Beberapa waktu yang lalu, Saat kisruh KPK Berkecambah, Riuhnynya dari Linimasa sampai media massa. Ributnya sampai disini- pinggiran sawah.
Entah mengapa saya, hanya ingat beberapa Kliping koran "pedoman Rakyat" tempat ayah saya bekerja dulu. Tentang Baharuddin Lopa, Jaksa agung RI, pada masa Pemerintahan Gus Dur.
Jika kita melacak lebih jauh lagi, banyak orang-Orang besar dulu berkesempatan bergelimang Harta, memiliki kewenangan besar dan dengan kewenangan itu bisa dipakai untuk hidup mewah. Tapi ajaibnya mereka tidak melakukannya. Sebut saja Hatta, Natsir, Haji Agus Salim dan pendiri bangsa lainnya. Mungkin mereka terlalu berjarak waktu, karena di generasi silam. Maka kita maju sedikit, Pada Baharuddin Lopa (Alm), pernah hidup digenerasi kita, kisah hidupnya sangat Inspiratif dan mengharu biru. Tentang bagaimana seharusnya seseorang ketika memiliki jabatan dan kewenangan yang besar.
Lopa di kenal amat bersahaja. Selain dari gaji, penghasilannya di pakai untuk membuka warung telekomunikasi (wartel) dengan lima bilik dan penyewaan PS (Playstation) di samping rumahnya, di pondok Bambu, jakarta. Ia juga rajin menulis kolom di berbagai majalah dan harian. Terang-terangan dia akui itu untuk menambah penghasilan dari keringatnya sendiri. Honor ratusan ribu rupiah dari menulis kolom inilah yang dia andalkan untuk memperbaiki ini dan itu dirumahnya.
Kisah Pengusaha, Yusuf Kalla yang dua kali menjadi Wakil Presiden, menujukkan kejujuran Lopa:
Suatu Hari, Yusuf Kalla sebagai Pengusaha pemegang agen tunggal Toyota di kawasan Indonesia Timur, di telephone Lopa yang mau membeli mobil. Di benak Yusuf Kalla sebagai Direktur Jendral Lembaga Pemasyarakatan, Lopa pasti mau mobil sedan Kelas satu. Di tawarkan Toyota Crown. Tapi Lopa tidak sanggup membeli sedan seharga 100 juta itu. Toyota Creesida seharga 60 juta saja masih dianggap mahal.
Yusuf menawarkan Corona senilai 30 juta, tidak ia sebutkan harganya karena ia berkeinginan memberinya saja pada Lopa. Lopa kontan Menolak. Ajaibnya, justru Yusuf Kalla yang menjual itu malah menawar harga. " begini saja, saya kan penjual mobil, terserah saya mau jual berapa. Saya mau jual mobil itu 5 juta". Lopa masih menolak, "jangan begitu. Kau harus jual sama seperti kau jual ke orang lain. Tapi kasih diskon, nanti saya cicil. Tapi, jangan kau tagih".
Akhirnya Lopa membelinya dengan Harga 25 Juta. Uang muka 5 juta yang diantar lansung oleh Lopa, yang di bungkus dengan koran bekas. Selebihnya betul-betul di cicil sampai lunas selama 3 tahun 4 bulan. Kadang-kadang di bayar 500 ribu, kadang sejuta. Tutur Yusuf Kalla.
Duhaiii, Al-Fatiha Untuk Baharuddin Lopa, Tempatkan Ia bersama para Syuhada dan Ambiya. Aamiin
Apakah yang di ributkan sampai lintas media, warkop adalah Figur seperti Lopa?.
Nb ; Sumber - sebahagian dari Ibnu Muslim, Kompasiana dan Kliping Koran Pedoman Rakyat.
* Pustaka Hayat
* Pejalan Sunyi
* Rst
* Nalar Pinggiran


Tidak ada komentar:
Posting Komentar