Mengenai Saya

Selasa, 13 Juni 2023

SUKARNI DAN CHAIRUL SALEH - DALAM PERISTIWA RENGASDENGKLOK

 


Banyak hal-hal yang melatarbelakangi peristiwa sejarah. namun hal-hal besar itu acap kali berimplikasi besar terhadap perjalanan sejarah itu. Indonesia merdeka, tertandai dengan di proklamirkannya ditanggal 17 agustus 1945. Peran Soekarno-Hatta sangat besar.

Tapi mungkinkah Proklamasi akan terjadi, jika anak-anak muda tidak menculik soekarno-Hatta dan memaksa memproklamirkan kemerdekaan bangsa ini?.

Peristiwa penculikan itu dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok. saya yakin kita tidak lupa pada peristiwa sejarah itu. sebab, hampir di semua buku sejarah yang normatif menukilkannya. Beberapa anak-anak muda berperan besar dalam peristiwa besar itu. diantaranya; Sukarni dan Chairul saleh.

Terlepas ada yang tidak sepakat dengan pilihan ideologi seseorang. harus kita akui bahwa semua yang hidup di alam kemerdekaan bangsa ini, berhutang budi pada mereka. Sebab, Indonesia tidak hanya dibangun dari kelompok kanan dan kiri. Kelompok sana dan sini. melainkan dari seluruh penjuru mata angin.

Rengasdengklok. Menjelang 17 Agustus 1945. Para pemuda "menculik" Soekarno Hatta.

Ada beberapa tokoh yang dianggap sebagai "aktor kunci" dalam peristiwa Rengasdengklok. Peristiwa historis jelang proklamasi kemerdekaan RI. 

Ketika membicarakan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, maka Rengasdengklok akan selalu disinggung. Rengasdengklok dijadikan salah satu titik terpenting dalam merangkai narasi sejarah proklamasi Indonesia, karena daerah ini menjadi tempat penculikan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda, Chairul Saleh dan Sukarni. Mereka dikenal dengan Menteng 31.  Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945. Soekarno dan Hatta dibawa atau lebih tepatnya diamankan ke Rengasdengklok- Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan RI. 

Berikutnya, ketika teks Proklamasi selesai ditulis, terjadi perdebatan hangat, "siapa-siapa saja yang menandatangani teks proklamasi tersebut ?".

"Siapa-siapa", berarti banyak?. Teks proklamasi "hadir" bukan oleh Soekarno Hatta saja. Tapi ada peran dan pikiran para pemuda.

Perdebatan hangat. Usulan banyak bermunculan. Soekarno dan Hatta menyarankan seluruh pemuda yang hadir, turut menandatangani. Chairul Saleh, anak muda kelahiran Minangkabau, mengusulkan cukup enam saja : Soekarno, Hatta dan 4 orang perwakilan pemuda. Dalam teks proklamasi, Chairul Saleh menyarankan agar tidak ada kata-kata yang mencerminkan bahwa ada andil negara luar dalam kemerdekaan RI tersebut. Semuanya murni atas ikhtiar bangsa Indonesia. 

Akhirnya, silang sengketa itu mendapat kesepahaman. Tokoh pemuda yang lain, mengusulkan cukup Soekarno dan Hatta saja yang menandatangani, "Atas nama rakyat Indonesia, tuliskan itu !", kata pemuda ini.

"Siapakah pemuda tersebut ?". Namanya Sukarni. Selanjutnya sejarah mengalir sebagaimana banyak yang di kabar beritakan.

"Dimanakah Chairul Saleh dan Sukarni, "sekarang" ?. Entahlah !

Kenalkah anak muda kini, dengan mereka?. Entahlah !

Sukarni dan Cahirul saleh; identik dengan ideologi kiri. mungkin karena itu nama mereka terkesan asing. Nama yang terasing, Dikecilkan, haram diperkatakan, dipinggirkan dalam diktat-diktat sejarah. Ada nama mereka disebut, Cuman sayup-sayup sampai sekarang.

Jarang disebut, untuk tidak mengatakannya, tidak pernah diperkenalkan sama sekali dalam lembaran buku teks ataupun dikisahkan pada generasi muda.

"Mengapa ?". Tersebabkan, pilihan politik yang mereka pilih dikemudian hari. 

Chairul Saleh dikenal sebagai seorang Soekarnois tulen. Tapi, dinamika politik menyeretnya kepada keadaan lain. Pada masa Orde Lama, kelompok komunis mencurigainya, bahkan dengan gegap gempita menuding Chairul sebagai gembong kapitalis birokrat yang harus dilenyapkan. Namun, dalam masa transisi kebangkitan Orde Baru, dia justru harus melakoni kehidupan tragis, masuk tahanan, karena dianggap pendukung Soekarno. Kesalahannya cuma satu : ia Soekarnois.

Sedangkan Sukarni, sebagaimana Chairul Saleh, Sukarni bukan orang yang beruntung. Ada aroma "kiri" dalam perjalanan hidupnya Dan aroma itu, cukup menjadikan ia menjadi tokoh historis yang berada "entah dimana". Disebut sepintas lalu, tidak terasa. Berbilang, tapi tidak terbilang.

Seorang penyair pernah menuliskan syairnya : " Ketika tembok Cina selesai didirikan, kemanakah para budak disembunyikan?. Ketika piramida selesai dibangun, dimanakah para budak berada ?". mengapa hanya nama Kaisar yang disebut dibilang ketika sejarah mengisahkan tembok Cina yang legendaris itu ?. mengapa Piramida hanya didedikasikan untuk orang yang bergelar Fir'aun ?".

MERDEKA..!


Referensi : Asvi Warman Adam (2009) dan Buku Menteng 31. Sumber Foto : (c) Ipphos cc. Suryadi dan H. Windah


* Pustaka Hayat
* Pejalan sunyi
* Rst
* Nalar Pinggiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar