-SOEKARNO-
Para oldschool didikan Hindia Belanda itu, generasi pertama produk politik etis, rata-rata memiliki lingkar kepala lebih dibanding cucu-cucunya. Generasi pembelajar yang luar biasa. Ada kosa kata Marhaen, ada lulusan Sekolah Guru Bantu sanggup menulis Magnum Opus, Madilog. Ada alumni sekolah guru yang lain, menulis Capita Selecta.
Otodidak tumbuh hanya di kepala yang kuat. Kemudian, kita saksikan para otodidak ini bertarung. Mati-matian. Bukan hanya dalam pemikiran. tapi, juga fisik. Memperebutkan dominasi atas republik muda. Kekayaan mereka hanya buku, kepala, dan sedikit kuasa. Kadang tebusannya nyawa.
Ketika modal pertama disusun, di negeri ini, dari bekas-bekas harta Hindia Belanda, tak satupun dari raksasa otodidak itu mencecapnya. Mereka keburu sudah jungkir balik akibat pertarungan di antara mereka sendiri. Termasuk si Bung. Yang tepat berada di tengah panggung lama. Menyaksikan satu demi satu lawan dan kawannya terkibas jatuh dari panggung, beberapa karena kibasan tangan si Bung sendiri. Berakhir dengan penenggelaman dirinya sendiri.
Generasi penggantinya, mengibarkan tatanan yang disebut baru, menjanjikan mimpi yang beda. Gelimang materi. Kesenjangan yang menyilaukan. Antara setitik yang dimanja dan lautan massa yang (hanya) dibebaskan dari kelaparan. Struktur sosial berubah dengan timpangnya, untuk pertama kali dan kemudian seterusnya.
Semua berubah, di tangan the smilling general. Orde yang dipimpinnya, hanya mengembangkan kue untuk segelintir yang terpilih dengan harapan setengah ejekan bahwa madunya akan menetes deras ke bawah. Ternyata hanya keringat yang menetes. Yang paling memprihatinkan sesungguhnya bukan soal materi, tapi dikuburnya seluruh warisan pemikiran para otodidak. Haram disentuh. Politik bukan lagi panglima, katanya. Para pendahulu hanya membuat kesalahan yang telah kita perbaiki. Seperti montir mobil mengaku sudah memperbaiki software komputer.
Hilang sudah seluruh khazanah, visi dan akal budi. Keluasan berpikir dan kebebasan berekspresi Dan ketika tatanan baru itu runtuh, ternyata hanya runtuh di puncaknya. Selebihnya sama. Elitenya tetap sama. Segelintir dan keturunan segelintir yang lama, ditambah para pemberani yang jumlahnya tak cukup mengubah keadaan, hanya cukup memenuhi penjara KPK. Selebihnya sama. Massa yang sudah dilucuti kapasitas otaknya beberapa giga. Suka mengigau di sela tidur; ada komunis, ada kadal gurun, ada kapitalis sipit, ada ekstrimis..!!!!. Sambil menuding-nuding sudut gelap yang kosong.
Media-media mandiri yang meracuni udara, pekat dengan kebodohan. Belum pernah dalam sejarah dunia, kebodohan memenuhi udara, dibiarkan lepas merajalela: diproduksi, diedarkan, diikuti, dan direproduksi.
06 Juni 1901, 119 Tahun. Sang Gemini, Sang Ultra Flamboyan- Fashionable, Sang Putera terkasih Ida Ayu Rai. Sang Poetra Fajar itu bernama Soekarno. Kata Biograger Cindy Adams : "Pada dirinya terdapat banyak kelebihan, Beliau tidak sombong namun tak pernah Inferior pada siapapun, tak pernah rendah diri, pada siapapun".
Tokoh dunia yang paling di kagumi tahun 1960-an. Majalah paling berpengaruh didunia pada masa itu adalah LIFE, menempatkan Soekarno "di Puncak". mengalahkan Kennedy yang ganteng dari negera besar, juga Mao Ze dong maupun Nikita Kruschev.
Fidel Castro dari kuba mengatakan dalam pidato parlemen pertamannya setelah mengalahkan "Batista", bahwa Bung Karno sebagai guru dan inspirator. Gamal Abdel Nasser mengabadikan nama jalan Boulevard sebagai jalan Soekarno. Tito dari Yugoslavia merasa perlu memandang Takzim pada putera Fajar ini kala berpidato. Revolusioner Ernesto Che Guevara mengakui mendapat Vitamin pasca mendengarkan wejangan dari ayah Megawati ini dan kedatangannya ke banyak negara di sambut seperti seorang Super dan bintang.
Bung Karno adalah Tokoh yang berani menantang Amerika Serikat dan Uni soviet dengan solusi jenius ; Non-blok. Presiden Soekarno menjadi pelopor gerakan Non Blok bersama 4 pemimpin negara Non Blok, yakni Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Mentri india), Kwame Nkrumah (Presiden Ghana), Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir), Soekarno (Presiden RI) dan Tito (Presiden Yugoslavia). Kelima pemimpin negara Non Blok ini mengadakan pertemuan dan mengahsilkan maklumat kepada Presiden AS (Eisenhower) dan Perdana Mentri Rusia (Nikita Kruschev), agar mereka kembali melakukan perundingan. Sebab bagi Bung karno Bangsa yang tidak percaya diri untuk tegak mandiri, skeptis pada kekuatannya sendiri, maka bangsa itu tidak bisa menjadi bangsa yang merdeka, begitu pidato Bung Karno pada HUT RI tahun 1963).
Bagaimana seorang Poetra Fajar menjadi magnet bagi kawan dan lawannya didunia internasional. Memang banyak referensi yang menuturkan bahwa Soekarno adalah Presiden Ultra-Flamboyan, Fashionable, bentuk lain dari pencitraan. Tetapi Harga diri dan kemandirian bangsanya adalah kata kunci dari perjuangannya. Ia merasakan derita dan mengeluarkan peluh keringat untuk sebuah bangsa bernama indonesia. Ia dan bangsanya tidakk ingin jadi sampah sejarah, ia ingin jadi ingatan orang banyak, menjadi magnet bagi pemimpin dunia lainnya. Dan indonesia berawal dari harga diri yang tercabik dan terhina oleh Kolonialisme, anak Haram dari Kapitalisme yang bertumpu pada Imprealisme. Maka itulah muka tengadah, arah kedepan sambil tertunduk melihat masa lalu menjadi ikon pemikiran Si Bung yang menggelorakan optimisme.
Foto Bung Karno dengan beberapa pemimpin dunia pada masanya : (copyright) LIFE Magazine (Getty Images Soekarno).
LIFE juga mencatat Soekarno adalah pemimpin yang ketika ke luar negeri mendapat sambutan Luar biasa. Di Amerika serikat ribuan orang berjejer menyambutnya dari gedung senat, dimana Soekarno berpidato sampai pada tempat-tempat yang akan di kunjungi Soekarno. Di Rusia, pernah ada pesta Rakyat, bernama pesta Soekarno.
Di Iran dan negara-negara Arab lainnya, Ir. Soekarno dikenal dengan nama Ahmed Sukarnu. ditambahkan Ahmed untuk menegaskan bahwa Soekarno adalah seorang muslim. Di Mesir, Pakistan, Libia, namanya diabadikan sebagai nama masjid dan nama jalan. sampai hari ini pernyataan-pernyataanya dan seruannya yang anti penjajahan masih sering dikutip oleh tokoh-tokoh pergerakan Arab, bahkan termasuk dalam pidato Ayatullah Sayid Ali Khamanei ketika hendak menggelorakan semangat kebangkitan bangsa-bangsa Asia Afrika.
Jalan Ahmed Sukarnu di Mesir, sebuah jalan penting di jantung kota Kairo menuju Maydan Tahriri.
Pernah suatu ketika, di awal Tahun 1960-an, Bung Karno Berkunjung ke Fhilipina. Oleh sahabatnya Macapagal presiden Fhilipina. Di suguhkan Tarian penghormatan, Tarian lenso namanya. Saya pun tidak tau pasti karena belum pernah melihatnya secara lansung. Bung Karno sangat Antusias dengan sambutan Ayah dari Maria Gloria Macapagal Arroyo (pernah menjadi Presiden Fhilipina beberapa Tahun yang lalu) tersebut. Soekarno di minta ikut menari lenso, berlenggak lenggok bersama penari Gadis-gadis yang cantik. Satu hari berselang, salah satu media Massa Fhilipina menuliskan berita dengan judul; " Soekarno pemburu Wanita, bereaksi lagi".
Kepada Penulis Biografinya ; Cindya Adams, soekarno mengisahkan kelu kesahnya pada sahabatnya John F. Kennedy, Presiden Amerika serikat. Kepada John F. Kennedy, Soekarno Menyesalkan mengapa Majalah "Life" dan "Time" begitu "Sinis" padanya berkaitan dengan perempuan. Dalam sebuah Publikasi, Majalah Time pernah menulis tentang Bung Karno dengam Judul (Kira-Kira) ; "Soekarno Selalu Terangsang melihat Rok terangkat".
Demikianlah ; Soekarno pergi ke Fhilipina untuk bertemu dengan sahabatnya dalam membincangkan bagaimana Hubungan baik bertetangga, bukan berburu perempuan. Namun Soekrano "Diframming". Soekarno berjumpa dengan kawannya "JFK" adalah Refleksi dari pertemuan dua ideologi besar ; Nasionalisme dan Demokrasi. Namun Time dan Life memberitakan, bagaimana Terangsangnya Soekrano Melihat Rok yang tersingkap.
Di Kala, Soekarno Tertawa yang lain menganga. Kita tidak tau mengapa dulu, tidak banyak yang menggugat Soekarno kala memarken lukisan-lukisan Naturalis-wanita semi telanjang. lukisan-lukisan yang jamak di ketahui banyak orang, di pampang di istana saat Soekarno berkuasa. saya yakin banyak tokoh-tokoh agama yang masuk ke istana. apalagi tokoh agama yang "Getol" dengan konsep Nasakom Soekarno. hampir tidak terdengar saat Soekarno berkuasa, apakah ada Tokoh agama atau masyarakat yang menggugat dan berujar "hal itu merendahkan istana negara, merendahkan simbol negara atau Soekarno merendahkan dirinya sendiri".
Ada tiga kemungkinan, menurut saya ; pertama, tokoh Masyarakat dan para ulama "Takut" melawan soekrno atau menguliti hal ihwal yang berkaitan dengan lukisan-lukisam tersebut. Kedua, para Tokoh masyarakat dan para Ulama "Suka" dengan Lukisan-lukisam naturalis tersebut. Ketiga, masyarakat dan ulama lebih fokus pada masalah-masalah yang lebih besar dan menyangkut hajat kebangsaan dan bernegara.
Bukan persoalan aksesoris apa kesukaan presiden?, binatang peliharaan presiden. Apa dan Mengapa ada presiden yang suka main gitar seperti SBY atau suka band Metal dan Rap serupa Jokowi?. Dalam ulasan singkat seperti ini, saya jadi ingat dengan status senior saya di pesbuk. "Dalam sebuah kunjungan kenegaraannya di amerika serikat, rombongan Soekarno di suguhkan pertunjukan; tari dan lagu dengan berbusana seronok. Di foto buram arsip majalan LIFE Soekarno terlihat begitu menikmatinya. ia tertawa lebar. Sedangkan rombongan yang lain, menganga, mungkim terpesona. Bayangkan, bila hal ini terjadi di Presedin RI sekarang. Iindonesia pasti heboh terguncang-guncang.
Konon, ketika Soekarno tidak lagi menjadi presiden, ada isu yang bekembang tentang kaca mata yang tembus pandang. Lebih canggih dari X-Ray. Lekuk rona bentuk tubuh wanita yang terbungkus kain, bisa tembus oleh kaca mata ini.
Bayangkan!. Betapa tersiksanya Si Bung memakai kaca Mata tersebut. Benarkah?. Tentu tidak. orang hebat itu punya banyak orang tua. Orang kalah, ia akan jadi yatim piatu. Sungguh kejanggalan dan pencintraaan yang nyata.
**
-PERSAHABATAN BUNG KARNO DAN HATTA -
Satu ketika, Saat hubungan soekarno sedang panas dengan Hatta. D.N. Aidit memanfaatkan momentum ini untuk menghilangkan peran historis Hatta. Dalam acara kenegaraan Aidit, di daulat membaca teks proklamasi. Ketua Cc. PKI (Partai Komunis Indonesia) itu membaca proklamasi tanpa menyebut nama Hatta di akhirnya. "Bagaimana menurut Soekarno, senangkah Hatinya?".
Menurut Guntur, putra Soekarno, alih-alih memuji Aidit dan PKInya. Soekarno justru geram, dengan Meninju meja, lalu berkata : " Orang boleh membenci seseorang, boleh dendam dengan seseorang. boleh, Entah apalagi. Dan Kamu harus tau!. Aku kadang-kadang jedag dengan politiknya Hatta!. Aku kadang-saling saling gebuk dengan Hatta !. Tapi menghilangkan Nama Hatta dari teks proklamasi adalah perbuatan pengecut. Pada Penulis Biografinya, Cindy Adams. Soekarno berkata : " Hatta Belum datang. Aku tidak mau membacakan proklamsi Tanpa Hatta".
Sedangkan, Moh. Hatta, Tahun 1956. Ketika hubungannya tidak mesra lagi dengan sahabatnya, seorang wartawan AS mewawancarai Hatta, tentunya dengan bunga-bunga, menjelek-jelakkan Soekarno. Muka Hatta tegang, seperti sedang menahan marah. Dan ia berkata : "seburuk-buruknya Soekarno, dia adalah presiden saya!". Perkawanan sejati. melampaui kepentingan politik yang nisbi, instan dan pragmatis. Bahkan melampaui keyakinan-keyakinan ideologi.
-DI BULAN JUNI 1970 ; SI FLAMBOYAN ITU MENANGIS-
Di hari-hari terakhir Soekarno, dalam kondisi fisik yang teramat sakit dan ringkih, di bulan Juni 1970, Bung Hatta datang menjenguk sahabat seperjuangannya. Sementara, Bung Karno, seperti diberi kekuatan untuk menyaksikan kedatangan Sang Poetra Subuh- Hatta. Maka, terjadilah pertemuan yang mengharu-biru, seperti dikisahkan Meutia Hatta dalam bukunya: Bung Hatta : Pribadinya dalam Kenangan", (saya kutip bebas dengan mangaktifasi Imajinasiku).
"Kedua tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini tergolek lemas". Berkata lirih Soekarno kepada Hatta: “Hatta… kau di sini?. Seperti diiris-iris hatinya, Hatta melihat sahabatnya tergolek tanpa daya. Demi memompa semangat kepada sahabatnya, wajah teduh Bung Hatta menampakkan raut yang direkayasa: “Ya, bagaimana keadaanmu, No?”, begitu Hatta membalas sapaan lemah Karno, dengan panggilan akrab yang ia ucapkan di awal-awal perjuangan.
Hatta memegang lembut tangan Bung Karno. Bung Karno melanjutkan sapaan lemahnya, “Hoe at het met jo (Bagaimana keadaanmu?)". Hatta benar-benar tak kuasa lagi merekayasa raut teduh. Hatta benar-benar tak kuasa menahan derasnya arus kesedihan demi mendengar sahabatnya menyapanya dalam bahasa Belanda, yang mengingatkannya pada masa-masa penuh nostalgia. Apalagi, usai berkata-kata lemah, Soekarno menangis terisak-isak. Lelaki perkasa itu menangis di depan kawan seperjuangannya. Seketika, Hatta pun tak kuasa membendung air matanya. Kedua sahabat yang lama berpisah, saling berpegang tangan seolah takut terpisah. Keduanya bertangis-tangisan.
“No...”, Hanya kata itu yang sanggup Hatta ucapkan, sebelum akhirnya meledak tangis yang sungguh memilukan. Bibirnya bergetar menahan kesedihan, sekaligus kekecewaan. Bahunya terguncang-guncang karena ledakan emosi yang menyesakkan dada, yang mengalirkan air mata. Keduanya tetap berpegangan tangan. Bahkan, sejurus kemudian Bung Karno minta dipasangkan kacamata, agar dapat melihat sahabatnya lebih jelas. Selanjutnya, Bung Karno hanya diam. Mata keduanya bertatapan. mereka berbicara melalui bahasa mata. Sungguh, ada sejuta makna yang tertumpah pada sore hari yang bersejarah itu. Selanjutnya, Bung Karno hanya diam. Diam, seolah pasrah menunggu datangnya malaikat penjemput, guna mengantarnya ke sorga, terbang bersama cita-cita yang kandas di tangan bangsanya sendiri.
Soekarno Meninggal dunia dalam kekalahan. Sejarah menukilkan kalam. Bagaimana sebuah bangsa memperlakukan orang kalah, padahal orang yang kalah tersebut adalah manusia yang memerdekakan bangsanya. Padanya, bersama Hatta, terdapat tonggak sejarah terbesar, kenapa bangsa ini harus berdiri. Karena Politik Wasiat Tak tertunaikkan : Lelaki hebat, berzodiak Gemini. Meninggal di bulan Juni, tepatnya tanggal 21 juni 1970. Bulan dimana ia lahir Juni 1901. Setelah tidak lagi menjadi presiden, tepatnya "Di jatuhkan" pada bulan Maret 1967, Soekarno menjalani hidupnya dengan memilukan. Menjadi tahanan rumah, di kucilkan dan sakit parah hingga menghembuskan nafas Terakhirnya.
Soekarno pernah berwasiat. Tidak banyak, cuman satu. Tentang keinginannya di makamkan di suatu tempat. Dalam Otobiografinya, Bung Karno penyambung lidah Rakyat Indonesia", karya Cindy Adams, Putra "Sang Fajar" ini di makamkan : " di bawah pohon yang rindang, di keliling oleh Alam yang indah, di samping sebuah sungai dengan udara yang segar dan pemandangan yang bagus. Aku ingin beristirahat diantara bukit yang berombak-ombak dan di tengah ketenangan. Benar-benar keindahan dari tanah airku yang tercinta dan darimana aku berasal. Dan aku ingin rumahku yang terakhir ini terletak di daerah priangan yang sejuk, bergunung-gunung dan subur, dimana aku pertama kali bertemu dengan petani Marhaen ". Wasiat yang sangat puitis ini.
Keinginan Soekarno ini tidak tertunaikkan. Karena pertimbanga politik, di sebabkan Priangan (Menurut Sahabat Soekarno, Mas Agung : Di daerah Bogor) teramat dekat dengan Jakarta. Bagi Soeharto ini merupakan persoalan Pelik untuk stabilitas politik. Presiden Soeharto memutuskan memakamkan Soekarno di Blitar, dekat Makam ibunya.
Maka, tak ayal jika Om Virgiawan Listanto aliasa Iwan Fals Merasa Perlu mendendangkan Irama baladanya Pada Si Poetra Fajar, yang bagian Reffnya berbunyi :
" Hei Bung karno..aku bersimpuh DimakanMu bertanya tentang Indonesia ini.
Hei Bung Karno.. Nyenyak kah tidur abadimu.
Ku datang mengganggu Istirahatmu.
**
- SOEKARNO DAN IDEOLOGI KOMUNIS -
Bung Karno, mengenal politik sejak masih berusia belasan tahun, saat Soekarno belajar di HBS (Sekolah Menengah zaman Belanda), di Surabaya. Pada waktu itu, ia indekos dirumah tokoh peregrakan nasional. Haji Omar said (HOS) Cokroaminto. Ia mengangumi pula gaya pidato KH. Ahmad Dahlan yang saat itu kerap berkunjung ke sana.
“Dari Pak Cokro aku belajar Islam dan Sosialisme. Aku menghirup lebih banyak lagi persoalan politik dan nasionalisme dari kawannya yang datang ke rumah itu,” kata Soekarno. Pada waktu itu, tokoh pergerakan nasional seperti Douwes Dekker, Tjipto Mangukusumo, Sneevleit, dan Husni Thamrin, sering bertandang dirumah Cokroaminoto diJalan Paneleh. Mereka mengadakan diskusi yang membahas berbagai persaolan bangsanya. Di rumah itu, Soekarno juga bergaul dengan Alimin, Muso, dan Kartosuwiryo, pemuda indekosan disana yang kemudian menjadi pelaku sejarah. Bahkan, Bung Karno menyebut Kartosuwriyo yang kemudian memimpin pemberontakan DI/TII ini sebagai teman makan dan temam mimpinya.
“Pak Alimin dan Pak Muso sering bertindak sebagai guruku dalam politik,” kata Soekarno.
Dua orang ini kemudian berlayar ke Rusia, belajar komunisme, lalu mendirikan PKI. Muso kembali ke tanah air, beberapa bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan, dan memimpin pemberontakan PKI di Madiun 1948. Alimin tidak terlalu terlibat. Muso tewas dalam pemberontakan itu. Alimin selamat. Bung Karno kerap membesuk Alimim yang sakit-sakitan dihari tuanya. Tapi, sikap Bung Karno kepada mantan gurunya itu mendapat kecaman dari lawan politiknya.
“Surat kabar pun menulis : ”Hee.. lihat Soekarno mengunjungi komunis,” ujar Bung Karno mengisahkan sikap pers. Bung Karno juga mengaku memperdalam persolaan nasionalisme dan ekonomi dari Sun Yat Sen pendiri Gerakan Nasionalis Cina yang menerbitkan buku San Min Chu-I. Ia menambah renungan dari Karl Marx dengan pandangan Thomas Jefferson, tokoh besar dalam sejarah Amerika Serikat.
Tentang komunisme, Soekarno (hanya) ingin jujur pada sejarah : “Lagi pula, banyak orang komunis yang tulang belulangnya berserakan dikuburan tak dikenal di Digoel. Mereka pejuang kemerdekaan yang ulung,” Bung Karno meyakinkan.
“Mungkin inilah yang menyebabkan mengapa aku jadi sasaran dari demikian banyak salah pengertian.”
Indonesia ini dibangun oleh banyak pihak. Sekecil apapun kontribusi mereka, pantas untuk dihargai. Persoalan suka atau tidak suka, itu persoalan lain.
NB : (1). Sebahagian Tulisan Di Improvisasi dari Biografi Bung Karno, Oleh Cindy Adams. (2). Testimoni TD Pardede. (3). Buku Bung Karno ; Penyambung Lidah Rakyat. (4). Buku Hatta Di Mata 3 Anaknya. (5). Kliping Majalah Life
* Pustaka Hayat
* Pejalan sunyi
* Rst
* Nalar pinggiran









Tidak ada komentar:
Posting Komentar