Mengenai Saya

Rabu, 31 Mei 2023

- DARI HTI SAMPAI ANARKO -


Saya tidak tahu, bagaimana cara mensimulisasikan mereka yang anti Khilafah di hadapan Tuhan. sebab mereka menentang konsep mendasar yang meciptakan manusia. Anti HTI berarti Anti Khilafah, lantas menyembunyikan pengetahuan bahwa Anti khilafah adalah anti Tuhan, sebab " Inni Ja'ilun Fil ardhi kholifah (sesungguhnya aku mengangkat khalifah di bumi)", adalah alamat yang di sampaikkan Tuhan dalam Qur'an. 

Ketika Tuhan menginformasikan kepada para staf-Nya, tentang Mahkluk yang ia akan ciptakan setelah menciptakan ; Malaikat, Jagat Raya, Jin dan Banuljan. Lalu, kemudian Allah melantik Seorang Khalifah.

Dalam Al Qur'an, Tuhan Tidak menyebutnya "Adam", "Manusia" atau "Insan" atau "Nas" atau "mahkluk Hibrida baru" saat melantiknya. melainkan, Lansung di sebutkan sebagai "Khalifah" (Baca; Q.S.2:30), bahkan bukan sekedar "Isim" tapi lansung "Af'al". Konsep Khilafah dengan pelaku khalifah adalah bagian dari desain Tuhan diatas kehidupan manusia di alam semesta; Skrip-Nya, Misi-Nya, Garis besar Haluan kehendak-Nya adalah desain Tuhan.

Khilafah adalah UUD Allah SWT, para wali membumikannya dan mendendangkannya di alam semesta atau Al-alamin yang harus di Rahmatkan oleh khilafah manusia. Khilafah adalah desain Tuhan, agar manusia mencapai keadilan sosial, "Rahmatal lil alamin" atau "baldatun Toyyibatun wa rabbun ghofur". Lalu, apa yang di takutkan dari Khalifah?. apalagi ummat kita telah terpecah dalam mempertengkarkan hukum ziarah kubur, celana cingkrang atau masjid sudah menjadi ajang kudeta untuk boleh tidaknya Tahlilan dan sholawatan.

Mungkin butuh 1 milineum untuk mulai takut "masuklah ke dalam Islam sepenuh-penuhnya dan bersama-sama". apalagi dunia sekarang sudah di ayomi "Udkhulu fis silmi kaffah": masuklah kedalam silmi sejauh kemampuanmu untuk mempersatukan dan membersamakan.

Hari ini jangan terlalu tegang menghadapi Ummat islam. banyak teman yang mempersempit urusan Khilafah dengan urusan Hizbut Tahrir, sedang HTI sendiri kurang hati-hati dalam mawacanakan khilafah sehingga dunia dan indonesia taunnya khilafah adalah HTI, bukan NU atau Muhammadiyah. Padahal HT atau HTI bukan penggagas khilafah, bukan pemilik khilafah dan bukan satu-satunya kelompok diantara manusia yang secara spesifik di tugasi Allah sebagai khalifah.

Setiap manusia di lantik oleh Allah menjadi khalifah, itu isyarat Al-Qur'an. saya tidak bisa menyalahkan dan membantah Allah. karena kebetulan bukan saya yang menciptakan gunung, sungai, laut, udara, tata surya dan galaksi-galaksi tanda lainnya. bahkan saya tidak bisa menyuruh jantung saya berdetak atau berhenti berdetak. Saya juga tidak mampu membangunkan diri saya sendiri saat tidur, saya tidak bisa memuaikkan sel-sel tubuh saya, menjadwal buang air hari ini atau jam, menit, detik kesekian. Bahkan cinta di Qolbu yang muncul dan bergetar begitu saja, sampai alam semesta di peluk, tanpa saya memprogramnya.

Sehingga, ketika Tuhan bilang "Jadilah pengelola bumi", saya tidak punya pilihan lain. saya cuman karyawanNya. Allah Big BossNya, meskipun Allah memberi aturan dasarnya; "Fa man sya'a falyu min, wa man sya'a falyakfur (yang beriman, Berimanlah. yang Ingkar, ingkarlah)".

Saya tidak mau kehilangan perhitungan, jika menolak regulasi bos. Saya mau kerja dimana, kos dimana, mau pakai kendaraan apa, mau bernafas dengan udara milik siapa. Jika Hal-hal seperti ini belum cukup mendalam dan rasional menjadi sebuah kesadaran individu maupun kolektif masayarakat muslim. jadi, apa yang kita takutkan dari khilafah?.

Setali tiga uang pada HTI, Stigma Kejahatan Pada Anarko itu mirip dengan Pelabelan Pada HTI yang Fundamentalis. Sama, tidak beda. Menurut 'Kakanda Yudhi Latief' dalam " Kontra Revolusi Pancasila" bahwa Penghambat Revolusi Indonesia itu Fundamentalisme agama". mungkin saja dalil yang sama bisa gunakan untuk Anarko. Tetapi Masih Menurut Yudhi latief, hal demikian Boleh dalam Spektrum Domestik, Privat. Ia menjadi terlarang Jika bersentuhan dengan Aktivitas Publik.

Saya kemudian membatin, Mengapa Pancasila Niscaya Ditafsirkan secara Tunggal?. Bukankah Pancasila Merupakan kompedium dari semua Cara Pandang Dunia. Sehingga menjadi mustahil, jika kita Membatasi sudut pandang yang lain bahkan memberi Stigmatisasi pada Cara orang Memandang.

Di Austria dan Jerman, masih ada orang yang berkeyakinan bahwa Hitler tidak mati. Bahkan masih ada sebahagian besar orang yang berpandangan Ala Fasisme Hitler. Padahal, Pahamannya sudah Usang. Itu menandakan bahwa Oraganisasinya, bisa kita bubarkan, kita bisa Labeli sebagai terlarang, orangnya bisa mati, tetapi apakah itu Garansi bahwa Sudah tidak ada orang yang berpandangan demikian. satu Hal lagi, dalam semua literatur-Literatur Epistemologi, anda tidak akan temukan adanya Penafsiran Tunggal sepanjang kebenarannya Diakui secara Universal.

Sependek pengetahuan saya, Cara-Cara yang Memasung Nalar seseorang itu tidak dibenarkan. Kita sudah berjalan Lama dengan Dinamika Pengetahuan Yang berbeda, buktinya : Bongkar saja Almanak pengetahuan, tentang Cara Pandang Yang berbeda dari para Founding. Maka kita akan temukan Khazanah pemikiran Yang sangat Luar Biasa. Membaca.

Setau saya, anarko selama ini Konsisten menemani Rakyat yang digusur dan kehilangan Rumahnya. Setau saya, Anarko menemani Petani yang diusir dari tanahnya akibat proyek Pembangunan Infrastruktur pemerintah. Setau saya, Anarko menemani para buruh dan pekerja informal yang hidup menderita karena terhempas angin kencang pembangunan yang tidak berpihak.

Jika Tidak percaya, Silahkan pergi ke semua Wilayah Konflik agraria. Disana anda akan menemukan anak-anak remaja anarko dengan telaten dan sabar mendampingi proses perjuangan Rakyat meraih keadilan.

So, saran saya kepada semua instrumen yang kerap kali memasung Pikiran orang, jangan Gegabah mengambil kesimpulan tentang Coret-Coret di Underpass Tol Malang yang Katanya Menganggu Stabilitas itu dilakukan Oleh anak-anak Anarko. Pulau Jawa ini Tidak kecil. Saya Yakin Bukan Anarko. Jadi, jangan bikin Lelucon yang tidak perlu.

Tugas Anarko memang menghacurkan Kapitalisme. menduduki alat Produksi, kalau bisa. Tapi tidak dengan menjarah milik warga. Ingat, yang bisa membantai Rakyat dijawa dan bali pada Periode 1965, meski memakai Proxy Rakyat. Hanya bisa terjadi, jika ada kekuatan politik yang terorganisir, punya Kuasa dan pegang senjata. Tidak, otomatis dilakukan Rakyat. Karena tidak ada kekuatan untuk melakukan semua itu. Sama juga dengan menjarah seluruh Pulau jawa. Anarko tidak punya kekuatan menskenariokan dan mengeksekusi semua itu.

Jika Jumlah Anarko itu Setara dengan Gabungan Banzer, Kokam, FPI dan OKP. Baru saya Percaya mereka akan menjarah seluruh Jawa. Jangankan sekedar menjarah, Kapitalisme Diindonesia akan Dilucuti juga bisa.

Timbul tanya : apakah memang anarko itu kerjanya Merampok atau menjarah?. Ini pelabelan kurang Friendly . Persis seperti Stigma Bencong pada Komunisme dan HTI Radikal bin Fundamentalis yang terus diproduksi rezim ketertiban yang mempunyai Ciri hampir mirip Fasis.

Anda Harus tau bahwa yang berada digarda terdepan menghancurkan ISIS, itu bukan Kita. Bukan TNI, apalagi Ormas-Ormas Islam. Tapi jaringan Anarko Internasional yang berada dimedan juang penghancuran fasisme (Meskipun ada Intervensi USA). Saya saja, Mohon maaf, tidak percaya kalau Misal ormas-ormas kepemudaan Di Indonesia diterjunkan ke sana, bakalan mau dan berani melawan ISIS.

Anda Boleh tidak setuju dengan Anarko. Tetapi mereka tidak pernah memprovokasi kebencian atas nama etnis dan agama. Justru sebaliknya, mereka menyerukan solidaritas atas nama kemanusiaan dan berada digarda terdepan melawan Fanatisme (Agama), kapitalisme dan Fasisme. Belum ada dalam sejarah ummat manusia, upaya perlawanan fanatisme sedemikian besar dan solid, selain yang dilakukan anarko.

Anarko atau semua tendensi politik anarkisme dimanapun memang tugasnya melawan ketimpangan sosial, kebijakan Neoliberal dan fasisme. Tapi ingat, sekali lagi : Tidak ada ceritanya Anarko mengorbankan kebencian agama dan rasial. Sebab Visinya adalah membangun kehidupan Sosial yang setara dan mengorganisasi ekonomi Politik yang demokratis (Radikal).

Tahun 90-an awal. Para petani Chiapas yang mengambil spirit perjuangan dari Emilio zapata, dan bertendensi anarkis, setelah ditindas. dengan persenjataan seadannya menduduki Ibu kota Provinsi, Critobal delas Casas. Apa yang mereka lakukan sangat mulia, menolak dan melawan penindasan kebijakan pro Investasi besar yang akan merampas tanah-tanah mereka. Bukan yang sering digambarkan secara keliru oleh pejabat Di Indonesia atau Bahkan Cendekiawan Kampus yang Malas Membaca. Mengasosiasikan Anarkisme dengan Kejahatan.

Anarkisme dan kejahatan itu beda. Zapata adalah Bacaan perlawanan yang bisa dijadikan Barang Bukti, bukan Coret-Coret di Toiletnya Eka Kurniawan. 

Konklusinya, HTI adalah organisasi yang di bangun atas dasar paham, keyakinan dan Ideologi. 'Taqiyuddin An-Nabani' melakukan study Komparatif dalam mengidentifikasi masalah ummat dan mencari solusi-solusinya dalam Al Qur'an dan sejarah. Kemudian melahirkan HTI. Lalu, di biarkan berdialektika dengan realitas. Di kemudian hari, banyak negara yang menolak. Termasuk indonesia yang telah membubarkan HTI secara Insitusi.

Lantas, Apakah HTI mati? Tidak! Dia boleh di bubarkan secara Institusi, tapi tetap ada sebagai ajaran. Baca saja soal Fasisme di italia, Nazi di jerman. Masih ada pengikutnya sampai hari ini. Ikhwanul Muslimin di mesir berkali-kali di bubarkan oleh berbagai rezim. tetapi, tetap berurat dan mengakar kuat. Demikian juga dengan PKI dan HTI di indonesia.

Orang-orang boleh bergerombol membakar identitas Organisasinya, memenjarakan Tokoh-Tokohnya dan membunuh sebahagian pengikutnya. Lalu, bersorak "Kita telah menang". Tapi mereka tak akan mampu memusnahkan keyakinan orang. Tidak bisa. Itu yang acap kali alpa, di pikiran orang yang otaknya kosong. 

Jika kita baca dalam literatur, orang yang acap memusnahkan keyakinan orang adalah dia yang bekerja untuk kekuasaan. Begitulah sejarah memberitahukannya pada kita. Di sana ada simbiosis, silahkan di interpretasikan. 

mereka lupa, bahwa Kekuasaan itu di pergilirkan. Begitupun dengan ideologi, paham atau ajaran sebuah bangsa. Tidak ada yang abadi. Dulu, kita adalah kumpulan kerajaan-kerajaan islam yang di satukan oleh proklamasi. Tidak ada harga yang mati, sebab Hanya Allah yang Kekal. 

Berorganisasi atau bernegara dalam siklus yang lebih besar seperti siklus hidup manusia. Lahir, tumbuh, besar dan mati. Karena Kata Allah "Walikulli Ummatin azal ( setiap Ummat / kelompok / komunitas memiliki ajal)". Tidak ada harga mati sebuah bangsa, entitasnya selalu dialektis. Menemukan kejayaan atau kerusakan yang berakhir bubar. 


*Rst
*Pejalan sunyi
*Pustaka hayat
*NalarPinggiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar