Mengenai Saya

Rabu, 31 Mei 2023

- PEMBINA PANCASILA YANG SNEWEN -


Tanpa ba bi bu, tiba-tiba DP BPIP; Profesor Megawati mengucapkan selamat atas 100 tahun berdirinya PKC atau Partai Komunis China. Apa digaji Rp.100 juta dari uang rakyat buat omong begitu-begitu saja?.

Yes, tiada yang menafikan, bila Pancasila sebagai ideologi terbuka. Tapi saking terbukanya itu, tidak sama dengan bugil. Inklusivitas Pancasila ada pada kesamaan prinsip-prinsip kesetaraan dan kemanusiaan.

Apa ibu profesor plus DP BPIP ini tidak punya empati atas pemberangusan secara sadis terhadap etnis muslim Uighur oleh rezim komunis Xi Jinping?. Jelas-jelas; dehumanisasi itu bertentangan dengan prinsip-prinsip universal Pancasila dan UUD 1945, yang mana profesor Mega sebagai orang yang digaji negara/bulan Rp.100 juta untuk urus Pancasila dan UUD 1945.

Sebagai DP BPIP, seyogyanya profesor Megawati mafhum, bahwa TAP MPR tentang larangan ajaran komunis itu belum hilang atau diamandemen. Dengan demikian, biar kaki jadi kepala, kepala jadi kaki, pun tiada tempat bagi paham komunis.

Ibarat kata, komunis itu pernah hendak MEMBEGAL PANCASILA. Sebagai DP BPIP, ibu profesor mesti tahu sejarah itu. Dan ditempatkan di palung hati sebagai dasar sejarah ideologi bangsa. Pasal komunis membegal Pancasila itu tercatat lengkap hari, tanggal, bulan, tahun, pun jam, menit dan detiknya.

Ihwal komunis membegal Pancasila itu telah menimbulkan trauma yang dalam bagi kehidupan bernegara kita. Memakan korban banyak. Maka, luka lama itu jangan dikorek-korek, bila tak ingin infeksinya lebih parah.

Tetapi, memang dasar profesor snewen, karena beliau pun dalam beberapa pidatonya hendak mengacak-acak Pancasila dengan Ekasila atau apalah itu. Dia obok-obok struktur nilai dari Pancasila.

Digeserlah sila ketuhanan dari posisinya sebagai sentrum daripada ideologi Pancasila. Sebagaimana proyek ideologi dalam RUU HIP. Pada pasal 7 RUU HIP ini, dimensi “ketuhanan” menjadi sub sistem nilai yang setara dengan kemanusiaan, kesatuan, kerakyatan atau demokrasi politik dan ekonomi.

Padahal, sejatinya, kemanusiaan, kesatuan, kerakyatan atau demokrasi politik dan ekonomi adalah refleksi dari nilai-nilai “ketuhanan.” sebagai fundamental value-nya. Jadi, dia tidak equal secara konsepsinya. Sumber nilai dan akibat derivatif itu berbeda secara stand poin konsep

Jadi, barang ini jangan diplintir ke sana kemari. Karena ibarat kata, Pancasila ini menjadi suatu engagement atas KONTRAK SOSIAL POLITIK bangsa Indonesia. Kalau masih snewen dan sok-sokan mengutak atik PANCASILA, maka bisa kacau.

Teringat lah saya akan buku 'Anthony Giddens' berjudul 'Beyond left and Right'. Bahwa yang Komunis dan Kapitalisme global sama-sama telah menimbulkan duka kemanusiaan secara mondial. Beyond Left and Right, buat apa ibu profesor DP BPIP yth masih sok-sokan?.

PANCASILA adalah kesepakatan, dasar negara, pandangan hidup, Landasan filosofis dan ideologi nasional. di tangan setiap penguasa dapat menjadi alat untuk menggebuk lawan, juga mesin indoktrinasi massal. 

Tapi kita sadar butuh alat pemersatu untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara. terlebih sekarang, ketika tak ada satupun yang bisa menghalangi laju penyebaran semua bentuk pemikiran. loss doll. Kiri, kanan, tengah, progresif, konservatif, pragmatis, surga dan neraka jahanam. 

Belum pernah dalam sejarah kita, perbedaan pandangan dan sikap dengan mudahnya disebarkan ke semua arah, atas-tengah-bawah, menyusup masuk dari rumah ke rumah, ke setiap HP, ke setiap kepala layaknya udara, dan kemudian dengan ringannya manusia Indonesia menjuluki saudaranya sendiri dengan nama segala binatang; kampret, cebong, kadal gurun. Setuju atau tidak, sebagian besar pemimpin memelihara situasi itu demi dukungan di kotak suara. Sepakat atau tidak, sebagian masyarakat menikmati terseret dalam arus kebencian. Kita tak tahu ujung dari semua ini.

Apa Pancasila, dimana Pancasila?. sementara hanya kelahirannya kita rayakan terus. 


*Pustaka hayat

*Rst

*Pejalan sunyi

*Nalar Pinggiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar