Mengenai Saya

Selasa, 13 Juni 2023

MOH NATSIR - LEGENDA DEMOKRASI ; Tamsya Tokoh Dan Intelektual Indonesia

 

"Historia Me Absolvera" (biarlah sejarah yang berbicara dan membebaskan kesalahpahaman ini), begitu tutur Fidel Castro.

Sulit untuk dibantah bahwa Moh Natsir menjadi salah satu legenda Demokratisasi dan islam politik di Indonesia. "George Kahin" berujar bahwa Natsir merupakan demokrat, relegius yang sangat bersahaja sampai hari ini masihh dianggap sebagai Bapak Intelektual Islam indonesia sekaligus figur utama dalam mengakomodasi partai ala Barat dengan keteguhan untuk menjadikan indonesia sebagai negara berdasarkan Teologis (islam). 

Ia bukan Abu Bakar Ba'asyir yang mencita-Citakan Negara ini seperti Taliban, sebagaimana yang pernah diungkapkan Buya Syafi'i Ma'arif.

Natsir adalah pribadi yang teguh dalam menyerukan nilai-Nilai demokratisasi di Indonesia dan secara intens diserukan setelah Bung Karno mengumumkan eksperimen Demokrasi terpimpinnya. Ketika Masyumi dibawah kendali putra Minangkabau ini, partai ini mampu mengharubirukan pentas politik indonesia tahun 50-an. 

Disaat partai politik Islam terdesak pada masa Orba, Moh Natsir kembali menjelaskan posisinya, "Indonesia sudah jauh dari Demokrasi". Bukan itu saja, Ruch Mc Vey pernah mencatat ungkapan pedih Natsir tentag sikap rezim politik Orba terhadap keinginan islam politik mempraktekkan Demokrasi : "mereka telah memperlakukan kami layaknyanya Kucing-kucing Kurap". Dalam Konteks ini, Natsir tetap memperjuangkan demokrasi yang konon merupakan produk Histori kultural barat.

Ada begitu banyak intelektual-intelektual dalam komunitas islam Bangsa ini yang dapat pencerahan didunia Barat, Mislahnya: Deliar Noor, M. Dawam Rahardjo, Nurcholis Majid, Amien rais, Syafi'i ma'arif, merasa perlu untuk menegaskan bahwa Guru mereka adalah Moh Natsir. bahkan Dato Seri Anwar Ibrahim, mantan Timbalan Perdana Mentri Malaysia, memproklamirkan dirinya sebagai Murid Ideologis Moh Natsir. 

Lalu, dimana Kekuatan Natsir sehingga dianggap sebagai Guru ideologi oleh intelektual-Intelektual produk barat yang mengusung cita-cita politik Islam (untuk Kasus Cak Nur, mungkin sedikit beda?,  Jika dilihat dari konteks ini, Natsir adalah representasi figur besar yang merangkum 2 peradaban besar dalam dirinya (Islam dan barat).

Pada Islam, ia menjadikannya sebagai Basis Fundamental hidupnya dengan memakai khazanah barat sebagai Metodelogi dalam menyimak dan menafsirkan realitas. Ini secara telanjang teraktualisasi dalam Partai masyumi. Masyumi Tampil sebagai Partai Barat moderen, yang sangat Kaku memegang Prinsip-prinsip Demokratis. Ini terlihat pada reaksi Natsir terhadap Soekarno dan Soeharto. Namun, Masyumi dengan sangat jelas menegaskan Posisi mereka : memperjuangkan politik, bahkan menjadikan Islam sebagai dasar negara. 

Maka belajar dari hal ini, serat yang bisa disemai yaitu "Demokrasi dengan seluruh perangkat lunak dan kerasnya tidak perlu lagi di perdebatkan di rumah sakit mana ia di lahirkan". Demokrasi dan perangkatnya merupakan "Tool", yang melalui ini, siapapun boleh memperjuangkan ide-ide mereka. Barat dan timur, bukan untuk di dikotomikan apalagi di politisasikan. Natsir telah memberikan pelajaran kepada Kita bahwa jika timur dan barat di akomodasi akan melahirkan praktek-prkatek yang mencerahkan.

Diantara banyak ulama yang saya Kagumi, salah satunya adalah Natsir. Diantara banyak intelektual yang saya acap kutip pendapatnya, salah satunya adalah Natsir. Diantara banyak politisi yang saya suka, salah satunya adalah Natsir.

Hal ini, setidaknya menurut saya, kita merindukan dan membutuhkan demokrat islam seumpama Natsir. Lalu bagaimana Menurut kamu tentang kondisi Politik islam diindonesia saat ini?. saya Tidak tau, kita kutip saja Guman Fidel Castro :" historia Me Absolvera-Biarlah sejarah yang berbicara dan membebaskan Kesalahpahaman ini".

Nb ; Referensi Ruth Mc. Vey (1989), oleh Fachry Ali (1997).


* Pustaka Hayat

* Pejalan Sunyi

* Rst

* Nalar Pinggiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar