Mengenai Saya

Selasa, 13 Juni 2023

MANUSIA TERBAIK TERLAHIR DARI GAGASAN MERITOKRASI

 

Beberapa kawan, kerap menanyakan, Apakah kita semakin menjauh dari hukum alam atau tidak?. Secara cepat saya menjawabnya, bahwa kita semakin menjauh. Sebab, Salah satu hal yang bisa kita pelajari dari alam. misalnya, pada Singa. Singa Yang punya keturanan adalah singa yang punya kualitas terbaik dalam beradaptasi terhadap kondisi lingkungannya. Sehingga singa yang paling dominanlah, yang Gennya akan mengikutinya. Siklus itu akan berputar terus menerus. Artinya, bagaimana kumpulan singa menghargai kualitas terbaiknya di dalam kumpulannya.

Demokrasi mungkin akronim dari yunani yang paling absurd. Sebab, bagaimana mungkin "Demos- Rakyat" bisa menyatu dengan "cratos - otoritas" atau kekuasaan rakyat bisa mewujud secara absolut dan kongkrit.

Sementara pemilu dianggap sebagai mekanisme paling modern untuk merealisasikan suara rakyat pun hanya mewakili sebahagian dan sebahagian dari keseluruhan tersebut, hanya memabawa Rakyat ke jurang Kenestapaan.

Di titik itulah Socrates - peletak Dasar Demokrasi pun meragukan Demokrasi. Justru ia mengusulkan gagasan MERITOKRASI. Sebuah gagasan, dimana rakyat di pimpin oleh orang-orang yang memiliki keahlian tinggi di bidang-bidang yang di butuhkan oleh sebuah masyarakat modern. 

Sebuah negara, yang tidak menghargai kualitas terbaiknya, di bidangnya masing-masing. pasti negara itu mengalami penurunan grafik.

"Menurutmu, kepemimpinan di negara kita ini, entah itu Pemerintah, Intelektual atau ulamanya, apakah mereka punya parameter untuk mengukur kualitas dari bangsanya sendiri, sehingga dia punya kebijaksanaan untuk menemukan Kualitas terbaik. Sebab, Kualitas terbaik ini, jika dilihat dalam terma politik, kerap disebut sebagai Putra terbaik. Nah, sekarang, putra terbaiknya bangsa kita, siapa?".

Sebenarnya, persoalan putra terbaik atau kualitas terbaik, tidak hanya terjadi di indonesia, ihwal ini merupakan problem seluruh dunia. Karena Putra terbaik atau Kualitas terbaik itu Emergency, muncul dari interaksi Game (Permainan) dari society.

Misalnya sekarang, ruang publik kita adalah pesbuk, Twitter, IG dan Tiktok. Siapa Yang paling banyak mendapatkan like adalah putra terbaik (kualitas terbaik), tidak ada urusannya dengan kapabilitasnya seperti apa Atau siapa yang paling terkenal, siapa yang paling mendapat perhatian masyarakat, dianggap sebagai kualitas terbaik. Hal ini merupakan simplifikasi-simplifikasi yang berbahaya, dan ini bukan hanya problem Indonesia, melainkan problem dunia .

Sebelum Sistem diatas (Kualitas terbaik diukur dari Jumlah Like diMedsos). kemarin Dunia telah mencoba menemukan kualitas terbaik dengan Sistem yang cukup efektif, yaitu sistem akademik atau cara menunjukkan kualitas terbaik sangat ditentukan dengan hirarki Ekspertasi : Siapa yang S1, S2, S3, sampai dengan Prof. Sehingga pada ihwal-ihwal tertentu yang diambil adalah yang ahli di bidangnya.

"Nah, jika ada pertanyaan pragmatis begini : jadi Internet, medsos dan sejensinya, menurtmu itu menurunkan grafik atau menaikkan grafik dalam menemukan Kualitas terbaik? ".

Wah, ini implikasinya berbahaya jika di jawab sederhana. Bagi saya, internet dan medsos lainnya adalah komponen tambahan. Misalanya, 200 tahun yang lalu, parameternya adalah Sumber Daya (Uang), sekalipun sekarang juga masih sama, tetapi ada penambahan instrumen lainnya, seperti sosmed dan popularitas. 

Maksudnya, popularitas tidak menggantikan komponen uang. Tetapi, komponen popularitas menjadi komponen baru, bersama komponen uang menjadi parameter yang dianggap paling relevan menentukan kualitas terbaik. Tetapi, impacnya berbahaya, karena hilang kepakaran, sehingga membuat dua komponen diatas menjadi rentan.

"kalau menggunakan kerangka argumentasimu, maka apa yang seharusnya dilakukan stekholder bangsa ini untuk menemukan putra terbaik atau Kualitas terbaik itu, berdasarkan dorongan kesadaran primernya?".

Urusan menentukan putra terbaik atau kualitas ini juga kompleks. Tidak hanya pintar saja. Dia juga niscaya punya kepekaan sosial, punya kemampuan komunikasi, punya kemampuan kerja sama. hal itu tidak mudah, ia kompleks. Menurutku, satu tes untuk mencapai tujuan itu tidak begitu akurat juga.

"Oke, Secara sistem, bukankah hal itu merupakan Tugas Parpol, tugas Ulama, tugas Pemerintah, tugas kelompok-kelompok belajar, tugas ormas intelektual yang secara bersama-sama secara random untuk menemukan siapa kualitas terbaik di bangsa ini. Bagaimana kamu melihatnya selama 10 tahun belakangan ini, apakah tugas dan fungsi insitusi menyeleksi kualitas terbaik berjalan atau tidak?". 

sistemnya tidak balance, seharusnya untuk menentukan kualitas terbaik dimanapun dikolong langit indonesia, harus punya kesempatan muncul yang sama.  Masalahnya sekarang adalah kesempatan untuk menjadi kualitas terbaik itu tidak sama. Bukan berarti kita tidak memiliki kualitas terbaik,  kita punya Kualitas terbaik.  Tetapi,  dia tidak mendapatkan akses ruang,  akses ekonomi,  akses koneksi  untuk naik tahta. Sementara yang memiliki seluruh komponen tersebut, sekalipun bukan kualitas terbaik sangat mudah naik tahta. Mengapa?.  Karena memang Sistem kita, belum bisa memberikan equal opurtunity untuk manusia tumbuh.  

"siapa atau golongan apa yang paling bertanggung jawab untuk menemukan Kualitas terbaik ini? ". 

Bukan menumbuhkan yah,  tetapi Membuat sebuah sistem agar semua potensi manapun bisa muncul dengan mudah.  Mau seseorang itu dipinggiran atau ditengah kota, harus punya potensi yang sama. Dan yang paling punya peran dan kekuatan menemukannya adalah pemerintah.

"tapi, bukankah pemerintah sebenarnya adalah parpol-parpol, sampai dilevel akar rumput. Maksud saya, Orang yang tidak pantas berada di tempat yang tidak pantas sedangkan untuk orang yang seharusnya berada disuatu tempat, justru tersingkirkan di suatu tempat?".

Itu tidak pantas pada sistem yang tidak berlaku. Kenapa dia bisa naik?. Karena menurut sistem yang ada, dia pantas. Sekalipun sistem tersbut tidak kompatibel dengan Sunnatullah masa depan.  

"menurut saya, hal itu adalah gagasan kenegarawanan, bukan gagasan politik. Jadi, harus ada simpul-simpul kenegarawanan yang membangkitkan gagasan, untuk kita ketahui, bahwa betapa pentingnya kita memunculkan putra-putra terbaik (kualitas terbaik) bangsa? ". 

Teknisnya begini, tidak usah indonesia dulu. misalnya parpol saja. Untuk menentukan kualitas terbaiknya atau putra terbaiknya, bukan pada urusan dia dekat dengan siapa, bukan dia punya uang seberapa, dsb. Itu sudah lumayan.  

"Jadi menurutmu, apa yang paling urgen yang sejatinya dilakukan oleh generasinya kita sekarang? ". 

Membuat ruang publik, yang setiap orang bisa bermain didalamnya. Equal opurtunity, yang outputnya adalah menemukan manusia terbaik. 

" Ruang publik itu bentuk kongkritnya?". 

Ruang publik yang telah saya sampaikkan sebelumnya, teknologi yang berkembang. Nah, hal ini bisa bergeser tempat, tadinya ruang publik itu adalah ruang-ruang diskusi, media masa, koran, dan seterusnya. Sekarang, ada internet yang setiap orang bisa main didalamnya, tanpa biaya. Seperti dunia maya, misalnya. Hal itu bisa membuat rule of the game baru. 

" Tapi, Faktanya bagaimana? ".

Belum ada yang membuat sistem itu, iya. Tetapi, perlu juga dimaklumi sebab, teknologi itu baru juga masuk, belum 15 tahunan. Sebab, teknologi baru yang masuk, biasanya adalah motif ekonomi dari sistem sebelumnya. Makanya, menjadi wajar saja jika Ruang publik sekarang bukan bermotif menemukan manusia terbaik, tetapi menjadi motif ekononi, make sense. Karena memang evolusinya sedang disitu.  

"Hal yang terpenting sekarang adalah bagaimana generasi yang paling baru mencari konstruksi ruang publik, sebagaimana manusia pertama untuk menemukan berbagai macam formula, yang titik utamanya adalah membuka kesempatan untuk menemukan dan menumbuhkan manusia terbaik? ". 

Yah, efeknya adalah muncul putra terbaik atau kualitas terbaik atau manusia terbaik. 

"jadi mestinya setiap parpol, pikiranya harus demikian, yah?".

Sependek pemahaman saya, soal parpol itu idealnya mereka berkumpul karena menjaga sebuah ideologi, yang dijadikan sebagai kerangka sikap. Nah, make sense dari parpol ialah mencari putra terbaiknya. 

"iya harus, bukankah mereka selalu mengaku untuk indonesia, untuk Rakyat. Mengakunya selalu demikian. Baik itu parpol ataupun ormas-ormas". 

Problemnya, jika dia parpol atau apapun adalah identintas utama dari sebuah kumpulan adalah kumpulannya, bukan indonesianya. Jadi, jika manusia terbaik atau putra terbaik bukan dari kumpulan tertentu, maka dia tidak akan di terima. Nah, inilah kekanak-kanakan kita dalam berkumpul. Sehingga, saya membayangkan, kita perlu berapa puluhan tahun lagi untuk sebuah kedewasaan publik, bahwa untuk menemukan manusia terbaik atau putra terbaik, tidak harus datang dari teman kita, keluarga kita, ras kita dan dari agama kita. Karena efeknya akan berbalik ke kita juga.

Hal itu merupakan kelemahan mental dan psikologi manusia secara internasional. Saya membayangkan kondisi tersebut. seperti ini ; kondisi mental kita seperti manusia pra sejarah, kondisi organisasi (kumpulan) kita seperti abad pertengahan. Tetapi, teknologinya sudah mendekati Tuhan. Hehehe, ini sangat tidak kompatibel.  

Nah, siapa yang bisa mengejar ketertinggalan mental dan psikologi kita yang demikian. tidak lain dan tidak bukan adalah manusia terbaik. Pertanyaan mundurnya ialah bagaimana cara menemukan manusia terbaik?. 

Misalnya, Untuk sampai kita bisa memanen padi, jagung atau tanaman apapun, tugas kita hanya menanamnya, menyiraminya dan Merawatnya. Sementara yang menumbuhkan pohonnya, kan bukan kita, yang menumbuhkan buahnya, kan bukan kita. Jadi menurutku, begitu juga siklus menemukan manusia terbaik dalam sejarah bangsa ini.  

Sekarang yang terpenting adalah bagaimana generasi kita mencari simpul-simpul diseluruh indonesia untuk fokus berpikir menemukan manusia terbaik. NALAR PINGGIRAN Telah memulainnya, sejak 2 tahun lalu. melompati arus Kebanyakan orang berpikir, demi menemukan dan menempa kualitas manusia terbaik. 

Kalau kita bicara indonesia, berarti yang ditanam adalah seluruh indonesia. Bahwa nanti putra terbaik atau manusia terbaiknya datang dari HMI, IMM, PMII, Kammi, NU, Muhammadiyah, datang dari parpol atau datang dari seseorang yang kita benci sekalipun. Itulah kedewasaan yang harus membuat kita siap atau tidak?. Sebab, kita sudah memiliki semua ormas dan Parpol besar di bangsa ini. Hanya saja, belum ada satupun yang relevan dan khusyu memberikan kualifikasi dalam menemukan manusia terbaik. 

Jika hal itu di fokuskan atau di kualifikasi. maka, semua pemimpin di bangsa ini akan muncul secara otomatis. Akan muncul secara alamiah, berdasarkan verifikasi kultural. 

Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan, sebuah contoh sejarah, bagaimana mekanisme ini membuat peradaban tersebut luar biasa, yaitu seorang "Temu Jhin". 

Temu Jhin adalah nama asli dari seorang Genghis Khan. memang dia adalah anak selir, yang tidak terlalu kuat sebenarnya. Tetapi, bagaimana sehingga dia bisa mengumpulkan banyak pasukan dan pasukannya bisa menguasai semua suku-suku dan lalu ia bisa mengekspansi dunia begitu luar biasa.  

Ada salah satu yang dilakukan oleh Temu Jhin, yang saya hendak sampaikan pada kesempatan tulisan ini. Waktu itu, semua pemimpin atau panglima atau petinggi, atau Jendral di suku-suku tersebut, harus dari darah biru. Dalam bahasa moderennya adalah oligarki. Kalau kamu bukan darah biru, maka di pastikan kamu tidak akan bisa naik. 

Temu Jhin atau Genghis Khan waktu itu, menabrak semua struktur hirarki tersebut : jika kamu ikut saya, saya tidak perduli, apakah kamu petani, nelayan, atau apapun. jika kamu jendral Hebat, naik. Jika kamu petarung hebat, naik.  

Mereka naik, Benar-benar karena kemampuan mereka masing-masing. Sehingga orang-orang yang terbuang sebelumnya, karena tidak berasal dari darah biru berkumpul kepada Genghis Khan, karena Game Fairnya adalah manusia terbaiklah yang akan naik.  

Itulah bentuk demokratisasi Ala Genghis Khan, sistem tersebut dikenal dengan Terma MERITOKRITAS. 

Bahwa seseorang naik menjadi Manusia atau kualitas terbaik, karena memang dia terbaik. Bukan karena dia Darah apa, koneksinya siapa, Uangnya seberapa, dia dekat dengan siapa.  

Lihatlah Genghis Khan dengan mongolianya, menjadi tersohor di Asia Tengah, karena ia menjalankan kualifikasi, bahwa setiap orang punya potensi menjadi Manusia terbaik.  

Artinya, kita butuh Genghis khan di indonesia. Tetapi, tidak dengan Genghis Khan yang identik dengan kebengisan dan kekejamannya. Melainkan mencari manusia indonesia yang menjalankan Sistem Meritokritas. 


*Pena Koesam
*Pejalan Sunyi
*Rst
*Nalar Pinggiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar