Mengenai Saya

Kamis, 08 Juni 2023

KRITIK AL HALLAJ


Abu Abdullah Husain bin Mansur Al-Hallaj atau biasa disebut Al-Hallaj adalah salah seorang Ulama sufi yang dilahirkan dikota Thur yang bercorak arab, dikawasan Baidhah iran Tenggara. Pada Tanggal 26 maret 866 M. Ia adalah seorang keturunan Persia. Kakeknya adalah Penganut Zoroaster dan ayahnya memeluk Islam. Al-Hallaj merupakan seorang sufi terkenal abad ke-9 sampai ke 10. Ia Terkenal Karena Berkata : " Ana Anal Haq (Akulah kebenaran)". Dan itulah yang membuat ia dieksekusi secara Brutal.

Sesaat sebelum Al-Hallaj dieksekusi, Iblis datang dan berdialog dengan Al-Hallaj.

Iblis : Sebenarnya Engkau (Al-Hallaj) sama seperti saya. Saya Bilang "aku satu-satunya kebenaran dan kamu mengatakan akulah kebenaran. Sesungguhnya hal itu sama tetapi kenapa Kamu disayangi Allah sedangkan Aku tidak. Engkau jadi Wali, aku jadi iblis.

Al-Hallaj : Oh, saat aku bilang "Aku" dan kamu bilang "aku". Pada dasarnya kita sama-sama meng-akukan diri. Tetapi saat aku bilang "akulah kebenaran", aku sudah tidak ada, sudah hilang (Al-Hallajnya sudah tidak ada, yang ada adalah Tuhan), hal ini dalam Istilah Tasawuf disebut "wahdatul Wujud" atau dalam Tradisi Tasawufnya Syeh Siti Jenar, disebut "Manunggaling Kawula Gusti". Sedangkan engkau saat mengatakan "aku satu-satunya kebenaran", engkau masih melihat dirimu. Jadi saat engkau melanggar perintah Allah, engkau masih melihat dirimu : "Ya Allah, Engkau menciptakan Adam dari Tanah sedangkan Aku dari api".

Kesalahan iblis karena tidak melepaskan akuNya sehingga bermuara pada kesombongan. Seperti Kata Allah pada Iblis dalam Al-Qur'an, Mahluk sombong.

Memang banyak Riwayat yang menyebutkan bahwa sebelum al-Hallaj dieksekusi, ia sempat berdiskusi juga dengan kawan-kawan Sufinya bahkan gurunya menasehatinya : "Al-Hallaj, ayolah untuk kompromi sedikit, jangan terlalu kaku. Sebab jika kamu Kaku maka Nasibmu akan seperti Socrates yang dieksekusi".

Tetapi Al-Hallaj sudah membayangkan resiko dengan pernyataan, dengan berkata : " Waa ing kutiltu audzu libtu au kutiyat yadayya waa rij laya lama ro'jaktu an da'waya (meskipun aku dibunuh, atau disalib atau dipotong-potong kedua tangan dan kakiku, aku tidak akan mundur dari apa yang aku dakwahkan)".

Kalimat itu memang terbukti, sebab Al-Hallaj dibunuh, disalib, dipotong kedua tangan dan kakinya.

Para wali seringkali demikian, Misal seperti Al-Ghozali yang sudah tau kapan ia meninggal maka Ia suruh adeknya membeli Kain Kafan, lalu ia mandi sendiri, memakai kain kafan sendiri dan berbaring akhirnya meninggal.

Ada Kalimat Terakhir Al-Hallaj yang diucapkan sebelum lidahnya dipotong : 

Ya Tuhan, lihatlah Hamba-Hambamu yang telah berkumpul. Mereka menginginkan kematian demi membelaMu dan untuk lebih dekat denganMu. 
Maka Ya Tuhan, ampuni dan Kasihi mereka karena ketidaktahuan mereka. 
Andai saja Engkau menyingkapkan tirai wajahmu, sebagaimana Engkau Singkapkan Tirai wajahmu padaKu niscaya mereka tak akan melakukan ini padaku. 
Dan Andai saja engkau turunkan tirai wajahmu padaku sebagaimana engkau turunkan tirai wajahmu pada mereka, niscaya aku tak akan diuji seperti ini".

Kalimat itu Diucapkan sesaat sebelum lidahnya dipotong, setelah tangan dan kakinya telah terpotong, tersisa badan dan kepalannya tetapi beliau masih mendoakan orang yang mengeksekusinya.

Padahal jika Al-Hallaj mau, ia bisa kabur dari penjara karena masih ada jeda 3 hari sebelum dieksekusi. Di riwayat yang lain disebutkan, pengakuan sipir penjara :

Sipir penjara : Hari pertama Al- Hallaj masih ada dalam penjara, Hari kedua Al-Hallaj Hilang dari penjara dan Hari ketiga, Penjara dan Hallajnya Hilang.

Ditanyalah Al-Hallaj sama sipir penjara : Kenapa bisa demikian?. Kata Al-Hallaj: Hari kedua, saya keluar bersua dengan Allah maka Aku Hilang. Hari ketiga Allah yang datang padaku makanya Penjara dan aku tidak kelihatan.

Semua orang telah mengetahui Karomah Al-Hallaj, ia bahkan membebaskan karib kerabatnya dan ia tetap bertahan didalam penjara. Inilah yang membuat sipir penjara itu heran dan merasa tidak enak : andaikkan bukan karena perintah Raja, saya sebenarnya mau engkau keluar sebab saya beban memenjarakanmu.

Nah, ada juga yang menganalisis bahwa Dieksekusinya Al-Hallaj itu sebenarnya bukan soal agama melainkan persoalan Politik. Al-Hallaj itu orang Persia. Persia ditaklukkan oleh Islam. Sampai Hari Ini persia (iran) atau Non arab selalu Rival, selalu saingan dengan orang-orang Timur tengah. Orang Persia atau Taklukan itu disebut orang Mawalih. Yang secerdas dan sepintar apapun ia tidak bisa menjadi pemimpin, hanya menjadi pengawal atau pegawainnya orang-orang Arab. Dan karena dianggap tidak paham agama maka Ia dikenakan Pajak seperti Orang Kafir zimmi.

Mereka membaca pemahaman keagamaan Al-Hallaj dan menemukan ada spirit perlawanan.

Tentang pehamanan Hululnya Al-Hallaj, adalah setiap Manusia berpotensi untuk berjumpa dengan Allah. Disitulah letak Kesetaraan (Egaliter). Artinya bahwa tidak harus arab dan no Arab, tidak harus mayoritas dan minoritas yang bisa bersua dengan Allah (beriman).

Disamping kedalaman pemahaman Al-Hallaj itu, ia juga berimplikasi Politik tentang kesetaraan manusia. 

Terakhir Al-Hallaj ini pada dasarnya lebih pro terhadap Murji'ah yang melawan mutakallimin. Iblis itu adalah Mahluk yang paling tinggi Tauhidnya, sebab satu-satunya Tuhan yang Ia sembah adalah Allah. Bahkan disuruh sujud pada Adam, ia enggan. Mahkluk yang Tauhidnya berada dipuncak saja, tidak selamat atau masuk neraka. Maka Manusia yang merasa Tauhidnya tinggi, jangan sombong. sebenarnya begitu Sindiran Al-Hallaj. 

Para Mutakallimin acap kali Merasa Imannya tinggi, merasa paling tau agama. Begitu kita telah merasa seperti itu, maka sebenarnya kita telah kalah dari Iblis. Sebagaimana kita ketahui bahwa Kalahnya Iblis itu karena Merasa Tinggi (Sombong) sekalipun Tauhidnya sudah dilevel puncak. Maka siapapun Mahluk yang merasa beriman, Paling dekat dengan Allah, tapi sombong, maka sebenarnya dia adalah Iblis. 


-Alor,  25/01/2018-


#PustakaHayat
#PejalanSunyi
#Rst
#NalarPinggiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar