Tepat Di Hari Kesaktian Pancasila, 1 oktober 2022 Di Stadion Kanjuruhan, Jiwa - jiwa yang malang pulang di malang. Tragika ini adalah bencana sepak bola yang paling besar sepanjang sejarah sepak bola dunia. Ratusan nyawa Hilang, ratusan keluarga akan membenci sepak bola seumur hidup mereka.
Berapa orang yang menjadi Yatim, Istri-istri yang menjadi janda, orang tua yang kehilangan anaknya dan anak yang kehilangan orang tuanya. Terlalu mahal harga sepak Bola di Bumi Mutu manikam Zamrud Khatulistiwa.
Siapa yang harus bertanggung jawab atas kecerobohan ini - orang tua yang kehilangan anaknya?. Anak yang kehilangan orang tuanya?. suami yang kehilangan istrinya atau Istri yang kehilangan suaminya?. Toh, tidak ada yang berani tampil di publik dan menyatakan SAYA YANG BERTANGGUNG JAWAB. Bahkan Kapolda Jatim terkesan membela bawahannya yang melanggar Yuridiksi FIFA. Ajaib. Tidak hanya itu, Kapolri Bersama Jajaran Pemerintah mendatangi - Berta'ziah ke Kediaman salah satu Korban, menawarkan agar anak Korban masuk Polisi. Massunuu?.
Begitu cepat dan terlalu singkat waktu yang memakan ratusan nyawa 🥺😔.
Keributan dan kerusuhan sudah sedemikian sering terjadi dalam perhelatan sepak bola. Apalagi melibatkan Supporter yang Fanatis terhadap Tim kesayangannya - Arema Vs persebaya punya sejarah panjang. Sudah sepatutnya pihak penyelenggara dan Keamanan memprediksi langkah pecegahan. Sudahkah itu di lakukan?.
Sepak bola, Perjudian, Pengaturan skor, Pemimpin yang berwewenang. Jika tak di cegah, Azabnya mengalir kepada mereka yang tak bersalah. Lalu, dengan tanpa rasa bersalah mereka beralibi dan membentengi diri, ujungnya gerakan cuci tangan bersama dan dalam waktu bersamaan Telunjuk Kesalahan akan di arahkan kepada Supporter. Padahal kerusuhannya di lapangan, yang di tembaki Gas air mata di Tribun penonton. Kurang ajar betul.
Fanatisme supporter, budaya Rivalitas, kultur Ultras atau Hooligan tidak pernah bisa membenarkan bentuk anarkisme - Kekerasan dan kerusuhan apapun. Secara Konsepsional, Menang dan kalah adalah hal yang biasa dalam sepak bola. Ungkapan kekecewaan tak harus selalu berbentuk kekerasan fisik. Tetapi, tetap saja berujung Kerusuhan. Apakah Upaya preventif telah di lakukan atau tidak sama sekali?.
Jadwal Pertandingan Arema Vs Persebaya itu sore hari. Tetapi, Indosiar, PT LIB dan Panpel Takut rugi. makanya mereka meminta untuk pertandingannya di undur sampai malam hari.
Di eropa, kita tahu ada banyak rivalitas panas tim-tim sepak bola di sejumlah liga - Munchen Vs Dortmund. Barca Vs Real Madrid. Inter milan Vs Ac Milan. MU Vs Liverpool. Inter Vs Juve. Ajax Vs PSV dan masih banyak lagi yang melibatkan Rivalitas kedua tim atau lebih.
Masing-masing mereka pernah kalah di kandang oleh rivalitas beratnya, bahkan ada yang kalah telak. Tetapi, sejengkel apapun rasa Kalahnya dari rival atau semarah apapun dari Tim kesayangannya yang berada dalam tren negatif. nyaris kita tidak pernah terdengar atau terbaca, supporter-supporter Eropa anarkis dan Turun ke Lapangan meluapkan emosi pada timnya. Mungkin ada 1 atau 2 yang berujung bentrok. tapi, tidak sampai memakan korban jiwa.
Saat kekecewaan Supporter terlanjur memuncak, umumnya di lampiaskan dengan boikot pertandingan atau demonstrasi di depan stadion mereka atau juga protes-protes keras di media sosial Club.
Tetapi di indonesia, mengapa mudah sekali terjadi gesekan atau bentrokan yang tak jarang memakan korban jiwa?. Di saat masih ada opsi lain untuk meluapkan kekecewaan, agar Tim kesayangan mereka memperbaiki performa permainannya. Ketimbang menggunakan aksi masuk lapangan dan merusuh. Tapi, dalil masuk ke lapangan juga tidak bisa di jadikan dasar untuk mementungi dan menembaki manusia dengan gas air mata.
Memukuli Supporter dengan pentungan, menghantam secara membabi buta, apalagi menembaki dengan Gas Air mata adalah tindakan Biadab. Sebab, semua stadion berada di bawah Yuridiksi FIFA - Pasal 19B, " Stadium Safety and Security Regulations - senjata api san Gas pengendali Massa tidak di perkenankan di bawah masuk ke dalam stadion". Artinya, semua yang terlibat di dalam Stadion - pertandingan, Supporter, kedua tim yang berlaga, wasit, panpel, pihak keamanan dsb adalah milik sepak bola. Segala sesuatu yang terjadi di dalam stadion, tunduk dan patuh pada regulasi FIFA sebagai "IBUNYA".
Aparat keamanan dalam penanganan kerusahan di luar stadion boleh melakukan sebebas-bebasnya tindakan tanpa merujuk pada regulasi FIFA. Tetapi, ketika mereka masuk kedalam Stadion, maka mereka tak di berikan hak secuil pun Hak untuk menyerang dengan kondisi apapun.
Di eropa dan belahan dunia lainnya dengan fanatisme yang begitu luar biasa, aparatnya berhasil melakukan penanganan yang tepat untuk menguasai massa. Kenapa Di Indonesia tidak demikian?. Bukan Potensi kerusuhan dan keributan itu jelas ada, apalagi melibatkan dua Rivalitas Tim.
Sekarang, bukan saatnya kita saling menyalahkan. Kita harusnya saling menguatkan. Ahh, omong kosong. Toh, dari kejadian ke Kejadian. Anasirnya tetap sama, yaitu INVESTIGASI Dan EVALUASI. Sebagaimana Terma, NagaBonar, Dari berunding ke berunding, Nica Masuk Juga. Anasìr klise.
Bagaimana kita bisa se-naif itu menyalahkan individu-individu kecil yang diatur di dalam sistem sepak Bola yang jelek. Seoerti, kita bisa saja Menyalahkan individu-individu yang kerap naik diatas atap Kereta, bahkan tak jarang mereka celaka - jatuh hingga tewas. Tapi, apakah hal itu membuat orang berhenti untuk naik diatas atap kereta. Kan tidak. Lalu, mengapa sekarang tidak ada lagi orang yang naik diatas atap Kereta. Karena, sistem dan regulasinya sudah diatur bagus. Sehingga, orang yang sama, yang suka naik diatas atap Kereta pun berubah dan tersadar dengan sendirinya.
Sistem sepak bola kita tidak demikian. Supporter fanatik itu bukan satu dua orang, banyak. Semakin banyak supporter maka semakin banyak potensi uang yang berputar. Sementara, penyelenggara dan Pihak yang berwewenang di huni oleh orang-orang Goblok Bin Bodoh Bin Tolol, di Otak mereka cuman ada keuntungan. Mereka tidak lagi melihat supporter sebagai Manusia. Mereka telah mengganti nama-nama Supporter dengan uang 50 ribu / tiket.
Selain itu, hanya pertandingan Sepak Bola di Indonesia yang pihak kemanannya melibatkan TNI dan Polri. Di eropa, Manajemen penyelenggara lah yang mengegola Pihak keamanan setiap pertandingan, yang Lisensi Security and Safety berstandar FIFA. Dulu, kita Punya orang yang satu-satunya punya lisensi FIFA. Tetapi, Di Pecat oleh federasi sepak bola Indonesia.
- Salam Satu Jiwa -
*Rst
*Pejalan sunyi
*Pustaka Hayat


Tidak ada komentar:
Posting Komentar