Mengenai Saya

Kamis, 01 Juni 2023

- BERTAWAFLAH DI SEKELILING HATI ORANG PINGGIRAN -


Kita acap mendapati, Pak ogah di belokan setiap ruas jalan-jalan di Kota. Respon mereka kadang berbeda, tergantung jumlah Uang yang kita beri ; Di beri Rp. 500, Respon mereka ; Ya, terus!.

Di beri, Rp. 2000, respon mereka ; Terima kasih, Pak / Bu!. Di beri, Rp. 5000, respon mereka : Terima kasih banyak, Pak Haji! Ya teruskii pak Haji. Terima kasih Pak Haji sambil menunduk sebagai tanda Hormat !. 

Ternyata ongkos naik haji. cuma Rp. 5.000. di akhir pekan, kita bisa beberapa kali naik haji beberapa kali 😂.

Saya hendak mengetegahkan soal ini, sebagai sebuah Distorsi Keagamaan dan Monopoli kesholehan personal.  Sebab, Islam hanya akan berhenti sebagai agama privat, jika kita berhenti menunjukkan corak keagamaan yang a-sosial. Sebab, Tidak ada rumus konsepsi keadilaan dalam islam, yang membenarkan orang yang berhaji, umroh berkali-kali. Sementara tetanggannya, kerabatnya dan masyarakat dimana ia hidup. masih ada yang tak makan atau hidup dalam kemelaratan yang akut. lalu diatas mimbar, pendakwah acap kali memberi doktrin bualan surgawi dan sabar. Sebagaimana penjelasan panjang saya diatas tentang kesholehan sosial tidak kalah pentingnya dengan kesholehan personal. 

Ihwal itulah, sehingga saya berani menyatakan bahwa tidak mungkin, Allah dan Rosulullah SAW tidak punya Maksud, menempatkan Ibadah Haji setelah ibadah Puasa dan Zakat. Misalnya, Di Negeri Dengan Mayoritas pemeluk Islam Terbesar di dunia, seperti indonesia ini. tetapi, Jurang Kemiskinan dan Kekayaannya menganga dan dianggap Lampiran hidup yang tidak terlalu penting diurus. 

Salahkah saya, jika menyatakan bahwa INDONESIA adalah negara Mayoritas Muslim terbesar di dunia. tetapi, paling tidak Islam dalam Hidupnya?. Negara Termiskin Di Afrika itu, Wajar. Sebab, Mereka bukan negara Mayoritas Muslim, tidak bergantung sepenuhnya pada Al-qur'an, Rosulullah dan Allah. Di Indonesia, satu ayat saja dari Al Qur'an di plesetkan dan di otak atik, oleh orang yang tidak memahami al Qur'an. Maka, bergelombang Gerakan Hastag untuk mengutuk pelaku, di sertai sumpah serapah yang berhamburan, bahkan di bikinkan demo berjilid-jilid. 

Tetapi, Kapan ada Gerakan Hastag dan Demo berjilid-jilid pada jurang Kekayaan dan Kemiskinan, Pada Kemalangan, Pada Nestapa, pada orang pinggiran, pada anak terlantar, pada fakir dan miskin, pada Jelata dan pada Mereka yang di beri wewenang dan jabatan untuk menyelesaikan semua problem Kesenjangan ekonomi dan sosial di bangsa ini, Kapan?. 

Bukankah kita jauh lebih menghina Al-Qur'an dan Rosulullah, ketimbang mereka yang tidak tahu menahu soal Al-Qur'an, lalu mengotak atiknya. Mengapa?. Karena, kita mengakui bahwa Al Qur'an adalah pedoman Hidup, Rosulullah SAW adalah Tauladan paling paripurna dan Menjadikan KETUHANAN YANG MAHA ESA Sebagai sandaran pikir dan sikap kita. Tetapi, untuk menyelesaikan Problem Kesenjangan ekonomi dan Sosial saja sangat susah. Lalu, Bagaimana mungkin, kita begitu berani menyatakan diri sebagai orang Mukmin.

Jika saja, kita berani mengamalkan Rukun Islam secara benar. Mustahil, ada Negara Muslim melarat. Sebab, secara Teoritis, Islam punya solusinya. Rosulullah SAW bahkan telah memberikan Contoh terbaik. Tapi, memang kita tidak pernah benar-benar mencintai Rosulullah SAW dan menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman terbaik hidup dan kehidupan. Tetapi, tersinggung dan kebakaran Jenggot jika ada yang menghina Al Qur'an dan Rosul. Padahal, kita setiap hari, setiap menit dan detik kita menghinanya. 

Di Titik itulah, Saya kerap kali merasa lucu dan tertawa sendiri. Mengapa?, karena seharusnya Negara Mayoritas Muslim Terbesar, seperti Indonesia lah yang memberikan contoh Terbaik hidup dan kehidupan. Tetapi, Faktanya New Zealand, Canada, denmark dan Finladia, justru lebih bisa memberi contoh dan sangat Islami ketimbang Negara Muslim. Mereka mampu membumikan nilai Qur'an dalam meretas kesenjangan ekonomi, Sosial, budaya pendidikan dan menjadi Negara dengan tingkat kebahagian tertinggi di dunia. Padahal, mereka bukan negara mayoritas ISLAM. Justru, Negara mereka seringkali di labeli oleh orang islam, sebagai negara sekuler. 

Berkenaan dengan Ibadah Haji diatas, saya teringat dengan sebuah riwayat, yang di riwayatkan oleh Syeikh Syamsuddin at-Tabrizi, bahwa suatu ketika Syeikh Abu Yazid al-Busthami sedang dalam perjalanan menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, beliau singgah terlebih dahulu pada seorang sufi di Bashrah. Secara langsung dan tanpa basa basi, sufi itu menyambut kedatangan beliau dengan sebuah pertanyaan, "Apa yang anda inginkan wahai Abu Yazid?". 

Syeikh Abu Yazid menjelaskan, "Aku hanya singgah sejenak, kerena aku ingin menunaikan ibadah haji ke Mekkah".

"Cukupkah bekalmu untuk perjalanan ini?", Tanya sang sufi. "Cukup", jawab Syeikh Abu Yazid. "Ada berapa?", Tanya Sang sufi. "200 dirham", jawab Syeikh Abu Yazid. 

Sang sufi dengan serius menyarankan kepada Syeikh Abu Yazid, "Berikan saja uang itu kepadaku dan bertawaflah di sekeliling hatiku sebanyak tujuh kali". 

Ternyata Syeikh Abu Yazid menyerahkan 200 dirham itu kepada sang sufi tanpa ada rasa ragu sedikit pun. Lalu, sang sufi mengungkapkan, "Wahai Abu Yazid, hatiku adalah rumah Allah, dan Ka’bah juga rumah Allah. Hanya saja perbedaan antara Ka’bah dan hatiku adalah, bahwasanya Allah tidak pernah memasuki Ka’bah semenjak didirikannya, sedangkan Allah tidak pernah keluar dari hatiku sejak dibangunkan olehNya". 

Syeikh Abu Yazid menundukkan kepalanya dan sang sufi itu pun mengembalikan uang itu kepada beliau dan berkata, "Sudahlah, teruskan saja perjalanan muliamu itu menuju Ka’bah", perintahnya. Mengapa?. Karena, Allah berfirman dalam hadis qudsi, "Qalbul Mukmin Baitullah, (Qalbu orang yang beriman itu adalah rumah ALLAH)". Senada dengan itu, dalam sebuah HR. Abu Daud di sebutkan bahwa, "Tidak dapat memuat DzatKu di bumi dan di langitKu, kecuali di 'Hati' hambaKu yang mukmin, lunak dan tenang".

Ihwal itulah, sehingga saya berani menyatakan bahwa Vocal point dalam rukun islam tidak serta merta hadir begitu saja. Tentu, punya esensi yang niscaya di bongkar. Misalnya, seperti Perintah berzakat, mesti dilakukan setelah perintah "berpuasa" dan perintah berhaji, setelah perintah berzakat. Mustahil Kita akan sampai pada level kesadaran Ilahi dalam berhaji. Jika Kita hanya menggugurkan kewajiban dalam Berzakat. Tidak ada makrifat dalam Tujuan berzakat, berpuasa, sholat dan syahadat itu apa?. 

Soal Berzakat, infaq dan shodaqoh Misalnya. Kita tidak akan pernah bisa Memakrifati Esensinya, jika puasa kita hanya sekedar puasa makan dan minum. Sebagaimana dialog seorang Arif dan Muridnya. Sang Murid bertanya, "Wahai Guru, kapan waktunya makan?". Sang Arif menjawab, "bagi orang Kaya, jika sudah lapar. Tetapi, bagi si Fakir. Kalau sudah mendapatkan Makanan. 

Artinya, Hakikat Puasa yang sesungguhnya adalah Kita Berhak untuk makan di siang Hari, kita Berhak untuk menumpuk kekayaan, kita berhak mengoleksi barang mewah, kita berhak untuk memiliki segala hal di muka bumi, bahkan kita berhak Rakus, Serakah, eksploitasi, dan menjadikan wewenang, jabatan, kekuasan untuk keuntungan Pribadi kita. TETAPI TIDAK KITA LAKUKAN. Kenapa kita tidak lakukan?. Karena Puasa mendidik kita untuk mengerti tentang batas. Makanya, kata Allah, Puasamu UntukKu dan aku sendiri yang akan membalasnya. 

Jika sesuatu yang kita butuh dan menjadi Hak kita saja, di larang dilakukan di siang hari, sebelum sampai waktunya Untuk berbuka. Apalagi kalau cuma harta, kekuasaan dan segala sesuatu yang kita anggap berharga di dunia. Makanya, konsep Sedekah menurut Qur'an adalah memberikan sesuatu yang kita masih senangi atau butuhi. tetapi, tetap di berikan kepada orang lain. Kata Allah, "Lantanul birro Hatta tun Fiku mimma tuhibbun - kamu tidak akan mendapatkan kebaikan, kecuali jika engaku menafkakan sesuatu yang kamu cintai". 

Di Perintah Puasa. Kita di tempa untuk Mengerti bahwa untuk sesuatu yang menjadi Hak kita saja, di berikan batas dan batas waktu. 

Lantas, Mengapa kesenjangan, kemiskinan, ketimpangan sosial dan ekonomi, menjadi momok yang sangat menakutkan dan kian menganga di negara yang Mayoritas penduduknya adalah Muslimnya ataukah kedekatan kita kepada Allah yang kurang atau asumsi 1 % orang menguasai 50% kekayaan sumber daya Alam yang Tuhan berikan secara gratis?. 

Makanya, penting kita mempertanyakan sikap keberagamaan Kita yang membusungkan dada, bahwa kita sangat islami. Padahal pengalaman dari teks suci Tuhan serta praktek hidup kita, sebagai satu kesatuan ajaran yang universal, sangat jauh panggang dari ajaran islam sesungguhnya dan hal itu semakin membenarkan igauan "Will Durant", bahwa "Agama Tidak pernah Tumbuh subur ditengah orang-orang yang banyak uang". Karena Platfrom dalam memerangi Kesenjangan dan kemiskinan, hanya sekedar Jargon tanpa Makna. bahkan negara dengan berani menjadikan Tuhan sebagai kerangka dasar dalam bernegara adalah " Ketuhanan Yang Maha Esa".

**

Indonesia adalah mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia dan menjadikan Allah sebagai Tujuan bernegara. Sangat tegas jaminan rezeky Allah, kepada mereka yang menjadikan al qur'an sebagai pedoman hidup. 

Pertama, didalam Al- qur'an, Allah menyebutkan "Fal ya' budu robba hadzal bait alladzi at amahum min ju waa amanahum mim khauf - maka, hendaklah mereka menyembah Tuhan. Yang telah memberi makan kepada mereka dan menghilangkan dari lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan". 

Jika, ditelaah secara dalam konteks ayat tersebut, sebenarnya Seluruh masalah ekonomi dibangsa ini, hanya omong kosong. Bulshit. Sebab, sejak awal kita tidak pernah melibatkan Allah dalam kehidupan berbangsa kita. Kita ini, BerkeTuhanan yang Maha Esa, sebagimana yang tertuang dalam Sila pertama. tetapi, tidak jelas, siapa yang dimaksud Tuhan yang Maha Esa.

Padahal, dari Rumus Q.s. Al-Quraisy, sangat jelas bahwa beli satu dapat dua ; Bayar menyembah kepada Allah. Maka, Allah akan memberi makan, Di hilangkan rasa lapar dan di berikan rasa aman. Artinya jika kita menyembah kepada Allah, tidak mungkin kita kelaparan dan tidak makan. Sebab, Allah sendiri yang menjamin akan memberi makan dan menghilangkan rasa lapar dan rasa aman kepada kita.

Lantas, Apa yang menyebabkan sehingga orang melakukan Korupsi - apakah karena mereka takut lapar dan takut tidak punya makanan ataukah karena alasan gaya hidup?. Jose Mujica - Mantan Presiden Uruguay. Dia tidak pernah merasa kekurangan, walau dia dibilang presiden termiskin didunia. Kata Jose, "orang miskin adalah orang yang bekerja, hanya untuk menjaga gaya hidup mewahnya". Jadi Maksud Jose, jika kita bekerja, hanya demi kemewahan hidup sendiri. Maka, sah kita di sebut orang miskin.

Kedua, pada rumus Q.S. At-thalaq ayat 2-3, janji Allah juga jelas dan tegas. Jika, dalam Q.S. Quraisy, kita membeli satu dapat dua. Maka, dalam Q.S. Ath-Thalaq, kita Beli dua dapat empat. Bayar Taqwa kepada Allah, "Waa mayyattiqillahu yaj alahu - barang siapa yang bertaqwa kepada Allah. Dia akan memberi Rezeky dari arah yang tidak disangka-sangkanya". 

Taqwa itu Menurutku adalah waspada, bahwa Allah dalam hidup tidak akan pernah absen. Siang malam, sedih-gembira dan dalam keadaan apapun, Allah tidak akan pernah Alfa dalam hidup. Maka, setiap masalahmu akan diberi jalan keluar dan di beri rezeki di luar gajimu, yang tidak kita duga-duga, "waa ma yahroja waa yarzuku hu min haisu la yahtasib".

Nah, Selanjutanya ialah kita membayar ongkos tawaqqal kepada Allah, "Waa may yatawaqqal alallahi". Tawaqqal ialah Mewakilkan kepada Allah tentang sesuatu, yang kita tidak mampu mengerjakannya. Maka, Allah akan mencukupkan keperluan kita. Allah yang akan menjadi akuntan kita. Kita butuh apa, anak kita butuh apa, istri kita butuh apa, Allah akan siapkan - "fa huwa hasbuh". Dan Allah, memberi peluang terhadap apa yang belum kita capai menjadi tercapai - "Innalaha balighu amrih". Dan Allah menegaskan, bahwa Apa yang Allah tidak bisa. Kita jangan khawatir - "qod ja alallahi li kulli sya'ing qodiro".

Artinya, kita tidak perlu takut pada Rasa lapar. Tinggal, kita harus melakukan apa, agar kita tidak lapar?. Maka, Creatif. Creatif itu adalah mencari atau mencapai sesuatu yang belum kita capai. Sebab, creatifitas Allah ialah dari tidak ada menjadi ada. Sedangkan Krearifitas manusia adalah dari yang sudah ada menjadi sesuatu yang baru.

Maka, syaratnya adalah "dzalikal kitabu laa roiyba fihi hudal lil muttaqin". bukan "hudan lin nass" atau "Hudan lil ghoiril muttaqin". Sehingga Cara mendapatkan petunjuk dari Allah ialah dengan software Taqwa. Semakin tinggi taqwa kita semakin aksesebel terhadap hidayah Allah Dan hidayah itu tidak satu soal atau beberapa soal saja. Tetapi untuk semua hal dalam kehidupan ini.

Berkenaan dengan Tawaqqal, saya teringat dengan Kisah Nabi Sulaiman As yang bertanya kepada semut, " berapa banyak kamu makan dalam setahun?". Tiga (3) butir gandum jawabanya. Lalu, beliau mengambil semut itu, dan meletakkannya didalam sebuah botol, berikut 3 butir gandum. Setahun pun berlalu. Nabi Sulaiman kembali memeriksa botol tersebut dan menemukan semut itu hanya memakam 1,5 butir gandum. Nabi Sulaiman bertanya, mengapa engkau tidak memakan semuanya?. 

Ketika aku berada diluar botol, aku bertawaqqal dan berserah diri kepada Allah. Dengan bertawaqqal kepadaNya, aku yakin bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkanku. Tetapi, ketika aku pasrah kepadamu. aku tidak yakin, engkau akan mengingatku, Pada tahun berikutnya. Apakah engkau akan memberiku gandum atau tidak. Karena itu, harus ku sisakan gandum tersebut. 

Sesungguhnya Allah Maha Pemberi Rezeky. Boleh jadi rezeky kita adalah sehat wal afiat, atau di tutupi setiap aib, atau di selamatkan dari keburukan, atau orang yang suka pada kita, atau keluarga yang menghangatkan. Olehnya, jangan membatasi rezeky pada materi saja. Apalagi terlalu setengah mati mengejar sesuatu yang hasilnya tidak bisa disantap dialam kubur dan barzah. Kita tidak akan membawa tanda mata apa-apa. Kelak diperistirahatan yang sempit itu, hanya bisa diisi 3 Mahkluk : Jasad kita, mungkar nakir dengan Daftar pertanyaan dan palu digenggaman tangannya.

"Kehidupan yang kita dedikasikan untuk mengejar kebahagiaan tidak akan pernah menemukan kebahagiaan. Semakin kita berpusat pada kebahagiaan sebagai tujuan hidup, maka semakin juga kita tidak melihat pertimbangan yang sehat untuk berbahagia", begitu gumam Viktor E. Frank, melalui teori "Logoterapi". Sedangkan Al-Ghazali melalui teori Kimiya al-Sa'adat" menyatakan bahwa "hakikat kebahagiaan itu berada diwilayah hati, olehnya mengejar kesenangan untuk membahagiakan badan-Tubuh, maka sesungguhnya kita jauh dari hakikat kesempurnaan. Maka menjadi benar, ungkapan Blanchflower dan Oswald, “money does not buy happiness”.

Mengapa demikian?, karena Orang yang banyak uang hanya memiliki itikad "Simpati" namun belum memiliki kesadaran dan membudayakan sikap "Empati". Inilah tipologi manusia modern, yang dalam ungkapan sayyid Hossein Nasr, "sedang berada diwilayah pinggiran eksistensinya, dan bergerak menjauhi pusat dirinya. Sedangkan pusat atau esensi dirinya itu bersifat spiritual".

Kondisi yang sama juga dicemaskan oleh Arnold J. Toynbee. Menurutnya, setidaknya ada dua hal yang melanda manusia modern dewasa ini, yaitu kosongnya jiwa dari nilai-nilai spiritual dan tegarnya dimensi materialitas pada kehidupan mereka. Padahal Hakekat dari semua ajaran spritualisme, entah sufistik atau irfani Ialah aktif total dalam kehidupan ini, tetapi secara sadar memilih "berjarak" dengan segala gemerlap pesona dan godaan Matrealitas. memilih menekan keinginan dan Hasrat kepemilikan yang menjadi Laku dan Sikap Manusia Moderen. Yang Dalam Terminologi Filsafat Mistisisme Islam disebut sebagai Zuhud. Zuhud itu " bukan ketiadaan Harta, melainkan ketiadaan hubungan hati dengan Harta, Dengan Ego, dengan kepemilikan". 

Selama ini, kita salah kaprah menilai kaum Sufi-Pejalan Sunyi. Pejalan sunyi yang sesungguhnya bukan orang yang hanya bertekuk lutut dikesunyian. tetapi seseorang yang menjadi pemenang dikeramaian.

Kalau keberkahan dari rezeky, 100 ribu pun sebulan cukup.

Ada seorang pengembala kambing, di indonesia. Sebulannya ia cuman dapat 100 ribu. Setiap orang yang bertamu dirumahnya, ia menjamu dengan baik, semua yang tidak ada, menjadi ada - musim buah, disuguhkan buah. musim ikan, dikeluarkan ikan untuk menjamu tamunya. Begitu ditanya dimana kambingnya, ia menjawab dibelakang. Begitu dilihat, kambingnya bersih, dirawat dengan baik. Tetapi, herannya ada kambing yang ditutup mulutnya dengan potongan gelas aqua. 

Pak, kenapa ditutup mulutnya, kambingnya sakit kah?. "Tidak pak, saat kami ambil dari tempat kami membeli kambing tersebut. Kami tutupi mulutnya, agar dijalan kambing ini tidak memakan yang bukan Haknya", begitu jawab pengembala kambing.

Sesaat setelah saya mendengar penuturan tersebut. Saya merenungi diri sedalam mungkin, dan mengingat ; Ya Allah, saya kerap mengingatkan orang tentang jangan memakan hak orang. Tetapi, si pengembala kambing tersebut justru mempraktekannya. Banyak orang yang mendamba surga. Tetapi, pengembala kambing tersebut paling layak masuk surga. Ada banyak orang menghadiri Ta'lim ilmu, tetapi menjaga lisannya saja susah. Beliau tidak pernah ikut ta'lim, tetapi kambingnya saja ia tutup mulutnya, agar tidak memakan yang bukan haknya. Makanya, jangan makan yang haram. 100 ribu cukup untuk sebulan. Tidak pernah mengeluh, ia bahkan ceria dan menyuguhkan yang terbaik bagi setiap orang yang datang. 

Ada juga seorang penghafal qur'an, setiap kali dikunjungi, istrinya selalu berkata ; Alhamdulillah, pak Allah itu baik sekali. Allah selalu memberi rezeky banyak sekali. 500 ribu sebulan itu sudah banyak sekali. Setiap dikunjungi Ia selalu memberikan yang terbaik untuk tamunta. Apa kerja istrinya, ambil ikan atau menyiluh ikan di kali. Padahal, ia seorang penghafal Al qur'an 7 riwayat sekaligus. Suaminya juga penghafal Al qur'an dan anak-anaknya pun demikian.

Jadi, berdasarkan beberapa kilas cerita diatas, bahwa tidak ada rumusnya orang susah, jika membangun kedekatan dengan Allah. Sebab, Dunia itu kecil. 


- Makassar, 16 Agustus 2021 -


*Pustaka Hayat

*Pejalan Sunyi

*Rst

*Nalar Pinggiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar