Rosulullah SAW itu adalah Akmalul Kholqi - manusia terbaik dan Rosulullah SAW mengajarkan kepada kita, bahwa kita harus "Birrul Walidain" - berbakti kepada orang tua, terutama kepada Ibu.
Uwais Al Qorni itu hidupnya se-zaman dengan Nabi. Tetapi, tidak pernah bertemu dengan Nabi. Tetangga-tetangganya sudah bertemu dengan Nabi, sedangkan Uwais ini belum pernah. makanya dia kadang menangis, jika mendengar cerita Tetangganya yang telah bertemu dengan Nabi.
Setiap Uwais meminta izin pada Ibunya untuk bertemu dengan Nabi, Ibunya selalu tidak mau. Ibunya Uwais ini sangat Egois. Selain itu, Ibunya Uwais ini, jika kemana-mana bukan hanya sekedar di tuntun. Tetapi, minta di gendong. Akhirnya Uwais Iktifa' dengan ajarannya Nabi Muhammad SAW. Mengapa?. "Karena Biar bagaimana pun, berbuat baik kepada Ibu merupakan Ajaran Nabi juga. Jika saya (Uwais) tidak di izinkan oleh Ibu Untuk bertemu Nabi. tetapi, paling tidak saya (Uwais) masih bisa menjalankan ajaran Nabi Yaitu Berbuat baik kepada Ibu".
Namun, apa yang terjadi Ketika Nabi Muhammad SAW Sudah sepuh, Beliau mengatakan, " Ya Umar Di periode terbaikku, ada Ummatku bernama Uwais Al Qorni. Jika engkau bertemu dengannya, mintalah doa padanya". Umar menjawab, "Jika saya bertemu dengannya, apa tandanya?". Kata Nabi, "Dia pernah punya penyakit baras, matanya Biru. Dulu tinggal di qorn (Yaman)".
Singkat cerita, Uwais tidak pernah bertemu Nabi Muhammad SAW. Tetapi, Ia di puji Oleh Nabi.
Ketika Umar menjadi Amirul Mukminin, setiap ada Orang yang datang dari Qorn (Kampung Uwais) pasti Umar Menanyakan, "Apakah diantara kalian ada uwais?". Saking keseringannya Umar (Presiden) menanyakan hal itu, sampai Ummat Bosan mendengar pertanyaan itu. Ummat bertanya, "mengapa dengan Uwais, Duhai Amirul Mukmini?". Kata Umar, Dia itu walinya Allah. Lalu Ummat menjawab, Kata siapa Wahai Amirul Mukmim, Uwais itu orang Gila.
Uwais dianggap orang Gila, Karena di kampungnya, uwais itu, ia jarang sholat Jum'at (jangan di tiru). Uwais itu makan dari makanan hasil pembuangan Kotorannya orang. Jadi, Uwais itu dianggap orang Gila. Padahal Dia adalah Wali Kutub terbaik di era Tabi'in, begitulah amalannya. Kita jangan menirunya, karena amalannya susah.
Uwais itu tidak berani punya uang atau beras atau apapun saja yang berpotensi di hizab oleh Allah. Misalnya, jika dia punya beras 1 kg, begitu malam tiba, ia harus menghabiskannya. Jika dia punya 100 dirham, malamnya harus habis. Sebab, uwais menghindarkan dirinya dari Hizab, jika Kelak Allah bertanya, "Mengapa Engkau menyimpan hartamu, sementara ada orang Yang kelaparan dan membutuhkannya". Dengan asumsi itulah, jika Kelak Allah bertanya pasa Uwais. Maka, Uwais punya jawaban sederhana, yaitu Saya Juga tidak punya apa-apa, Ya Allah". Jadi, segala hal dia habiskan untuk menghindari dirinya dari Hizab Allah kelak.
Akhirnya apa, Uwais juga tidak berani punya 2 pakaian. Khawatirnya jika dia punya 2 pakaian dan ada orang yang tidak punya pakaian atau tidak mampu membeli pakaian, sementara dia punya cadangan pakaian, tetapi tidak di berikan. Maka hal itu bisa menjadi sebab, ia di hizab. Jadi, apapun yang di miliki Uwais, hanya satu. Sehingga, Ia sering tidak ikut sholat jum'at, karena pakiannya kotor (Najis).
Selain itu, Uwais juga tidak mau makan barang yang di perebutkan. Seperti dagangan itu juga sesuatu yang di perebutkan. Tetapi, kalau sudah di taruh di tempat sampah. Artinya yang punya saja ingin membuangnya, sehingga pasti halal.
Sebagaimana Nabi Muhammad SAW, jika Beliau memiliki Uang 1 dinar, malamnya Ia tidak bisa tidur. Makanya, suatu ketika di tanya sama Aisyah, mengapa duhai Rosul engkau tidak bisa tidur. Jawabnya sederhana, "di rumah masih ada uang 1 dinar, saya tidak bisa tidur karena 1 dinar itu belum habis. Jangan sampai saya tidur dengan simpanan uang 1 dinar, sementara ada orang yang membutuhkannya".
Artinya, jika mau mengikuti Nabi Muhammad SAW, jangan cuman Poligami, Cingkrang dan Jenggotnya saja yang di tiru. Berani tidak, kita meniru Nabi Muhammad SAW soal Tidak pernah menyimpan dinar (Uang).
Ihwal itulah, Sehingga Uwais Al qorni di gelari sebagai "Khoirul qurun".
Ibnu Hayyan itu adalah seseorang yang Tahu dan mengerti tentang Hadist Fadhlul Uwais Al qorni. Karena alasan itulah, sehingga dia mencari-cari terus uwais, tetapi tidak pernah bertemu. Suatu ketika dia bertemu Uwais di sebuah sungai, bernama Dajlah. Sebagaimana yang saya sebutkan diatas bahwa Uwais pertama hidup itu di Qorn (Yaman). Tetapi, lama kelamaan ia hidup di Irak. Sebab, ia bertemu Ibnu Hayyan di Sungai Dajlah. nah, sungai itu berada di Irak.
Ibnu Hayyan mendapati Uwais di sungai, yang cuma mengenakan satu baju dan Hendak berwudhu. Uwais memang suka berwudhu. Lalu, Ibnu Hayyan bertanya, "Apakah engkau Uwais Al qorni?". Kemudian Jawab Uwais, "Apakah Kamu Ibnu Hayyan?". Kata Ibnu Hayyan, "Iyya. Tetapi, bagaimana bisa engkau Tahu Namaku?" . Jawab Uwais, "Roh saya sudah Tahu, jika kamu mau datang".
Dalam hati Ibnu Hayyan, berarti Uwais Qorni betul dan asli ini. Sebab, Jika Bukan Uwais. Maka, dia tidak Mukasyyafah. Cerita ini Mahsyur.
Lalu, Ibnu Hayyan Mengajak Uwais bersalaman. Tetapi, Uwais Menolak. Hal ini juga jangan di tiru. Sebab, sebahagian menyebutkan salaman itu adalah sunnah. Tetapi, ada sebahagian orang tertentu menganggap salaman juga sebaiknya jangan, seperti Abdullah Ibnu Mas'ud itu kalau di cium tangannya, dia tidak mau. Lalu, orang bertanya, apakah salaman itu Haram?. Jawabannya tidak. Tetapi, jika kamu mencium tanganku, kamu akan hina. Sedangkan yang di cium tangannya, jika tidak bisa menjaga hatinya, maka dia akan Ujub. Sehingga menjadi wajar, jika kita temukan ada ulama yang menghindari jika hendak di cium tangannya, ketika bersalaman. Tetapi, kita tetap menganggap salaman itu Sunnah, sepanjang tidak melahirkan fitnah.
Nah, Uwais Al qorni itu adalah jenis manusia yang cara berpikirnya seperti Abdullah ibnu Mas'ud, berkaitan dengan salaman. Sebab, orang yang terlalu terhormat, yang mengikutinya rawan hina dan Yang di ikuti rawan Ujub. Makanya setahu saya, orang-orang alim itu biasa-biasa saja.
Lanjut cerita tentang Ibnu Hayyan. Ibnu hayyan bertanya lagi pada Uwais, "Beri saya Nasehat?". Jawaban Uwais agak Lucu, "kamu jangan tingglkan sholat berjama'ah, jangan meninggalkan urusan orang banyak dan ikuti konsensus orang banyak".
Padahal Uwais sendiri, tidak pada umumnya kebanyakan orang. Tetapi, menasehati seperti umumnya orang.
Sehingga suatu ketika, sayidina Umar bertemu, lalu meminta kepada Uwais untuk di Istigfarkan. Akhirnya Uwais Menangis dan menolak untuk mengistigfarkan Umar dan Ummat. Lalu, Umar mengatakan, Yang memerintahkan dan mengutus saya adalah Nabi Muhammad saw. Akhirnya Uwais Mau. Sebab, jika dia tidak mau, berarti dia tidak taat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Uwais berdoa semuanya menangis. Sehingga hal itu menjadi pepatah dalam dunia Tasawuf, "banyak Umar yang Mahsyur. Tetapi, ada barokahnya Uwais yang Masthur.
Hal itu, sama dengan ketika ada Ulama terkenal, pasti ada ulama yang tidak terkenal. Misalnya, ketika Imam Syafi'i terkenal, ada Imam Syaiban Ar rawi yang tidak terkenal. Dulu, hal itu biasa, orang terkenal bekerja sama dengan orang tidak terkenal, cuma mereka sama-sama alim.
Begitulah Uwais Al qorni, sehingga dia tidak mungkin kena Hizab. Sebab, uang bagi dia akan di habiskan semua, untuk menghindari, jika ada orang yang tidak punya uang, dia tidak di salahkan oleh Allah. Sama dengan beras akan di habiskan semua. Sebab, jika ada orang yang tidak punya beras, dia tidak akan di salahkan Allah.
Ada yang berani seperti itu?. Tidak ada, pasti. Tetapi, jangan di anggap bahwa, jalan yang di tempuh Uwais adalah jalan satu-satunya atau Jika ada orang alim lainnya yang menempuh Jalan lain atau Idtikhor itu salah. Tidak begitu cara memahaminya. Cara memahami dan mengaplikasikannya, mesti dengan Ilmu. Misalnya, Sayidina Umar itu Iddikhor, dia menyimpan bekal, seperti Beras dan Dinar, Nabi pun sekali-kali demikian, ia menyimpan bekal . Sebagaimana Sabda, " Khoiru Shodaqoh ma kana an dhoh rihina - sebaik-baik shodaqoh, yang sisanya saja kamu masih kelihatan kaya".
Artinya, semuanya itu Bil ilmi. Uwais Al qorni bisa demikian, karena ada Ilmunya. Dia takut di hizab, karena ada orang kelaparan sedangkan saat itu dia punya beras. Tapi seperti Abu Bakar, Umar yang menyimpan bekal, seperti beras dan barang-barang lainnya. Karena punya alasan. Alasannya, Supaya semua barang-barang itu bisa di jadikan wasilah untuk beramal (Shodaqoh). makanya dia harus punya bekal, seperti beras, dinar dan Gandum. Selain itu, agar orang yang hendak kita sedekahkan sesuatu tidak enak hatinya, maka harus ada yang terlihat lebih dari sesuatu yang kita sedekahkan.
-Makassar, 30/05/2022 -
*Pustaka Hayat
*Pejalan sunyi
*Rst
*Nalar Pinggiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar