah, jika puasa yang sebenarnya Puasa yang di laksanakan, sesuai tuntutan dan tuntunan Nabi kita.

Tetapi, masihkah berdampak baik bagi kesehatan kita, jika berbuka puasa menjadi ajang balas dendam?. Menyumpali sebanyak-banyaknya segala jenis makanan kedalam mulut setelah seharian perut kosong.

Jika sudah demikian, kita hendak menjadikan Puasa sebagai sarana untuk pelatihan dan pembersihan Jiwa (Tazkiyatun Nafs), dengan menahan hawa nafsu rasanya, saya percaya itu jauh panggang dari api.

Puasa yang juga seharusnya menumbuhkan empati, pun berubah arahnya. Sebab, senyatanya perut lapar, bukan yang terpikir adalah penderitaan saudara-saudara kita, yang dilanda kefakiran, bukan menginsyafi tetes peluh-keringat rakyat jelata.

Berkenaan dengan itu saya ingat dengan ungkapan "Syaikh Mutawalli M Asy-Sya'rawi", yang berkata : Jika engkau melihat ada Fakir- Miskin dinegeri Kaum Muslimin, maka disana pasti ada Orang Kaya yang mencuri Hartanya.

Mereka menahan lapar dan dahaga, tanpa tahu kapan berbuka. Sedangkan, kita (tarulah memikirkan mereka), paling hanya sambil lalu, saat lapar-laparnya. Sebahagian besar memikirkan, menu apa yang di santap saat buka puasa (lagi-lagi urusan lidah dan perut).

Padahal Sayyidina Ali R.a bertutur : " Kebanyakan penyakit dapat di sembuhkan dengan lapar dan mengosongkan lambung".

Oleh karena itu, Seorang Arif pernah ditanya : 'Kapankah waktunya Makan?'. Sang Arif menjawab : " bagi orang kaya, kalau sudah lapar. sedangkan, bagi orang Fakir ketika sudah mendapatkan Makanan.

Analisis Rosulullah SAW -+ 1400 tahun yang lalu tidak pernah meleset dan terus memberikan kearifan pada kita bahwa : "Banyak yang berpuasa tetapi hanya lapar dan haus yang Ia peroleh".

Setelah perang Badar, Sahabat Bertanya pada Rosulullah : apakah inilah perang terbesar sepanjang Sejarah Ummat manusia.

Lalu, Rosulullah Bertutur : Perang badar ini hanya perang Kecil. Kita akan memasuki perang yang sesungguhnya, perang yang sangat besar (Jihad Al-Akbar) yaitu perang melawan hawa nafsu.

Perang besar itu adalah perang melawan ketidakterbatasan kehendak kita.


Didalam Inti ajaran puasa, selain mengajari hawa Nafsu kita untuk menghayati bahwa dalam kehidupan ini, kita tidak hanya tahu menuntut hak, tapi juga "tahu" kewajiban, larangan, dan anjuran. Selain itu, ramadhan adalah Madrasah dalam menempa hawa Nafsu untuk mengerti batas ; kapan makan?, kapan tidak makan?, makan ukurannya berapa?, makan apa dan seterusnya.

Jika Di kembangkan lebih jauh Jauh, (mengimprovisasi Tulisan abang Dr. Umar Sulaiman Betan). maka, puasa merupakan sarana untuk menekan Metafora empat ekor unggas yang senantiasa mengaktual dalam diri kita-manusia, yang acap merusak potensi uluhiyah. Agar senantiasa memiliki kesadaran untuk selalu berproses menjadi "Human Being". Atau menurut Ali Syari'ati : mengaktivasi nilai-nilai hanif kita yang kerap terpasung oleh keinginan-keinginan nasut.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa manusia secara Natural, menurut Yusuf Qardhawi : "tercipta dari dua hirarki yang saling berdialektika dan berhimpitan, yakni Potensi Nasut (Tanah) dan Potenai Lahut (Ruh)". Ketika potensi Nasut menjadi gaya hidup dalam kehidupan, Menurut Sayyed Hossein Nassr itu akan menjadi " Petaka yang harus diratapi". Namun Jika Potensi Lahut yang aktual, maka itu adalah simbol kemenangan dan Differensiasi kita terhadap Mahkluk-Mahkluk lainnya. Karena, Mahkluk-Mahkluk lain selain Manusia, tidak dibebani hukum Tanggung jawab sehingga ia selalu berada dalam kenasutannya.

Itulah barangkali satu sebab, dari sekian banyak sebab yang menjadi hijab, mengapa Derajat Taqwa itu Sulit diraih sekalipun Tuhan Itu Maha Pengasih. sebab, Faktanya Ramadhan atau Puasa silih berganti dari tahun ke tahun Hanya Merubah Jadwal Makan dan Minum kita.

Puasa Tidak pernah sama sekali mempengaruhi Keserakahan. Tidak menjadi Perisai atas arogansi dan Egoisme. Tidak memasung Hawa nafsu. Tidak memenjarakan Keinginan-keinginan Pribadi.

Lalu, apa Gunanya kita berpuasa setiap tahun Jika demikian?. Bukankah Rosulullah jauh hari telah memberikan warning pada kita : "banyak yang puasa tetapi hanya lapar dan haus yang mereka dapatkan".

Puasa itu perang menahan, ditengah kebiasaan kita menumpahkan atau kebiasaan mengendalikan ditengah tradisi melampiaskan atau pada sekala yang besar: perang menahan kecepatan Ekonomi, industriliasasi, konsumerisme, globalisasi yang senantiasa mengajak kita untuk melampiaskan, sedangkan agama mengajak kita untuk menahan, mengendalikan dan mengenal Batas.

Kita tak kekurangan Contoh, kita hanya kurang Tamsya pada Perbendaharaan sejarah, bahkan Rosulullah sendiri memberikan Uswah pada Kita?. Tidak main-main, dua imperium Besar didunia, tunduk padaNya, tetapi, Fakta sejarah membuktikan, tidurnya Tetap diatas pelepah kurma. Panjang dan lebarnya rumahnya jauh dari kelayakan. Makannya kadangkala sepotong Roti atau 3 buah kurma dan seteguk air zam-zam. Tidak hanya itu, bahkan Allah pernah menantangnya : "sekiranya Engkau Mahammad Mau, Aku (Allah) akan menjadikan Jabal Uhud menjadi bukit Emas kepadaMu". tetapi, Ia menolak.

Karena Rosulullah Adalah Pribadi yang Mahfum, bahwa Pada batas kapasitas, kesederhanaan itu Mulia.

Lalu, siapa pengikut Rosulullah Muhammad Shallallahu alaihi wa saalam?. Siapa?.

Maka, puasa ini adalah sebuah metode dan pendisiplinan agar kita melatih diri untuk melakukan apa yang pada dasarnya tidak kita senangi serta tidak melakukan apa yang pada dasarnya kita senangi.


*Makassar, 15/04/2022

*Nalar Pinggiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar