Pada Cara Bernalar Di pinggiran, Terletak Kemanusiaan yang adil dan beradab
Minggu, 26 Maret 2023
CORET ESAI ; KUALITAS PUASA ADALAH PUASA YANG LUPA BERBUKA
Sabtu, 25 Maret 2023
CORETAN PINGGIRAN 11 - "PUASA MAHA PEMERINTAH
CORET ESAI - "SURAT DARI TANAH PENANTIAN"
CORETAN PINGGIRAN 21 - " PUASA DI NEGERIKU"
CORETAN 15 - PUASA TAK MAU BERPUSA"
CORETAN PINGGIRAN 12 - "PUASA BERTAHAN MENJADI MANUSIA"
CORETAN PINGGIRAN 14 - "KEBESARAN ORANG KECIL"
Jumat, 24 Maret 2023
CORETAN PINGGIRAN 13 - PUASA BERTOLAK PINGGANG KEPADA IBLIS.
Di bulan Ramadhan Iblis dan setan Diikat. maka, Kita berani bertolak pinggang.
Kita bertanya : "Blis, Mengapa engkau tak menipu manusia?".
Iblis menjawab : " Demi Allah, sesungguhnya yang menjerumuskan mereka adalah kegagahan mereka sendiri".
Kita membantah : ahh, Jangan main-main, Blis.
Iblis melanjutkan : "mereka (manusia) terlalu berani menaklukkan dunia demi kepentingan mereka. Mereka sangat perkasa menunggangi kehidupan, agar mengabdi kepada apa yang mereka perlukan. Mereka tidak takut, untuk memperalat Tuhan, diberi jabatan kepala biro pengabulan doa-doa, justru mereka mewajibkan Tuhan menjadi Faktor Produktif demi terwujudnya pelampiasan nafsu mereka".
Kita membantah lagi : " bukankah engkau Blis yang menggoda dan mempengaruhi mereka.?"
Iblis menjawab : " Mulai besok, pelajari sejarah ummat manusia secara teliti, kompherensif, Dan mendalam. Supaya tahu bahwa Nafsu manusia sudah tumbuh berkecambah sebelum ku datangi mereka dan itu membuatku tidak melakukan apa-apa".
CORETAN PINGGIRAN 14 - "SEMPURNANYA IKHLAS
CORETAN PINGGIRAN 10 - "RUMAH MEGAH TANPA TUAN RUMAH
CORETAN PINGGIRAN 9 - "PUASA HANYA DI BULAN RAMADHAN"
Jika berpuasa hanya di Bulan Ramadhan. lalu, boleh tidak berpuasa dibulan-bulan lainnya. Maka, Hancur lebur, musnah dan segera berakhir pasti kehidupan ini. karena, sebelas bulan angkara murka, halal di lampiaskan tanpa batas.
Jika berpuasa hanya menahan nafsu lapar dan haus. Jika berpuasa tidak menjadi prinsip utama dalam hidup, tidak menyertai manusia sepanjang siang dan malam, serta bukan Pijakan penting dalam membangun peradaban.
Jika dalam Sidang Kabinet, Nilai Puasa tidak di hadirkan. Jika di dalam Musyawarah Demokrasi dan pembangunan manusia, tidak di sertakan Prinsip puasa. Jika dalam politik anggaran, Esensi puasa di keranjang sampahkan. Jika dalam Kurikulum pendidikan dan desain peradaban, Puasa tidak di Ideologikan dan menjadi dasar pertimbangan. Atau Jika dalam semua Hubungan keduniawian manusia : sosial, politik, Hukum, budaya, ekonomi, pendidikan, dan sebagainnya, puasa tidak menubuh dan Menyejarah dalam laku pergulatan aktivitas manusia.
Maka, Wahai ummat Manusia : alami dan Nikmatilah bahwa betapa Iblis adalah Futurolog yang cemerlang. " untuk apa Engkau Ciptakan manusia, Wahai Tuhan. Toh, pekerjaan utama mereka adalah merusak alam, Menginjak-injak, menghardik, menindas dan saling bunuh membunuh.
CORETAN PINGGIRAN 7 - " BERLATIH"
Seorang Petinju yang empat bulan sekali bertanding saja. harus tiga bulan berlatih, untuk sekedar pertarungan 10 ronde diatas ring. Apalagi kita, yang harus bertanding melawan hawa nafsu seumur hidup
Bersyukurlah, sebab Tuhan memberi peluang kepada kita semua, untuk berlatih agar kita memperbarui kesadaran sikap dan kekuatan kita.
CORETAN PINGGIRAN 6 - "BELANTARA KHULDI"
Di Bumi belantara Khuldi, kabarnya Iblis, tidak lagi bersusah-susah payah membisik-bisik Manusia. Tetapi, Justru manusia telah mengajak Iblis berpanen Raya dan menikmati sepuas puasnya.
Lalu dengan berseloroh manusia betutur, Tuhan Maha Pengampun. Hihihi.
Bukan Soal, kita dapat bertaubat dan Tuhan Maha Pengampun?.
Tetapi, seberapa Jauh kita mengetahui bahwa Tuhan Maha pengampun dan Menganggap Tuhan akan mengampuni kita.
Lalu, dengan Licik kita Mengeksploitasi Kemaha-ampunan Tuhan.
CORETAN PINGGIRAN 5 ; "HAKIKAT PUASA"
*Makassar, 15/04/2022
*Nalar Pinggiran
CORETAN PINGGIRAN 4 - "PUASA INTAN BERLIAN"
Ya Allah, Halangilah Langkah hamba, yang berpuasa menempuh perjalanan hari raya yang bergelimang dunia. Lalu, melampiaskan kerendahan sesudahnya.
Ya Allah, tuntunlah hamba mempuasai dunia, waspada terhadap kepalsuan dan gegap gempita. Puasa dari segala yang tak sejati, bertahan dari serbuan apapun yang tak abadi.
Ya Allah, Peliharalah buruk rupa dunia, dalam rahasia dibalik Panca Indera. Jadikanlah, setiap Tajalliku sehambar batu. simpanlah dulu Intan berlianku diGudangMu.
-Makassar, 08/04/2022-
*Rst
*Nalar Pinggiran
CORETAN PINGGIRAN 3 - "SEKEDAR PUASA"
Sekedar berpuasa setiap bulan dalam setahun. Sekedar bersembahyang, tiap hari lima kali. Zakat dan Haji bagi yang berkemampuan.
Lalu, Hamba menagih surgaMu, Ya Rob.
Begitu Murahnya JannahMu, Yaa "Kholidina Fiha Abada", yang perumpamaannya teduh hijau dan tentram.
Yang engkau janjikan tiada kematian di dalamnya. Yang penghuninya mendapatkan segala yang diInginkannya.
Hamba membeli Jannah dengan kerja Yang begitu Mudah. Sedangkan, Urusan hamba Di persempit menjadi sekedar Hubungan vertikal -Individu dan Allah saja.
Sementara kehidupan didunia sudah rusak serusak-rusaknya, dan hamba abai, bahwa Tidaklah engkau Tugaskan kami sebagai Khalifah.
* Makassar,11/05/202
* Rst-Pena Nalar Pinggiran
CORETAN PINGGIRAN 2 - " PUASA RINDU DAN NAFSU"
Ya Allah, Maha Penuntun perjalanan kami, yang berkenan selama Ramadhan ini men-Tajalli : Duduk perkasa berSingasana diatas Galaksi. Mohon terimalah lapar dan dahaga persembahan kami.
Hari-hari dan malam-malam Ramadhan, kami masuki dengan semangat Kerinduan, agar mendapatkan laba berkah sebanyak-banyaknya, untuk kepentingan kejayaan dan kekayaan kami.
Lapar dahaga sepanjang hari, kami setor jelang berbuka, kami semua menengadahkan tangan, agar kemudahan hidup dan rezeki melimpah, kami harapkan dengan nafsu dan keserakahan, demi tercapainnya kepentingan-kepentingan dunia.
-MAKASSAR , 07/04/2022 -
*Rst
*Nalar Pinggiran
CORETAN PINGGIRAN 8 - "PUASA BAGINDA"
Aku duduk diberanda Rumah selepas berbuka, Mendadak Muncul orang Tua renta yang kalau kuperhatikan pancaran wajahnya : jangan-jangan Ini adalah Baginda Nabiyullah Ayub.
Aku berdiri seketika, Membungkuk dan memberi Hormat padannya, dengan badanku yang agak gemetar.
Tapi, Bismillah, aku siap bertegur sapa : " apakah engkau sudah berbuka Puasa?", tanyanya Padaku. "Puji Tuhan atas Rezeki dan perkenaanNya", Jawabku terpana.
Wajah sepuh beliau, merekahkan senyuman dan bertutur: "sungguh sangat berbeda puasaMu dan puasaku".
Mohon maaf, kataku. Aku belum paham maksud Baginda.
"Puasaku", Jawabnya Padaku, adalah "Puasa yang Kujalani tanpa kepastian akan berbuka".
* Makassar, 09/05/2020
*Pustaka Hayat
*Rst
*Nalar Pinggiran
CORETAN PINGGIRAN 1 - PANDEMI MEROBEK RINDU
Kamis, 23 Maret 2023
MENAHAN UNTUK MENUHAN - Bagian ketiga
Jika ada orang yang puasanya hanya menahan lapar dan haus, namun tidak menahannya dari amarah, sifat serakah, Dzolim, Takabbur, Congkak, angkuh, pongah, kikir, fitnah dan ghibah, dsb?. Itulah puasanya orang yang hanya menahan tapi tidak menuhan. Secara fikih puasanya tetap sah, namun secara hakiki puasanya tak berbekas pada jiwanya. Inilah puasa dari golongan orang yang disebut Rasulullah saw, “banyak yang berpuasa tapi yang mereka dapati hanya lapar dan dahaga”
Di titik itulah, jika puasa hanya merubah Jadwal Makan dan minum. Sekalipun Allah Maha pengasih dan penyanyang. Maka, derajat Taqwa sangat sulit di raih.
Bisa kita saksikan, bahwa Ramadhan silih berganti dari tahun ke tahun, Hanya Merubah Jadwal Makan dan Minum kita. Puasa Tidak pernah sama sekali mempengaruhi Keserakahan kita. Tidak pernah menjadi Perisai atas arogansi dan Egoisme kita. Tidak pernah menjadi pengendali Hawa nafsu kita. Tidak pernah menjadi Control atas Keinginan-keinginan Pribadi kita, yang segudang banyaknya itu. Lalu, apa Gunanya kita dididik di ramadhan dengan aktivitas puasa?. Bukankah Rosulullah jauh hari telah memberikan warning pada kita, "banyak yang berpuasa tetapi hanya lapar dan haus yang mereka dapatkan".
Sebulan penuh Kita menjalankan puasa Ramadhan, bulan mewah dalam kehidupan manusia. Bahkan, juga ‘mewah’ bagi Allah SWT itu sendiri. Artinya Ramadhan adalah bulan untuk mempuasai dunia. Bulan Untuk melatih kita mengambil jarak dari dunia. Bulan Untuk menjauhi dunia. Bulan Untuk mengatasi dunia, jangan sampai kita kalah oleh dunia dan isinya. Bulan Untuk memperoleh kemenangan atas nafsu-nafsu dalam diri kita yang senantiasa memperbudak kita, agar menyembah dunia.
Selain Hakikat Puasa yang saya uraikan pada bahagian pertama. Hakikat lain dari Puasa adalah perang menahan diri, ditengah kebiasaan kita menumpahkan atau kebiasaan mengendalikan ditengah tradisi melampiaskan atau pada sekala yang lebih besar : perang menahan kecepatan Ekonomi, perang melawan industriliasasi, melawan konsumerisme, melawan globalisasi, yang senantiasa mengajak kita untuk melampiaskan. sedangkan tuntunan agama mengajak kita untuk menahan (Puasa), mengendalikan dan mengenal Batas, itulah puasa.
Pada konteks demikian, Kita tidak kekurangan Contoh, kita hanya kurang Tamasya pada Perbendaharaan sejarah. Sebab, Rosulullah SAW sendiri memberikan Uswah pada Kita?. Tidak main-main dua imperium Besar didunia, tunduk padaNya. tetapi, Fakta sejarah membuktikan, tidurnya Tetap diatas pelepah kurma. Panjang dan lebarnya rumahnya, jauh dari kelayakan. Makannya kadangkala sepotong Roti atau 3 buah kurma dan seteguk air zam-zam. Tidak hanya itu, bahkan Allah SWT pernah menantangnya, " waa laa syaufa Yu'tika robbuka Fatardho". Bahkan di dalam kitab Al-Barzanji, dijelaskan, "sekiranya Engkau (Mahammad) Mau, Aku (Allah) akan menjadikam Jabal Uhud menjadi bukit Emas kepadaMu". tetapi Ia menolak. Karena Rosulullah SAW Adalah Pribadi yang Mahfum bahwa Pada batas kapasitas (MENAHAN). kesederhanaan itu Mulia. Lalu, siapa pengikut Rosulullah Muhammad Shallahu alaihi wa saalam?.
Ada dialog antara 'Maulana Rumi' dan muridnya. Pada suatu ketika, Bermula dengan pertanyaan-pertanyaan dan di jawab dengan jawaban yang indah. "Apa itu Racun? " apapun yang lebih dari kebutuhan kita, itu adalah racun. Bisa jadi Racun itu adalah kekayaan, kekuasaan, kebencian, kemiskinan, cinta, keserakahan, ego, kemalasan, ambisi dan bisa jadi apapun". Seturut dengan itu, saya ingat dengan apa yang disampaikkan 'Nikolai Berdyaef', bahwa "Nasi untuk diriku adalah persoalan materi. Sedang Nasi untuk tetanggaku adalah soal spiritual".
Begitulah Puasa dalam menempa, dan Mentransformasi Kesadaran buruk, busuk Manusia menuju kesadaran Ilihai, dalam Istilah ' Dr. Abd Munir Mulkam'. Kesadaran Iliahi inilah yang disebut Taqwa. Sedang Taqwa itu menurut Prof Qasim Mattar, salah satunya terletak pada Kepekaan Nurani pada sesama.
Jika saja, tabir Puasa ini di singkap oleh Allah. Sebenarnya Allah sangat posesif, sangat memendam rasa memiliki, terhadap ibadah puasa hamba-hamba-Nya di bulan Ramadhan. Shalat, zakat, haji pahalanya kembali kepada manusia. tetapi, ‘puasaMu untuk-Ku!’, Kata Allah.
Allah sendiri berpuasa (Menahan). Jika Allah tidak berpuasa, sudah lama Allah menggulung alam semesta beserta isinya, akibat pengingkaran Hambanya yang berlaku tidak seimbang. Para malaikat juga berpuasa. Jika Malaikat tidak berpuasa, maka malaikat sangat bisa melakukan banyak hal, yang bagi manusia sangat ajaib dan luar biasa. Tetapi, malaikat hanya boleh melakukan apa yang di perintahkan oleh Allah ,"Ya' ma lu ma Yu' marun". Para Nabi dan Rosul pun sangat berpuasa dalam hidupnya.
Bulan Ramadhan adalah bulan pendidikan yang melatih pengembangan kepribadian kita menanggalkan rohani yang infantil menuju pendewasaan dengan mikraj ke tingkatan rohaniah yang lebih tinggi. Melalui bulan Ramadhan kita diajar menjadi lebih dewasa, kita dipacu dan dipicu untuk memenuhi kebutuhan rohani. Perintah menahan, melatih kita untuk meninggalkan dan menanggalkan keterikatan kita pada dorongan jasmaniah dan mulai memperhatikan kebutuhan rohani kita. Melalui Ramadhan, kita berproses untuk berpaling dari “membinatang” menjadi “memanusia”, dari “memanusia” untuk kemudian “menuhan”
Misalnya, baju yang kita akan pakai harus dengan metode Puasa. jika tidak, maka semua baju akan kita kenakan Dan itu sudah cukup untuk di sebut sebagai orang Gila. kalau dalam sepak bola, kita melanggar puasa. Maka itu yang di sebut dengan offside, out ball, kartu kuning dan kartu merah. Jika di uraikan lebih dalam lagi Prinsip puasa ini, seperti Bersuami Istri, harus dengan prinsip berpuasa. Jika tidak ada aktivitas puasa, maka setiap suami akan menyetubuhi semua wanita atau sebaliknya. Tetapi, karena Suami atau istri berpuasa menggunakam metode Puasa (Menahan). maka dia hanya bersenggama dengan Istrinya.
Di titik itulah, prinsip puasa ini niscaya di konversi kesemua segmen hidup dan aktivitas kehidupan kita. Artinya, puasa itu bukanlah pekerjaan Khusus. Ia adalah pekerjaan hari-hari dan merupakan hakikat hidup ummat manusia. Maka, barangsiapa yang paham puasa. Dia akan jaya, selamat dan Tenang.
Sekali lagi, ramadhan harus kita pahami sebagai jam-jam pelatihan atau trainning, jam-jam pendidikan. Sedangkan, praktek puasa yang sesungguhnya adalah di segala bidang kehidupan, termasuk di dalam ramadhan itu sendiri. Oleh sebab itu, akan indah sekali, jika sejak kecil anak-anak kita, tidak hanya di didik, bahwa puasa itu bukan hanya soal tidak makan dan tidak minum di siang hari. Tetapi, di pahamkan bahwa puasa itu adalah prinsip Hidup sehari-hari, di masa lalu atau di masa kini.
Ada Seorang Mufti dari Mesir, seketika menangis di tengah-tengah acara live salah satu saluran Tv. Ia Menangis tersedu sedan, karena mendengar pertanyaan dari Somalia, yang begitu menggahar palung terdalam Jiwanya ;
"Apakah Puasa saya Sah, jika saya tidak memiliki makanan untuk sahur dan berbuka". Siapa yang berani menjawab pertanyaan ini?.
Padahal, Hakikat Puasa itu sejatinya tidak hanya sekedar merubah jadwal makan dan Minum kita. puasa tidak pernah di jadikan sebagai sarana (Madrasah) dalam menempa hawa Nafsu untuk mengerti Batas ; kapan Makan?. Kapan berhenti makan?. Makan ukurannya berapa ?. Makan apa dan seterusnya?.
Di titik itulah ramadhan, dengan aktivitas Puasa, tidak pernah pernah mempengaruhi keserakahan, ketamakan, kesombongan, Egoisme, Arogansi, tidak pernah menjadi pengendali Atas Hawa Nafsu, tidak pernah menjadi perisai atas keinginan-keinganan pribadi kita yang segudang banyaknya itu.
Hanya sekedar Puasa menahan lapar dan Haus. Lalu, kita berani menagih surga Allah. Begitu Murahnya Jannah Allah, Yaa perumpamaannya adalah "Kholidina Fiha Abada", teduh, hijau dan tentram. Yang di janjikan tiada kematian didalamnya. Yang penghuninya mendapatkan segala yang diiginkannya.
Kita membeli Jannah Allah, dengan kerja Yang begitu Mudah. Sedangkan, Urusan hamba Dipersempit menjadi sekedar Hubungan vertikal saja. Sementara kehidupan didunia sudah rusak serusak-rusaknya dan hamba abai, bahwa Tidaklah engkau Tugaskan kami sebagai Khalifah.
Konon, puasa bisa berdampak untuk kesehatan. Tentu hal itu tidak bisa di bantah, jika puasa yang di maksud sebagaimana Tuntunan Rosulullah SAW, "Tsumu Tasyifu (berpuasalah agar sehat)".
Tetapi, Masihkah puasa berdampak baik untuk kesehatan kita, jika berbuka Puasa seperti Hari Raya Puasa, menjadi ajang balas dendam ; Menyumpali sebanyak-banyak segala jenis makanan kedalam mulut, setelah seharian perut kosong.
Jika demikian, kita hendak menjadikan puasa sebagai pelatihan dan pembersihan bagi Jiwa (Tazkiyatun Nafs). Maka, rasanya sangat jauh panggang dari api.
Setelah perang badar, sahabat bertanya pada Rosulullah SAW ; apakah perang ini adalah perang terbesar sepanjang sejarah Ummat manusia?. Lalu, Rosulullah SAW menjawab, "perang badar ini, hanya perang kecil. Sebab kita akan memasuki perang yang lebih besar dan lebih dahsyat (Jihad Al Akbar), yaitu perang melawan Hawa Nafsu".
Perang besar itu adalah perang melawan ketidakterbatasan kehendak kita.
Imam Ja’far Shadiq suatu ketika memberikan penjelasan mengenai salah satu hikmah disyariatkannya puasa. “Allah swt mewajibkan puasa adalah untuk menyejajarkan kedudukan antara orang kaya dan miskin. Orang kaya belum pernah merasakan lapar, karena ketika menginginkan sesuatu ia sanggup memenuhinya. Melalui puasa, Allah menyejajarkan yang kaya dan miskin melalui rasa lapar yang dirasakan bersama, sehingga orang kaya dapat berempati kepada yang miskin dan mengasihi orang yang lapar”.
Ibadah puasa di satu sisi merupakan ritual yang bersifat sangat personal, namun juga mengandung hikmah kepada manusia yang mesti ditransformasikan dalam kehidupan sosial. Hal tersebut sebagai bagian dari pemenuhan tanggung jawab selaku orang yang beriman. Puasa merupakan proses riyadhah (latihan) rohaniah manusia, yang oleh Nabi Muhammad saw disebut sebagai jihad Al akbar, jihad yang lebih besar dari beradu senjata di medan peperangan.
Pertarungan sesungguhnya ada dalam diri, itulah pergolakan terbesar manusia, jika pertarungan itu berhasil dimenangkan, maka jadilah seseorang sebagai manusia yang merdeka. "Sayyed Hossein Nasr' menulis, bahwa aspek paling sulit dari puasa adalah ujung pedang pengendalian diri yang diarahkan pada jiwa hewani. Dalam puasa kecenderungan jiwa hewani untuk memberontak, perlahan-lahan dijinakkan melalui penaklukkan kecenderungan tersebut secara sistematis dengan mentaati perintah Ilahi melalui menahan lapar, dahaga, nafsu seksual, dan gejolak amarah. Inilah yang ditahan, karena kesemuanya itu jika diperturutkan akan menjadi faktor-faktor yang menghambat manusia untuk “menuhan”, karenanya hadirlah perintah menahan melalui syariat puasa.
Aktivitas menahan dalam syariat puasa merupakan ritualitas personal yang mendidik jiwa seorang hamba untuk tidak tunduk dan tidak dikendalikan oleh insting hewaniahnya. Dengan proses riyadhah ruhani, jiwa dilatih untuk memanusia sebagaimana kesejatian fitrawi. Ibadah puasa adalah proses internalisasi nilai dasar keislaman yang berorientasi pada ketundukan dan kebahagiaan.
Selanjutnya, melalui, puasa, jiwa melakukan eksternalisasi dalam bentuk pengkhidmatan pada kemanusiaan, menebarkan keselamatan bagi sesama makhluk Tuhan, dan menjadi rahmat bagi sekalian alam (rahmatan lil alamin). Di sinilah dua sisi puasa akan menjadi tampak dengan sangat jelas, ibadah puasa merupakan ritual dan motivasi simbolik yang mengantarkan seseorang untuk menjadi seimbang antara kesalehan individual yang sifatnya simbolik-ritualistik dan kesalehan sosial yang bernuansa sosiologis.
Ibadah puasa dalam simbol ritual menahan lapar, dahaga dan nafsu seksual, merupakan madrasah rohani yang mengajarkan manusia pada pelajaran ruhani tanpa melalui sebuah konsep yang sangat teoritik, tapi sebuah proses pembelajaran, sehingga pelajaran rohani tersebut menginternalisasi dalam lubuk jiwa kita. Dengan tetap menahan lapar, dahaga, dan nafsu seksual dari fajar hingga malam datang, merupakan simulasi ritual dalam upaya proses “menuhan”, yaitu menginternalisasi nilai-nilai Rabbani ke dalam diri dan nilai-nilai tersebut kemudian dieksternalisasi melalui pengkhidmatan kepada sesama.
Lebih dari sekadar latihan jiwa yang bersifat personal, dengan simbol ritualistik berupa lapar dan dahaga, puasa mengajarkan kita secara langsung untuk merasakan keperihan mereka yang tak berpunya. Saat Ramadan, kita lapar dan haus karena sebuah pilihan, padahal kita memiliki banyak stok makanan dan minuman. Dengan itu, kita sejatinya diajak merenung untuk merasakan dan memikirkan derita saudara-sudara kita yang kelaparan dan tak berpunya. Dengan demikian, puasa melatih jiwa sosial kita untuk merasakan empati kemanusiaan yang mendalam dengan berbagi pada sesama.
Coret _ By. Rst (Da'i Pinggiran)
Sabtu, 18 Maret 2023
DARI KRISIS IKLIM SAMPAI KONFLIK AGRARIA ; CITIZEN JOURNALISME
Dalam Pidato Presiden di KTT PBB COP26, tentang perubahan Iklim. Presiden menjelaskan bahwa Kebakaran hutan, mengalami penurunan, sebesar 82 % di tahun 2020.
"Green Peace mencatat, memang benar terjadi penurunan, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di tahun 2020. Jika di bandingkan dengan tahun 2019, Karhutla mencapai 294.942 hektar dan hal itu merupakan angka kebakaran yang luasnya, setara dengan 4 kali DKI Jakarta.
Green Peace menegaskan bahwa Penurunan kebakaran Hutan dan lahan di tahun 2020 tidak sepenuhnya di sebabkan oleh upaya PEMERINTAH. melainkan disebabkan oleh gangguan anomali fenomena La Nina".
Soal lain juga, dalam pidato presiden di KTT PBB, bahwa Indonesia telah merehabilitas hutan mangrove sebesar 600.000 Hektar sampai tahun 2024 dan hal itu terluas di dunia.
Rencana pemerintah merestorasi Hutan Mangrove memang terdengar sangat hebat. Sebab, sependek pengetahuanku, hutan mangrove mempunyai fungsi ekologi yang sangat vital bagi kawasan pesisir yang saat ini sedang menghadapi ancaman krisis iklim
Padahal, green peace mencatat ; " kerusakan Hutan mangrove di Indonesia telah mencapai 1,8 juta Hektar".
**
-WADAS WARAS BELUM USAI, KASIMBAR TERKAPAR -
Perintah Konsitusi menyebutkan, bahwa pemerintah di beri tugas untuk memakmurkan rakyat. maka pemerintah perlu meningkatkan industri ekstraktif (Penggalian Sumber Daya Alam), misalnya. Begitu logika pemerintah dan Itu Masuk akal.
Tetapi, problem itu berhadapan-hadapan dengan UU HAK Asasi Manusia dan UU Lingkungan Hidup.
Prinsip utama dari Hukum AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) adalah mengupayakan agar pembangunan Infrastruktur tidak berlansung demi lingkungan. Artinya, semua pembangunan yang berbasis Infrastruktur, harus melalui Proses Amdal. Jadi, Amdal di upayakan untuk menghalangi proyek Infrastruktur. Jika pembangunan Infrastruktur lolos Proses Amdal. Maka, pembangunan tersebut lolos secara amdal. begitu logikanya.
Konflik Agraria di Desa Wadas Waras, Jawa Tengah dan Kasimbar, parigi Mountong Sulteng itu mirip dengan semua konflik agraria di Indonesia. Semuanya di putuskan secara politik terlebih dahulu, lalu Di bikinkan kajian Amdal dan HAMnya.
Kalau kita lihat, Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mencatat, sepanjang 2019 ada sebanyak 279 konflik agraria. Konflik tersebut berdampak terhadap 109.042 keluarga di berbagai provinsi di Indonesia.
Berdasarkan data KPA, selama 5 tahun terakhir, sektor perkebunan, properti dan infrastruktur menjadi penyumbang terbesar terjadinya konflik agraria.
Kacaunnya Logika dan Nalar Penyelenggara. Di tambah Riset Amdal dan Kajian HAM di lakukan untuk membenarkan Keputusan Politik, semakin memperparah kondisi kita berbangsa.
Pashion kita terhadap penderitaan orang di negeri ini memang tidak ada. Seluruh perlatan yang di miliki negara, tidak memiliki empati. Indikator Makro itu baru mulai bekerja, jika martabat Manusia mulai di asuh. "WARGA NEGARA PERLU MARTABAT, BUKAN MARTABAK"
Human Development Index, tidak mungkin melayani Dignity Manusia. Ada skala lain, yaitu indeks kebahagian.
Jadi, tolong berhenti bicara NKRI harga mati, karena itu akan menyiksa kita. identitas tidak mungkin berkembang, jika kita mengatakan ini Harga mati. Biarkan warga negara Bahagia dengan Standar Kualitatifnya. Agar, kita bisa hidup bersama-sama.
Artinya sebelum kita mengucapkan NKRI Harga mati, bikinlah dulu NKRI yang menghidupi kami dan mereka yang terisisih.
IQRO MASIH MENJADI AYAT, BELUM MENJADI NILAI YANG MENUBUH DAN MENYEJARAH ; DIALEKTIKA
Tauhid itu jika sebuah bangunan, ia adalah pondasinya. Mustahil mendirikan sebuah bangunan diatas pondasi yang bengkok dan rapuh.
Kita berada di fase, Ghoyah (Tujuan) menjadi Wasila (Cara), wasila Menjadi Ghoyah. Padahal itu senyata-nyatanya Berhala, yang terpampang jelas di depan mata kita. Tetapi, kita dengan sengaja tidak menyadarinya. Kesesatan yang nyata adalah tidak tahu jalan pulang ke tempat asal, tidak tahu asal usul, tidak tahu titik berangkat dan titik tuju.
Harta, Kekuasaan, Jabatan, kecantikan, ketampanan, Kekayaan, Pembangunan, kemajuan, lelaki, perempuan, Materi, kemeriahan, cinta, ilmu, dsb adalah Wasila, bukan Tujuan. Sebab, Tujuan Utama, dari seluruh drama kehidupan ini Di Gelar adalah MENGKUDUSKAN dan MENGKULTUSKAN TUHAN. Itulah sebabnya, ia menjadi Syarat pertama keberislaman seseorang (Rukun Islam).
Ketika kita mendaraskan Siroh Rosulullah SAW pertama kali Di Utus di muka bumi ialah mereformasi aqidah, Menanamkan Tauhid pada masyarakat Mekkah, selama 13 Tahun dan Sejarah mencatat, hal itu merupakan Pencapaian paling menggemparkan sepanjang Peradaban Manusia.
Merombak sebuah bangsa biadab menjadi Bangsa beradab dan 10 Tahun Periode Madinah, Membangun masyarakat Religius. Dalam Terma Al Qur'an, "Ummatan Wahida (Ummat Terbaik)".
Kalimat Tauhid ini, kata Ibnul Qoyyim Al Jausiyah dalam Kitab Ziyadatul ma'ad, adalah kalimat super, Yang karena Kalimat tersebut, Allah menciptakan surga dan Neraka ; surga, bagi mereka yang menerima dan Neraka bagi mereka yang menolaknya.
Tauhid adalah Tujuan. maka, manusia butuh latihan. di buatkanlah, Langit dan bumi, agar manusia menerima konsep "la ilaha illallah". Selain latihan, manusia butuh pelatih, maka di utuslah para Rosul untuk melatih manusia Menerima konsep La ilaha illallah. Itulah Sebabnya, Seorang Muslim, baru di katakan muslim, jika Shohihul aqidah. Seorang muslim aqidahnya harus kuat ; Lailaha illa allahu, tertancap kedalam Palung terdalam sanubarinya. Faktanya kan tidak demikian?.
Dalam Terma KeIndonesia, kita punya Pancasila. Kita menjadikan, Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai Dasar berpikir dan Bersikap di bangsa ini. Tetapi, Tidak pernah menomor satukan Tuhan di dalam segala aktivitas keseharian hidup kita. Tidak pernah istikharo, tidak pernah Tuhan di jadikan rujukan Utama atau pertimbangan dalam menapaki langkah-langkah.
Misalnya, Kita membangun infrastruktur di indonesia, itu tujuannya untuk dunia atau akhirat?. Atau silahkan sebutkan semua contoh-contoh yang terjadi. Dengan jujur, kita harus menjawab untuk dunia.
Menurutku, inilah implikasi awal, karena kita Cacat mendikotomi Persoalan Ghoyah dan Wasila?. Maka, menjadi wajar, jika korupsi subur, nepotisme bertumbuh, kolusi tak terelakan. Modern tapi Jahiliyah ; Modern secara Artifisial. Tetapi Hakikatnya Jahiliyah.
Mengapa?. Karena Tuhan tidak pernah di libatkan dalam setiap urusan-urusan yang dianggap berpretensi duniawi. Padahal berani menjadikan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai Dasar Primer.
Artinya, masalah Kita di era Post Trust, bukan kemiskinan, bukan ketimpangan, bukan kemelaratan, bukan pengangguran, bukan ketidakadilan, bukan Globalisasi, bukan Sekularisme, bukan matrealisme, bukan korupsi, Bukan Nepotisme, Bukan Tipu Muslihat, bukan kerakusasn, bukan Eksploitasi, bukan penindasan, dsb.
Masalah kita yang sesungguhnya ialah "Bukan Tuhan di jadikan Tuhan. Tuhan di jadikan Bukan Tuhan. Hal itu sangat mungkin di lakukan oleh SEORANG MUSLIM. Sebab, Mustahil Bagi seorang beriman yang Muhlis, serta Bertaqwa, melakukan semua penyakit berhala yang saya sebutkan diatas.
Ihwal itulah, sehingga saya kerap menyebutkan. Jika hendak menjadi Pejabat dari level RT sampai Presiden, menjadi konglomerat, menjadi Teknorat, Menjadi Ilmuan, menjadi Rohaniwan atau menjadi apapun saja. Maka, diri kita sudah harus Selesai dengan semua soal remeh temeh tersebut. Agar, saat di Perhadapkan pada kondisi terburuk sekalipun, kita enggan Menggadaikan Prinsip (Aqidah) demi sesuatu yang Temporal dan Nisbi, serta yang pada dasarnya bukan Tujuan dari pergelaran drama kehidupan.
Jika ilmu pengetahuan konsisten dan istiqomah dalam perkembangannya. maka, dipastikan akan tiba suatu masa dimana ummat manusia mencapai taraf kedewasaan berpikir untuk betul-betul berperan sebagai khalifah, (asisten Allah) dibumi. Fakta ilmiah menunjukkan bahwa sepanjang otak manusia berpikir keras dan kencang. maka, sel-selnya akan bertambah banyak dan jaringan-jaringan sarafnya menjadi bertambah luas pula, yang pada gilirannya meningkatkan kecerdasan. Semakin tinggi kecerdasan makin mendewasakan berpikir dan bertindak.
Rosulullah Muhammad Saw sudah memberikan Uswah bersama para sahabatnya pada 10 tahun periode Madinah bagaimana kedewasaan berpikir tersebut menjadikan manusia paripurna merealisasikan kebersatuan dua dimensi dalam diri manusia yakni dimensi ilahiah dan dimensi manusiawi. Penyatuan dua dimensi itulah sesungguhnya yang merupakan makna tauhid yang sering kita dengungkan sebagai intisari ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Tauhid sama sekali bukan konsepsi teologi tentang keesaan Allah. sebab, Allah tidak bisa dikonsepsikan apalagi dipersepsikan. Nabi sangat jelas dalam hal ini. "Apapun yang terbetik dalam benakmu bukan Tuhan, justru Tuhan menciptakannya," sabdanya.
Ketika Rosulullah SAW menegaskan bahwa agama adalah akhlak bukanlah sekedar pernyataan moralitas belaka melainkan penegasan atas gagasan Tuhan adalah sang Mutlak yang tak dapat dipersepsikan maupun dikonsepsikan. Tuhan hanya bisa direfleksikan dalam laku kebaikan dan cinta kasih. Menyatu dengan Tuhan adalah menyatu dengan kebaikan dan cinta kasih.
Artinya seseorang yang merealisasikan tauhid akan menjadi personifikasi kebaikan dan cinta kasih; apapun yang dilakukan dan diperbuatnya semata-mata hanya kebaikan, semata-mata hanya cinta kasih. Manusia paripurna. Maka, agama bukanlah sistem aturan keimanan dan peribadatan melainkan situasi keilahian yang menuntun kepada kebaikan. Agama menuntun kepada Allah, Tuhan yang bertajalli dalam kebaikan dan cinta kasih.
- Makassar, Tanjung Bayang, 25 Desember 2019


.jpeg)

.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)

.jpeg)


.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)

.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)




