Mengenai Saya

Rabu, 31 Mei 2023

PANCASILA BUKAN IDEOLOGI SUNYI


Pancasila itu adalah dasar Filosofi Negara yang Digali Dari berbagai Penjuru Mata Angin. sebagaimana yang saya utarakan di Tulisan Ideopolstratak, bahwa Ideologi itu adalah ide-ide, keyakinan, gagasan yang sifatnya sistematis dan mengatur segala hal secara Kompherensif bagi Warga Negara Atau Manusianya yang hidup. bukan keyakinan Negaranya. Sebab Negara tidak mungkin berkeyakinan, Yang berkeyakinan adalah Manusianya. 

Misalnya, Jika ada yang Mau mendirikan negara Komunis, Boleh. silahkan. mau mendirikan negara Islam, Boleh, silahkan. Mau mendirikan Negara Atheis, silahkan. Karena yang berideologi adalah manusianya, yang punya Gagasan adalah manusianya. Bukan negaranya dan negara tidak bisa membatasi hal itu. Yang harus di jaga negara adalah jika gagasan dan ideologi tersebut, hendak dicapai dengan alat-alat kekerasan.

Beberapa waktu lalu, Kita Heboh, karena banyak yang bereaksi karena RUU HIP (Rancangan Undangan-undangan Haluan Ideologi Pancasila). Diseluruh dunia tidak ada negara yang BerIdeologi, kecuali Fasisme dan Komunisme yang diklasifikasi sebagai Negara Berideologi. Apakah Kita sudah mengarah Kesana, jika negara ini berideologi pancasila?.

Perlu juga diketahui bahwa Terma Ideologi, dulu digunakan Di Prancis untuk mengolok-olok orang yang tidak mampu berpikir alias Buntu, sehingga ia Fanatis terhadap sesuatu atau berpikir kepada Dogma. Ihwal itulah mungkin, sehingga Bung Karno tidak Menggunakan Terma pancasila sebagai ideologi, tetapi menggunakan Istilah "Dasar Filosofi Negara". Presiden Soeharto menyebut Pancasila sebagai "Asas Tunggal". Sedangkan MUI memberikan terma pada Pancasila sebagai "Mitsaqun Qolidho". Ayahanda Cak Nur menyebut pancasila sebagai "Kalimatun Sawa".

Artinya Pancasila adalah Kesepakatan Bersama tentang bayangan Masa depan dalam bernegara. jangan dibalik-balik. Pancasila adalah dasar Filosofi warga Negara Indonesia Yang Diramu dari berbagai penjuru Mata angin. Digali dari berbagai struktur dan jenis pikiran. Oleh karenannya, Haruskah pandang hidup suatu bangsa, otentik dari dalam tradisi sendiri?.

Kita telah memilih Demokrasi sebagai Konsensus bernegara. Didalam negara Demokrasi tidak boleh ada ideologi. Itu dulu dasarnya. Kenapa?. Karena demokrasi itu adalah kemampuan negara mengelola perbedaan. Sementara Ideologi fungsinya adalah menghalangi perbedaan. Jadi, Ideologi selalu berupaya memaksakan persatuan. Lain ceritanya jika kita tidak memilih Demokrasi. Sebab, dalam sejarah, hanya dua Negara saja yang Berideologi, jika bukan Fasisme, maka Dia pasti Komunisme. Karena memang dia hanya memaksakan persatuan, bukan mengelola perbedaan.

Dari awal kita memilih demokrasi yang artinya Kemampuan negara memelihara perbedaan. Sekarang Jika RUU HIP di gulirkan kembali, yang tadinya pegangan dalam Hidup warga negara, ada 5, diperas menjadi Trisila, kemudian diperas lagi menjadi ekasila. Jadi hanya ada satu pegangan dalam hidup warga negara. hal itu, menunjukkan ketidakdemokratisan sebuah negara. Jadi, kita melihat ada upaya mentotaliterkan kehidupan rakyat. Bolehkah?. Iyya boleh saja, tetapi kita juga harus konsekuen tentang Ide Demokrasi.

Mereka yang berteriak dibalik problem RUU HIP sebenarnya adalah mereka yang hendak menyelamatkan demokrasi. Bukan sekedar anti Negara atau penyatuan Haluan berideologi.

Kontradiksinya ialah punya Demokrasi yang dasarnya adalah mengelola perbedaan. tetapi, mau dibuatkan Ideologi yang dasarnya adalah memaksakan persatuan. Ini tidak masuk akal. Soal lain juga tentang Draf RUU HIP, jika di baca, bahwa bahan Impor pun diatur dalam ideologi Pancasila. Ngaco memang. Jadi boleh dong kita tanya, barang yang mau diImpor yang memenuhi kriteria pancasila itu apa?. 

Artinya ada komunitas yang Pancasialis dan ada yang tidak Pancasialis. Itu diatur dalam konsekuensi dari negara yang berideologi. Dia mengatur semua hal. Nanti ada jenis pacar yang Pancasialais dan tidak, pernikahan yang pancasialis yang bagaimana. Perdebatan yang Pancasialis itu yang bagaimana. Persis seperti Hitler dulu saat berkuasa, yang mengatur secara detail sampai soal-soal Psikologis manusia : Hanya boleh mengucapkan kata ini, tidak boleh kata yang itu.

Coba kita urai dan bongkar, elemen-elemen pikiran di dalam struktur Pikiran pancasila. Sebelum kita uraikkan Kenapa Hari lahir Pancasila di tetapkan 1 Juni. 

Sila 1 : " Ketuhanan Yang Maha Esa". Pertanyaannya adalah Apakah 5 agama Besar Di Indonesia itu berasal dari Nenek moyang orang indonesia?. Seperti; Islam, Nasrani, Budha, Hindu dan Konghuchu. jika kita membaca dengan tenang, Islam dan Nasrani adalah agama yang berasal dari Eropa dan timur tengah. Saripatinya tidak di gali dari bumi ini. Sedangkan : Hindu, budha, konghocu adalah agama yang berasal dari Asia.

Lalu, apa agama asli bumi kita?. Animisme, dinamisme, politeisme dan atheisme, bersama Ratusan agama lokal lainnya, itu ajaran asli Nusantara. Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah menghadapkan wajah ke langit. Sila pertama pancasila itu menganggap bahwa hanya dari Tuhan-Lah sumber kebaikan untuk manusia.

Sila kedua : "Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab". Humanisme dalam arti moderen merupakan hasil cangkokan dari pikiran barat, itulah filsafat yang mempersatukan kesetaraan Manusia. Humanis itu adalah dasar tanggung jawab untuk hidup bersama di dunia, tanpa minta bantuan langit - Tuhan. Itulah kemanusiaan yang adil dan beradab. Isi Historis "kemanusiaan yang adil dan beradab" adalah hasil revolusi prancis yaitu "liberte, Egalite, fraternite". Muh Yamin dan Bung Karno membaca itu. sehingga lahirlah Sila kedua yang kita kenal dengan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dapat diartikan bahwa berbuat baik itu tidak perlu menghadap ke langit - Tuhan. "Kalau kita berbuat baik dan berharap sesuatu dari langit, artinya kita tidak jujur berbuat baik. Itu dinamakan humanisme". humanisme adalah kritik terhadap Teokrasi. teokrasi pernah berlaku di Eropa pada abad ke 15. Kala itu, pendapat publik dikuasai otoritas Keagamaan yang bergumam, "jika prinsip seseorang tidak direstui langit - Tuhan, maka dia berdosa". Humanisme tidaklah demikian. Jika berprinsip humanisme, maka berbuat baik tidak perlu mencari pahala ke surga.

Sila pertama dalam Pancasila sebenarnya adalah Konsep Teokrasi. Sedangkan Sila kedua adalah Humanisme. Bayangkan dalam 5 sila Pancasila itu, sila 1 dan sila 2, saling bertentangan.

Sila Ketiga : "persatuan indonesia". Ide persatuan atau Nasionalisme adalah ideologi moderen. Hasil rasionalisasi pemikir Eropa, atas solusi terhadap perang agama yang berpuluh tahun di benua biru - Eropa. 'Immanuel Kant' memberi Filosofi tentang hal itu dengan terma "unity of reason" yang Berimplikasi pada "Nation state" - Negara Bangsa. Ide "persatuan" tidak sama dengan ide penaklukkan dalam sistem kerajaan, yang pernah dianut bangsa Nusantara ini. 

Sila Ke empat : "kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan". Konsepsi Demokrasi dalam Sistem perwakilan, tidak berasal dari bumi ini, Itu ide barat. Konsepsi demokrasi yang asli dari bumi ini adalah sistem Kerajaan, itu ide Nusantara. Tidak ada pilkada saat zaman kerajaan-kerajaan. Bertemu Raja, anda harus ngesot - menyembah. Suksesi Demokrasi dalam sistem Kerajaan, melalui pertumpahan darah, bukan di bilik suara.

Sila Ke Lima : keadilan sosial Bagi seluruh Rakyat indonesia. Keadilan sosial. Tidak ada hak rakyat dalam sistem kerajaan. Belas kasih adalah asas keadilan dalam sistem kerajaan yang feodalistik. Keadilan sosial adalah ideologi sosial Modern. para perumus pancasila Pasti membaca Marxisme.

(Bagian 1)

-Makassar, 17 Agustus 2020-

*Pustaka Hayat
*Pejalan sunyi
*Rst
*NalarPinggiran

- PEMBINA PANCASILA YANG SNEWEN -


Tanpa ba bi bu, tiba-tiba DP BPIP; Profesor Megawati mengucapkan selamat atas 100 tahun berdirinya PKC atau Partai Komunis China. Apa digaji Rp.100 juta dari uang rakyat buat omong begitu-begitu saja?.

Yes, tiada yang menafikan, bila Pancasila sebagai ideologi terbuka. Tapi saking terbukanya itu, tidak sama dengan bugil. Inklusivitas Pancasila ada pada kesamaan prinsip-prinsip kesetaraan dan kemanusiaan.

Apa ibu profesor plus DP BPIP ini tidak punya empati atas pemberangusan secara sadis terhadap etnis muslim Uighur oleh rezim komunis Xi Jinping?. Jelas-jelas; dehumanisasi itu bertentangan dengan prinsip-prinsip universal Pancasila dan UUD 1945, yang mana profesor Mega sebagai orang yang digaji negara/bulan Rp.100 juta untuk urus Pancasila dan UUD 1945.

Sebagai DP BPIP, seyogyanya profesor Megawati mafhum, bahwa TAP MPR tentang larangan ajaran komunis itu belum hilang atau diamandemen. Dengan demikian, biar kaki jadi kepala, kepala jadi kaki, pun tiada tempat bagi paham komunis.

Ibarat kata, komunis itu pernah hendak MEMBEGAL PANCASILA. Sebagai DP BPIP, ibu profesor mesti tahu sejarah itu. Dan ditempatkan di palung hati sebagai dasar sejarah ideologi bangsa. Pasal komunis membegal Pancasila itu tercatat lengkap hari, tanggal, bulan, tahun, pun jam, menit dan detiknya.

Ihwal komunis membegal Pancasila itu telah menimbulkan trauma yang dalam bagi kehidupan bernegara kita. Memakan korban banyak. Maka, luka lama itu jangan dikorek-korek, bila tak ingin infeksinya lebih parah.

Tetapi, memang dasar profesor snewen, karena beliau pun dalam beberapa pidatonya hendak mengacak-acak Pancasila dengan Ekasila atau apalah itu. Dia obok-obok struktur nilai dari Pancasila.

Digeserlah sila ketuhanan dari posisinya sebagai sentrum daripada ideologi Pancasila. Sebagaimana proyek ideologi dalam RUU HIP. Pada pasal 7 RUU HIP ini, dimensi “ketuhanan” menjadi sub sistem nilai yang setara dengan kemanusiaan, kesatuan, kerakyatan atau demokrasi politik dan ekonomi.

Padahal, sejatinya, kemanusiaan, kesatuan, kerakyatan atau demokrasi politik dan ekonomi adalah refleksi dari nilai-nilai “ketuhanan.” sebagai fundamental value-nya. Jadi, dia tidak equal secara konsepsinya. Sumber nilai dan akibat derivatif itu berbeda secara stand poin konsep

Jadi, barang ini jangan diplintir ke sana kemari. Karena ibarat kata, Pancasila ini menjadi suatu engagement atas KONTRAK SOSIAL POLITIK bangsa Indonesia. Kalau masih snewen dan sok-sokan mengutak atik PANCASILA, maka bisa kacau.

Teringat lah saya akan buku 'Anthony Giddens' berjudul 'Beyond left and Right'. Bahwa yang Komunis dan Kapitalisme global sama-sama telah menimbulkan duka kemanusiaan secara mondial. Beyond Left and Right, buat apa ibu profesor DP BPIP yth masih sok-sokan?.

PANCASILA adalah kesepakatan, dasar negara, pandangan hidup, Landasan filosofis dan ideologi nasional. di tangan setiap penguasa dapat menjadi alat untuk menggebuk lawan, juga mesin indoktrinasi massal. 

Tapi kita sadar butuh alat pemersatu untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara. terlebih sekarang, ketika tak ada satupun yang bisa menghalangi laju penyebaran semua bentuk pemikiran. loss doll. Kiri, kanan, tengah, progresif, konservatif, pragmatis, surga dan neraka jahanam. 

Belum pernah dalam sejarah kita, perbedaan pandangan dan sikap dengan mudahnya disebarkan ke semua arah, atas-tengah-bawah, menyusup masuk dari rumah ke rumah, ke setiap HP, ke setiap kepala layaknya udara, dan kemudian dengan ringannya manusia Indonesia menjuluki saudaranya sendiri dengan nama segala binatang; kampret, cebong, kadal gurun. Setuju atau tidak, sebagian besar pemimpin memelihara situasi itu demi dukungan di kotak suara. Sepakat atau tidak, sebagian masyarakat menikmati terseret dalam arus kebencian. Kita tak tahu ujung dari semua ini.

Apa Pancasila, dimana Pancasila?. sementara hanya kelahirannya kita rayakan terus. 


*Pustaka hayat

*Rst

*Pejalan sunyi

*Nalar Pinggiran

- SIAPA BILANG PANCASILA SAKTI ? -

 

Satu minggu sebelum hari kesaktian Pancasila, beredar video amatir, beberapa bocah entah dimana, pergi sekolah dengan perahu gabus, menyebrangi sungai yang agak deras. Di tempat yang lain, Seorang bapak di NTT, terpaksa jalan kaki berkilo-kilo meter menggendong anaknya untuk berobat, hingga bocah nestapa itu meregang nyawa.

Setali tiga uang dengan anak-anak di Kawasan Timur Indonesia, yang saban hari pulang pergi sekolah jalan kaki berkilo-kilo meter. Tak luput, ketimpangan akses Kesehatan, Pendidikan dan ekonomi sebagai pokok soal.

Menteri investasi, di semester II 2021, merilis dalam suatu pertemuan, ia katakan realisasi investasi di luar Jawa capai di atas 50%. Beberapa politisi tepuk tangan sesungguh-sungguhnya. Namun begitu BPS announce, pertumbuhan ekonomi semester II 2021, ternyata masih terkonsentrasi di Kawasan Jawa.

Tidak soal, karena secara teoritis, jumlah penduduk menjadi bobot pengungkit PDRB dari sisi komponen konsumsi/pengeluaran. Namun harus diakui, dari sisi produksi (nilai tambah), konsentrasi Industri masih berpusat di pulau Jawa.

Video bocah-bocah ke sekolah dengan perahu gabus, pun nasib malang si bapak di NTT, adalah potret ketimpangan. Gambaran bahwa disparitas pembangunan masih menganga.

Desentralisasi pembangunan belum benar-benar terbukti. Infrastruktur divide masih nganga. Politik fiskal kita melalui dana perimbangan, belum menyentuh titik ekstrim pembangunan di Kawasan Timur Indonesia. Cerita-cerita miris dalam pelbagai soal di KTI, adalah data yang mengkonfirmasi, bahwa pembangunan kita belum adil.

Mahalnya biaya investasi yang diukur dari rasio ICOR (incremental capital output ratio). NTT misalnya, ICOR-nya 10. Ini di atas ICOR nasional; 6. Artinya untuk menaikan 1 unit PDRB seharga Rp.1, butuh modal tambahan Rp.10. Tentu kondisi yang sama, terjadi di KTI lainnya.

Mahalnya biaya investasi, disebabkan beberapa faktor, diantaranya adalah konektivitas. NTT misalnya, sebagai provinsi kepulauan, infrastruktur yang berkaitan dengan konektivitas perlu akselerasi. Dengan demikian, konektivitas antar satu pulau dengan pulau lainnya terjadi. Demikian pula interkonektivitas dengan sumber daya ekonomi.

Pancasila memberikan landasan Adil pada berbagai pembangunan sektor ekonomi. Walkhusus terkait konsep “keadilan sosial,: yang terimplisit dalam sila kedua Pancasila. Kristalisasi dari sila kedua tersebut, idealnya tercermin dalam keadilan pembangunan berbagai sektor kehidupan bernegara. Pancasila bukanlah sebuah teks mati. Ia sejatinya, bisa dibumikan dalam praksis kehidupan berbangsa dan bernegara. Menjadi lebih hidup pada manifestasi nilai-nilainya.

Jika masih ada kesenjangan pembangunan antar daerah, jika masih ada sekelompok kecil orang yang menguasai 80% dari kekayaan di Indonesia, maka sebenarnya Pancasila belum sakti per se. Pancasila hanyalah sebuah manuskrip tua, yang terus dikenang setiap tanggal 1 Oktober. 


-Selamat Hari Kesaktian Pancasila-


*Pustaka Hayat
*Pejalan sunyi
*Rst
*NalarPiggiran


- DARI HTI SAMPAI ANARKO -


Saya tidak tahu, bagaimana cara mensimulisasikan mereka yang anti Khilafah di hadapan Tuhan. sebab mereka menentang konsep mendasar yang meciptakan manusia. Anti HTI berarti Anti Khilafah, lantas menyembunyikan pengetahuan bahwa Anti khilafah adalah anti Tuhan, sebab " Inni Ja'ilun Fil ardhi kholifah (sesungguhnya aku mengangkat khalifah di bumi)", adalah alamat yang di sampaikkan Tuhan dalam Qur'an. 

Ketika Tuhan menginformasikan kepada para staf-Nya, tentang Mahkluk yang ia akan ciptakan setelah menciptakan ; Malaikat, Jagat Raya, Jin dan Banuljan. Lalu, kemudian Allah melantik Seorang Khalifah.

Dalam Al Qur'an, Tuhan Tidak menyebutnya "Adam", "Manusia" atau "Insan" atau "Nas" atau "mahkluk Hibrida baru" saat melantiknya. melainkan, Lansung di sebutkan sebagai "Khalifah" (Baca; Q.S.2:30), bahkan bukan sekedar "Isim" tapi lansung "Af'al". Konsep Khilafah dengan pelaku khalifah adalah bagian dari desain Tuhan diatas kehidupan manusia di alam semesta; Skrip-Nya, Misi-Nya, Garis besar Haluan kehendak-Nya adalah desain Tuhan.

Khilafah adalah UUD Allah SWT, para wali membumikannya dan mendendangkannya di alam semesta atau Al-alamin yang harus di Rahmatkan oleh khilafah manusia. Khilafah adalah desain Tuhan, agar manusia mencapai keadilan sosial, "Rahmatal lil alamin" atau "baldatun Toyyibatun wa rabbun ghofur". Lalu, apa yang di takutkan dari Khalifah?. apalagi ummat kita telah terpecah dalam mempertengkarkan hukum ziarah kubur, celana cingkrang atau masjid sudah menjadi ajang kudeta untuk boleh tidaknya Tahlilan dan sholawatan.

Mungkin butuh 1 milineum untuk mulai takut "masuklah ke dalam Islam sepenuh-penuhnya dan bersama-sama". apalagi dunia sekarang sudah di ayomi "Udkhulu fis silmi kaffah": masuklah kedalam silmi sejauh kemampuanmu untuk mempersatukan dan membersamakan.

Hari ini jangan terlalu tegang menghadapi Ummat islam. banyak teman yang mempersempit urusan Khilafah dengan urusan Hizbut Tahrir, sedang HTI sendiri kurang hati-hati dalam mawacanakan khilafah sehingga dunia dan indonesia taunnya khilafah adalah HTI, bukan NU atau Muhammadiyah. Padahal HT atau HTI bukan penggagas khilafah, bukan pemilik khilafah dan bukan satu-satunya kelompok diantara manusia yang secara spesifik di tugasi Allah sebagai khalifah.

Setiap manusia di lantik oleh Allah menjadi khalifah, itu isyarat Al-Qur'an. saya tidak bisa menyalahkan dan membantah Allah. karena kebetulan bukan saya yang menciptakan gunung, sungai, laut, udara, tata surya dan galaksi-galaksi tanda lainnya. bahkan saya tidak bisa menyuruh jantung saya berdetak atau berhenti berdetak. Saya juga tidak mampu membangunkan diri saya sendiri saat tidur, saya tidak bisa memuaikkan sel-sel tubuh saya, menjadwal buang air hari ini atau jam, menit, detik kesekian. Bahkan cinta di Qolbu yang muncul dan bergetar begitu saja, sampai alam semesta di peluk, tanpa saya memprogramnya.

Sehingga, ketika Tuhan bilang "Jadilah pengelola bumi", saya tidak punya pilihan lain. saya cuman karyawanNya. Allah Big BossNya, meskipun Allah memberi aturan dasarnya; "Fa man sya'a falyu min, wa man sya'a falyakfur (yang beriman, Berimanlah. yang Ingkar, ingkarlah)".

Saya tidak mau kehilangan perhitungan, jika menolak regulasi bos. Saya mau kerja dimana, kos dimana, mau pakai kendaraan apa, mau bernafas dengan udara milik siapa. Jika Hal-hal seperti ini belum cukup mendalam dan rasional menjadi sebuah kesadaran individu maupun kolektif masayarakat muslim. jadi, apa yang kita takutkan dari khilafah?.

Setali tiga uang pada HTI, Stigma Kejahatan Pada Anarko itu mirip dengan Pelabelan Pada HTI yang Fundamentalis. Sama, tidak beda. Menurut 'Kakanda Yudhi Latief' dalam " Kontra Revolusi Pancasila" bahwa Penghambat Revolusi Indonesia itu Fundamentalisme agama". mungkin saja dalil yang sama bisa gunakan untuk Anarko. Tetapi Masih Menurut Yudhi latief, hal demikian Boleh dalam Spektrum Domestik, Privat. Ia menjadi terlarang Jika bersentuhan dengan Aktivitas Publik.

Saya kemudian membatin, Mengapa Pancasila Niscaya Ditafsirkan secara Tunggal?. Bukankah Pancasila Merupakan kompedium dari semua Cara Pandang Dunia. Sehingga menjadi mustahil, jika kita Membatasi sudut pandang yang lain bahkan memberi Stigmatisasi pada Cara orang Memandang.

Di Austria dan Jerman, masih ada orang yang berkeyakinan bahwa Hitler tidak mati. Bahkan masih ada sebahagian besar orang yang berpandangan Ala Fasisme Hitler. Padahal, Pahamannya sudah Usang. Itu menandakan bahwa Oraganisasinya, bisa kita bubarkan, kita bisa Labeli sebagai terlarang, orangnya bisa mati, tetapi apakah itu Garansi bahwa Sudah tidak ada orang yang berpandangan demikian. satu Hal lagi, dalam semua literatur-Literatur Epistemologi, anda tidak akan temukan adanya Penafsiran Tunggal sepanjang kebenarannya Diakui secara Universal.

Sependek pengetahuan saya, Cara-Cara yang Memasung Nalar seseorang itu tidak dibenarkan. Kita sudah berjalan Lama dengan Dinamika Pengetahuan Yang berbeda, buktinya : Bongkar saja Almanak pengetahuan, tentang Cara Pandang Yang berbeda dari para Founding. Maka kita akan temukan Khazanah pemikiran Yang sangat Luar Biasa. Membaca.

Setau saya, anarko selama ini Konsisten menemani Rakyat yang digusur dan kehilangan Rumahnya. Setau saya, Anarko menemani Petani yang diusir dari tanahnya akibat proyek Pembangunan Infrastruktur pemerintah. Setau saya, Anarko menemani para buruh dan pekerja informal yang hidup menderita karena terhempas angin kencang pembangunan yang tidak berpihak.

Jika Tidak percaya, Silahkan pergi ke semua Wilayah Konflik agraria. Disana anda akan menemukan anak-anak remaja anarko dengan telaten dan sabar mendampingi proses perjuangan Rakyat meraih keadilan.

So, saran saya kepada semua instrumen yang kerap kali memasung Pikiran orang, jangan Gegabah mengambil kesimpulan tentang Coret-Coret di Underpass Tol Malang yang Katanya Menganggu Stabilitas itu dilakukan Oleh anak-anak Anarko. Pulau Jawa ini Tidak kecil. Saya Yakin Bukan Anarko. Jadi, jangan bikin Lelucon yang tidak perlu.

Tugas Anarko memang menghacurkan Kapitalisme. menduduki alat Produksi, kalau bisa. Tapi tidak dengan menjarah milik warga. Ingat, yang bisa membantai Rakyat dijawa dan bali pada Periode 1965, meski memakai Proxy Rakyat. Hanya bisa terjadi, jika ada kekuatan politik yang terorganisir, punya Kuasa dan pegang senjata. Tidak, otomatis dilakukan Rakyat. Karena tidak ada kekuatan untuk melakukan semua itu. Sama juga dengan menjarah seluruh Pulau jawa. Anarko tidak punya kekuatan menskenariokan dan mengeksekusi semua itu.

Jika Jumlah Anarko itu Setara dengan Gabungan Banzer, Kokam, FPI dan OKP. Baru saya Percaya mereka akan menjarah seluruh Jawa. Jangankan sekedar menjarah, Kapitalisme Diindonesia akan Dilucuti juga bisa.

Timbul tanya : apakah memang anarko itu kerjanya Merampok atau menjarah?. Ini pelabelan kurang Friendly . Persis seperti Stigma Bencong pada Komunisme dan HTI Radikal bin Fundamentalis yang terus diproduksi rezim ketertiban yang mempunyai Ciri hampir mirip Fasis.

Anda Harus tau bahwa yang berada digarda terdepan menghancurkan ISIS, itu bukan Kita. Bukan TNI, apalagi Ormas-Ormas Islam. Tapi jaringan Anarko Internasional yang berada dimedan juang penghancuran fasisme (Meskipun ada Intervensi USA). Saya saja, Mohon maaf, tidak percaya kalau Misal ormas-ormas kepemudaan Di Indonesia diterjunkan ke sana, bakalan mau dan berani melawan ISIS.

Anda Boleh tidak setuju dengan Anarko. Tetapi mereka tidak pernah memprovokasi kebencian atas nama etnis dan agama. Justru sebaliknya, mereka menyerukan solidaritas atas nama kemanusiaan dan berada digarda terdepan melawan Fanatisme (Agama), kapitalisme dan Fasisme. Belum ada dalam sejarah ummat manusia, upaya perlawanan fanatisme sedemikian besar dan solid, selain yang dilakukan anarko.

Anarko atau semua tendensi politik anarkisme dimanapun memang tugasnya melawan ketimpangan sosial, kebijakan Neoliberal dan fasisme. Tapi ingat, sekali lagi : Tidak ada ceritanya Anarko mengorbankan kebencian agama dan rasial. Sebab Visinya adalah membangun kehidupan Sosial yang setara dan mengorganisasi ekonomi Politik yang demokratis (Radikal).

Tahun 90-an awal. Para petani Chiapas yang mengambil spirit perjuangan dari Emilio zapata, dan bertendensi anarkis, setelah ditindas. dengan persenjataan seadannya menduduki Ibu kota Provinsi, Critobal delas Casas. Apa yang mereka lakukan sangat mulia, menolak dan melawan penindasan kebijakan pro Investasi besar yang akan merampas tanah-tanah mereka. Bukan yang sering digambarkan secara keliru oleh pejabat Di Indonesia atau Bahkan Cendekiawan Kampus yang Malas Membaca. Mengasosiasikan Anarkisme dengan Kejahatan.

Anarkisme dan kejahatan itu beda. Zapata adalah Bacaan perlawanan yang bisa dijadikan Barang Bukti, bukan Coret-Coret di Toiletnya Eka Kurniawan. 

Konklusinya, HTI adalah organisasi yang di bangun atas dasar paham, keyakinan dan Ideologi. 'Taqiyuddin An-Nabani' melakukan study Komparatif dalam mengidentifikasi masalah ummat dan mencari solusi-solusinya dalam Al Qur'an dan sejarah. Kemudian melahirkan HTI. Lalu, di biarkan berdialektika dengan realitas. Di kemudian hari, banyak negara yang menolak. Termasuk indonesia yang telah membubarkan HTI secara Insitusi.

Lantas, Apakah HTI mati? Tidak! Dia boleh di bubarkan secara Institusi, tapi tetap ada sebagai ajaran. Baca saja soal Fasisme di italia, Nazi di jerman. Masih ada pengikutnya sampai hari ini. Ikhwanul Muslimin di mesir berkali-kali di bubarkan oleh berbagai rezim. tetapi, tetap berurat dan mengakar kuat. Demikian juga dengan PKI dan HTI di indonesia.

Orang-orang boleh bergerombol membakar identitas Organisasinya, memenjarakan Tokoh-Tokohnya dan membunuh sebahagian pengikutnya. Lalu, bersorak "Kita telah menang". Tapi mereka tak akan mampu memusnahkan keyakinan orang. Tidak bisa. Itu yang acap kali alpa, di pikiran orang yang otaknya kosong. 

Jika kita baca dalam literatur, orang yang acap memusnahkan keyakinan orang adalah dia yang bekerja untuk kekuasaan. Begitulah sejarah memberitahukannya pada kita. Di sana ada simbiosis, silahkan di interpretasikan. 

mereka lupa, bahwa Kekuasaan itu di pergilirkan. Begitupun dengan ideologi, paham atau ajaran sebuah bangsa. Tidak ada yang abadi. Dulu, kita adalah kumpulan kerajaan-kerajaan islam yang di satukan oleh proklamasi. Tidak ada harga yang mati, sebab Hanya Allah yang Kekal. 

Berorganisasi atau bernegara dalam siklus yang lebih besar seperti siklus hidup manusia. Lahir, tumbuh, besar dan mati. Karena Kata Allah "Walikulli Ummatin azal ( setiap Ummat / kelompok / komunitas memiliki ajal)". Tidak ada harga mati sebuah bangsa, entitasnya selalu dialektis. Menemukan kejayaan atau kerusakan yang berakhir bubar. 


*Rst
*Pejalan sunyi
*Pustaka hayat
*NalarPinggiran

- BAKUNIN SANG ANARKIS -

Apa yang kita pikirkan, ketika muncul diksi Anarkisme?. Mungkin saja kekerasan, demonstrasi atau kerusahan. Sekarang ini, memang Anarkisme, di konotasikan dengan Kekerasan dan cenderung negatif. Namun sebenarnya, paham ini muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap Penindasan dan Kekerasan.

Anarkisme merupakan Paham yang menentang terhadap berdirinya sebuah lembaga yang mengatur masyarakat (negara). Menurut para penganutnya, negara dengan kekuasaanya adalah penindas, yang membatasi masyarakat. Oleh sebab itu, harus di hapuskan.

Salah satu Tokoh penggagas utamanya adalah "Mikhail Alexandro Wich Bakunin". Lahir dari salah satu bangsawan Rusia 30 Mei 1811. Pada usia muda ia berhenti sebagai Perwira muda di Militer dan meninggalkan harta warisan leluhurnya, demi menjadi pejuang revolusi.

Bakunin meninggalkan Rusia, pada usia 26 Tahun dan mengabdikan diri melawan segala bentuk Tirani. Di dalam Kiprahnya, dia tidak banyak berteori seperti "Karl Marx" dan "Engels". Dia lebih banyak terjun lansung terhadap aksi-aksi pemberotntakan di wilayah-wilayah Eropa. Karena itulah, ia di sebut sebagai penganut Paham Matrealisme. Makanya, Bakunin, lebih banyak menghabiskan waktu di dalam penjara dan Pengasingan.

Setelah 12 Tahun di dalam Penjara, akibat tertangkap pada pemberontakan. Bakunin melarikan diri dan mulai mengembara keliling dunia. Pengembaraannya memperjumpakan dia dengan hampir semua Kelompok Revolusioner di seluruh dunia dan menjadikan namanya melegenda.

Hanya saja, ia tidak menginginkan dirinya di perlakukan seperti legenda-legenda di dalam sejarah pada umumnya. Ia memandang jijik terhadap penghargaan dan penghormatan kepada dirinya. Sebab, menurutnya perjuangannya ia lakukan, hanya untuk melawan segala bentuk penindasan dan bukan untuk mendapat pernghargaan.

Satu-satunya karya Bakunin adalah "Tuhan dan Negara". Tulisan ini sebenarnya, tidak sistemik dan banyak berisi gagasan yang terpotong-potong. Namun, Tulisannya banyak mempengaruhi banyak pemikir dan mengakui kebrilianan Bakunin.

Dasar pemikiran Bakunin di dalam Tuhan dan negara adalah penolakan atas otoritas dan penggunaan kekerasan dengan segala bentuknya. Dalam tulisannya, ia mengungkapkan banyak kemarahan kepada banyak pihak, yakni kepada para Pendeta, para Raja, negarawan, pemilik modal, Tentara, pejabat, polisi, sipir, algojo, pemegang monopoli, kaum kapitalis, lintah darat, kontraktor, tuan tanah, ekonom, politikus dan pengasong gula-gula. Semuanya itu menurut bakunin adalah para penyiksa yang menghisap manusia. Namun, dari semua itu dua lembaga yang paling menyiksa dan menghisap manusia adalah Negara dan Agama.

Semua negara menjadi instrumen dan pemegang hak istimewa untuk mengusai sebahagian manusia lainnya dan semua lembaga agama menjadi sekutu setia Negara dalam menaklukkan ummat manusia.

Ia mengungkapkan, sepanjang sejarah Negara memanfaatkan agama untuk melanggengkan kebodohan dan kesengsaraan mereka. Bahkan yang lebih ektrem menurut bakunin, esensi dari agama adalah penghinaan atas kemanusiaan, demi kemuliaan Tuhan.

Tuhan adalah Tuan dan manusia adalah Budak. Tuhan menjadi kebenaran, keadilan, kebaikan, keindahan, kehidupan, kekuatan. Sedangkan manusia adalah Kepalsuan, ketidakadilan, kejahatan, keburukan, ketidakberdayaan dan kematian.

Tidak Berbeda dengan negara, agama adalah pelenyapan atas kesetaraan. Oleh karena itu, berbanding terbalik dengan diktum "Voltaire". Bakunin menuturkan, bahwa apa bila Tuhan benar-benar ada, maka Tuhan harus di lenyapkan.

Bakunin, menyatakan perang habis-habisan terhadap agama dan negara. Menurutnya, agar manusia menjadi benar-benar bebas, manusia harus melepaskan diri dari belenggu spiritual yang temporal, yang menjadi milik agama dan negara dan untuk mencapai itu, seseorang harus memiliki dua kualitas yang paling berharga, yakni kekuatan berpikir dan keinginan untuk memberontak.

Namun tugas pembebasan itu tidaklah mudah, sebab menurut Bakunin, telah muncul golongan baru yang bermaksud mengajarkan orang kedalam ketidaktahuan, agar golongan tersebut menguasai mereka. Golongan yang di maksud adalah kaum intelektual. Dalam hal ini, Bakunin menunjuk Karl Marx dan para Pengikutnya. Sekalipun awalnya mereka adalah kawan seperjuangan dan berpisah ketika sampai pada titik ini.

Bakunin, melajutkan perjuangan untuk membebaskan manusia dari segala penindasan. Sedangkan Marx bersama dengan Engels dan Kelompoknya, mengembangkan Komunisme. Menurut Bakunin, Marx dan Kelompoknya tidaklah mengakhiri penindasan. Melainkan melahirkan penindas baru, yakni kaum intelektual.

Seperti pada bagian pengantar buku Negara Dan Tuhan, Bakuni lansung melontorkan kritik tajam kepada Marx. Ia mengawali Tulisannya dengan sebuah pertanyaan, siapa yang benar," kaum idealis atau kaum Matrealis?". Kaum idealis yang dia maksudkan adalah kelompok Marx dan para pemikir lainnya, sedangkan Kaum matrealis adalah dirinya dan orang yang berjuang dengannya. Dia mengajukan pertanyaan demikian, bakunin bermaksud menyatakan bahwa bagaimana pun kaum matrealis masih lebih benar ketimbang kaum idealis. Sebab, fakta lebih dulu ada ketimbang ide.

Bakunin memiliki pandanga tersendiri terhadap agama dan Tuhan. Ia memandang Tuhan sebagai pencipta yang angkuh dan pemarah. Tuhan menciptakan manusia, lalu melemparkan ke sebuah taman. Kemudian melarang mereka menyentuh buah pengetahuan, yang akan mengantar mereka menuju sebuah pemahaman tentang diri mereka sendiri. Tuhan selamanya ingin menjadikan manusia sebagai binatang buas yang merangkak dihadapannya, yang adalah pencipta dan Tuannya. Namun, Iblis muncul. Bagi Bakunin, setan adalah pemberontak abadi, pemikir bebas pertama, sekaligus pembebas dunia. Setan membuat manusia malu atas kebodohan dan ketaatan hewaninya dan menorehkan segala kebebasan di dahi meraka. Setan mendorong manusia untuk menyantap buah pengetahuan.

Dari kisah ini, bakunin mengungkapkan, 3 prinsip dasar yang mengkonstruksi kondisi esensial manusia sepanjang peradaban manusia, yaitu Kebinatangan, pikiran dan pemberontakan. Kebinatangan manusia berkaitan dengan perekonomian, baik sosial maupun individual. Pikiran manusia berkaitan dengan ilmu pengetahuan Dan pemberontakan berkaitan dengan kebebasan.

Selain itu Bakunin memandang agama, sebagai lembaga yang menciptakan imajinasi-imajinasi yang absurd tentang Tuhan dan menciptakan keyakinan yang tidak masuk akal bagi manusia. Dengan absurditas inilah, agama membatasi pikiran dan kebebasan manusia dan oleh karena itu, agama sering kali di jadikan alat oleh orang-orang, yang Ia sebut sebagai penyiksa, penindas dan penghisap manusia untuk mengusai sesamanya. Mereka semua akan mengulangi, kata Kata "Voltaire" yang terkenal, yaitu apabila Tuhan tidak ada. Maka dia perlu di hadirkan. Sebab, orang-orang mesti punya agama. Karena itu adalah katup pengaman.

Gagasan tentang Tuhan, menurut Bakunin adalah pelecutan tehadap akal manusia dan keadilan yang berujung pada perbudakan manusia dalam teori dan praktik. Oleh karena itulah, berbanding terbalik dengan Voltaire, Bakuni menyebutkan, "apabila Tuhan benar-benar ada. Maka, ia perlu di lenyapkan".

Bakunin, melajutkan bahwa semua agama itu kejam. Sebab, semua berdiri diatas genangan darah. Semuanya bersandar pada gagasan pengorbanan, yang terus menerus menjadikan manusia sebagai korban balas dendam Tuhan yang tidak pernah puas.

Kemarahan Bakunin juga di tujukan kepada Negara, baik Monarki Maupun Republik. Di bangun dengan Tujuan untuk mengatur dan membatasi manusia-manusia di dalamnya. Republik Romawi pun dibangun diatas perbudakan. Namun, Bakunin lebih memiliki pandangan yang positif terhadap Negara yang di bangun pada masa Yunani Kuno. Dimana manusia-manusia berkumpul membentuk himpunan-himpunan manusia bebas. Kemudian menciptakan kebebasan melalui seni, puisi dan Filsafat. Model peradaban seperti inilah yang hendak di ciptakan Bakunin, dimana setiap manusia di beri tanggung jawab untuk mengatur kehidupan sendiri dan menjalani kehidupan yang bebas tanpa belenggu negara.

Negara bagi Bakunin adalah lembaga yang di kuasai oleh segelintir orang, yang dianggap hebat dan dengan kehebatannya itu mengajarkan rakyat untuk hidup sesuai dengan peraturan kenegaraan dan pada akhirnya meguras diri mereka. Oleh karena itulah, setia warga negara harus menjadi abdi bagi negaranya dan negara secara diam-diam menempatkan Rakyatnya sebagai budak.

Kaum intelektual juga bermain peran di sini, sering kali dengan dalih membebaskan rakyat dari penguasa sebelumnya, mereka memprovokasi rakyat dengan ide-ide untuk melawan pemerintah. Namun, merekalah kemudian menjadi penguasa untuk menggantikan penguasa sebelumnya.

Ilmu pengetahuan dapat membebaskan, namun di tangan Intelektual. Ilmu pengetahuan dapat menciptakan belenggu baru, yang membuat manusia tetap hidup didalam kebodohan dan ketidakmengertian akan dirinya sendiri.

Buku, Tuhan dan negara. Di terbitkan setelah 6 tahun kematian bakunin, yakni pada Tahun 1882. Sebab, naskahnya di temukan diantara tumpukan surat-surat Bakunin, yang ia tujukan kepada dua anarkis terkenal, yaitu "Elisee Reclus" dan "Carlo Cafiero". Naskah buku ini tidaklah utuh ketika di temukan oleh kedua anarkis tersebut dan mereka berusaha mencari-cari sisanya, namun tidak dapat di temukan. Akhirnya, naskah yang tidak utuh tersebut, di terbitkan sebagai pamflet di Jenewa dan Di beri Judul, "Dieu ut L'Etat".

Tanpa di duga, buka karya satu-satunya Bakunin ini menjadi buku yang paling banyak di terjemahkan kedalam bahasa-bahasa dan masih di nikmati sampai saat ini, bahkan lebih dari satu abad setelahnya. 

***

Sebagaimana yang saya sampaikkan diatas, bahwa Anarkisme atau Anarko sindikalisme adalah Ideologi borjuasi kecil yang menolak ajaran Marxis tentang negara dan tidak mengakui adanya organasasi-organisasi proletart yang luas, terpusat dan disiplin. Anarkisme ini berasal dari ajaran Bakunin, Roudon, dan tokoh lainnya. Ideologi ini kerap kali menjadikan terorisme sebagai senjata dalam perjuangan kelas, dengan demikian membelokkan organisasi proletariat dari organisasi massa dan perjuangan massa. Biasanya anarkisme mempunyai pengaruh di negeri- negeri kapitalis yang berindustri kecil yang penduduknya sebahagian besar terdiri dari petani-petani. 

Kaum anarkis dengan terang-terangan melakukan tindakan-tindakan memecah di dalam gerakan-gerakan revolusioner di rusia dan spanyol, baik sebelum maupun sesudah anti frangko. Menurut Lenin, dari segi ideologi, seorang anarkis persis seperti seorang Borjuis yang terbalik. Piter Kropotkhin menejelaskan bahwa anarkisme adalah sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan, ia di mulai diantara manusia dan akan mempertahankan vitalitas dan kreativitasnya selama merupakan pergerakan dari manusia. Kemudian Ericho Malatesta berargumentasi, bahwa penghapusan eksploitasi dan penindasan manusia hanya bisa di lakukan lewat penghapusan dari kapitalisme yang rakus dan pemerintahan yang menindas. Maka, anarkisme adalah suatu paham yang mempercayai bahwa segala bentuk negara dan pemerintahan dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang mensuburkan penindasan terhadap kehidupan. Oleh karena itu segala bentuk negara, pemerintahan dan semua perangkatnya harus di hancurkan atau di hilangkan. 

Jika kita merunut ke belakang, anarkisme memiliki persinggungan pemikiran dengan Marxisme. Marxisme setelah marx dan Engels berkembang menjadi tiga kekuatan besar ideologi dunia yang menyadarkan dirinya pada pemikiran-pemikiran marx. Ketiga ideologi itu adalah pertama, Komunisme, yang kemudian di kembangkan oleh Lenin menjadi Marxisme Leninisme. Kedua adalah sosialisme demokrat yang pertama kali di kembangkan Edward Berstain yang berkembang di jerman dan kemudian berkembang menjadi Sosialis berciri khas Eropa. Ketiga adalah Neo Marxisme yang berkembang menjadi gerakan kiri baru, Berkembang sekitar 1965-1975 di univeristas-universitas di eropa. 

Walaupun demikian, ajaran Marx tidak hanya berkutat di tiga aliran besar itu, karena banyak sekali sempalan-sempalan yang menggunakan Marx sebagai basis ideologi dan perjuangan mereka, termasuk dalam hal ini adalah ideologi anarkisme. 

Anarkisme sebagai sebuah Teori Politik bertujuan mencipatakan masyarakat tanpa hirarki, baik dalam politik, ekonomi, maupun sosial. Michael Bakunin berkata, kebebasan tanpa sosialisme adalah ketidakadilan dan sosialisme tanpa kebebasan adalah perbudakan dan kebrutalan. Maka, Kaum anarkis melihat, tujuan akhir mereka adalah kebebasan dan kebersamaan sebagai sebuah kerjasama yang saling membangun antara satu dengan yang lainnya. Bahkan, Piyer Josph Roudon, sebagai pemikir yang paling berpengaruh terhadap perkembangan anarkisme yang mengecam Hak Milik sebagai Hak untuk mengeksploitasi, namun mengakui hak milik umum alat produksi. 

Anak kandung dari anarkisme adalah anarko sindikalisme, dengan tokoh utamanya adalah Rudolf Rocker. Pada pengertian yang umum, anarko sindikalisme adalah ajaran yang menolak aksi politik dan memandang serikat buruh sebagai satu-satunya bentuk Oganisasi dan pemogokan sebagai satu-satunya bentuk perjuangan yang di perlukan kaum buruh. Di dasarkan pada ajaran Utama Proudon, musuh sengit kawan sezamannya Marx, gerakan ini terutama kuat dan tumbuh subur di Spanyol, Italia dan Prancis. 

Anarko sindikalisme menimbulkan akibat-akibat yang mencelakakan bagi kaum buruh yang dalam perjuangan-perjuangan mereka. Anarko sindikalisme sebagai anak kandung anarkisme, lebih menekankan pada gerakan buruh (Labour mofment). Sindikalisme dalam Bahasa Prancis berarti Trade unionusme. Kelompok ini berpandangan, bahwa serikat-serikat buruh mempunyai kekuatan dalam dirinya untuk mewujudkan suatu perubahan sosial dengan cara revolusioner, menggantikan kapitalisme dan mengganti negara dengan masyarakat demokratis, yang di kendalikan oleh pekerja. 

Perdebatan dan kritik terhadap ideologi anarkisme pun muncul dari berbagai kalangan pemikir Marxis, dimana ide-ide dari anarkisme dianggap mustahil terealisasikan dalam kehidupan nyata. Namun kita tetap bisa mengambil nilai dari ideologi anarkisme, bahwa penindasan dan eksploitasi, penindasan, pengisapan, perbudakan oleh satu manusia atas manusia lainnya adalah ketidakadilan lainnya yang harus di lawan. 

*Rst

*Nalarpinggiran 

Kamis, 11 Mei 2023

RAHMATAL LIL ALAMINYA MANA?

 

Tulisan ini di latarbelakangi oleh kebingunangan kebanyakan kita terhadap realitas hari ini, khususnya di Indonesia. Kita hidup di zaman dimana tidak ada lagi nabi yang akan selalu menjawab kebingunangan kita. Kita hidup di tanah yang sangat jauh dari tempat diturunkannya islam. Islam sampai di Indonesia butuh waktu dan perjalanan yang begitu jauh. Meski saya yakin bahwa al qur’an itu terjaga dan pasti ada yang menyampaikannya secara benar sesuai dengan yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. namun saya tahu bahwa ada juga yang ingin mengaburkan isinya dan menyampaikan sesuai dengan kebutuhannya saja. 

Di Indonesia, umat islam menjadi bingung karena banyaknya tokoh - tokoh agama, mulai dari India sampai Arab saudi. Mereka yang radikal mengklaim diri sebagai tentara Tuhan dan ingin memenangkan Tuhan dalam pertarungannya. Lisannya hanya diisi dengan kata ‘kafir’, ‘neraka’, dan ‘haram’. Batin kita tentu bertanya, seperti inikah lisan yang islami sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Ada juga yang mepersepsikan tentang islam cinta, mengklaim diri sebagai pemilik kebijaksaan, tapi diskusinya sangat mengutuk islam radikal. Shalatnya tidak kalah banyak dengan mereka yang tinggal di masjid, tapi perbuatannya kadang - kadang sangat berbeda dengan lisannya. 

Sebelum saya mendakukan lebih jauh tentang “wajah Rasulullah dan Di utusnya Dia sebagai Rahmatal lil alamin”. terlebih dahulu saya uraiakkan sedikit gambaran tentang Nabi - Nabi yang lain. 

Nabi secara umum terbagi dalam dua golongan, yaitu Nabi non semit (Aria dan Krisalis) dan Nabi semit (Nabi Muhammad SAW termasuk di dalamnya). 

Nabi terbesar dari kalangan Aria yaitu Zarathustra dan Budha, keduanya sangat berlawanan, dimana Zarathustra menghadapi hidup ini. sedangkan Budha lari dari Hidup ini. Nabi terbesar dari kalangan Krisalis adalah Lao Tse dan Kong Fu Tse, yang keduanya juga berlawanan, dimana Kong Fu tse memikirkan tentang masyarakat, sedangkan Lao Tse memikirkan tentang individu. 

Nabi - Nabi non semit diatas, meski memiliki perbedaan, namun ada persamaan diantara semuanya, yaitu semuanya berasal dari golongan masyarakat aristokrat : para pangeran dan bangsawan. 

Zarathustra adalah anak kepala pendeta penyembah api, setelah menyiarkan agamanya dari sebelah barat Azerbaijan sampai sebelah timur Balk dan istana raja Gushtasp. Diantara dua aristokrat bersaudara di istana itu, yang satu memberikan putrinya untuk dinikahi Zarathustra dan yang satunya mengawini putri Zarathustra. Sampai akhir hayatnya, Zarathustra menetap di kerajaan ini. 

Budha adalah pangeran dari Benares. Budha berasal dari kelas ksatria dari keluarga raja di Sakiya, promotornya adalah Maharaja Ashoka dari dinasti Magadh (300 SM), Pangeran Mahindra mempromosikan agama Budha di Srilanka, Kaisar Cina dari dinasti Tang - Mingti (100 SM) menyiarkan Budhisme di Cina, Kaisar Sotokotishi menyebarkannya di Jepang, dan Kubila Khan memasukkan budhisme ke dalam istananya. Budha bukan hanya lahir dari keluarga raja, namun juga disebarkan di keluarga kerajaan dan pangeran. 

Dua Nabi besar Cina, Lao Tse dan Kong Fu Tse. Kong Fu Tse adalah putra seorang bangsawan, sedangkan Lao Tse adalah pemegang dokumen pemerintahan di istana. 

Dari penjelasan diatas mengenai agama Non semit, sebenarnya yang ingin saya sampaikan adalah bahwa bahasa mereka yang terbiasa hidup di kerajaan, sangatlah berbeda dengan bahasa mereka yang terbiasa hidup tertindas. Entah itu Zarathustra, Nabi dari api yang dinyalakan. Budha pencari api yang dipadamkan yang dinamakan nirwana, Kong Fu Tse yang menghadapi dunia, atau Lao Tse yang membelakangi dunia. kesemuanya tinggal di lingkungan istana yang penuh dengan kenyamanan. 

Bagi Budha dan Lao Tse yang terbiasa hidup dalam lingkungan kaya yang serba ada, wajar ketika mengalami kebosanan sehingga memutuskan untuk lari darinya, bahkan dari dirinya sendiri dan terbenam dalam cinta, penderitaan dan kebutuhan yang tidak ril, dan tidak lagi mengharap sesuatu dari bumi. 

Orang yang mengalami pedihnya lapar, haus, sakit, tunawisma, tunasandang, penindasan, pengangguran, penghisapan, kungkungan, keterbelakangan, dan ratusan penderitaan, kepedihan yang nyata, dan api panas yang tertumpah sampai ke sumsum tulangnya; Dia melihat ada ribuan kemewahan dalam hidup yang sama di atas planet yang sama dan di kolong langit yang sama. Tapi, dia tersingkir darinya, maka dia tidak akan pernah memikirkan dan melihat dunia sebagai kehampaan. 

Orang yang duduk tanpa baju dan tanpa makanan di kedinginan dan memandang wajah tak berdosa anaknya yang menderita dengan bibir gemetar yang membiru dan air mata di sudut matanya telah membeku, tidak akan pernah pergi mencari nirwana seperti yang dilakukan Budha, sang pangeran dari Benares. 

Bukanlah secara kebetulan, segera setelah penunjukan misi kenabiannya, Nabi - Nabi ini langsung mengambil rute ke istana raja - raja, sehingga mereka memulai misi mereka dalam masyarakat, di bawah naungan perlindungan raja. 

Nabi - Nabi semit berbeda dengan Nabi - Nabi non semit, mereka semuanya termasuk kelas rakyat jelata, kelas paling bawah dari masyarakatnya - Orang Pinggiran. Mayoritas dari mereka adalah penggembala dan beberapa dari mereka adalah pengrajin, seniman dan tukang (Nabi Nuh adalah tukang kayu dan Nabi Daud adalah tukang besi). 

Bukan kebetulan bahwa setelah mereka ditunjuk sebagai pembawa misi kenabian. maka, golongan tertindas dan para budak sahaya berbanjar di belakangnya dan segera memutuskan hubungan dengan para aristokrat, raja - raja, pedagang, budak, pendeta, saudagar, dan kaum kaya yang berkuasa. 

Tugas mereka bukan berlindung pada kekuasaan yang ada. tetapi, menyatakan perang terhadapnya. Nabi Ibrahim dengan sekonyong - konyong mengambil kampak dan datang ke kuil dan menghancurkan berhala - berhala. Dalam sejarahnya, kita temukan kisah penganiayaan, api dan pembakaran di api. Nabi Musa dengan jubah buruk dari bahan kasar yang sobek - sobek dengan tongkat gembala yang tidak mulus, ditemani saudaranya dari gurun, memasuki kota dan langsung menuju istana Fir’aun dan menyatakan perang terhadapnya. Dalam sejarahnya, kita temukan kisah perjuangan melawan Fir’aun, Qarun, Bal’am Baur dan pembebasan kaum Yahudi dari perbudakan, serta hijrah total dan pembentukan masyarakat merdeka di negeri yang merdeka. 

Nabi Isa, seorang pemuda kesepian tanpa kedudukan sosial, sebagai nelayan tak dikenal di pantai Laut Merah, tetiba mencanangkan diri melawan kaisar dengan pukulan rohani dari jiwa yang murni dan luhur, meruntuhkan kekaisaran Romawi yang liar dan pemakan manusia. Dalam sejarahnya adalah riwayat pengejaran dan pembantaian massal. 

Rasulullah Muhammad SAW, seorang pemuda yatim yang biasa menggembala biri - biri orang Makkah, tetiba turun dari tempat berkontemplasi dirinya di Gua Hira dan menyatakan perang terhadap para kapitalis, pedagang budak Makkah dan pemilik perkebunan di Tha’if. Dalam sejarahnya, kita mendengar penganiayaan, hijrah, kehilangan tempat tinggal, dan perang suci yang berkesinambungan. (Baca : Ali Syariati, Paradigma Kaum Tertindas).

Dari latar belakang dan gambaran diatas, saya mencoba mencari jawaban dari keresahan kita semua, meski pada akhirnya hanya keresahan juga yang akan kita dapatkan. Sejarah telah menceritakan kepada kita bahwa ciri pembawa risalah Tuhan bagi agama Ibrahim (semit) adalah datang dengan segala kesederhanaanya, bukan dengan kemewahan. Ketika diangkat menjadi Nabi, mereka langsung berbaris bersama kaum - kaum Pinggiran (Mustad'fin - tertindas) dan melawan sang penindas. Saya mencari orang yang semacam itu diantara tokoh - tokoh agama yang ada dimasa sekarang. tapi sebagian besar dari mereka hanyalah sama - sama penindas yang saling mencari kesempatan untuk menindas, lalu pihak yang kalah akan berteriak bahwa mereka tertindas. 

“Guru adalah mereka yang hidup setara dengan muridnya, bukan yang mengambil jarak untuk dihormati dan ditakuti”. Bisikan dari seorang yang tak kukenal itu masih terngiang - ngiang di telingaku. 

Dalam kebingungan kita mencari teladan untuk bisa kita andalkan dalam pencarian ini, satu persatu dari mereka mengecewakan kita. Saya teringat pesan dari seorang kakak pada saya, “Ais, jangan sandarkan dirimu pada manusia, karena engkau akan kecewa saat dia berbuat kesalahan”. 

Di masa yang masing - masing mengklaim diri sebagai pemilik kebenaran, jika guru yang di andalkan pun berbuat salah, lalu apa lagi yang bisa mengobati kekecewaan kita. Di masa ini, jika tokoh - tokoh agama pun ikut berbaris dalam antrian kekuasaan, lalu siapa lagi yang akan memahami keresahan kaum tertindas. Nasi bungkus telah berubah fungsi menjadi penentu ‘kebenaran’. Kuantitas telah dijadikan sebagai bukti kebenaran. 

Meski keresahan kita belum berakhir, setidaknya yang dapat kita underline adalah bahwa kedalaman agama seseorang tidak di tentukan oleh seberapa banyak pengikutnya, seberapa sering dia muncul di TV, seberapa jauh dia berasal atau seberapa banyak orang yang di islamkannya. Sebab, Islamnya Muhammad bukanlah islam kuantitas. Seandainya islamnya adalah islam kuantitas, tentu dia akan memaksa semua penduduk Makkah masuk islam saat Makkah telah di taklukkan - Fathu Makkah. 

Di Indonesia, ada dua kelompok besar islam yaitu Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah. Mereka bukan hanya besar, tapi mereka ada saat masa - masa perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari penjajah. K.H. Hasyim Asyhari (pendiri NU), jika kita melihat sejarah hidupnya, maka kita akan melihat wajah islam yang penuh cinta. Beliau bukan hanya kaya akan pengetahuan agama dan tenggelam dalam sunyinya ibadah, tapi juga ikut berjuang dengan akal dan fisiknya demi meraih kemerdekaan bangsa Indonesia. 

Begitu juga dengan pendiri Muhammadiyah, jika kita melihat sejarah hidupnya K.H. Ahmad Dahlan, maka kita akan melihat bahwa pengetahuannya telah membawanya pada kebijaksaan dan menjadi salah satu pahlawan kemerdekaan Republik Indonesia. 

Saya Pernah di tanya, Apakah Ente Nahdathul Ulama atau Muhammadiya?. Saya Jawab dengan sekenanya saja, bahwa saya "Nahdhatul Muhammdiyin". 

Landasan utama dari Konsep Nahdhlatul Muhammadiyin sendiri sebenarnya adalah benar-benar ingin mewujudkan Islam yang Rahmatan lil ‘alamin. Karena yang terjadi saat ini, Islam hanya dianggap Rahmatan bagi segelintir kelompok saja. Ada yang menganggap golongannya yang paling benar, ada yang menuduh bahwa golongan yang lain adalah salah dan seterusnya, sehingga yang terkesan saat ini, Islam tidak rahmatan lil ‘alamiin. Label “rahmat” justru hanya disematkan pada ruangan yang sempit, yang jelas lebih sempit dari alam semesta ini.

Misalnya, Saat Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, menghadapi segala persoalan yang ada saat itu, yang dilakukan oleh Rasulullah SAW di Madinah merupakan representasi dari Rahmatan lil ‘alamiin itu sendiri. Di Madinah, Rasulullah SAW menyiapkan semua perangkat yang diperlukan untuk peradaban Madinah saat itu, bukan hanya di bidang spiritual saja, melainkan juga bidang Ekonomi, Bidang hukum, Bidang politik dan aturan kehidupan bermasyarakat lainnya. Puncak dari peristiwa saat itu adalah Fatkhu Mekkah.

Jika memang kita mengidam-idamkan “Fathu Makkah” kita saat ini, yang harus kita pertanyakan terlebih dahulu adalah apakah kita sudah mempersiapkan “Madinah” kita?, apakah kita sudah benar-benar siap dengan “Fathu Makkah” kita?.

Secara Sederhana terminologi 'Rahmatan Lil ‘Alaamiin, bisa juga diartikan bahwa rahmat itu tidak hanya lil muslimiin saja, lil mu’miniin saja, lil muhammadiyin saja atau lil nahdhliyin saja. Tetapi, benar-benar lil ‘alamiin, untuk alam semesta. Pemahaman Rahmatan lil ‘alamiin ini harus di sadari bahwa Islam bukan hanya rahmat bagi Islam itu sendiri, tidak juga hanya untuk penduduk bumi saja, melainkan benar-benar rahmat untuk alam semesta dan yang ada di dalamnya, termasuk makhluk-makhluk Allah, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. 

Dalam dimensi yang lain kita mendapati bahwa gula itu manis dan api itu panas. ketika kita menemukan gula. Tetapi, tidak manis, maka bisa jadi itu bukan gula. Namun, kita harus tetap memiliki kesadaran bahwa manis itu tidak hanya berasal dari gula saja. “Jadi mungkinkah rahmatan lil ‘alamiin itu muncul dari yang bukan muslimuun?”.

Saya mendambakan Sebuah Komunitas atau Ruang Belajar yang menjadi produsen Rahmatan lil ‘alamiin, sehingga setiap orang yang berhubungan dengan komunitas tersebut memiliki tanggung jawab sosial bahwa dirinya melalui output sosialnya berupa akhlak, perilaku, dan sebagainya menjadi rahmatan lil ‘alamiin, setidaknya rahmatan bagi orang-orang di sekitarnya. Sehingga dalam Komunitas tersebut pun tidak di persyaratkan siapa dia, dari mana dia berasal, bahkan sampai agamanya apa, tidak dipersoalkan. Karena yang menjadi landasan berfikirnya adalah kebaikan dalam dirinya yang menjadi produk sosialnya di mata masyarakat.

Rahmatan lil ‘alamiin itu bukan hanya sholatnya atau puasanya seseorang saja. Melainkan ia adalah produk dari proses seseorang yang melatih dirinya, menempa dirinya. ketika ia sholat atau ketika ia berpuasa. Kesalahpahaman manusia saat ini adalah bahwa agama diletakkan di ruang etalase, sehingga semua berdebat untuk mengaku siapa yang paling benar. Seharusnya, agama merupakan produsen dari sebuah produk yang diletakkan di etalase, sehingga tidak ada perdebatan apakah produk itu dibuat oleh NU, Muhammadiyah, LDII atau golongan yang lain, selama produk itu sehat dan halal. maka, kita tidak akan memperdebatkan siapa yang memproduksinya.

Dalam terminologi yang lain, agama itu seperti seorang istri. Seorang suami tidak perlu memperdebatkan bahwa istrinya adalah yang paling cantik di hadapan laki-laki lainnya yang juga sudah memiliki istri masing-masing. Karena istri adalah bagian dari nyawa seorang suami, bahkan seorang istri juga merupakan aurat bagi suaminya, sehingga tidak perlu seorang suami mempertandingkan istrinya dengan istri orang lain. Mengapa?. Karena, Yang terjadi saat ini, orang mempertandingkan agama yang dianutnya dihadapan orang lain yang juga memiliki keyakinan sendiri terhadap agama yang dianutnya. Yang terjadi saat ini adalah seorang suami memaksakan laki-laki lain untuk bersepakat bahwa seorang wanita yang cantik adalah yang wajahnya bulat, hidungnya mancung dan sebagainya, padahal setiap orang memiliki selera yang berbeda.

Ada 3 jenis output dari Rahmatan lil ‘alamiin dalam diri seseorang. pertama, dia tidak merepotkan orang lain. kedua, bermanfaat untuk orang lain. ketiga, bermanfaat bagi seluruh alam semesta. Coba kita berfikir secara logis. Dalam sebuah ayat di Al Qur‘an dijelaskan, "wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil ‘alamiin". Dari ayat ini dijelaskan bahwa Rasulullah Muhammad SAW tidaklah diutus sebagai rasul melainkan untuk menjadi Rahmatan lil ‘alamiin. Saya menangkap pesan dari ayat ini dengan logika sederhana, bahwa jika memang Nabi Muhammad SAW ini sebagai rahmatan lil ‘alamiin, maka ada sebuah sistem yang di tinggalkan dan di wariskan oleh Nabi Muhammad SAW kepada ummat manusia, bahkan untuk alam semesta. 

Anggaplah bahwa Rahmatan lil ‘alamiin ini adalah sebuah sistem. Sehingga memungkinkan apabila sistem tersebut berjalan, maka orang-orang yang berada dalam sistem itu menjadi agen-agen yang tidak hanya menyebarluaskan, tetapi juga menumbuhkan dan menyuburkan Rahmatan lil ‘alamiin itu sendiri.

"Dengan sistem itu (Rahmatan lil ‘alamiin), selain kita selamat dan berguna, dalam rentang hidup, kita juga selamat dan berguna dalam rentang nyawa kita”. Rentang hidup yang dimaksudkan adalah rentang waktu sejak manusia lahir dari rahim ibu, sampai kelak di cabut nyawa kita, kemudian mati secara fisik. Sedangkan rentang nyawa adalah sejak pertama kali ruh ditiupkan (muncul kesadaran) hingga kelak kembali kepada Allah SWT. 

Ketika sistem Rahmatan lil ‘alamiin ini kita sepakati sebagai sebuah sistem untuk menjadikan manusia aman dihadapan Allah. maka, untuk mewujudkannya dan menjalankan sistem ini, diperlukan sebuah metode dan analisis yang sangat mendalam, di tengah kesulitan yang kita hadapi saat ini dalam mencerna seperti apa sistem Rahmatan lil ‘alamiin yang di kehendaki oleh Allah sebenarnya.

Kesulitan yang di hadapi oleh manusia saat ini bukan hanya soal apakah ia sudah bertemu dengan Tuhan atau belum, melainkan dalam proses perjalanan menuju Tuhan itu sendiri manusia harus berhadapan dengan berbagai macam mazhab dan golongan yang mengaku dirinya paling benar. 

Padahal “Rahmat” itu sendiri bentuknya tidak bisa di identifikasi dengan detail, bahkan tidak selamanya menyenangkan. Dalam satu momentum, hancurnya sebuah pohon bisa saja menjadi rahmat bagi pohon itu sendiri atau juga bagi makhluk yang ada di sekitarnya. Salah satu contohnya, ketika pohon di tebang, kemudian kayu dari pohon tersebut di olah menjadi barang yang baru seperti meja, misalnya. Seperti halnya anak kecil, kasih sayang yang dia harapkan atau dia dambakan mungkin hanya sebatas tamasya bersama keluarga ke kebun binatang atau terwujud dalam sebuah mainan yang di belikan oleh orang tuanya. Artinya, setiap manusia akan menemukan dimensi-dimensi yang berbeda dalam menemukan rahmatnya sendiri.

Selayaknya sebuah alat atau media, maka sistem Rahmatan lil ‘alamiin ini juga sudah di siapkan buku panduannya; Al Qur’an. sebuah metode bagaimana menerapkan sistem Rahmatan lil ‘alamiin dengan menggunakan buku panduan Al Qur‘an.

Dalam Islam, ketika seseorang akan membaca Al Qur’an salah satu syaratnya adalah dia harus suci (bersih dari hadats kecil maupun besar), dalam sebuah ayat disebutkan, "Laa yamassuhu illa-l-muthohharuun". Secara kasat mata, untuk bersuci dari hadats kita bisa menggunakan Wudhlu untuk bersuci. Ketika kita berwudhlu, Islam pun mengatur sedemikian rupa kalsifikasi air yang boleh digunakan untuk berwudhlu. Jenis air yang diperbolehkan untuk berwudhlu di antaranya adalah air mutlak (kudus) dan air musyammas (terjemur matahari). Sedangkan air yang tidak boleh di gunakan untuk Wudhu di antaranya adalah air musta’mal (yang sudah terpakai) dan air mutanajjis (yang tercampur dengan najis).

Proses Wudhu seharusnya tidak hanya membersihkan secara fisik (kasat mata) saja, melainkan juga mampu mensucikan pikiran dan hati seseorang yang telah berwudhlu. Ketika kita akan membaca Al Qur’an, setelah di awali dengan berwudhu. maka, kita sudah berada dalam situasi kesucian pikiran dan hati. Sehingga Al Qur’an benar-benar akan memberikan petunjuk kepada yang membacanya itu, bahkan bisa jadi memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini ada dalam pikiran kita dan informasi yang terambil dari Al Qur’an akan kita dapatkan secara tepat dan akurat sesuai dengan kebutuhannya yang relevan.

4 jenis air diatas coba kita Ilustrasikan kedalam cara berfikir manusia. Air mutlak digambarkan dalam ruang fikiran yang jernih. Yang dimaksud dengan fikiran yang jernih atau murni adalah ketika cara berfikir manusia atau akal itu sendiri dibiarkan menemukan pengetahuan dengan kemurnian berfikirnya sendiri. ketika kita mencari tahu, kita tidak hanya investasi pendapat atau asumsi dalam fikiran, yang dilakukan adalah melihat data dan mengumpulkan konsistensi data tersebut. Dalam ranah ilmu pengetahuan, lambang kesucian ini, bisa diibaratkan seperti Matematika. Dalam matematika 2 + 2 = 4, manusia tidak memiliki peluang untuk berdebat, berdiskusi atau bernegosiasi untuk kemudian merubah hasil dari 2 + 2 menjadi selain 4.

Air Musyammas jika digambarkan dalam cara berfikir manusia adalah sebuah cara berfikir yang tidak hanya menggunakan akal secara murni, tetapi sudah dipengaruhi oleh faktor yang lain. Misalnya, bagaimana manusia mencari pengetahuan melalui manusia yang lainnya, sehingga cara pandangnya sudah terpengaruh oleh orang lain yang kita temui itu. Dalam terminologi ini seorang manusia sudah melakukan investasi pendapat dan asumsi tentang apa yang kita cari ketika berfikir. Dalam ilmu pengetahuan, cara berfikir seperti ini adalah Fisika. Dalam Fisika, setiap eksperimen yang dilakukan berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya sudah ada, tidak murni sebagai eksperimen yang berdiri sendiri, tanpa campur tangan pengetahuan sebelumnya. Sehingga yang terjadi adalah pengetahuan yang selalu berkembang.

Air musta’mal adalah cara berfikir, ketika kita menggunakan tafsir-tafsir orang lain yang digunakan untuk memahami sebuah pengetahuan. Misalnya dalam Ilmu Tafsir Al Qur’an itu sendiri dimana saat ini kita dihadapkan dengan berbagai jenis buku tafsir, menurut ulama-ulama yang jumlahnya sangat banyak, ada Tafsir Ibnu Katsir, ada Tafsir Jalalain, ada Tafsir Al Misbah dan sebagainya.

Metode ini, tidak bisa digunakan manusia lain selain penulisnya atau pentafsirnya sendiri untuk “berwudhlu” dihadapan Tuhan. Bahwa kemudian kita menggunakan metode si pentafsir dalam menafsirkan sebuah pengetahuan itu adalah sebuah cara, tetapi hasil tafsiran orang tersebut tidak bisa digunakan oleh kita, karena tafsirnya itu sudah menjadi media bagi si pentafsir untuk “berwudhlu” dihadapan Tuhan sebelumnya, sehingga ia adalah seperti air musta’mal. Ia adalah hasil perasan sebuah pengetahuan yang sudah digunakan oleh si pentafsir.

Jenis air yang keempat, Air mutanajjis, jika dalam istilah air, ia adalah air yang sudah terkontaminasi oleh kotoran. Dalam rangkaian cara berfikir, air mutanajjis adalah cara berfikir yang sudah terkontaminasi oleh motif dan tujuan sumber pemberi informasi. Yang paling dekat dengan istilah air mutanajjis dalam kerangka berfikir ini adalah informasi dari media massa dan Lini masa. Karena informasi di media massa dan lini massa saat ini hampir semuanya mengandung pembiasan, tujuan dan agenda-agenda dari penulis informasi atau yang berkuasa dalam corong informasi yang kita sebut media massa itu sendiri.

Bukan berarti kita menolak 100% kepada informasi yang diberikan oleh media massa, tetapi yang harus disadari adalah bahwa informasi dari media massa tidak bisa kita gunakan untuk “berwudhlu” dihadapan Tuhan, layaknya air mutlak atau air musyammas tadi. Yang paling mungkin dilakukan dari informasi yang didapatkan dari media massa adalah menyaringnya dan mensucikan kembali informasi tersebut. Sehingga sangat mustahil manusia akan menjadi Rahmatan lil ‘alamiin jika air yang kita gunakan untuk bersuci ketika membaca buku manual Al Qur‘an adalah air mutanajjis.

“Semakin dekat kita bersuci kepada Tuhan, maka akan semakin dekat posisi kita untuk bisa mengejawantahkan Rahmatan lil ‘alamiin di dunia”.

Apa yang saya sampaikan merupakan bentuk air musta’mal, sehingga berpulang kepada kita saja yang mengolahnya kembali dan meng-ijtihadi, bahkan kita harus memiliki daulat dalam diri kita sendiri untuk menggunakan metode apapun. ketika kita memiliki kemerdekaan dalam mengambil ilmu pengatahuan yang ada, baik dari Al Qur’an, alam atau dari diri sendiri, kita akan memiliki kemampuan yang lebih jelas lagi dalam menentukan diri kita untuk menjadi agen Rahmatan lil ‘alamiin, sekaligus untuk “berwudhlu” dihadapan Tuhan. Tetapi, kita harus tetap waspada terhadap informasi-informasi yang sampai kepada kita, sehingga pada sebuah momentum kita bisa mencapai tingkatan “air mutlak” dalam menggunakan Al Qur‘an untuk menuju sistem Rahmatan lil ‘alamiin.

Misalnya, kita coba elaborasi ayat Al Qur’an yang berbunyi, "wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil ‘alamiin". 

Saya Memiliki pemahaman yang mungkin berbeda dengan kebanyakan orang. Dalam ayat ini yang saya pahami adalah konteks Rahmatan lil ‘alamiin ini bukan sosok Muhammad-nya, melainkan peristiwa Allah mengutus Muhammad menjadi Rasul di muka bumi ini yang kemudian diejawantahkan menjadi Rahmatan lil ‘alamiin. Dalam kalimat illa rahmatan lil ‘alamiin dalam ayat ini kemudian menjadi sebuah pakem bahwa diutusnya Muhammad SAW sebagai Rasul adalah untuk menjadi Rahmatan lil ‘alamiin itu sendiri, dan dapat di pahami dari ayat ini bahwa Nabi Muhammad SAW juga menjadi Rahmat tidak hanya untuk umat Islam saja, melainkan untuk seluruh alam semesta ini. Sehingga dalam pemahaman yang lebih luas lagi bahwa Islam adalah satu-satunya yang Rahmatan lil ‘alamiin, seandainya ada elemen dalam Islam yang kemudian membuat dirinya tidak Rahmatan lil ‘alamiin, maka dia bukan Islam.

Saya pernah membaca sebuah artikel, tentang pengalaman seorang ulama yang menghadiri sebuah pertemuan dengan beberapa Ulama di Jawa Timur, saat itu mereka membahas sebuah tema, tentang dibolehkannya membunuh orang yang murtad. Beberapa Ulama yang membolehkannya menggunakan sebuah landasan peristiwa ketika Khalifah Abu Bakar Ashiddiq membunuh orang-orang yang murtad.

Setelah saya Baca artikel tersebut, saya berpikir, mestinya kita mengambil sudut pandang lain, mengapa Abu Bakar Membenarkan Membunuh Orang yang murtad?. Saya melihatnya, saat itu Abu Bakar adalah seorang Khalifah, sehingga kita harus memposisikan dirinya sebagai pemimpin ummat, Abu Bakar berada dalam ruang jabatan politik. Penyebab dibunuhnya orang-orang murtad oleh Khalifah Abu Bakar saat itu, karena mereka dianggap sebagai gerakan separatis yang berpotensi mengganggu jalannya roda pemerintahan dibawah kepemimpinannya saat itu, sehingga landasan utama membunuh orang-orang murtad tersebut bukan karena kemurtadannya, melainkan potensi separatisnya yang mengganggu pemerintahannya Dan hal ini tidak bisa dijadikan sebagai landasan agama. 

Kalaupun kemudian menjadi landasan pemikiran politik, itu merupakan suatu hal yang masih mungkin dilakukan, karena setiap penguasa politik pasti memiliki sensitifitas yang tinggi terkait ancaman terhadap kekuasaannya.

Nabi Muhammad SAW benar-benar mengaplikasikan konsep Rahmatan lil ‘alamiin ini selama hidupnya, ketika beliau masih muda beliau sudah diberi gelar Al Amiin, sehingga banyak sekali orang yang sangat percaya kepada beliau. Begitu juga ketika sudah dilantik secara resmi menjadi Rasul, beliau tidak pernah dendam kepada orang-orang yang menyakitinya, bahkan seorang Abu Jahal sekalipun ketika sakit justru Nabi Muhammad SAW adalah orang yang pertama kali menjenguknya. 

Artinya, apabila landasan berfikir dibunuhnya seseorang karena kemurtadannya, maka hal ini jelas akan bertentangan dengan konsep Rahmatan lil ‘alamiin.

Terkait kesalah fahaman pemaknaan kata Jihad, saya menduga salah satu akibatnya adalah kesalah pahaman pembelajaran kita dalam Kitab Fatkhul Mu’in. Dalam Kitab tersebut dinyatakan bahwa Jihad hukumnya Fardlu Kifayah dan harus dilaksanakan minimal setahun sekali. Salah satu kesalahan pemahamanannya adalah bahwa Jihad hanya dimakanai dengan memerangi orang kafir dengan berperang menggunakan senjata. Ada hal yang cukup membahayakan menurutku. tentang kesalahan penafsiran Jihad dalam kitab ini, pertama; Jihad ditafsirkan sebagai kegiatan memerangi orang-orang kafir dalam bentuk peperangan. Kedua; jihad dihukumi dengan fardhlu kifayah, sehingga apabila tidak ada satupun umat Islam yang melakukannya, maka seluruh umat Islam di dunia akan berdosa.

Tidak mengherankan ketika banyak ulama-ulama yang kemudian terinfiltrasi oleh sekelompok golongan atau aliran yang menyaurakan propaganda bahwa Jihad adalah memerangi orang-orang kafir. Kitab Fatkhul Mu’in ini sendiri merupakan sebuah kitab yang dikarang oleh bukan orang Arab, melainkan oleh orang India. kata Jihad ini juga perlu ada pembahasan ulang lagi, sehingga kita dapat mendefinisikan kembali apa hukum berjihad dan peristiwa apa saja yang memang kemudian dapat disebut sebagai Jihad. kitab-kitab kuning disusun di belahan bumi Arab yang situasi dan kondisinya tidak sama dengan Indonesia, perlu pengkajian ulang untuk memahami apa yang dituliskan oleh ulama-ulama dalam kitab-kitab tersebut.


*pustaka Hayat
*Rst
*Nalar Pinggiran
*Pejalan sunyi

SERIAL DISKUSI


Sejak Satu sampai Dua jam, beberapa diskusi merebak di pojokan Sebuah Warung Kopi. Topik yang mereka diskusikan Lumayanlah. Saya yang sedari tadi sedang bermain catur dengan Senior, cukup menikmati perdebatan Hangat mereka. Beberapa diantara mereka, cukup karib dengan saya. 

saya sudah menduga, mereka akan mengafirmasi bahan diskusi mereka ke saya. tetapi, saya tetap Khusyu bermain catur. Karena, posisi saya telah unggul 2 - 0 dari senior. 

Topik yang mereka diskusikan sangat Random - acak. Seputar Syariat dan Ibadah yang pelaksanaannya sangat teknis. Tetapi, ada satu hal yang saya Garis bawahi dari semua Topik yang mereka diskusikan. 

Hari semakin gelap, gerimis tak kunjung redah. Suara panggilan adzan magrib terdengar Sayup dari Corong masjid. Senior saya berhasil Memperkecil ketertinggalannya menjadi 2 - 1. Saya Undur diri ke Masjid sebentar. 

Sepulang Sholat. Tanpa Ba bi bu, saya di todong  pertanyaan (kandang Paksa Istilahnya). Awalnya saya enggan Bicara Banyak, sebagaimana Lazimnya saya belakangan ini - Bagaimana menurutmu Jika Allah di identikkan dengan sifat-sifat Yang kurang Baik, seperti Maha pemakar, Maha Penipu, Maha Jahat, dsb.

Untuk menunjukkan bahwa Allah sebenarnya Maha Jahat, salah satu diantara Mereka menukil Kisah perjalanan Nabi Musa Dan Nabi Khidir. Semua yang di lakukan Nabi Khidir adalah betuk ketidaklaziman, yang di gugat oleh Nabi Musa - Membocorkan Perahu, Membunuh anak kecil dan Memperbaiki Gubuk reot. Setelah semua yang di Lakukan Nabi Khidir, Nabi Musa menguggatnya - Mengapa engkau melakukan semua itu, apalagi Etape saat Nabi Khidir membunuh anak kecil. Sangat tidak masuk akal. 

Jawaban Nabi Khidir adalah, "sesungguhnya apa yang aku lakukan bukan atas dasar kemauanku. Tetapi perintah". Artinya, Allah memberikan legitimasi terhadap pembunuhan. Bagaimana itu?.

Diskusi yang alot ini sebenarnya, mengingatkan saya, seputar diskusi yang sama beberapa waktu lalu dengan seorang perempuan. 

seusai saya menjelaskan sifat-sifat Allah yang sempurna, kawan perempuan saya ini bertanya ; Kak, Tadi kita menjelaskan tentang sifat-sifat Allah yang sempurna. Nah, Beberapa hari yang lalu, ada kawan saya bertanya ke saya, kebetulan kawan saya ini baru belajar - belajar Al Qur'an, Tafsir dan lain sebagainnya ; Apakah Allah itu boleh di Sifati dengan sifat-sifat yang kurang baik, seperti Makar, penipu atau Yang lainnya. Kawan saya juga mengutip ayat, "Wa ma karu wa ma karullahu wallahu Yas urun". Selain itu, dia juga menukilkan ayat serupa, yang menunjukkan bahwa Allah Maha menipu?. Saat itu kawan saya agak Ngotot dan saya juga tidak bisa menjawab. Barangkali kita bisa menjawabnya?.

Dalam Menjawab soal-soal seperti itu rileks saja dan Kamu harus berterima kasih sama yang bertanya, karena dia menganggap kamu pintar. Hal itu suatu prestasi, sebab tidak semua orang bisa di tanya. 

Diantara sisi Ekstrem atau Sisi Buruk dari Ilmu Balagho, Kalau kita tidak memahami ilmu balagho, maka kita akan mengatakan Al Qur'an ini bohong. Karena kita tidak tahu Tasbih itu apa. Misalnya, Allah memaklumatkan di dalam Al-Qur'an bahwa orang kafir itu, "Tsummum bukmum umyun (Tuli, bisu, buta). Kalau kita tidak memahami ilmu Balagho kita akan bingung, karena Faktanya orang kafir tidak tuli, tidak bisu dan tidak buta. Tetapi, kalau kita memahami ilmu balagho, kita akan paham bahwa hal itu adalah "Tasbih Balligh" - Perumpamaan (kesustraan) yang sempurna. 

Misalnya, kalau orang memuji Nabi dengan kalimat, "Anta Kassyamsyi - kamu ibarat matahari", hal itu itu kurang keren. Maka, huruf "Kafnya" di buang, sehingga kalimatnya menjadi "Anta Syamsun Wa Anta Badrun - kamu matahari dan kamu Rembulan". Hal ini Sama dengan saat kita memuji pasangan kita, kalau kita cuman bilang "Kamu Ibarat bunga", itu kurang keren. Ketimbang kita mengatakan "Kamu adalah Bunga saya". 

Diantara Ilmu balagho, ada namanya "wal idyan wal kalima lil musyakalah - mendatangkan kalimat, bukan dengan makna semestinya". Tapi dengan lil Musyakalah - perimbangan". 

"Wa ma karu wa ma karullahu - mereka bermakar dengan tipu daya dan Allah pun melakukan itu". jika kita mengartikan secara Latter late, maka artinya adalah "Allah menipu daya mereka?". Tidak seperti itu cara memahaminya. "Tipu daya" yang di maksud pada ayat tersebut - Kalau tipu daya itu di lakukan oleh orang baik, namanya kecerdasan. Kalau di lakukan oleh orang dzolim namanya tipu daya. 

Misalnya begini, ada orang bikin alaram atau memasang cctv agar seseorang itu bisa mendeteksi pencuri, hal tersebut di sebut kecerdasan. Tetapi, kalau pencuri menggunakan alat yang sama (cctv) untuk mendeteksi pergerakan targetnya - korbannya, hal itu namanya tipu daya. Sama dengan mati, kalau kita pecundang, matinya mati Syangid. Tapi kalau kita pahlawan, matinya mati syahid. 

Diantara sisi yang harus kita pelajari di dalam ilmu balagho adalah kalimatnya banyak yang tidak semestinya. Misalnya. "ya Ayyuhal muddatsir, Kun Fa andzir" - fa andzir artinya berdiri - mengurus sesuatu yang serius. orang arab mengatakan berdiri. "wa Yuqimonasholat - dan mereka mendirikan sholat". Apakah semua sholat itu bentuknya berdiri?. Kan tidak, bagi mereka yang lumpuh. Begitu juga saat sholat di perintahkan untuk menghadap Kiblat, apakah saat kita sujud menghadap kiblat?, kan tidak, justru kita menghadap tanah. jadi, kalau menuruti bahasa, tidak ada yang benar. Maka, berhati-hatilah dengan bahasa, sebab bahasa itu tidak jelas. 

Kalau seseorang sedang senang dengan istrinya, lalu ia memujinya dengan kalimat, "kamu sangat cantik". Mestinya, para istri - istri itu tersinggung dan timbul tanya di dalam benaknya. "Sebab, suatu saat, kalau sudah jelek, sudah tidak di cintai lagi". Kebetulan para istri ini tidak pintar, sehingga di puji demikian, dia senang. Padahal hal itu Sebetulnya bukan pujian, kalimat itu berbahaya - Karena dia hanya mencintaimu sejauh kamu masih cantik, kalau tidak cantik, selesai barang-barang.

Makanya, kita kalau ngaji atau mengkaji sesuatu, mesti dengan pemaknaan ulama. Karena memaknai bahasa, bukanlah pekerjaan mudah, kalau bukan ulama. Bahasa keseharian kita saja susah. Apalagi kita mau memaknai bahasanya Al Qur'an dan Rosulullah SAW (Hadist), susah di maknai. 

Ihwal itulah, di dalam al qur'an, ada makna Majas dan ada makna hakiki. 

Sama kaya dulu ada yang tanya ke saya begini, Shaff paling baik itu yang mana?. Saya jawab Shaff paling awal. Lalu, shaff yang agak baik adalah Shaff kedua dan ketiga. Kemudian, kawan saya melanjutkan, kalau begitu, Masjidnya di desain Hanya selatan dan Utara (samping kiri dan kanan) saja. Sebab, selagi desain Masjid bentuknya sebagaimana masjid-masjid yang ada, maka pasti ada shaff kedua dan shaff ketiga. 

Kawan saya tanya lagi posisi paling Baik Di shaff pertama yang mana?. Saya menjawab, Sisi sebelah kanan Imam. Kawan saya melanjutkan, kalau begitu Imamnya di letakkan di sisi sebelah selatan saja, sehingga ma'mumnya semua berada di sisi sebelah kanannya. Sebab, kalau shaff dan Posisi terbaik saat Sholat punya klasifikasi terbaik, maka mestinya masjidnya di Desain berdasarkan hal itu. Kan ribet jika, di maknai demikian 

Makanya, perdebatan antara Kelompok NU dan Muhammadiyah, jika kita ingin menganalisa secara Ilmiah. Sebenarnya perdebatan yang Normal saja. Karena Teks Hadist membutuhkan pemaknaan. 

Misalnya, Nabi seusai sholat, di semua teks menyebutkan, "Kana Rosulullah Sahallahu alaihi Wasallam Idzan Syorufu min sholati aqbala alaina bi wajhi - Nabi Ketika selesai sholat menghadap ke Ma'mum". Tetapi, di sebahagian riwayat, Nabi ketika selesai Sholat, ia melakukan sesuatu yang menunjukkan bahwa Ia telah selesai Sholat. Jadi, Filosofinya yang penting bahwa Nabi memaklumatkan Telah selesai sholat. 

Nabi itu Akromul Kholqi, Sayyidul Ambiya Wal Mursalim. Sehingga orang-orang berlomba untuk di Imami Sholat oleh Nabi. Nah, ketika mereka berposisi Masbuk (Tertinggal Rakaat Oleh imam). Jika Nabi Berposisi tetap menghadap Ke barat (Kiblat). Kelak, yang masbuk akan menganggap Nabi Masih Sholat. Begitu ia sholat, ternyata Nabi sudah selesai sholat. Artinya sholatnya Orang tersebut tidak sah, karena sholatnya mengikuti orang yang hakikatnya telah selesai sholat. 

Semenjak hal itu, maka kesunnatan bagi Imam setelah salam, harus memaklumatkan dirinya kepada hadirin, bahwa sholatnya telah usai. Hal itu bisa dengan gerakan menghadap kepada Ma'mum atau serong ke utara, atau apalah, yang penting jangan merokok-merokok sambil Ngopi. 

Akhirnya orang alim di Muhammadiyah melihat orang NU biasa saja dan Orang Alim di NU melihat orang Muhammadiyah Biasa. Karena ini soal teks. Teks itu harus di maknai secara Proporsional. 

Contoh lain misalnya, "wa min amin illa wa yukhoyyalutu tahsis - tidak ada kalinat Umum, kecuali terbayang Khususnya". Artinya tidak boleh kalimat selalu umum. Seperti, Fulan kalau berjalan tidak boleh menengok ke kiri dan ke kanan. Semua ilmu adab yang diajarkan Orang tua kita pasti bunyinya demikian. Tetapi, kalimat tersebut tidak boleh di berlakukan saat kita hendak menyebrang di jalan raya. Karena saat kita menyebrang, tentu kita niscaya menengok ke kiri dan ke kanan.

Kita kembali ke topik yang jadi Soal, Al Qur'an itu ada sekian kalimat yang maknanya sangat Proporsional, seperti "wa ma karu wa ma karullahu". Saya kasih contoh yang paling gampang dan populer, Nabi bersembunyi di goa Tsur (tidak terlalu dalam), lalu Allah merekayasa lubang masuk Ke dalam Goa dengan memasang Jaring laba-laba dan Burung dara di depannya. 

Hal itu di sebut makru - rekayasa Tuhan. Tetapi, orang akan sepakat bahwa hal itu adalah kecerdasan. Karena orang kafir, yang mengklaim dirinya cerdas, ahli dalam mendeteksi musuh. Ternyata hanya di tipu dengan cara seperti saja dia tidak tahu. Karena hal itu adalah pekerjaan kesholehan, maka di sebut dengan kecerdasan. Tetapi, kalau sebaliknya, ada orang lari dari kejahatan, lalu dia melakukan hal yang sama - merekayasa sebagaimana Rosulullah bersembunyi di Goa Tsur, maka hal itu di sebut tipu daya - rekayasa. Karena bentuknya kejahatan.  


**

Berkenaan dengan peristiwa Nabi Musa dan Nabi khidir yang melakukan perjalanan diatas. Sebenarnya, Diantara 3 peristiwa itu, yang bikin "tidak masuk akal" adalah saat Nabi Khidir membunuh seorang anak - Apakah memang saat itu, ada syariat yang membolehkan atau memang hal itu di perintahkan Allah?. 

Di sinilah pentinganya kita mengaji Al-Qur'an sampai Khatam. Tidak sekedar membacanya saja. 

Peristiwa itu di informasikan Allah, dalam Q.S. Al- Kahfi ; 60 - 80. di ujung ayat 80-nya di sampaikkan, " wa maa fa'altuhuu 'an amrii - Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri". Artinya, Nabi Khidir melakukan itu, bukan atas dasar kemaunnya sendiri.

Jika menggunakan Logika umum, tentu kita akan Menganggap apa yang di lakukan oleh Nabi Khidir adalah sesuatu yg tidak masuk akal dan Allah layak di Sifati dengan sifat buruk yang di maksudkan. 

Tetapi, Apakah kita akan menggunakan logika yang sama untuk menggugat Malaikat Izroil, yang mencabut Nyawa orang sembarang.

Jika kita mengatakan Apa yang di lakukan Nabi Khidir Tidak masuk akal dan ihwal itulah, kita mengafirmasi bahwa Allah memerintahkan Nabi khidir membunuh seorang anak kecil. Maka, lebih tidak masuk akal lagi apa yang di lakukan malaikat Izroil, sebab dia mencabut tidak hanya 1 nyawa. Semua yang bernyawa, dia cabut, tidak ada yang lolos. 

Lantas, bagaimana Hukum "Qotlul mu'min?" Di perhadapkan pada Malaikat Izroil, Atau Mengapa malaikat Izroil, tidak kita masukkan ke dalam Ayat, "Way Yaqtulu mu'minam mutaa'mmidam fa jazahu jahannamu kholidana". 

Pusing toh?. Makanya, jangan bangun premis tidak masuk akal, apalagi mengindektikkan Allah dengan sifat buruk berdasarkan peristiwa yang di kabarkan Al-Qur'an. Akui saja bahwa mengaji kita belum sampai ke situ. 

Malaikat Izroil mencabut nyawa orang, juga Bukan atas pilihannya sendiri. Tetapi, atas perintah Allah.  Sebagaimana Nabi Khidir. 

Menurut Ibnu Hajar Al Asqolani, Ketika menuturkan tafsir ayat tersebut, ia menyatakan " wa hadza dalilun ala anna musa afdholu minal khodir". sesungguhnya Ayat tersebut, menunjukkan keutamaaan Nabi Musa ketimbang Nabi Khidir. Mengapa?. Karena Nabi Khidir itu monoton. Ia melakukan apa saja yang di perintahkan oleh Allah. Sementara, Nabi Musa tetap dengan gugatan Syariatnya. Beliau tidak terima, Mengapa orang di bunuh. 

Ihwal itulah, Nabi Khidir tidak bisa di jadikan sebagai Role model umumnyaa manusia dan tidak ada perintah beriman kepada Nabi Khidir. Kita hanya di perintahkan beriman kepada Nabi Musa. 

**

Nah, untuk mengetangahkan pertanyaan - pertanyaan diatas, saya berikan Silogisme yang akan menujukkan, apakah Allah dapat di Sifati dengan sifat-sifat yang buruk ataukah cara kita memkanai beberapa Ayat atau logikah kita yang tidak sampai. 

Saya Hendak mengutarakan Ilmu Orang alim, meskipun kita boleh membantahnya. membantah itu sebabnya beragam. Pertama, orang membantah, karena keterbatasan ilmu. Kedua, orang membantah, karena hasad. Ketiga, orang membantah, karena untuk kegiatan. Seperti seseorang yang sedang Kuliah, jika dia tidak kritis, dia dianggap kurang cerdas. Jadi, meski cocok sekalipun, dia tetap membantah. Sebagai ciri khas kecerdasan. Keempat, membantah itu sifatnya perempuan. Menang atau kalah tetap saja protes. Jika ada Lelaki suka protes, berarti dia sebenarnya bukan lelaki. Kelima, membantah itu artinya seseorang punya keraguan, tetapi dia tidak dapat keluar dari keraguannya tersebut. Hal ini, bisa kita pahami, sebenarnya dia yang punya problemnya. Tetapi, dia timpakan kepada kita.

Hukum Allah itu berstatus lugu. Lugu itu "ummi". Karena agama ini memang Ummi. Imam Abu Hanifah berkata, " agama ini ketika datang, orang itu menjadi Lugu". Lugu itu murni. Murni itu proporsional, sehingga sifat ummi itu baik. Misalkan, kalau sholat itu batal, karena kita makan. Pertanyannya, apakah ukuran makan adalah sebutir atau sepiring?. Tentu, Sebutir makan sudah dapat membatalkan sholat. Lalu, jika ada tamu, yang datang kerumah. Kita beri dia makan, apakah makan yang di maksud adalah sepiring atau sebutir nasi?. Tentu, makan yang di maksud adalah Sepiring nasi.

Lantas, defenisi makan itu, apakah Memasukkan satu piring nasi ke mulut atau memasukkan sebutir nasi ke mulut?. Nah, dari situ kita mengetahkan, bahwa Dalam Bab Sholat, memasukkan sebutir Nasi ke mulut di sebut makan. Sedangkan dalam Bab Menjamu Tamu, Memasukkan sepiring Nasi ke mulut, di sebut makan.

Demikianlah cara kita mendudukkan bahwa Hukum Allah itu lugu.

Di kesempatan yang lain, saya di tanya. Pertanyaan seorang kawan perempuan, setelah ia mengikuti pemaparan salah satu Pakar Islam yang menuturkan Isu, bahwa Hak waris lelaki dan perempuan itu harus sama. Padahal, telah jelas, ayat dalam Al- Qur'an, tentang hal itu, "lidzakri mitslu khodhil unsain". Gerakan hak waris lelaki dan perempuan itu harus sama, pernah menguat, tetapi, salah satu diantara banyak ulama yang mengcounter gerakan tersebut adalah Gurunda Gus Baha, Buya Syafi'i Ma'arif, Komarudin Hidayat, dsb. 

Misalnya, kalau kita mengembangkan pertanyaan kawan saya tersebut. Jika Hak waris lelaki dan perempuan itu sama. Pertanyannya, Apakah kesamaan itu, karena dasar kepandaian seseorang atau hanya sekedar Trend saja?. kawan perempuan Saya itu menjawab, "karena dasarnya pandai - cerdas. Sebab, dulu lelaki mendapatkan Hak waris lebih, ketimbang perempuan, karena perempuan tidak pandai, sehingga ia tidak bekerja. Sekarang, tidak sedikit perempuan yang punya jabatan tinggi, dan potensi kerja lelaki dan perempuan sama. Sehingga, semua segmen kehidupannya berkesempatan sama. Termasuk, hak warisnya".

Saya tanya lagi, apakah sebab warisan itu di berikan, karena seseorang bekerja atau karena seseorang adalah lelaki?. Kawan saya kembali menjawab, "karena seseorang itu bekerja".

Misalnya, seseorang punya dua anak. Satu berjenis kelamin perempuan adalah seorang direktur di Salah satu perusahaan BUMN atau direktur perusahaan apa saja. Kemudian, anak lelakinya itu Bodoh dan tidak bekerja. Kalau kita mengikuti bangunan argumentasi kawan saya tersebut. Maka, warisan itu di berikan kepada siapa?. Tentu, di berikan kepada anak perempuannya yang bekerja. Karena anak lelakinya bodoh dan tidak bekerja.

Timbul pertanyaan lagi, apakah Warisan itu di berikan berdasarkan prestasi (jabatan - Kerja - kepandaian) atau karena empati?. Jika berdasarkan prestasi, seseorang mendapatkan warisan. Maka, itu adalah keanehan. Mengapa?. Masa, Sudah bekerja sebagai direktur perusahaan, dapat warisan lagi. Kan aneh. Sedangkan, Kalau warisan itu di berikan, karena dasarnya adalah empati. maka, hal itu tidak Fair. Karena yang berkerja, tentu lebih membutuhkan modal, tidak di warisi, sedangkan yang bodoh justru dapat warisan.

Jika demikian, Anda pilih yang mana?. "Kawan saya itu, mulai bingung. Sampai dia ikrar dan menyatakan, belum pernah saya mendapatkan perlawanan diskusi seperti ini". Saya hanya tertawa kecil, sembari Dalam Hati bergumam ; Iyaa, karena selama ini, anda berdiskusi dengan orang Goblok 😂. Saya ini Lama Belajar Manthiq - Logika dan pernah mengaji Fathul Wahab. Anda mungkin, membaca judulnya saja, belum pernah.

Dalam Islam, yang menjadi sebab Hak Waris itu adalah Gender (Sifat Lelaki dan Perempuan) : Lelaki mendapatkan dua bagian, perempuan mendapatkan satu bagian, dan Islam tidak ada urusan dengan prestasi atau empati. Karena variabelnya, Murni karena status seseorang adalah laki-laki dan seseorang adalah perempuan. Dengan seperti itu, islam tidak ribet. Coba kalau kita pakai Illat Hukum atau pakai Berpikir Logis, justru tambah ribet Islam ini.

Kata Imam Haramain, Gurunya Imam Al Ghozali, "dinuna dinul ajai'idz - agama itu, kita ikut yang lugu saja". Allah bilang, lelaki dapat dua bahagian dari perempuan. Lelaki itu adalah orang yang punya Penis. Sedangkan perempuan adalah orang yang punya Farji - Vagina. Begitu saja, tidak perlu ribet dan menggunakan analisis rasional lagi. 

Kita beri contoh lain, Ada seorang doktor Fikih Perempuan, Ia menguasai fiqih tentang sholat. Sementara Fulan (lelaki) tidak tahu fiqih sholat dan dia hanya tahu Fashalatan. Jika demikian adanya, maka yang berhak menjadi imam sholat itu siapa?. Kalau kita mengikuti bangunan argumentasi awal kawan saya diatas, berdasarkan prestasi?. Maka, tentu perempuan, yang menjadi Imam sholat, karena ia seorang doktor fikih sholat, ia juga menguasai hal-hal seputar masalah sholat. Sementara Fulan (lelaki), kalau di tanya tentang sholat itu apa?. Jawabanya, berdiri, duduk, lalu berdiri lagi dan duduk lagi. Hanya itu saja".

Agama ini tidak bisa seperti itu. Apapun alasannya, yang mejadi Imam Sholat adalah lelaki. Karena itulah sehingga Sayyid Muhammad sering mengutip, " allahumma imanan ka imani aja'idz - Ya Allah, semoga Iman saya menerima konsepmu seperti Iman para perempuan yang lugu". Ajiz itu perempuan lugu, yang sudah lanjut Usia.

Berkenaan dengan itu, Rosulullah pernah bersabda, Ketika di tanya "warisan ini untuk siapa, Ya Rosulullah?". Jawaban Nabi, "fali awla rojulin dzakarin". Semua ulama mengatakan Bahwa Dzakarin adalah Badal. Ketika Nabi mengatakan "Rajul", Nabi Ingat bahwa Rajul itu identik dengan lelaki dewasa. Kemudian Nabi mengulangi dengan Kata " Dzakarin" tidak harus dewasa, yang penting dia adalah Lelaki. Jadi, meski dalam keadaan baru lahir, tetap di katakan Dzakarin - Lelaki. Maka dia berhak dapat 2 bahagian dari perempuan.

Hal ini penting untuk saya utarakan, agar Clear, bahwa agama itu tidak perlu di utak atik. Seperti, imam sholat itu lelaki. Yah, sudah lelaki. Lelaki itu siapa?. Adalah seseorang yang punya penis. Jangan di balik lagi logikanya, bahwa Lelaki itu adalah orang yang Kuat. Sehingga meskipun perempuan, jika dia kuat. Maka, dia bisa menjadi Imam. Ini kan kacau. 


*Pustaka hayat

*pejalan Sunyi

*Rst

*Nalar pinggiran