Mengenai Saya

Jumat, 09 Juni 2023

HAJI AGUS SALIM ; Tamasya Pada Tokoh Dan Intelektual Indonesia

KETIKA ASAP KRETEK MENGALUN DI INGGRIS


Haji Agus salim, "Si pria Tua hebat", demikian Pram menjuluki Tokoh bangsa yang nama aslinya adalah Mashudul haq. Sebuah julukan yang berkembang pada waktu itu, terhadap figur yang menguasai 7 bahasa asing secara otodidak, yaitu: Belanda, Inggris, prancis, Jerman, Arab, Turki dan Jepang.

Saya ingin mengutip tulisan Pramoedya Ananta Toer, tentang Diplomat mungil yang cerdas, Pram menulisnya dalam bentuk Artikel yang berjudul "kisah terbaik : yang membunuh kolonialisme".

Artikel ini pertama kali di muat oleh New York Times, 18 April 1999, dengan judul "Best Story : the book that killed colonialsme". 

Berpuluh tahun lalu, di sebuah resepesi diplomatik di london, ada seorang yang terlihat menonjol, "tubuhnya cukup pendek, tidak sesuai denga standar orang eropa dan kurus. Dia mengenakan topi model fez berwarna Hitam (kopiah) diatas rambutnya yang memutih. Pria itu adalah Haji Agus salim, duta besar indonesia pertama di inggris".

Di negaranya, dia mendapat julukan si pria Tua hebat. HAS merupakan salah seorang warga indonesia yang mendapat pendidikan barat. Sungguh ia mendapat kesempatan yang langka. Karena, di penghujung Hegemoni belanda di indonesia pada Tahun 1943, tidak lebih 3,5 persen populasi indonesia yang bisa membaca dan menulis. 

Tidak mengherankan apabila penampilan dan sikap HAS, tanpa membicarakan aroma aneh dengan kretek yang di isapnya, dengan cepat ia menjadi pusat perhatian.

Seorang pria memberanikan diri mengajukan sebuah pertanyaan yang berada di benak semua orang, "Rokok apa yang anda isap Tuan?" "Yang mulia", sahut HAS, "inilah alasan mengapa dunia barat menguasai dunia". 

Rokok kretek adalah rokok yang diisapnya yaitu rokok indonesia yang di bumbui dengan cengkeh, yang selama berabad-abad menjadi komoditas (rempah) yang paling diincar-incar banyak pihak di dunia.

Harusnya sebelum, ancang-ancang mengeluarkan kebijakan. Bertamaayalah dulu pada sejarah mungkin.

Jika rokok tak pernah Meng-Ada. Apakah asbak memiliki makna. Jika asbak, tetiba pecah di kepala. Apakah rokok yang menjadi sebab bagi asbak?. 

Hukum dan penyelidikan itu tidak bicara soal atau sebab eksistensial sebuah peristiwa atau keberadaan. Sebab, keberadaan itu urusan Filsafat. 

sinis kepada perokok itu gampang. Yang susah ialah kalau dia juga harus sinis sama fasilitas publik, atas segala partisipasi cukai rokok. Kamu tidak merokok tapi pendendam, pendengki, sama saja.

saat itu, gerakan anti rokok mulai riuh dan berseliweran merambah tiap lapisan bahkan ulama pun ikut mengambil bagian, fatwa pengharaman. Bukan tak peduli.

Toh, kopi dan kretek adalah kebiasaan nenek moyang kita, bahkan seusai berkebun dan bersawah : kopi dan asap tembakau merebak ke udara, tak ada yang berbahaya. Kala itu perusahan obat, pembuat kebijakan dan MUI masih pada tahap menjajaki.


**

Benar kata Syahibul Hikayat, bila orang inspiratif tidak akan lapuk untuk di perkatakan. Hadji Agus Salim Contohnya, " membaca riwayat hidup Agus Salim , membuat kita mencari bagian mana yang membuat kita senyum tersungging, mambayangkannya. karena, salah satu putera Terbaik bangsa ini. Dalam buku-buku banyak kisah inspiratif, yang lebih otoritatif di rujuk ketimbang sentuhan-sentuhan verbal-motivatif Mario Teguh atau Mery Ri. 

Namun banyak juga kisah sederhana yang mengiggit seperti kisah "jenggot dan Hak". Suatu Hari, Sutan Sjahrir (Mantan Perdana Mentri RI sekaligus Pendiri PSI), bersama Kawan-kawannya mendatangi sebuah Rapat yang menghadirkan Haji Agus Salim sebagai pembicara Utamannya. Tujuan mereka tidak lain, hanya ingin "mengacaukan" Rapat tersebut. Maklum sebagai anak muda, mereka lagi genit-genitnya.

Lalu?. Setiap Agus Salim yang memiliki jenggot kambing itu bicara. maka, anak-anak muda sosialis Radikal, Serentak, menyahutinya dengan berkata : "Eeembbbeekkk".

Satu kali, di diamkan. Dua kali masih di cuekin. Begitu tiga kali, suara embekan itu terdengar. tetiba, Haji Agus salim mengangkat tangan seraya berkata, " Tunggu saya sebentar, bagi saya suatu hal yang menyenangkan bahwa kambing-kambing pun berkenan hadir di ruangan ini untuk mendengar pidato saya. 

Hanya sayang sekali, mereka kurang tahu bahasa manusia sehingga menyela dengan cara yang kurang pantas. Jadi, saya sarankan, agar mereka meninggalkan ruangan ini untuk sekedar menikmati rumput di lapangan. Sesudah saya berpidato pada manusia, mereka boleh masuk dan saya akan berpidato khusus dalam bahasa kambing untuk mereka. Perlu di ketahui, dalam islam, kambing pun memiliki Haknya sendiri. Karena, saya banyak mengusai bahasa, maka saya akan memenuhi hak mereka.

Mendengar kata Agus salim itu, orang-orang yang hadir bergemuruh dalam tawa. Adapun Sjahrir dan kawan-kawannya, alih-alih meninggalkan ruangan. mereka yang seolah-olah menjadi sekelompok "badut muda" terpaksa harus "menikmati" ejekan massal itu dengan muka merah padam.

"Kendati kami tidak pernah menghentikan perlawanan kepadannya, tetapi sejak saat itu, untuk kembali mencemoohnya, kami sama sekali tidak pernah melakukannya lagi", ujar Sjahrir, seperti di kisahkan Jet lag (Tokoh sosialis Belanda) dalam buku seratus Tahun Hadji Agus Salim.

Jadi?. Tersenyumlah.


* Pustaka Hayat
* Pejalan Sunyi
* Rst
* Nalar Pinggiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar