Ada sebuah Kajian Kritis Kontemporer Seorang Dr. (HC) K.H. Husein Muhammad, beliau menyatakan Poligami, merupakan isu paling krusial dalam relasi antara laki-laki dan perempuan yang tak pernah selesai diperbincangkan, khususnya di dunia Muslim. Satu kelompok membolehkan poligami berdasarkan QS. an-Nisaa [4]: 3. Bahkan, ada sejumlah pihak yang memfatwakan bahwa setiap perempuan yang ikhlas dipoligami, jaminannya surga. Sementara, kelompok lain menolak poligami berdasarkan hadis Nabi Muhammad Saw. tatkala menentang rencana Ali bin Abi Thalib. untuk mempoligami Fathimah Ra.
Di Bukunya yang berjudul "Poligami", Ia memang tidak berusaha mengharamkan poligami, melainkan memberikan dasar-dasar ushul fiqh sedemikian rupa, sehingga untuk konteks sekarang ini, tampaknya sudah tidak ada lagi alasan orang untuk berpoligami. Beliau mengkritik manhaj-manjah poligami dengan menggunakan pisau analisis dari hasil ijtihad para mufasir, muhaddits, ahli ushul fiqh, dan cendekiawan Muslim yang menyepakati bahwa monogami lebih banyak menolak mudhorot dibandingkan poligami.
Hanya saja, Analisis Kyai Husein ini kering akan kajian-kajian sosial dan Neuro Sains. Beliau hanya fokus di internal keluarga semata. Barangkali di kesempatan lain sekali-kali kita melirik data persentase populasi lelaki Vs perempuan dari BPS. Pasti mencengangkan bila beliau benar-benar peduli pada perempuan. Tapi, kesempatan ini, saya akan uraikkan mengapa Poligami adalah solusi dalam pendekatan Neuro sains.
Pertanyaan mendasar saat ini, kalau hasrat biologis perempuan-perempuan, tersebut tidak diselamatkan oleh "poligami", apakah ada ajaran islam yang menghalalkan untuk zina?.
Wanita yang rela dimadu, diduakan. Baginya merupakan hal yang sah-sah saja. Asalkan lelaki bisa menafkahi secara materi dan rohani.
Siapa yang rela dimadu?. Jika ada perasaan tidak rela di madu, itu sudah benar. Cuman bagi perempuan yang acap bersinggungan dengan perkembanga Ilmu Pengetahuan dan tahu bahwa ada satu titik, dimana perempuan harus siap dipoligami. Saya menghindari menggunakan diksi di Madu. Sebab, dimadu berkonotasi negatif sedangkan poligami, berkonotasi netral. Substansinya, rela berbagi.
Agar kita tidak melecehkan syariat Islam yang menganjurkan berpoligami. Dalam Neuro Sains, ternyata Otak perempuan, bersedia berbagi. Allah sang Pencipta Manusia, tahu persis akan hal itu. Cuman karena Perempuan jauh dari Ilmu sehingga menentangnya dan menganggap Poligami adalah sesuatu yang Janggal.
Ada satu Fase dimana Perempuan mengalami Titik Monopouse. Karena dalam anatomi otak manusia, baik lelaki maupun perempuan. Persis ditengah kepalanya, ada otak manusia yang di sebut Hipotalamus.
Hipotalamus lelaki, 2,5 lebih besar dari perempuan. Tugas dan fungsi Hipotalamus adalah menjaga keamanan dirinya, istrinya, anaknya, keluargannya, kemanan ekonomi bahkan suami yang bertugas sebagai kepala negara pun bertugas menjaga keamanan negara. Hipotalamus juga berfungsi sebagai Prosesor yang memerintahkan untuk makan dan minum, jika lelaki hipotalamusnya lebih besar dari perempuan, maka yang lebih cepat lapar dan haus adalah lelaki. Maka lelaki akan senang jika Istrinya memenuhi kebutuhan makan dan minum. Contoh : pantang menasehati anak lelaki dalam kondisi lapar atau saat suami baru pulang kerja, tanya susah makan atau belum, sekalipun kita tahu dia sudah makan. Untuk memenuhi kebutuhan otaknya.
Hipotalamus juga adalah pusat syahwat birahi. Jika hipotalamusnya dua stengah lebih besar, siapa yang lebih besar pusat syahwat birahinya?. Tentu Lelaki. Kenapa ?. Sunnatullah, fitrahnya demikian. Lalu, ada lagi pertanyaan yang agak kritis, kenapa Allah tidak Membuat Hipotalumusnya sama besar saja?.
Apakah kita mau, perempuan yang menjaga lelaki atau lelaki yang menjaga perempuan. Karena tugas suami untuk menjaga istrinya maka Allah buat Otak Hipotalamusnya lebih besar. Maka secara otomatis syahwat birahinya besar. Apakah ada kaitannya?. Ada, saat lelaki mencari nafkah untuk keamanan ekonomi, Hipotalamusnya tegang sehingga harus dibuat rileks, dengan cara hubungan intim - Koitus
Jika kita menginginkan Hipotalamus lelaki lebih kecil atau sama dengan perempuan, maka berbahaya. Sebab ada penelitian bahwa seorang GAY, yang harusnya orientasi seksualnya senang kepada lawan jenis dan lebih suka pada lelaki tetapi berubah. Maka hipotalamusnya Menyusut bahkan lebih kecil daripada perempuan. Lihat saja GAY, mereka tidak punya nafsu makan, supaya tetap sispack, karena Hipotalamusnya sudah menciut. Maka otomatis fungsi dia menjaga keamanan diri, keluargannya menjadi kecil.
Nah, Terkadang ada Lelaki, karena Hipotalamusnya tegang maka ia ingin berhububgan intim sehari 2x, apalagi lelaki itu umurnya masih diantara usia 18-30 tahun. Maka, Hormon Testosteronnya lagi tinggi sekali. Bayangkan saja saat lelaki menikahi perempuan, diusia 27 tahun dan mintanya 3x sehari, Karena selama 27 tahun hipotalamusnya tegang, belum disalurkan. Maka, frekuensi hubungan intim diawal menikah itu tinggi. Bahkan ada lelaki, yang tipikal pemikir, hipotalamusnya lebih tegang ketimbang lelaki yang spontan (tukang atur-Koleris) itu tidak terlalu tegang.
Berdasarkan penelitian, Lelaki yang tipikal pemikir (Melankolis) frekuensi hubungan intimnya jauh lebih banyak ketimbang Lelaki yang spontanitas (galak atau blak-blakan). Nah, untuk perempuan yang memilih lelaki yang tipikal pemikir (baik melankolis koleris atau Plegmagis), maka siapkan diri untuk melayani Frekuensi hubungan intim yang lebih tinggi.
Menapa Dititik Monopuose, perempuan harus rela berbagi?. Karena Perempuan sudah capek juga. Hormon estrogen progesteronnya berkurang bahkan sampai tidak ada. Dulu, hormon estrogen progesteron perempuam masih ada, sehingga membuat panggul perempuan menjadi kuat sehingga sanggup menampung janin dan untuk melayani suami, makanya Panggul kuat.
Nah, bagi perempuan yang sudah monopuose : jangankan melayani suami atau hamil lagi. Naik tangga saja sudah ngos-ngosan, sambil memegang pinggang. Karena hormon estrogen progesteronnya sudah berkurang. Sementara lekaki Hormon testosteronnya tidak pernah hilang-habis, sekalipun umur berapa lelaki itu, ditambah Hipotalamusnya yang besar sehingga hasrat birahi masih banyak.
Perempuan yang Pra Monopuose, estrogen Progesteronnya akan menurun, maka melayani suaminya menjadi 3 hari sekali. Bayangkan saja jika sudah memasuki fase Monopuose, maka melayani suaminya menjadi 3 minggu sekali, itupun sudah menggunakan gerakan kegel. Maka itulah perempuan yang memiliki kesadaran tinggi dan memahami bahwa ia tidak sanggup lagi melayani suaminya 3 kali sehari dalam hal hubungan intim, maka Ia harus rela berbagi. Carikan Back Upnya.
Dalam kondisi itulah, kita harus mengakui bahwa Islam memang ajaran agama yang sangat komperhensif dan luar biasa terperinci. Maka yang mengatakan poligami itu salah, mereka adalah orang yang bodoh.
Alat reproduksi Lelaki itu, ada yang menghasilkan sperma, namanya adalah testis (buah zakar). Testis ini penuh sekitar 2-3 minggu, bagi lelaki yang berusia lebih muda. Tetapi, lelaki yang Sudah berusia 50-an keatas, testisnya pun akan penuh sekitar 3-4 minggu. Sementara perempuan yang mungkin ada MIO dan CA, tentu akan melayani suaminya menjadi 3 bulan sekali. Maka kasihan lelakinya, tersiksa karena Hipotalamusnya tegang sekali. Makanya paling lama meninggalkan suami itu 4 minggu, itu jika suami sudah berusia 40 tahun keatas. Sedangkan suaminya yang masih berusia 30 an, maka perempuan hanya boleh meninggalkannya selama 2 minggu saja. Sebab, 2 minggu testisnya lelaki Sudah penuh sperma, jika perempuan tidak siap dan tidak bisa melayani. maka Spermanya mau diberikan ke siapa?
Dalam Islam, orientasi Berpoligami itu apa : karena materi atau karena ingin berbagi?. Jika mengikuti siroh Nabi, maka Nabi Berpoligami pada perempuan yang berusia Sama atau lebih Tua darinya.
Kenapa?. Karena perempuan yang berusia 30-an, ia bisa melayani suaminya dalam kurun waktu 3 hari sekali atau 2 hari sekali. Tetapi ketika perempuan memasuki fase Monopouse, frekuensi melayani suami menjadi 2 minggu sekali, maka ia harus mencari yang sama usia dengan istri pertamannya. Karena tidak berimbang, jika lelaki mencari penggantinya yang usianya lebih muda, maka istri pertama bisa tersingkir. karena Perempuan yang lebih mudah bisa melayani 2 hari sekali.
Maka itulah Hikmah, Rosulullah diperintahkan Allah, menikahi Istri yang lebih Tua. Agar kekuatannya seimbang. Untuk konteks Sayidatuna Aisyah berbeda lagi : hal itu diharapkan agar Aisyah mampu menyerap apa Tutur, tindakan, keputusan, kebijakan dan sikap Rosulullah. Maka dibutuhkan yang lebih muda dariNya. Bisa anda bayangkan Jika yang lebih tua, diberi amanah untuk menyerap informasi yang disampaikkan Rosulullah, nanti malah dia bingung sendiri. Makanya dibutuhkan yang lebih fresh dan segar.
(4)
*Pustaka Hayat
*Pejalan Sunyi
*Rst
*Nalar pinggiran


Tidak ada komentar:
Posting Komentar