Mengenai Saya

Senin, 01 Mei 2023

CORET ESAI ; KECANTIKAN ITU


Saat Nazi tengah bernafsu menguasai Eropa atau pelaku dehumanisasi (genosida) pada ribuan orang Yahudi di kamp, terjadilah kisah kecil ini di belantara Perang Dunia II. Bukan sekadar kisah kecil. Ia kisah berlatar kekejian Holocaust, menumpahkan iba pada mantan penjaga kamp tahanan Yahudi di Auschwtz. Stereotip kekejaman Nazi terhadap Yahudi, dalam kisah ini jadi terbalik. Orang dapat memandang lebih mendalam pada korban kekejaman sistematis itu pada dua sisi. 

Sahdan, seorang remaja putra berumur 15 tahun, pulang sekolah saat hujan turun deras. Ia menumpang bis. Dialah Ralph Fiennes yang berperan sebagai Michael Berg. Ia sakit. Ia turun dari bis, terduduk di sebuah gang masuk sebuah apartemen. Ketika ia muntah-muntah, seorang perempuan dewasa berumur hampir 40 tahun membantunya.

Beberapa hari kemudian, setelah anak muda berusia 15 tahun itu sembuh, ia kembali ke apartemen Hanna Scmitz, sang perempuan penolong, untuk menghaturkan terima kasih atas pertolongannya di tengah hujan lebat.

Michael Berg yang masih 15 tahun itu, tak diduga tertarik pada Hanna Scmitz. Hanna yang berumur hampir 40 tahun mengetahuinya. Ia menerima. Terjadilah hubungan kasih antara keduanya, antara Michael yang 15 tahun dan Hanna yang hampir kepala empat. 

Dalam film "The Reader" (2008), ketertarikan seksual remaja putra berumur 15 tahun pada sosok perempuan hampir 40 tahun, bukan tanpa alasan. Lantaran Hanna Scmitz, si perempuan yang hampir 40 tahun itu, dibintangi Kate Winslet yang berkulit putih, berbibir menantang dan menggemaskan, berpayudara bening dan agung. 

Kedua manusia beda kelamin dan beda jauh jarak usia ini pun bercinta. Seks tiap hari, setiap kali bertemu. 

Uniknya, Hanna Scmitz adalah perempuan cantik buta huruf. Sedang Michael adalah pelajar kutu buku. Kepolosan dan kebutahurufan Hanna tak membuatnya kehilangan ketertarikan pada bacaan. Rasa sastranya sangat dalam. Ia meminta Michael membacakan karya-karya sastra dunia: Tolstoy, Homer, maupun Chekov. Hanna sangat mengenang cerita "The Lady with The Little Dog" karya Anton Chekov yang mashur.

Hanna dapat menangis dan tertawa mendengar sastra yang luhur itu dibacakan kekasih kanaknya. Setelah mendengar sastra dibacakan, Hanna menyeret kekasihnya yang belia dalam seks yang hebat, menggetarkan, dan penuh keringat. 

Perempuan cantik kebanyakan “buta huruf”, dalam arti tidak suka membaca. Amat langka perempuan cantik suka baca, dan kalau ada, pastilah memiliki keistimewaan yang tak gampang dimiliki. Itu pandangan tak masuk saya. Belum tentu benar. 

Lupakan pandangan tak masuk akal saya tadi. 

Film ini disutradarai Stephen Daldry, seorang The Best Director yang mashur. Naskah film "The Reader" ditulis David Hare berdasar novel "Der Vorleser" karya Bernhard Schlink. Tetapi, percintaan kedua insan beda kelamin dan beda jauh jarak usianya itu tak bertahan lama. Hanna tiba-tiba menghilang entah ke mana. 

Penggambaran psikologi yang menyentuh hati dalam film ini, terjadi beberapa tahun kemudian. Hanna jadi terdakwa, ia didakwa penyebab matinya ratusan orang Yahudi di Kamp Auschwtz, Jerman. Ia mantan penjaga kamp. Tapi, ia tak tahu menahu dirinya penyebab kematian-kematian itu. Ia hanya korban kekejian sistematis Nazi di bawah Hitler. 

Hanna buta huruf, ia malu mengakuinya. Hanya Michael mengetahui hal itu, yang secara kebetulan ia mahasiswa hukum yang mengikuti kelas pengadilan dengan Hanna sebagai salah satu terdakwanya. Tapi, Michael tak mengetengahkan hal itu di hadapan sidang yang dapat meringankan Hanna. 

Hanna divonis dengan vonis yang sangat berat: penjara seumur hidup. Michael melanjutkan hidupnya, menikah, punya seorang putri. Pernikahannya kandas, barangkali lantaran hatinya tak dapat melupakan Hanna. Selama dalam penjara, Michael mengirimkan rekaman suaranya membacakan novel-novel yang dulu selalu ia bacakan buat kekasihnya tercinta itu, Hanna, sebagai pengantar seks yang berkeringat, melengketkan kulit keduanya dalam pergumulan hebat dan mendebarkan. 

Hanna pun belajar membaca secara otodidak di usia 60 tahun. Ia membaca banyak sekali buku-buku sastra. Ia berhasil berkirim surat singkat pada mantan kekasihnya yang masih 40 tahun di luar penjara. 

Ketika Hanna tiba di akhir masa tahanannya, Michael mengunjunginya setelah puluhan tahun terpisah. Bertemulah seorang dewasa 40 tahun dengan seorang nenek 60 tahun. Tetapi, getaran cinta keduanya bagai masih membayang di pelupuk mata, dan mengendap begitu dalam di lubuk jiwa. Segala kenangan masa lalu, mempertemukan keduanya pada suatu masa yang tak mungkin. 

Seminggu sebelum Hanna dibebaskan, Michael telah mempersiapkan tempat dan pekerjaan buatnya. Namun tepat di hari Hanna dibebaskan, ia bunuh diri, menggantung di atas buku-buku bacaannya. Ia merasa tak sanggup menerima kutukan atas perbuatan yang tak pernah disadarinya, penjaga kamp di bawah kekuasaan Hitler yang tak termaafkan dunia. Hanna bagaikan sebentuk penanda Motherland, korban Fatherland di Jerman. 

Kemudian apakah sesungguhnya cinta di antara ketakmujuran nasib manusia? Michael Berg dalam "The Reader" itu bagai menjawabnya dalam mabuk kepayang, "semakin aku menderita, semakin aku jatuh cinta. Bahaya hanya melimpahkan cintaku. Dan aku akan mempertajamkannya". 

Pengorbanan dan kesetiaan menciptakan kecantikan, bak bidadari tiba dari rembulan. “Juwita malam, siapakah gerangan tuan? Juwita malam, dari bulankah tuan?” tanya Ismail Marzuki dalam tembangnya yang kekal. 

Kecantikan hanya dapat dipuja dengan cinta, dan cinta hanya dapat disebut cinta karena adanya kesetiaan yang teguh di dalamnya. Itu menurut pendapat beberapa Pnegkritik sastra, yang boleh dibantah siapa saja.

Setidaknya di tengah segala ketakmujuran dan nasib sial, cinta menjadi daya hidup untuk meraba dan merasakan nilai kemanusiaan yang dalam; penjagaan dan penghargaan terhadap kehidupan, yang senantiasa melewati begitu banyak kemungkinan dalam sejarah perjalanan umat manusia. Pun sejarah dari sebuah kenangan setiap orang. Agar kehidupan tak melulu kesia-siaan yang menjengkelkan Atau kutukan dan caci maki yang tak pernah manusiawi. 


Makassar, 15/ 01/2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar